Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PEMBAHASAN
C. Metabolisme Darah
Metabolisme darah
METABOLISME DARAH MERAH
Sistem Ekskresi
Manusia memiliki organ atau alat-alat ekskresi yang berfungsi membuang zat sisa hasil
metabolisme. Zat sisahasil metabolisme merupakan sisa pembongkaran zat makanan,
misalnya: karbondioksida (CO2), air (H20),amonia (NH3), urea dan zat warna empedu. Zat
sisa metabolisme tersebut sudah tidak berguna lagi bagi tubuhdan harus dikeluarkan karena
bersifat racun dan dapat menimbulkan penyakit.
1. Paru-paru
2. Hati
3. Kulit
4. Ginjal
PARU-PARU (PULMO) Paru-paru beradadi dalam rongga dada manusia sebelah kanan dan
kiri yang dilindungi oleh tulang-tulang rusuk.
Paru-paru terdiridari dua bagian, yaitu paru-paru kanan yang memiliki tiga gelambir dan
paru-paru kiri memiliki dua gelambir.
Paru-paru sebenarnya
merupakan kumpulan gelembung alveolus yang terbungkus oleh selaput yang
disebutselaput pleura.
Di dalam paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas oksigen dan karbondioksida.
Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah merah menangkap karbondioksida sebagai
hasil metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-paru.
Di paru-paru karbondioksida dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan dari paru-paru melalui
hidung. Kelainan-kelainan pada paru-paru, diantaranya adalah: Asma atau sesak nafas,
yaitu kelainan yang disebabkan oleh penyumbatan saluran
pernafasan.
d. Perubahan-perubahan Lain
1) Penurunan pH darah (pengasaman)
Disebabkan karena :
Terbentuknya asam laktat karena berkurangnya glikolisis. Penurunan pH akan
mempengaruhi kerja enzym seperti hexokinase & phosphofructokinase, yang akan
menghambat glikolisis pada suhu 420 C, glikolisis 40 kali lebih rendah dibandingkan dengan
pada 370 C (0,05 mmol/l sel darah merah/jam pada 40C – 2 mmol/L sel darah merah/jam pada
370 C. (Strumia, 1954 dll).
PH antikoagulan yang rendah (pH ACD = 5,0 – 5,1)
PH CPD = 5,6 – 5,8
PH darah = 7
2) Peningkatan Hemoglobin plasma
Disebabkan karena hemolisis sel darah merah.
3) Peningkatan K+ plasma
Masuknya Natrium dan air kedalam sel, (pertukaran ion intra – ekstra selular), menyebabkan
perubahan bentuk sel darah merah. Jangan memberikan darah yang berumur lebih dari 7 hari
untuk penderita penyakit ginjal (bila ginjal tidak dapat membuangnya).
4) Peningkatan amoniak
Darah lama jangan diberikan pada penderita penyakit hati karena hati tidak akan dapat
melakukan netralian.
5) Peningkatan asam laktat.
6) Penurunan kadar faktor pembekuan
Pada penyimpanan pada 40 C, faktor ini menyusut banyak dalam 6 jam pertama.
7) Perubahan-perubahan sel darah merah
Perubahan bentuk menjadi lebih bulat karena masuknya air + Natrium.
Hilangnya lipid membran.
Meningkatnya kekakuan sel.
Refersibilitas (Pemulihan) Perubahan-perubahan Pada Darah yang Disimpan
Beberapa perubahan yang terjadi pada sel darah merah yang disimpan bisa pulih kembali,
baik in vitro maupun in vivo.
Pemulihan phosfat organic
Bila darah dengan DPG rendah ditransfusikan, kadarnya akan pulih menjadi 25 % nilai
normal setelah 3 jam dan 50 % dalam 24 jam. (Valeri, Hirsch, 1969).
Baik DPG ataupun ATP dalam darah simpan dapat diperbaiki in vitro sebelum transfusi
dengan menginkubasinya dengan puring nukleosid.
Pemulihan Elektrolit
Darah ACD yang berumur 15 – 16 hari hampir mencapai kembali kadar Natrium normal
dalam 24 jam post transfusi.
Sedangkan kadar Kalium belum kembali normal dalam waktu 6 hari. (Valeri & Hirsch 1969,
dengan tehnik differensial agglutination).
Pada hewan lain, fungsi utama darah ialah mengangkut oksigen dari paru-paru atau insang
ke jaringan tubuh. Dalam darah terkandung hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat
oksigen. Pada sebagian hewan tak bertulang belakang atau invertebrata yang berukuran
kecil, oksigen langsung meresap ke dalam plasma darah karena protein pembawa
oksigennya terlarut secara bebas. Hemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen
paling efektif dan terdapat pada hewan-hewan bertulang belakang atau vertebrata.
Hemosianin, yang berwarna biru, mengandung tembaga, dan digunakan oleh hewan
crustaceae. Cumi-cumi menggunakan vanadium kromagen (berwarna hijau muda, biru, atau
kuning oranye).
Pada manusia berfungsi untuk mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh
tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga
diedarkan melalui darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah
tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin,
protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang
merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.
Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam
pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-
paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen
melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis.
Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah
membawa oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh
kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior
dan vena cava inferior.
Darah juga mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing
ke hati untuk diuraikan dan dibawa ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni.
Fungsi utama dari sel-sel darah merah, yang juga dikenal sebagai eritrosit,
adalah mengangkut hemoglobin, dan seterusnya mengangkut oksigen dari paru-paru
ke jaringan. Selain mengangkut hemoglobin, sel-sel darah merah juga mempunyai
fungsi lain. Contohnya, ia mengandung banyak sekali karbonik anhidrase, yang
mengkatalisis reaksi antara karbon dioksida dan air, sehingga meningkatkan
kecepatan reaksi bolak-balik ini beberapa ribu kali lipat. Cepatnya reaksi ini
membuat air dalam darah bereaksi dengan banyak sekali karbon dioksida, dan
dengan demikian mengangkutnya dari jaringan menuju paru-paru dalam bentuk ion
bikarbonakt (HCO3-). Hemoglobin yang terdapat sel dalam sel juga merupakan
dapar asam-basa (seperti juga pada kebanyakan protein), sehingga sel darah merah
bertanggung jawab untuk sebagian besar daya pendaparan seluruh darah.
Sel darah merah normal, berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter kirakira
7,8 mikrometer dan dengan ketebalan pada bagian yang paling tebal 2,5
mikrometer dan pada bagian tengah 1 mikrometer atau kurang. Volume rata-rata sel
darah merah adalah 90 sampai 95 mikrometer kubik. Bentuk sel darah merah dapat
berubah-ubah ketika sel berjalan melewati kapiler. Sesungguhnya, sel darah merah
merupakan suatu “kantung” yang dapat diubah menjadi berbagai bentuk.
Selanjutnya, karena sel normal mempunyai membran yang sangat kuat untuk
menampung banyak bahan material di dalamnya, maka perubahan bentuk tadi tidak
akan meregangkan membran secara hebat, dan sebagai akibatnya, tidak akan
memecahkan sel, seperti yang akan terjadi pada sel lainnya.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa fungsi terpenting sel darah
merah adalah transpor O2 dan CO2 antara paru-paru dan jaringan. Suatu protein
eritrosit, yaitu hemoglobin, memainkan peranan penting pada kedua proses tersebut.
Sehingga pada makalah ini penulis akan membahas metabolisme eritrosit dan juga
unsure-unsur lain yang berkaitan erat dengan proses metabolisme tersebut .
Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang myeloid yang terdapat di
sumsum tulang. Sel ini akan membentuk berbagai jenis leukosit, eritrosit, megakariosit
(pembentuk keping darah). Rata-rata umur sel darah merah kurang lebih 120 hari. Sel-
sel darah merah menjadi rusak dan dihancurkan dalam sistem retikulum endotelium
terutama dalam limfa dan hati.
Globin dan hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein
dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk
dibuang dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah
menjadi bilirubin (warna kuning empedu) dan biliverdin, yaitu yang berwarna kehijau-
hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka
memar.
Sirkulasi darah janin dalam rahim tidak sama dengan sirkulasi darah pada bayi dan anak.
Dalam rahim, paru-paru tidak berfungsi sebagai alat pernafasan, pertukaran gas dilakukan
oleh plasenta. Pembentukan pembuluh darah dan sel darah dimulai minggu ke tiga dan
bertujuan menyuplai embrio dengan oksigen dan nutrien dari ibu.
Darah mengalir dari plasenta ke janin melalui vena umbilikalis yang terdapat dalam tali
pusat. Jumlah darah yang mengalir melalui tali pusat sekitar 125 ml/kg/Bb per menit atau
sekitar 500 ml per menit.
Melalui vena umbilikalis dan duktus venosus, darah mengalir ke dalam vena cafa inferior,
bercampur darah yang kembali dari bagian bawah tubuh, masuk atrium kanan di mana
aliran darah dari vena cafa inferior lewat melalui foramen ovale ke atrium kiri, kemudian ke
ventrikel kiri melalui arkus aorta, darah dialirkan ke seluruh tubuh.
Darah yang mengandung karbondioksida dari tubuh bagian atas, memasuki ventrikel kanan
melalui vena cafa superior. Kemudian melalui arteri pulmonalis besar meninggalkan
ventrikel kanan menuju aorta melewati duktus arteriosus. Darah ini kembali ke plasenta
melaui aorta, arteri iliaka interna dan arteri umbilikalis untuk mengadakan pertukaran gas
selanjutnya.
Foramen ovale dan duktus arteriosus berfungsi sebagai saluran/jalan pintas yang
memungkinkan sebagian besar dari cardiac output yang sudah terkombinasi kembali ke
plasenta tanpa melalui paru-paru.