You are on page 1of 23

LO G I N SIGN UP

Log In

Sign Up

more 

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ISPA new

UPLOADED BY
Dharma Toti
 

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN ISPA PADA ANAK

Disusun oleh :

1. 
2. 
3. 
4. 
5. 
6. 
7. 

PROGRAM S1 - STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES ‘AISYIYAH YOGYAKARTA  

2013/2014

BAB I 
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang 
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di negara berkembang masih merupakan
masalah kesehatan yang menonjol, terutama pada anak. Penyakit ini pada anak merupakan
 penyebab kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi. Angka kematian
ISPA di negara maju berkisar antara 10 -15 %, sedangkan di negara berkembang lebih besar
lagi. Di Indonesia angka kematian ISPA diperkirakan mencapai 20 %.

ISPA mempunyai manifestasi klinik bermacam-macam tergantung pada beberapa hal


yaitu usia pasien, bagian saluran nafas mana yang terserang, ada atau tidaknya kelainan paru
yang mendasarinya, penyakit lain yang menyertai, mikroorganisme yang menjadi
 penyebabnya, rute infeksinya (di komunitas / rumah sakit), daya tahan tubuh pasien yang
terkena. Dengan adanya keanekaragaman manifestasi penyakitnya menimbulkan masalah
terhadap pengenalan (diagnostik) dan pengelolaan penyakit tersebut.

B. Tujuan 
1.  Mengetahui pengertian dan jenis-jenis Gangguan Sistem Pernapasan ISPA pada Anak
atau Bayi
2.  Mengetahui tanda dan gejala Anak atau Bayi dengan Gangguan Sistem Pernapasan
ISPA
3.  Mengetahui etiologi dan patofisiologi Anak atau Bayi dengan Gangguan Sistem
Pernapasan ISPA
4.  Mengetahui penatalaksanaan Anak atau Bayi dengan Gangguan Sistem Pernapasan
ISPA
5.  Mengetahui cara pemeriksaan fisik Anak atau Bayi dengan Gangguan Sistem
Pernapasan ISPA
6.  Mengetahui pemeriksaan tambahan dan penunjang pada Anak atau Bayi dengan
Gangguan Sistem Pernapasan ISPA

BAB II 

PEMBAHASAN  

A.  PENGERTIAN 
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung,
 pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas
dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel
& Ian Roberts; 1990; 450). 
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas
dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).
Infeksi saluran pernafasan akut adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan
(hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi
 jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pasa saat melakukan pernafasan.(
Pincus Catzel & Ian Roberts ).

ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan
oleh infeksi jasad renik bakteri, virus maupun riketsia, tanpa / disertai radang parenkim paru.
(Mohamad, 35)

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk
 pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Infeksi pernapasan jarang
memilki ciri area anatomik tersendiri. Infesi sering menyebar dari satu struktur ke struktur
lainya karena sifat menular dari membran mukosa yang melapisi seluruh saluran. Akibatnya,
infeksi saluran pernapasan akan melibatkan bebrapa area tidak hanya satu struktur, meskipun
efek pada satu individu dapat mendominasi penyakt lain.

B.  JENIS-JENIS ISPA


Menurut Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA, penyakit ISPA dibagi menjadi
dua golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia.
Untuk kelompok umur kurang dari 2 bulan klasifikasi dibagi atas :

Pneumonia berat  Bukan Pneumonia 

   Adanya tarikan dinding dada    Tidak ada nafas cepat (nafas kurang dari
kedalam (chest indrawing). 60 x/menit
   Adanya napas cepat lebih dari   Tidak ada tarikan dinding dada/bagian
60x/menit.  bawah ke dalam yang kuat

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
1.  Pneumonia berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam
keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
2.  Pneumonia
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah
50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau
lebih.
3.  Bukan pneumonia
Batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah
dan tidak ada napas cepat
Klasifikasi penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas menurut (Wong. 2008 : 935)
digolongkan menjadi 3 yaitu:

A.  Nasofaringitis

Pengertian : keadaan infeksi anak yang paling lazim, tetapi kemaknanya terutama tergantung
 pada frekuensi relatife dari komplikasi yang terjadi. Nasofaringitis akut ( sama dengan flu
 pada umunya). Gejal nasofaringitis lebih berat ada bayi dan akan dibandingkan orang
dewasa. Demam merupakan gejala yang paling banyak terjadi, terutama pada anak-anak
kecil. Demam pada ank-anak yang sudah lebih besar biasnya lebih rendah, yang terjadi
awlnya proses infeksi.

Etiologi : nasofaringitis disebabkan oleh ≥ 200 agen virus yang berbeda secara serologis
diantaranya :

1.  Rhinovirus merupakan agen utama yang menyebabkan lebih dari sepertiga dari semua
kasus demam.
2.  Karonavirus menyebabkan sekitar 10%. Masa infeksitivitas berakhir dari beberapa
 jam sebelum munculnya gejala dari 1-2 hari sesudah penyakit nampak.
3.  Streptococcus grup A adalah bakteri utama yang menyebabkan nasofaringitis akut,
4.  Corynebacterium dipheriae, mycoplasma pneumoniane, neisseria meningitides, dan
 N.gonnorrea juga merupakan agen infeksi primer.

5.  Hemophilus influenzae, strepcococcus pneumoniae, moraxell catarrhalis, dan


staphylococcus aureus dapat menimbulkan infeksi sekunder pada jaringan saluran
 pernafasan dan menyebabkan komplikasi pada sinus, telinga, mastoid, limfonodus dan
 paru-paru.
Manifestasi Klinis:

ANAK LEBIH KECIL ANAK LEBIH BESAR

  Demam   Hidung dan tengggorokan kering


  Iriitabilitas, gelisah   Iritas
  Bersi-bersin   Bersin-bersin
  Muntah dan/atau diare   Rasa pedas
   Nyeri otot
  Batuk, kadang-kadang
Tanda –  tanda fisiknya
Edema dan vasodilatasi mukosa

Komplikasi :

1.  Otitis media


2.  Mastoiditis
3.  Selulitis
4.  Peritonsiler
5.  Sinusitis

Pengobatan :

1.  Tirah baring


2.  Ibu profen, dapat membantu dalam mengurangi irritabilitas, nyeri, dan malaise
selama hari pertama dan hari kedua infeksi.
3.  Antipiretik, dapat membantu menurukan demam

 
B.  Faringitis

Faringitis Akut

Faringitis akut menunjuk pada keadaan dimana keterlibatan utama adalah pada tenggorokan.
Penyakit ini tidak lazim ada pada anak dibawah umur 1 tahun. Insidensinya kemudian naik
sampai puncaknya pada 4-7 tahun tetapi berlanjut sampai akhir masa kanak-kanak dan
kehidupan dewasa.

Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri, yang
ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran
limfonodi leher dan malaise.(Vincent,2004)

Etiologi

1.  Virus
2.  Bakteri

  Streptococus-hemolitikus grup A adalah satu-satunya agen penyebab infeksi
 bakteri yang lazim, kecuali selama epidemi
  Mikoplasma
  Arcanobacterium hemolyticum

Manifestasi klinis

1.  Anak yang lebih kecil: demam, malaise umum, anoreksia, sakit tenggorokan
sedang, sakit kepala
2.  Anak yang lebih besar: demam, sakit kepala, anoreksia, disfagia, nyeri abdomen,
muntah

C.  Tonsilitis

Tonsilitis merupakan infeksi atau peradangan pada tonsil. Dimana tonsil berfungsi
mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman
masuk melalui mulut, hidung dan tenggorokan, oleh karena itu, tidak jarang tonsil
mengalami paradangan.( Ilmu kesehatan Anak, nelson 2002).

Etiologi

Tonsilitis disebabkan oleh :

1.  Bakteri Streptococcus beta hemolyticus.


2.  Streptococcus Viridans
3.  Streptococcus Pyrogen
4.  Corybacterium diphteria
5.  Virus Coksakei

Manifestrasi Klinis

1.  Demam
2.  Penurunan nafsu makan
3.   Nyeri abdomen
4.   Nyeri tenggorokan
5.  Muntah
6.  Terlihat eksudat putih pada tonsil

1.  Tanda dan gejala ISPA  


1.  Batuk
2.   Nafas cepat
3.  Bersin
4.  Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
5.   Nyeri kepala
6.  Demam ringan
7.  Tidak enak badan
8.  Hidung tersumbat
9.  Kadang-kadang sakit saat menelan

  Tanda-tanda bahaya klinis ISPA 


1.  Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding
thorak, napas cuping hidung, suara napas lemah atau hilang, dan wheezing.
2.  Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan
cardiac arrest.
3.  Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
kejang dan coma.
4.  Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak

2.  Etiologi

Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya
antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan
korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus,
koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus.
Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri
stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan
menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang
kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan
 juga menimbulkan risiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada
anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi
lingkungan.

3.  Manifestasi Klinik  


Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan,
 batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan
meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah
dan insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya
 penyulit.
4.  Patofisiologi 

Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :


1.  Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-
apa.
2.  Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3.  Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam
dan batuk.
4.  Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,sembuh
dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.

Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk
mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan
saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat
tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel
mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah
rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan
lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam
 pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau
lebih). Makrofag banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi
infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedangkan
alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini. Antibodi setempat yang ada di saluran nafas
ialah Ig A. Antibodi ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan
memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita yang
rentan (imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang
mendapat terapi sitostatika atau radiasi.Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan
hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.

5.  Penatalaksanaan  
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar
merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena
 pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada
 pengobatan penyakit ISPA) .

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan


 penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus
 batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi
 penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman
sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.

  Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :


  Pencegahan dapat dilakukan dengan :
1.  Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
2.  Immunisasi.
3.  Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
4.  Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
  Prinsip perawatan ISPA antara lain :
1.  Meningkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
2.  Meningkatkan makanan bergizi
3.  Bila demam beri kompres dan banyak minum
4.  Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu
tangan yang bersih
5.  Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat.
6.  Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masih menetek
  Pengobatan antara lain :
1.  Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat,
 pemberian multivitamin dll.
2.  Antibiotik :
- Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
- Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
- Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin,
Ampisillin, Penisillin Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin,
klorampenikol, kloksasilin, gentamisin.
- Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.

6.  Pemeriksaan Diagnostik  

Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium
terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan virus, serologis,
diagnostik virus secara langsung. Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan
dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.

Proses Asuhan Keperawatan 


I.  Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan ISPA :
a.  Riwayat : demam, batuk, pilek, anoreksia, badan lemah/tidak bergairah, riwayat
 penyakit pernapasan, pengobatan yang dilakukan dirumah dan penyakit yang
menyertai.
b.  Tanda fisik : demam, dyspneu, tachipneu, menggunakan otot pernafasan
tambahan, sakit menelan.
c.  Faktor perkembangan : tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-hari, mekanisme
koping, kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
d.  Pengetahuan pasien/keluarga : pengalaman terkena penyakit pernafasan,
 pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan.

II.  Diagnosa Keperawatan


1.  Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi
2.  Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia
3.   Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil
4. Risiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan sekunder (adanya
infeksi penekanan imun)

1) Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi  


Tujuan : suhu tubuh normal berkisar antara 36 –  37,5 °C
Intervensi:  
a. Observasi tanda-tanda vital
 b. Anjurkan klien/keluarga untuk kompres pada kepala/aksila
c. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan dapat menyerap SA
  keringat seperti pakaian dari bahan katun.
d. Atur sirkulasi udara
e. Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 –  2500 ml/hari

  f. Anjurkan klien istirahat di tempat tidur selama fase febris penyakit.


g. Kolaborasi dengan dokter:
- Dalam pemberian terapi, obat antimikrobial
- Antipiretika
Rasionalisasi: 
a. Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan
selanjutnya
 b. Dengan memberikan kompres, maka akan terjadi proses konduksi/perpindahan A
   panas dengan bahan perantara.
c. Proses hilanganya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak Aakan
menyerap keringat.
d. Penyediaan udara bersih
e. Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat
f. Tirah baring untuk mengurangi metabolisme dan panas
g. Untuk mengontrol infeksi pernafasan dan menurunkan panas

2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia  


Tujuan: 
- Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah pada BB normal.
- Klien dapat menoleransi diet yang dianjurkan
- Tidak menunjukkan tanda malnutrisi
Intervensi:  
a. Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari.
 b. Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat.
c. Tingkatkan tirah baring
d. Kolaborasi: konsultasi ke ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan
Rasionalisasi: 
a. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan BB dan AA
evaluasi keadekuatan rencana nutrisi
 b. Untuk menjamin nutrisi adekuat/meningkatkan kalori total
c. Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi rileks dan menyenangkan.
d U k ik b h b li
d. Untuk mengurangi kebutuhan metabolic

e. Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan
individu untuk memberikan nutrisi maksimal.

3) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil  
Tujuan: nyeri berkurang/terkontrol
Intervensi:  
a.  Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0  –   10 ), faktor yang
memperburuk atau meredakan nyeri, lokasi, lama, dan karakteristiknya.
 b.  Anjurkan klien untuk menghindari alergen/iritan terhadap debu, bahan kimia, asap
rokkok, dan mengistirahatkan/meminimalkan bicara bila suara serak.
c.  Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat.
d.  Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, dan inhalasi, & analgesik)

Rasionalisasi:
a.  Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal
yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi
keefektifan dari terapi yang diberikan.
 b.  Mengurangi bertambah beratnya penyakit.
c.  Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan.
d.  Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi/menghambat pengeluaran
histamin dalam inflamasi pernafasan. Analgesik untuk mengurangi nyeri.

4) Risiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan sekunder (adanya
infeksi penekanan imun) 
Tujuan: tidak terjadi penularan, tidak terjadi komplikasi
Intervensi:  
a.  Batasi pengunjung sesuai indikasi.
 b.  Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktivitas.
c.  Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin.
d.  Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak dibawah usia 2 tahun, lansia, dan
 penderita penyakit kronis. Konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau anti oksidan
 jika kondisi tubuh menurun/asupan makanan berkurang.

e.  Kolaborasi pemberian obat sesuai hasil kultur

Rasionalisasi: 
a.  Menurunkan potensi terpajan pada penyakit infeksius
 b.  Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan O ₂  dan memperbaiki pertahanan
klien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.
c.  Mencegah penyebaran patogen melalui cairan
d.  Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap
infeksi.
e.  Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan
sensitifitas atau diberikan secara profilaktik karena risiko tinggi
 

BAB III 

PENUTUP 

A. KESIMPULAN 

Seperti yang diuraikan diatas bahwa ISPA mempunyai variasi klinis bermacam-macam,
maka timbul persoalan pada pengenalan (diagnostik) dan pengelolaannya. Sampai saat ini
 belum ada obat khusus antivirus. Idealnya pengobatan bagi ISPA bakterial adalah pengobatan
secara rasional. Pengobatan yang rasional adalah apabila pasien mendapatkan antimikroba
yang tepat sesuai dengan kuma penyebab. Untuk dapat melakukan hal ini , kuman penyebab
ISPA dideteksi terlebih dahulu dengan mengambil material pemeriksaan yang tepat,
kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiologik , baru setelah itu diberikan antimikroba yang
sesuai.
Kesulitan menentukan pengobatan secara rasional antara lain kesulitan memperoleh
material pemeriksaan yang tepat, sering kali mikroorganisme itu baru diketahui dalam waktu
yang lama., kuman yang ditemukan adalah kuman komensal, tidak ditemukan kuman
 penyebab.

Melihat berbagai alasan yang telah diuraikan diatas maka sebaiknya pendekatan yang
digunakan adalah pengobatan secara empirik lebih dahulu, setelah diketahui kuman penyebab
 beserta antimikroba yang sesuai, terapi selanjutnya disesuaikan.

B. SARAN 

1.  Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca
2.  makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat dalam
membuat asuhan keperawatan

DAFTAR PUSTAKA 

1.  DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit
 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
2.  Lokakarya Dan Rakernas  Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut.
1992
3.  Doenges, Marlyn E . Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien
4.  Alih bahasa I Made Kariasa. Ed 3. Jakarta: EGC.1999
5.  Suriadi,Yuliani R,2001, Asuhan Keperawatan pada Anak ,CV sagung Seto,Jakarta
6.  Gordon,et.al,2001,  Nursing Diagnoses : definition & Classification 2001-2002,
Philadelpia,USA
7.   Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan
 Anak) PSIK FK UGM tidak dipublikasikan.
Find new research papers in:

Physics

Chemistry

Biology

Health Sciences

Ecology

Earth Sciences

Cognitive Science

Mathematics

Computer Science
 GET FILE

You might also like