Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pengampu
Disusun Oleh :
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kertas kerja merupakan suatu dasar dalam penerapan standar
auditing terutama dalam hal pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
Pentingnya konsep materialitas yakni sebagai pertimbangan seorang
auditor dalam menjalankan tugasnya. Konsep materialitas mengharuskan
seorang auditor dalam mempertimbangkan keadaan, baik yang berkaitan
dengan entitas dan kebutuhan informasi pihak yang akan meletakan
kepercayaannya selain itu materialitas juga dapat digunakan dalam
mengevaluasi temuan audit.Oleh karena itu pentingnya Materialitas dalam
audit dan mengidentifikasi risiko audit untuk memeperlancar tugas
seorang auditor serta sebagai bahan pertimbangannya .
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep materialitas pada proses audit?
2. Bagaimana menggunakan materialitas untuk mengevaluasi temuan
audit?
3. Bagaimana prosedur penilaian risiko audit?
4. Bagaimana hubungan antara materialitas, risiko, dan bukti audit?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui konsep materialitas pada proses audit
2. Dapat mengetahui cara menggunakan materialitas untuk mengevaluasi
temuan audit
3. Dapat mengetahui prosedur penilaian risiko audit
4. Dapat mengetahui hubungan antara materialitas, risiko , dan bukti
audit
D. Manfaat
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Jusup, Al Haryono ( 2001) menyimpulkan “ Materialitas adalah besarnya
suatu penghilangan atau salah saji informasi akuntansi yang dipandang dari
keadaan-keadaan yang melingkupinya, memungkinkan pertimbangan yang
dilakukan oleh orang yang mengandalkan pada informasi menjadi berubah
atau dipengaruhi oleh penghilangan atau salah saji tersebut”. PSA 25 (SA 312)
mengharuskan auditor untuk memutuskan jumlah gabungan salah saji dalam
laporan keuangan yang akan mereka anggap material diawal pengauditan
bersamaan dengan ketika mereka mengembangkan strategi audit secara
keseluruhan. Mengacu pada hal tersebut sebagai pertimbangan materialitas
awal.Dinamakan pertimbangan materialitas awal, karena meskipun merupakan
opini profesional, penilaian tersebut dapat berubah selama kontrak kerja.
Yudha (2012) mendefinisikan risiko audit adalah “kesalahan auditor dalam
memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan yang
salah saji secara material.” Ketika para auditor melakukan prosedur audit
untuk setiap bagianpengauditan, mereka menyimpan kertas kerja dari semua
salah saji yang ditemukan. Salah saji dalam suatu akun dapat berbentuk satu
dari dua jenis, yaitu salahsajiyang diketahui, dan salah saji yang mungkin.
Salah saji yang diketahui adalahsalah saji dimana auditor dapat menentukan
jumlah salah saji dalam akun tersebut.Terdapat dua jenis salah saji yang
mungkin. Pertama, salah saji yang munculkarena adanya perbedaan antara
penilaian manajemen dan penilaian auditormengenai estimasi saldo akun.
Kedua adalah proyeksi salah saji berdasarkanpengujian auditor atas sampel
yang diambil dari populasi.
B. Pembahasan dari Rumusan Masalah
1. Konsep Materialitas Pada Proses Audit
Konsep materialitas sangat penting dalam pelaksanaan audit atas
laporan keuangan. Dalam laporan audit atas laporan keuangan, auditor
tidak dapat memberikan jaminan (guarantee) bagi klien atau pemakai
laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan audit adalah akurat.
Hal ini karena akan memerlukan waktu dan biaya yang jauh melebihi
manfaat yang dihasilkan. Karena itu, dalam audit atas laporan keuangan,
auditor memberikan keyakinan berikut ini :
a. Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta
pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan
dikompilasi.
b. Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup
sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan
keuangan auditan.
c. Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal
terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan
disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena
kekeliruan dan kecurangan.
Ada dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor:
a. Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat
diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak
terpengaruh oleh salah saji tersebut.
b. Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk
mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi
salah saji material.
PENUTUP
A. Simpulan
Materialitas dibagi menjadi dua golongan yaitu materialitas pada tingkat
laporan keuangan dan materialitas pada tingkat saldo akun. Sedangkan Risiko
audit juga digolongkan menjadi tiga unsur (1) risiko bawaan, yakni kerentanan
suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material,
dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur struktur
pengendalian intern yang terkait, (2) risiko pengendalian, yakni risiko
terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau
dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas dan (3)
risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mandeteksi salah
saji material yang terdapat dalam suatu asersi.
Adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit dan bukti audit,
auditor dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi
individual atau kelompok asersi.
B. Saran
Dalam makalah ini penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua dan semoga bisa menambah wawasan pembaca. Di sini
penulis juga minta maaf kepada pembaca jika ada kesalahan dan kekurangan
dalam penulisan makalah ini atau ada persepsi yang berbeda dari pembaca,
kami harap untuk dapat dimaklumi. Selain itu kami juga mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca agar kami sebagai penulis bisa
memperbaikinya untuk masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Yudha.2012..Risiko
Audit.https://hanggaryudha.wordpress.com/2012/11/06/risiko-audit/.
(Diakses tanggal 2 November 2012 )