You are on page 1of 12

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN TN.A


DENGAN INFARK MIOCARD AKUT

Kasus:
Pada tanggal 1 Februari 2018 jam 09.00 Tn. A (59 tahun) datang ke RS Santo
Vincentius Singkawang oleh keluarganya. Tn. A mengeluh nyeri pada dada sebelah
kiri, cepat lelah dan tidak dapat melakukan aktivitas mandiri. Sepuluh tahun yang lalu
px MRS di ICCU RS Santo Vincentius Singkawang karena infark miokard.

Pengkajian tanggal : 1 Februari 2018 No.Reg. : 10172407


Ruangan : St. Lukas Jam : 09.00 WIB

I. Identitas :
Nama : Tn . A
Umur : 59 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku : Padang
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Jalan Diponegoro Singkawang
Masuk Rumah Sakit : 1 Februari 2018

Alasan dirawat :
Nyeri dada sebelah kiri

Keluhan Utama :
Saat dikaji klien masih mengeluh nyeri pada dada sebelah kiri, Skala
Nyeri 7, terasa seperti ditusuk-tusuk secara terus menerus, cepat lelah, dan
tidak dapat melakukan aktivitas mandiri.

II. Riwayat Keperawatan.

1. Riwayat penyakit sebelumnya.


Sepuluh tahun yang lalu pasien MRS di ICCU RS Santo Vincentius
Singkawang, karena Infark Miocard.
2. Riwayat penyakit sekarang.
Sejak tiga hari SMRS pasien mengeluh nyeri dada, bila kembali bak
klien merasa lelah sampai sesak, timbulnya nyeri saat istirahat atau
aktivitas, nyeri dada seperti ditekan .
3. Riwayat kesehatan keluarga.
Riwayat keluarga positif : yaitu ibu klien dengan DM, Ayah dan kakak
klien menderita sakit jantung.
III. Observasi dan Pemeriksaan Fisik.

1. Keadaan Umum :
Kedua tangan dan kaki masih sangat lemah, sesak bila kembali BAK,
Nyeri dada, kesadaran compos mentis, dengan GCS : 15.

2. TTV.
Suhu : 36.4 C
Nadi : 78x/m
TD : 110/70 mmHg
RR : 20x/m.

3. Pengkajian Body System.

1) Pernafasan ( B 1 : Breathing ) :
Hidung : tidak ada kelainan
Trachea : tidak ada kelainan
Suara tambahan : wh. (-), Rh. (-)
Bentuk dada : simetris

2) Cardiovasculer ( B2 : Bleading ) :
Inspeksi : - iktus : tak tampak
- pulsasi :
Palpasi : - pulsasi : teraba, letak apex , iktus cordis ICS VI
3 jari lateral.
Perkusi :

Auskultasi : - Suara 1.2 tunggal.


- Suara 3,4 tidak ada

3) Persyarafan ( B3: Brain ) :


Kesadaran : compos mentis
GCS : 456 = 15
Mata : dbn
Persepsi sensori :
Penciuman, pengecapan, pendengaran, penglihatan, perabaan,
dalam batas normal.

4) Perkemihan – Eliminasi – Uri ( B4 : Bladder ) :


Produksi urin : 800 cc / hari
Warna : kuning, Bau khas amoniak.

5) Pencernaan – Eliminasi – Alvi ( B5 : Bowel ):


Mulut : bersih
Tenggorokan : dbn
Abdomen : BU (-)
Rectum : dbn
BAB ; 1x/hari, konsistensi lunak.
6) Tulang-Otot-Integument (B6 : Bone ) :
Kemampuan pergerakan sendi : bebas
Kulit :
- turgor : baik
- Akral : hangat

Systems psiko-sosial – spiritual :


Hubungan pasien dengan anak, keluarga, petugas baik dukungan keluarga
dalam hal perawatan terbukti pasien ditunggu secara bergantian reaksi interaksi pasien
kooperatif terlihat dengan kontak mata yang positif.
Spiritual :
Pasien beragama islam di rumah biasa solat 5 waktu di RS tidak bisa dilakukan
hanya berdoa dalam hati. Konsep pasien terhadap penguasa kehidupan adalah Allah,
hal yang berarti saat ini adalah berdoa dan memohon kepada Allah. Tidak ada upaya
yang bertentangan dengan keyakinan pasien. Persepsi terhadap penyakitnya pasien
mengatakan bahwa ini suatu cobaan dalam hidup.

Pemeriksaan Penunjang : 01 Februari 2018


1. RO : Kes. Cardiomegali, tidak tampak kongesti pulmonum.
2. EKG: Menunjukkan adanya Infark dan iskemik anterior.
3. Laboratorium :
- Hb : 9,1 g/dl GDA : 184 mg/dl
- Leukosit : 4,4 x10o/L Gluk.sesaat : 164 mg/dl
- Trombosit : 99 x10o/L Kolest.tot. : 181 mg/dl
- PCV : 0,26 SGOT : 28,4 U/L
- Kalium : 4,51 mcq/L SGPT : 39,0 U/L
- Natrium : 149 mcq/L

Therapi : tanggal 01 Februari 2018


- Sinfastatin 10 mg 2 - 0 - 1
- Acetosal 100 1 -0-0
- Isosorbid 5 mg 3x1
- Diltiazem 30 mg 3x1
- Ticlopidin 250 mg 1 – 0 – 1
- Diet KU : 1900 kalori
- Batasi intake cairan
- Bladder training.
Analisa data

Data Etiologi Masalah


Data Subyektif : Menurunnya kontraksi Penurunan curah
Jantung. jantung
Klien mengeluh nyeri dada sebelah kiri
Skala Nyeri 7, terasa seperti ditusuk-tusuk
secara terus menerus Cepat lelah,
Tidak dapat melakukan aktivitas.

Data Obyektif :

Kondisi klien lemah


EKG : Menunjukkan adanya infark dan mik anterior
Iskemik anterior.
Tanda-tanda vital :
TD = 110 / 70 mmHg
Nadi = 78x/m
RR = 20x/m
Data Subyektif : Agen Cidera Biologis Nyeri Akut
Klien mengeluh nyeri dada sebelah kiri
Skala Nyeri 7, terasa seperti ditusuk-tusuk
secara terus menerus

Data Obyektif :
Pasien Meringis Kesakitan
Kondisi klien lemah
Tanda-tanda vital :
TD = 110 / 70 mmHg
Nadi = 78x/m
RR = 20x/m

Diagnosa Keperawatan ( Berdasarkan prioritas ) :


1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cidera Biologis
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraksi myocard
Rencana Intervensi :

Dx/Tujuan/Kriteria Rencana Intervensi


Dx 1. Observasi :
Tujuan: 1. Observasi reaksi nonverbal
Setelah dilakukan tinfakan dari ketidaknyamanan
keperawatan selama 3 x 24 Jam 2. Monitor Vital Sign
Pasien tidak mengalami Mandiri
nyeri, dengan kriteria hasil: 3. Ajarkan tekhnik relaksasi nafas
Mampu mengontrol nyeri dalam
(tahu penyebab nyeri, Kolaborasi
mampu menggunakan 4. Kolaborasi dengan dokter
tehnik nonfarmakologi dalam pemberian analgetik
untuk mengurangi nyeri, HE
mencari bantuan) 5. Berikan informasi tentang
Melaporkan bahwa nyeri nyeri seperti
berkurang dengan penyebab nyeri, berapa lama
menggunakan nyeri akan
manajemen nyeri berkurang dan antisipasi
Mampu mengenali nyeri ketidaknyamanan
(skala, intensitas, dari prosedur
frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang
normal
Tidak mengalami
gangguan tidur

Dx 2 Observasi :
Tujuan: 1. Observasi TTV
Setelah dilakukan asuhan 2. Monitor Auskultasi
Selama 3 x 24 jam penurunan 3. Auskultasi bunyi nafas
kardiak output klien 4. Pantau Frekuensi Jantung dan
teratasi dengan kriteria Irama
hasil: Mandiri :
 Tanda Vital dalam 5. Mengajarkan tekhnik relaksasi
rentang normal 6. Pantau perkembagan miokard
(Tekanan darah, Nadi, melalui EKG
respirasi) Kolaborasi
 Dapat mentoleransi 7. Kolaborasi pemberian obat anti
aktivitas, tidak ada aritmia, inotropik, nitrogliserin
kelelahan dan vasodilator untuk
 Tidak ada edema paru, mempertahankan kontraktilitas
perifer, dan tidak ada jantung
asites HE
 Tidak ada penurunan 8. Memberi informasi pasien
kesadaran tentang IMA
 AGD dalam batas
normal
 Tidak ada distensi vena
leher
 Warna kulit normal

PEMBAHASAN
1. Data dari kasus di atas
Data yang diperoleh dari pasien Tn. A adalah bahwa pasien mengeluh mengeluh
nyeri pada dada sebelah kiri, Skala Nyeri 7, terasa seperti ditusuk-tusuk secara
terus menerus, cepat lelah, dan tidak dapat melakukan aktivitas mandiri. Ia
mempunyai penyakit seperti ini sudah 10 tahun yang lalu dan sudah pernah di
rawat di rumah sakit yang sama. Hasil gambaran EKG yang di dapatkan pada
pasien yaitu Menunjukkan adanya Infark dan iskemik anterior. Diagnosa yang
muncul pada kasus di atas adalah
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan menurunnya kontraksi jantung

2. Teori
Diagnosa yang muncul pada pasien dengan IMA menurut teori yaitu :
a. Nyeri berhubungan dengan agen injury biologis (iskemia jaringan sekunder
terhadap sumbatan arteri).
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan, iskemik, kerusakan otot
jantung, penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria.
c. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan
penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air, peningkatan
tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma.
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen miocard dan kebutuhan, adanya iskemik / nekrotik jaringan miocard
ditandai dengan gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktifitas,
terjadinya disritmia, kelemahan umum.
e. Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis.
3. Opini
Dari kasus diatas di dapatkan bahwa diagnosa yang muncul adalah :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan menurunnya kontraksi jantung
Sedangkan diagnosa teori adalah :
a. Nyeri berhubungan dengan agen injury biologis (iskemia jaringan sekunder
terhadap sumbatan arteri).
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan, iskemik, kerusakan otot
jantung, penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria.
c. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan
penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air, peningkatan
tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma.
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen miocard dan kebutuhan, adanya iskemik / nekrotik jaringan miocard
ditandai dengan gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktifitas,
terjadinya disritmia, kelemahan umum.
e. Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis.
Artinya terdapat kesesuaian antara teori dengan kasus, hanya saja ada beberapa
diagnosa yang tidak munucl pada pasien tersebut karena tidak ada Data-data
diagnosa yang mengarah ke diagnosa selain Penurunan curah jantung dan Nyeri.
Prioritas diagnosa adalah Nyeri akut karena skala nyeri nya mencapai 7.

4. Penanganan dari diagnosa prioritas ( Nyeri Akut b.d Agen Cidera Biologis )
Observasi :
a. Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
b. Memonitor Vital Sign
Mandiri
c. Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam
Kolaborasi
d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
HE
e. Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur

5. Patofisiologi
Dua jenis kelainan yang terjadi pada IMA adalah komplikasi hemodinamik dan
aritmia. Segera setelah terjadi IMA daerah miokard setempat akan
memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan
ejection fraction, isi sekuncup (stroke volume) dan peningkatan volume akhir
distolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat
tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri di atas 25 mmHg
yang lama akan menyebabkan transudasi cairan ke jaringan interstisium paru
(gagal jantung). Pemburukan hemodinamik ini bukan saja disebakan karena
daerah infark, tetapi juga daerah iskemik di sekitarnya. Miokard yang masih
relatif baik akan mengadakan kompensasi, khususnya dengan bantuan
rangsangan adrenergeik, untuk mempertahankan curah jantung, tetapi dengan
akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard. Kompensasi ini jelas tidak akan
memadai bila daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemia atau bahkan
sudah fibrotik. Bila infark kecil dan miokard yang harus berkompensasi masih
normal, pemburukan hemodinamik akan minimal. Sebaliknya bila infark luas dan
miokard yang harus berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau infark lama,
tekanan akhir diastolik ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung terjadi. Sebagai
akibat IMA sering terjadi perubahan bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal
jantung ventrikel baik yang terkena infark maupun yang non infark. Perubahan
tersebut menyebabkan remodeling ventrikel yang nantinya akan mempengaruhi
fungsi ventrikel dan timbulnya aritmia.
Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA makin tenang
fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan karena
daerah-daerah yang tadinya iskemik mengalami perbaikan. Daerah-daerah
diskinetik akibat IMA akan menjadi akinetik, karena terbentuk jaringan parut
yang kaku. Miokard sehat dapat pula mengalami hipertropi. Sebaliknya
perburukan hemodinamik akan terjadi bila iskemia berkepanjangan atau infark
meluas. Terjadinya penyulit mekanis seperti ruptur septum ventrikel, regurgitasi
mitral akut dan aneurisma ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik
jantung.
Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama pada menit-menit
atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh perubahan-
perubahan masa refrakter, daya hantar rangsangan dan kepekaaan terhadap
rangsangan. Sistem saraf otonom juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia.
Pasien IMA inferior umumnya mengalami peningkatan tonus parasimpatis
dengan akibat kecenderungan bradiaritmia meningkat, sedangkan peningkatan
tonus simpatis pada IMA inferior akan mempertinggi kecenderungan fibrilasi
ventrikel dan perluasan infark. (Price & Wilson, 2006)

6. Pohon Masalah
DAFTAR PUSTAKA
Price, Wilson. 2006. Patofisiologi Vol 2 ; Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit.
Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta
Nurarif, A.H dan Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Edisi Revisi
Jilid 2. Jogyakarta: MediAction
NANDA-I. 2017. Nanda International Nursing Diagnosis Definition and
classification 2018 – 2020. Jakarta: EGC

You might also like