You are on page 1of 11

ANFIS PERKEMBANGAN SEL-SEL DARAH DAN SISTEM LYMPATIK

BAB I
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Sel-sel Darah


Fungsi Darah Fungsi darah dalam metabolisme tubuh kita antara lain sebagai alat pengangkut
(pengedar), pengatur suhu tubuh dan pertahanan tubuh. Peredaran Oksigen pada tubuh :
1. Oksigen diedarkan ke seluruh tubuh oleh sel darah merah.
2. Darah yang dipompa dari bilik kanan jantung menuju paru-paru melepaskan CO2 dan
mengambil O2 dibawa menuju serambi kiri.
3. O2 dari serambi kiri disalurkan ke bilik kiri
4. Dari bilik kiri O2 dibawa ke seluruh tubuh oleh sel darah merah untuk pembakaran sidasi)
5. Peredaran darah besar yaitu peredaran darah yang berasal dari jantung membawa oksigem
dan sari makanan ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung membawa karbondioksida.
6. Peredaran darah kecil yaitu peredaran darah dari jantung membawa karbondioksida menuju
paru-paru untuk dilepas dan mengambil oksigen dibawa ke jantung.

B. Pembentukan Sel-sel Darah


Sewaktu janin, sel-sel darah diproduksi oleh yolk sac, limpa, hati, sumsum tulang, dan
kelenjar lympha. Pada orang dewasa sel-sel darah diproduksi pada sumsum merah (jaringan
myeloid) yang terdapat di dalam tulang-tulang axial skeleton seperti tulang iga, tulang dada,
dan tulang-tulang kepala. Sumsum merah juga terdapat pada tulang pelvis bagian epiphysis
femur dan tibia. Sedangkan lymphosit diproduksi oleh jaringan lymphatic.
Sel-sel darah berasal dari sel mesenchym yang berubah menjadi sel induk (sel stem).
Kemudian berdiferensiasi lagi menjadi lima tipe sel atas pengaruh berbagai hormon dan zat-
zat kimia lainnya. Kelima tipe sel tersebut ialah:
1) Erythroblast, kemudian akan membentuk erithrosit.
2) Megakarioblast, kemudian akan membentuk thrombosit.
3) Lymphoblast, kemudian akan membentuk lymphosit.
4) Monoblast, kemudian akan membentuk monosit.
5) Myeloblast, kemudian akan membentuk granulosit.

C. Metabolisme Darah
Metabolisme darah
METABOLISME DARAH MERAH

Sistem Ekskresi
Manusia memiliki organ atau alat-alat ekskresi yang berfungsi membuang zat sisa hasil
metabolisme. Zat sisahasil metabolisme merupakan sisa pembongkaran zat makanan,
misalnya: karbondioksida (CO2), air (H20),amonia (NH3), urea dan zat warna empedu. Zat
sisa metabolisme tersebut sudah tidak berguna lagi bagi tubuhdan harus dikeluarkan karena
bersifat racun dan dapat menimbulkan penyakit.

Organ atau alat-alat ekskresipada manusia terdiri dari:

1. Paru-paru
2. Hati
3. Kulit
4. Ginjal

PARU-PARU (PULMO) Paru-paru beradadi dalam rongga dada manusia sebelah kanan dan
kiri yang dilindungi oleh tulang-tulang rusuk.

Paru-paru terdiridari dua bagian, yaitu paru-paru kanan yang memiliki tiga gelambir dan
paru-paru kiri memiliki dua gelambir.

Paru-paru sebenarnya
merupakan kumpulan gelembung alveolus yang terbungkus oleh selaput yang
disebutselaput pleura.

FUNGSI PARU-PARU Paru-paru merupakan organ yang sangat vital bagi


kehidupanmanusia karena tanpa paru-paru manusia tidak dapat hidup. Dalam Sistem
Ekskresi, paru-paru berfungsi untuk mengeluarkan KARBONDIOKSIDA (CO2) dan UAP AIR
(H2O).

Di dalam paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas oksigen dan karbondioksida.
Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah merah menangkap karbondioksida sebagai
hasil metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-paru.

Di paru-paru karbondioksida dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan dari paru-paru melalui
hidung. Kelainan-kelainan pada paru-paru, diantaranya adalah: Asma atau sesak nafas,
yaitu kelainan yang disebabkan oleh penyumbatan saluran
pernafasan.

1. Metabolisme darah selama penyimpanan


Pada darah yang disimpan di luar tubuh (dalam botol/kantong plastik), dimana
kondisinya sangat berbeda dengan kondisi dalam tubuh, dan keseimbangan alamiah tidak
ada, maka tentunya akan terjadi perubahan-perubahan dalam berbagai hal, termasuk
perubahan-perubahan dalam metabolisme darah tersebut.
Adapun perubahan-perubahan yang terjadi selama penyimpanan invitro tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Daya hidup sel darah merah
1) Daya hidup sel darah merah
Pada waktu penyadapan dalam botol 1 – 5 % sel darah merah rusak.
Setelah darah disimpan 2 minggu dalam ACD, walaupunhampir semua sel darah mudah
hidup normal setelah ditransfusikan, kira-kira 10 % musnah dalam waktu 24 jam. Setelah
penyimpanan 4 minggu dalam ACD, daya hidup setelah transfusi menurun dan sebanyak
25% dari sel darah merah hancur dalam bekerja jam pertama setelah transfusi. Makin lama
darah disimpan makin banyak sel darah merah yang dihancurkan dan makin kecil jumlah sel
darah merah yang dapat bertahan hidup. % sel darah merah yang hidup 24 jam setelah
transfusi menjadi patokan perhitungan masa simpan darah dalam bentuk cair, minimal 70 %.
Bila sel darah merah yang hidup 24 jam setelah transfusi tidak baik untuk resipien.
Hilangnya daya hidup sel darah merah yang disimpan disebabkan minimal oleh 2 faktor :
 Kekakuan membran sel darah merah : yang invitro reversible dengan penambahan ATP
sebelum transfusi.
 Hilangnya lipid membran sel darah merah yang tidak dapat dielakkan pada penyimpanan
pada 40C.
Pengaruh anticoagulant :
 Heparin : kerusakan sel darah merah sangat cepat, setelah penyimpanan 6 – 10 hari daya
hidup posttransfusi tidak lebih dari 60% (Moelison & Joung 1942).
 Trisodium Sitrat : kerusakan yang cepat terjadi, setelah 1 minggu hanya 50 % sel darah
merah yang hidup dan setelah 2 minggu hampir tidak ada yang hidup (Ross et al, 1947).
 Penambahan dextrose : dapat memperbaiki daya hidup sel darah merah, karena dextrose
menurun. Hidrolis aster phosphor selama penyimpanan (Aylward et al, 1940) dan yang
merupakan sumber energi untuk sirtosa senyawa phosphate orang itu diphosphoglycorate dan
ATP.
2) Daya hidup trombosit
Pada waktu penyadapan yang terjadi kerusakan trombosit (terutama botol). Tergantung pada
suhu penyimpanan, lama simpan dan hidup trombosit berbeda-beda :
Bila disimpan pada 40 C :
 Daya hidup pendek
 Tapi daya hemostatik lebih baik.
 Dapat disimpan selama 72 jam.
Bila disimpan pada 18 – 200 C :
 Daya hidup lebih baik.
 Daya hemostatik kurang
 Bila disimpan dengan goyangan dan dalam kantong khusus dapat disimpan sekitar 5 hari.
3) Daya hidup lekosit
Bila disimpan pada 40 C, setelah 48 jam timbul perubahan bentuk yang besar dan setelah 72
jam kehilangan daya phagosytosis.

b. Penurunan Kadar ATP


1) Selama penyimpanan kadar ATP menurun dan ini berhubungan dengan perubahan-
perubahan pada sel darah merah (Haradin et al, 1969) yaitu :
2) Perubahan bentuk sel dari ceper (discs) menjadi lebih bulat (spheres).
3) Hilangnya lemak membran sel (25 % setelah penyimpanan 28 hari dalam ACD).
4) Menurunnya : critical haemolotyc volume (mungkin berhubungan dengan hilangnya lemak
membran).
5) Bertambah kakunya sel.

c. Penurunan 2,3 Diphosphoglcarata (DPG).


Kompleks/senyawa Hemoglobin – phosphat organik dalam sel darah merah memegang
peranan penting dalam melepaskan O2 (Chanutin & Curnish 1967, Benesch & Benesch
1967).
Dalam sel darah merah manusia DPG sel darah merah hampir equimolar dengan
Hemoglobin. DPG dalam konsentrasi yang biasa terdapat dalam sel darah merah,
menurunkan afinitas (daya ikat) Hemoglobin terhadap oksigen.
Satu molekul DPG berikatan dengan 1 molekul deoxy – Hemoglobin membentuk kompleks
yang sangat resisten terhadap oksigenasi, DPG harus dilepaskan, agar O2 dapat diikat.
ATP yang mempunyai efek yang sama dengan DPG, tapi konsentrasi ATP 4-5 kali lebih
rendah. (Benesch – Benesch 1969). Valtis & Kennedy (1954) orang yang pertama yang
mendapatkan bahwa kurve disosiasi oksigen bergeser kekiri pada darah yang disimpan dalam
sitras, yang berarti darah tersebut setelah ditransfusikan setidaknya untuk sementara tidak
sanggup melepaskan oksigen kejaringan sebanyak pelepasan O2 dalam darah normal.
Perubahan maksimal terjadi setelah penyimpanan 1 minggu dalam ACD. (Gullbring & Strom
1956).
Kesimpulan (Akerblem 1968), perubahan kurve disosiasi O2 dalam darah yang disimpan
disebabkan oleh menurunnya DPG dan daya mengikat O2 darah simpan dapat kembali
normal dengan mengikubasi sel darah merah dengan inosine.
Apakah kadar 2,3 DPG penting dalam klinik ?
Darah dengan 2,3 DPG rendah, dimana meningkatnya finites terhadap O2 (sel darah merah
yang ditransfusikan) yang disertai dengan penurunan kapasitas melepaskan O2 ke jaringan,
jelas tidak menguntungkan.
Bila darah yang telah disimpan lama, dimana kadar 2,3 DPG nya rendah ditransfusikan maka
penambahan O2 jaringan tidak ada walaupun Hemoglobin sudah naik, terutama dalam 6 jam
pertama setelah transfusi. Karena itu bila diperlukan resusitasi/oksigenasi cepat, penderita
harus diberi darah yang berumur kurang dari 5 hari.
Pemulihan 2,3 DPG
In vivo kadar 2,3 DPG reversible, kadar mulai meningkat mulai jam ke 6 post transfusi dan
akan maksimal setelah 36 jam.
Efek Pengocokan pada Darah Simpan
Bila selama disimpan, darah dikocok/goyang, kadar ATP akan lebih baik (Dern, 1970).
Pada darah dalam CPD + Adenina, menggoyang/mengocok darah 5 hari dalam seminggu,
menyebabkan kadar ATP, DPG dan glukosa lebih baik. Bila dibandingkan bagian atas &
bagian bawah darah yang disimpan, maka bagian bawah akan kurang baik keadaannya karena
sedikit plasma, sehingga asam laktat mungkin kedalam sel. (Wood & Bentler 1973).
Efek pendinginan terhadap kadar 2,3 DPG
Pendinginan cepat dibawah 150 C dapat mencegah hilangnya DPG dari sel darah merah.
Darah yang disadap - suhu 300 C – dalam 2 jam dalam kamar pendingin akan mencapai suhu
00 C (Prins & Loos, 1970).
Walaupun demikian pendinginan lambat yang tidak terlalu jelek, 6 jam pada suhu 21 – 240 C
kehilangan DPG 13 % (Avey et al, 1978).

d. Perubahan-perubahan Lain
1) Penurunan pH darah (pengasaman)
Disebabkan karena :
 Terbentuknya asam laktat karena berkurangnya glikolisis. Penurunan pH akan
mempengaruhi kerja enzym seperti hexokinase & phosphofructokinase, yang akan
menghambat glikolisis pada suhu 420 C, glikolisis 40 kali lebih rendah dibandingkan dengan
pada 370 C (0,05 mmol/l sel darah merah/jam pada 40C – 2 mmol/L sel darah merah/jam pada
370 C. (Strumia, 1954 dll).
 PH antikoagulan yang rendah (pH ACD = 5,0 – 5,1)
PH CPD = 5,6 – 5,8
PH darah = 7
2) Peningkatan Hemoglobin plasma
Disebabkan karena hemolisis sel darah merah.
3) Peningkatan K+ plasma
Masuknya Natrium dan air kedalam sel, (pertukaran ion intra – ekstra selular), menyebabkan
perubahan bentuk sel darah merah. Jangan memberikan darah yang berumur lebih dari 7 hari
untuk penderita penyakit ginjal (bila ginjal tidak dapat membuangnya).
4) Peningkatan amoniak
Darah lama jangan diberikan pada penderita penyakit hati karena hati tidak akan dapat
melakukan netralian.
5) Peningkatan asam laktat.
6) Penurunan kadar faktor pembekuan
Pada penyimpanan pada 40 C, faktor ini menyusut banyak dalam 6 jam pertama.
7) Perubahan-perubahan sel darah merah
 Perubahan bentuk menjadi lebih bulat karena masuknya air + Natrium.
 Hilangnya lipid membran.
 Meningkatnya kekakuan sel.
Refersibilitas (Pemulihan) Perubahan-perubahan Pada Darah yang Disimpan
Beberapa perubahan yang terjadi pada sel darah merah yang disimpan bisa pulih kembali,
baik in vitro maupun in vivo.
 Pemulihan phosfat organic
Bila darah dengan DPG rendah ditransfusikan, kadarnya akan pulih menjadi 25 % nilai
normal setelah 3 jam dan 50 % dalam 24 jam. (Valeri, Hirsch, 1969).
Baik DPG ataupun ATP dalam darah simpan dapat diperbaiki in vitro sebelum transfusi
dengan menginkubasinya dengan puring nukleosid.
 Pemulihan Elektrolit
 Darah ACD yang berumur 15 – 16 hari hampir mencapai kembali kadar Natrium normal
dalam 24 jam post transfusi.
 Sedangkan kadar Kalium belum kembali normal dalam waktu 6 hari. (Valeri & Hirsch 1969,
dengan tehnik differensial agglutination).

Daya Hidup (Viabilitas) Sel Darah Merah yang Disimpan


Daya hidup sel darah merah yang berasal dari berbagai donor Born et al (1966) membuktikan
adanya perbedaan daya hidup yang bermakna diantara sel darah merah yang diambil dari
donor yang berbeda. Dari seorang donor, ia mendapatkan daya hidup 24 jam post transfusi
(24 hour survival), ialah 91%, 87 % dan 79 %, sedangkan dari seorang donor lain 73 %, 70 %
dan 62%. C.A. Finch juga mendapatkan bahwa walaupun hampir semua darah donor normal
yang telah disimpan 3 minggu dalam ACD mempunyai daya hidup 24 jam post transfusi 70 –
85 %, ada juga yang hanya 60 – 65 %.
Perbedaan Antara Sel Darah Muda & Sel Darah Yang Sudah Purna (Matang)
100 % darah yang disimpan dalam periode pendek (kurang dari 2 minggu) akan mengalami
penghancuran dalam 24 jam, sisanya mempunyai daya hidup yang normal dengan
penghancuran 1 % per hari. Sedangkan sel darah merah yang telah disimpan selama 28 hari,
dalam 24 jam 25 % akan rusak dan keluar dari sirkulasi, sedangkan sisanya akan mengalami
kerusakan lebih dari 1 % per hari. Ini diduga karena setelah penyimpanan jangka panjang sel
darah merah yang muda akan lebih cepat rusak dari pada sel darah merrah yang telah
sempurna pembentukannya

Hubungan Antara Perubahan Invitro dan Daya Hidup Post Transfusi


Beberapa perubahan invitro sangat berpengaruh terhadap daya hidup sel darah merah post
transfusi.
Perubahan yang paling penting ialah perubahan bentuk sel darah merah.
Contoh : 100 % sel darah merah segar dapat melalui pipet berukuran 2,85m (kira-kira sama
dengan diameter pembuluh-pembuluh darah yang kecil-kecil - mikrosirkulasi – dilimpa) :
sedangkan darah yang telah disimpan 3 minggu dalam ACD hanya 80 % yang dapat
melewatinya. Seperti telah diketahui, yang berperan penting dalam mempertahankan bentuk
sel darah merah ialah ATP. Dalam minggu-minggu pertama penyimpanan, kadar ATP sel
sangat berhubungan erat dengan daya hidup sel dan penambahan/pemulihan ATP akan
meningkatkan daya hidup post transfusi. Akan tetapi setelah penyimpanan 7 – 8 minggu,
walaupun sel darah merah diinkubasi dalam larutan adenin sehingga kadar ATP meningkat,
namun daya hidup sel tidaklah bertambah. Terbukti bahwa ada faktor lain selain ATP yang
juga berperan penting dalam menentukan daya hidup sel darah merah, mungkin yang paling
penting ialah hilangnya lipid dari membran sel.

Usaha Meningkatkan Kadar enzym 2,3 DPG


1. Meningkatkan pH, yaitu dengan mengganti media ACD yang lebih asam (pH = 5 – 5,1)
dengan CPD (pH = 5,6 – 5,8).
2. Menambah bahan kimia, seperti adenin.
3. Menyimpan darah dalam bentuk beku.
4. Memberikan cairan yang memudahkan kembali sel darah merah (rejuvenile solution),
misalnya :
 Lovric Coctail.
 Pipa Solution dll.
D. Fungsi Umum Dar

Fungsi umum darah

4.4 FUNGSI UMUM DARAH


Pada serangga, darah (atau lebih dikenal sebagai hemolimfe tidak terlibat dalam peredaran
oksigen. Oksigen pada serangga diedarkan melalui sistem trakea berupa saluran-saluran
yang menyalurkan udara secara langsung ke jaringan tubuh. Darah serangga mengangkut
zat ke jaringan tubuh dan menyingkirkan bahan sisa metabolisme.

Pada hewan lain, fungsi utama darah ialah mengangkut oksigen dari paru-paru atau insang
ke jaringan tubuh. Dalam darah terkandung hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat
oksigen. Pada sebagian hewan tak bertulang belakang atau invertebrata yang berukuran
kecil, oksigen langsung meresap ke dalam plasma darah karena protein pembawa
oksigennya terlarut secara bebas. Hemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen
paling efektif dan terdapat pada hewan-hewan bertulang belakang atau vertebrata.
Hemosianin, yang berwarna biru, mengandung tembaga, dan digunakan oleh hewan
crustaceae. Cumi-cumi menggunakan vanadium kromagen (berwarna hijau muda, biru, atau
kuning oranye).

Pada manusia berfungsi untuk mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh
tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga
diedarkan melalui darah.

Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah
tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin,
protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang
merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.
Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam
pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-
paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen
melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis.
Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah
membawa oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh
kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior
dan vena cava inferior.

Darah juga mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing
ke hati untuk diuraikan dan dibawa ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni.

Fungsi utama dari sel-sel darah merah, yang juga dikenal sebagai eritrosit,
adalah mengangkut hemoglobin, dan seterusnya mengangkut oksigen dari paru-paru
ke jaringan. Selain mengangkut hemoglobin, sel-sel darah merah juga mempunyai
fungsi lain. Contohnya, ia mengandung banyak sekali karbonik anhidrase, yang
mengkatalisis reaksi antara karbon dioksida dan air, sehingga meningkatkan
kecepatan reaksi bolak-balik ini beberapa ribu kali lipat. Cepatnya reaksi ini
membuat air dalam darah bereaksi dengan banyak sekali karbon dioksida, dan
dengan demikian mengangkutnya dari jaringan menuju paru-paru dalam bentuk ion
bikarbonakt (HCO3-). Hemoglobin yang terdapat sel dalam sel juga merupakan
dapar asam-basa (seperti juga pada kebanyakan protein), sehingga sel darah merah
bertanggung jawab untuk sebagian besar daya pendaparan seluruh darah.
Sel darah merah normal, berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter kirakira
7,8 mikrometer dan dengan ketebalan pada bagian yang paling tebal 2,5
mikrometer dan pada bagian tengah 1 mikrometer atau kurang. Volume rata-rata sel
darah merah adalah 90 sampai 95 mikrometer kubik. Bentuk sel darah merah dapat
berubah-ubah ketika sel berjalan melewati kapiler. Sesungguhnya, sel darah merah
merupakan suatu “kantung” yang dapat diubah menjadi berbagai bentuk.
Selanjutnya, karena sel normal mempunyai membran yang sangat kuat untuk
menampung banyak bahan material di dalamnya, maka perubahan bentuk tadi tidak
akan meregangkan membran secara hebat, dan sebagai akibatnya, tidak akan
memecahkan sel, seperti yang akan terjadi pada sel lainnya.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa fungsi terpenting sel darah
merah adalah transpor O2 dan CO2 antara paru-paru dan jaringan. Suatu protein
eritrosit, yaitu hemoglobin, memainkan peranan penting pada kedua proses tersebut.
Sehingga pada makalah ini penulis akan membahas metabolisme eritrosit dan juga
unsure-unsur lain yang berkaitan erat dengan proses metabolisme tersebut .

1. Fungsi Darah dan Sel Darah


Fungsi darah dan sel darah adalah sebagai berikut:
a. Bekerja sebagai sistem transport dari tubuh, mengantarkan bahan kimia, oksigen dan zat
makanan yang diperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat dijalankan, dan
menyingkirkan karbon dioksida dan hasil buangan yang lain.
b. Sel darah merah mengantarkan oksigen ke jaringan dan menyingkirkan sebagian dari karbon
dioksida.
c. Sel darah putih menyediakan banyak bahan pelindung dan karena berakan fagisitosis dari
beberapa sel maka melindungi tubuh terhadap serangan bakteri.
d. Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan: menyegarkan cairan
jaringan karena melalui cairan ini semua sel tubuh menerima makanannya. Merupakan
kendaraan untuk mengangkut bahan buangan ke berbagai organ exkretorik untuk di buang.
e. Hormon dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan perantaraan darah.
Semua jaringan mempunyai persediaan darah yang memadai, yang tergantung pada tekanan
darah arteri normal yang dipertahankan. Dalam keadaan duduk atau berdiri, darah yang
menuju ke otak harus dipompa ke atas, namun dalam keadaan rebahan tekanan darah adalah
normal. Bila otak tidak menerima darah selama lebih dari 3 sampai 4 menit, maka akan
terjadi perubahan-perubahan yang tidak dapat pulih kembali dan beberapa sel otak akan mati.

2. Sifat Fisik dan Komposisi Darah


a. Sifat Fisik Darah
Darah lebih berat dari air. Berat jenis darah 1,058. pH darah 7,35 – 7,45. Darah lebih kental
dari air dengan viskositas (kekentalan) 4,5 – 5,5 (viskositas air = 1). Temperatur darah ±
38oC. Darah berbau anyir dan sedikit terasa asin dengan konsentrasi NaCl 0,85 – 0,9%.
b. Komposisi Darah
Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah,
angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah merah yang dipadatkan
yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang
membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah.
Korpuskula darah terdiri dari:
 Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%)
Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari
segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah
juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita
penyakit anemia.
 Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%)
Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah.
 Sel darah putih atau leukosit (0,2%)
Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imum tubuh dan bertugas untuk memusnahkan
benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri.
Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Orang yang kelebihan
leukosit menderita penyakit leukopenia.
Susunan darah, serum darah atau plasma terdiri atas:
 Air (91,0%)
 Protein (8,0%)
Albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen.
 Mineral (0.9%)
Natrium, klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor, magnesium dan zat besi,
dan lain-lain.
Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung:
 Albumin
 Bahan pembeku darah
 Immunoglobin (antibodi)
 Hormon
 Berbagai jenis protein
 Berbagai jenis garam

E. Fungsi Getah Bening


1. Definisi dan Fungsi Getah Bening
Selama darah beredar dalam kapiler, ada cairan darah yang merembus keluar dari
kapiler darah. Cairan tersebut mengisi ruang antarsel. Cairan ini disebut cairan ekstrasel atau
cairan jaringan. Cairan jaringan ini kemudian masuk ke dalam pembuluh limfa di sebut cairan
limfa atau getah bening. Kelenjar getah bening adalah sebuah jaringan berbentuk oval di
dalam tubuh yang bertindak sebagai penghasil dan penyaring cairan yang disebut sebagai
getah bening (limfosit).
Getah bening ini berfungsi dalam pengeluaran sel-sel mati, dan yang paling utama adalah
sebagai alat pertahanan terhadap infeksi atau mematikan kuman penyakit yang masuk ke
dalam tubuh.
2. Asal Getah Bening
Limfa berasal dari plasma darah yang keluar dari sistem kardiovaskuler ke dalam
jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian dikumpulkan oleh sistem limfa melalui proses ke
dalam kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi.
3. Komposisi Getah Bening
Cairan limfa atau getah bening memiliki komposisi yang sama dengan plasma darah
tapi dengan kadar protein yang lebih kecil dan mengandung sejumlah besar limfosit yang
mengalir disepanjang pembuluh untuk masuk ke dalam pembuluh darah.

Pembentukan sel darah in utero

4.2 Pembentukan sel – sel darah in utero,


bayi dan anak
Eritrosit (sel darah merah) dihasilkan pertama kali di dalam kantong kuning telah saat
embrio pada minggu-minggu pertama. Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoisis.
Setelah beberapa bulan kemudian, eritrosit terbentuk di dalam hati, limfa, dan kelenjar
sumsum tulang. Produksi eritrosit ini dirangsang oleh hormon eritropoietin. Setelah
dewasa eritrosit dibentuk di sumsum tulang membranosa. Semakin bertambah usia
seseorang, maka produktivitas sumsum tulang semakin turun.

Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang myeloid yang terdapat di
sumsum tulang. Sel ini akan membentuk berbagai jenis leukosit, eritrosit, megakariosit
(pembentuk keping darah). Rata-rata umur sel darah merah kurang lebih 120 hari. Sel-
sel darah merah menjadi rusak dan dihancurkan dalam sistem retikulum endotelium
terutama dalam limfa dan hati.
Globin dan hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein
dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk
dibuang dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah
menjadi bilirubin (warna kuning empedu) dan biliverdin, yaitu yang berwarna kehijau-
hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka
memar.

Sirkulasi darah janin dalam rahim tidak sama dengan sirkulasi darah pada bayi dan anak.
Dalam rahim, paru-paru tidak berfungsi sebagai alat pernafasan, pertukaran gas dilakukan
oleh plasenta. Pembentukan pembuluh darah dan sel darah dimulai minggu ke tiga dan
bertujuan menyuplai embrio dengan oksigen dan nutrien dari ibu.
Darah mengalir dari plasenta ke janin melalui vena umbilikalis yang terdapat dalam tali
pusat. Jumlah darah yang mengalir melalui tali pusat sekitar 125 ml/kg/Bb per menit atau
sekitar 500 ml per menit.

Melalui vena umbilikalis dan duktus venosus, darah mengalir ke dalam vena cafa inferior,
bercampur darah yang kembali dari bagian bawah tubuh, masuk atrium kanan di mana
aliran darah dari vena cafa inferior lewat melalui foramen ovale ke atrium kiri, kemudian ke
ventrikel kiri melalui arkus aorta, darah dialirkan ke seluruh tubuh.
Darah yang mengandung karbondioksida dari tubuh bagian atas, memasuki ventrikel kanan
melalui vena cafa superior. Kemudian melalui arteri pulmonalis besar meninggalkan
ventrikel kanan menuju aorta melewati duktus arteriosus. Darah ini kembali ke plasenta
melaui aorta, arteri iliaka interna dan arteri umbilikalis untuk mengadakan pertukaran gas
selanjutnya.

Foramen ovale dan duktus arteriosus berfungsi sebagai saluran/jalan pintas yang
memungkinkan sebagian besar dari cardiac output yang sudah terkombinasi kembali ke
plasenta tanpa melalui paru-paru.

You might also like