You are on page 1of 2

Contoh kasus asih untuk anak ABK

Iseng-iseng nonton tv, ada acara Wideshot di Metro TV.

Tema: Pola Asah,asih asuh Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)


Narsum:
1. Pak Sudibyo Alimoeso (Deputi Bidang KSPK BKKBN)
2. Ibu Dewi Yull (penyanyi dan orangtua dr 2 orang ABK dg gangguan pendengaran (deaf/tuli)).

Tayangan ini sepertinya sih memang kerja sama pemerintah dengan stasiun TV nasional ya,
karena nggak hanya di Metro TV aja. Tapi tetap ada ilmu yang bisa diambil.

Pertama-tama, sesuai dengan tugas BKKBN tentang keluarga berencana di Indonesia, di sini lagi-
lagi disebutkan fungsi dari keluarga menurut BKKBN.

8 fungsi keluarga menurut BKKBN:


1. Fungsi Agama
2. Fungsi Sosial Budaya
3. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang
4. Fungsi Perlindungan
5. Fungsi Reproduksi
6. Fungsi Sekolah dan Pendidikan
7. Fungsi Ekonomi
8. Fungsi Pembinaan Lingkungan

Nah, sekarang coba kita simak cerita dari Ibu Dewi Yull yang bisa disebut berhasil mendidik anak-
anaknya yg tunarungu.

Ibu Dewi Yull memiliki 2 orang anak yg terlahir tuli, anak pertamanya bernama Gisca (alm.) dan
anak keduanya Panji. Ibu Dewi menerapkan pola asuh yang sama untuk kedua anaknya yang
terlahir tuli. Terlebih beliau belajar dari proses mendidik anak pertamanya, Gisca.

Menurutnya, tidak ada anak yg ingin lahir dg kekurangan, namun sebagai orangtua juga harus siap
menerima kondisi anaknya. Ketika mengetahui anaknya tunarungu, orangtua harus mau peduli
dan mencari tahu apa saja keterbatasan yg dimiliki si anak. Dari situ orangtua harus mau menggali
potensi anak agar bisa memberikan pendidikan yg tepat. Meskipun ABK, anak tetap
membutuhkan pendidikan yg layak dengan penuh kasih sayang dr orangtua. Khusus bagi orangtua
juga harus mau belajar dari guru di sekolah si anak tentang metode belajar yg digunakan lalu
mengulanginya lagi di rumah.

Ibu Dewi menyekolahkan anaknya di Play Group umum untuk menumbuhkan rasa percaya diri
anak serta memberi tahu anak-anak normal bahwa ada temannya yg berbeda. Meskipun
konsekuensinya adalah proses belajar anak menjadi lebih mundur dibandingkan dg anak lainnya.
Setelah selesai menjalani pendidikan PG, barulah beliau memasukan anaknya di SLB/B khusus
untuk tunarungu. Di sanalah anaknya mulai berkembang dan menemukan passionnya.

Bu Dewi menerapkan pola asuh yg sama kepada semua anaknya, baik yg normal maupun tuli.
Cara mendidiknya sama, hanya yg membedakan adalah cara komunikasinya. Baginya tidak ada
kata ‘cacat’ dalam keluarga. Dan untuk itu semua anggota keluarganya mempelajari bahasa
isyarat. Bahkan sebagai orangtua, ia mempelajarinya terlebih dahulu. Orangtua berperan aktif
dalam perkembangan ABK.

Mengapa Ibu Dewi menerapkan bahasa isyarat di keluarganya?


Ia ingin menumbuhkan rasa percaya diri dan bersyukur kepada anak-anaknya. Ketika sang kakak
melihat adiknya berbeda maka kakak bisa belajar darinya, begitupun sebaliknya. Ibu Dewi tidak
ingin anak-anaknya minder dengan kondisinya yg tuli.

Satu prinsip Ibu Dewi untuk anak-anaknya agar mereka bisa tumbuh optimal sesuai potensi dan
passionnya. Karena dengan itu anak-anaknya dapat hidup mandiri dan tidak menjadi beban bagi
keluarga lainnya. Ini terbukti pada kedua anaknya, anak pertamanya (alm.) Gisca sudah bisa
membuat pameran lukisan sejak usia 12 tahun, dari hasil penjualan lukisannya, ia dapat
membiayai hidupnya sendiri. Lalu, anak ketiganya, Panji, saat ini sedang belajar bahasa Inggris
agar dapat melanjutkan pendidikan tentang tunarungu dan menjadi pendidik. Selain itu setiap
Minggu, Panji mengajar bahasa isyarat di FIB UI. Panji memiliki passion di dunia pendidikan dan
kepengajaran.

Hal-hal yang perlu diperhatikan orangtua dengan Anak Berkebutuhan Khusus:


1. Interaksi orangtua dan ABK sangat penting
2. ABK bisa mengalami stress dan trauma jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat
3. Pendidikan, perhatian dan kasih sayang sangat penting dalan mengasuh ABK.
4. Orangtua dengan ABK tetap harus memberikan pendidikan dan hak-hak pada anak. Harus
mampu memberikan pendidikan yg tepat, benar, serta memberikan kasih sayang yg tulus.
Orangtua harus mau menggali potensi dan passion anak agar anak pun dapat hidup mandiri dan
percaya diri.
5. Keluarga tidak boleh malu dengan kehadiran ABK
6. Sebelum berkeluarga, setiap pasangan/calon orangtua harus mau mempelajari bagaimana
kehidupan berkeluarga serta konsekuensinya (dalam hal ini misalnya memiliki anak dengan
kebutuhan khusus)
7. Setelah berkeluarga, ketika mendapat anugerah ABK, orangtua harus mau menerima kondisi
anak sehingga anak mendapatkan kehidupan yg layak
8. Yang terakhir PR buat pemerintah juga, pemerintah harus peduli dengan pendidikan ABK.

You might also like