You are on page 1of 34

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn.

R DENGAN
MASALAH OSTEOARTRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
MAGELANG UTARA KOTA MAGELANG

Di Susun Oleh :
Yeyen Kurniawati
P13374201516057

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN MAGELANG

2018
BAB I
KONSEP DASAR
A. KONSEP KELUARGA
1. Definisi Keluarga
Dibawah ini ada beberapa pendapat tentang pengertian keluarga menurut Padila
(2012) antara lain:
a. Pendapat yang menganut teori interaksional, memandang keluarga sebagai
suatu arena berlangsungsnya interaksi kepribadian. Sedangkan mereka
berorientasi pada perspektif system socialmemandang keluarga sebagai social
terkecil yang terdiri dari seperangkat komponen yang sangat tergantung dan
dipengaruhi oleh struktur internal dan system-sistem lain.(Padila,2012)
b. Spradley dan Allender, mengemukakan satu atau lebih individu yang tinggal
bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam
ikatan social, peran dan tugas
c. UU No. 10 tahun 1992, mengemukakan keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anak atau suami istri, atau ayah
dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
d. Depkes RI, mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
e. Friedman, mendefinisikan keluarga sebagai suatu system social.Keluarga
merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dariindividu-individu yang
memiliki hubungan erat satu sama lain, saling tergantung diorganisasi dalam
satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
2. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga dimasyarakat. Ada beberapa struktur keluarga menurut Padila
(2012)
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarahdalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melaluijalur ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah.
e. Keluarga Kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
3. Ciri – Ciri Keluarga
Keluarga Indonesian memiliki beberapa ciri-ciri menurut Padila(2012):
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan denganhubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen clatur)termasuk
perhitungan garis keturunan.
d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya
berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyaiketurunan dan membesarkan
anak.
e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumahtangga.
4. Tipe Keluarga
Berbagai bentuk dan tipe keluarga, berdasarkan berbagai sumber, dibedakan
berdasarkan keluarga tradisional dan keluarga non tradisional seperti menurut
Maclin dalam Padila (2012), pembagiantipe keluarga :
a. Tradisional
1) The Nuclear family (Keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari suami
istri dan anak (kandung atau angkat).
2) The dyad family , suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa
anak.
3) Keluarga usila, Keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah usia lanjut,
sedangkan anak sudah memisahkan diri.
4) The childless, Keluarga tanpa anak karena telambat menikah, bisa
disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan.
5) The Extended family , keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah
keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.
6) “Single Parent” yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian
atau kematian).
7) Commuter family, kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul
pada hari minggu atau libur saja.
8) Multigeneration family, Beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
9) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling
berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur,
sumur yang sama.
10) Blended family, keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11) “Single adult living alone” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu
orang dewasa.
b. Non Tradisional
1) The unmarried teenage mother, Keluarga yang terdiri dari satu orang
dewasa terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The Step parent family, keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah yang
hidup serumah.
4) The non marrital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup
bersama, berganti-ganti pasangan tanpa nikah.
5) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan sex tinggal
dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.
6) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena alasan tertentu.
7) Group marriage family, beberapa orang dewasa yang telah merasa saling
menikah, berbagi sesuatu termasuk sex dan membesarkan anak.
8) Group network family, beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma
dan aturan, hidup berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama
dan bertanggung jawab membesarkan anak.
9) Foster family, keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan
saudara untuk waktu sementara.
10) Homeless family, keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang
permanen karena keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.
11) Gang, Keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.
5. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari strukturkeluarga atau
sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga.
Terdapat beberapa fungsi keluarga menurut Achjar (2012) yaitu :
a. Fungsi Afektif
Merupakan respon dari keluarga terhadap kondisi dan situasi yangdialami tiap
anggota keluarga baik senang maupun sedih, denganmelihat bagaimana cara
keluarga mengekspresikan kasih sayang.
b. Fungsi Sosialisasi
Fungsisosialisasitercermindalammelakukanpembinaansosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakinianak, memberikan batasan perilaku
yang boleh dan tidak bolehpada anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluargadalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggotakeluarga serta menjamin
pemenuhan kebutuhan perkembanganfisik, mental dan spiritual, dengan cara
memelihara dan merawatanggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap
anggotakeluarga.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga sepertisandang, pangan,
papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifansumber dana keluarga.
e. Fungsi Biologis
Fungsi biologis, bukan hanya ditujukan untuk meneruskanketurunan tetapi
untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi
selanjutnya.
f. Fungsi Psikologis
Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasihsayang dan
rasa aman, memberikan perhatian diantara anggotakeluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga danmemberikan identitas keluarga.
g. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka
memberikanpengetahuan,ketrampilan,membentukperilakuanak,mempersiapka
n anak untuk kehidupan dewasa, mendidik anaksesuai dengan tingkatan
perkembangannya.
6. Tahap – Tahap Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada
sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota
keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau
kurun waktu tertentu.Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang
harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.
Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta tugas
tugas perkemabangannya.Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam
mendeteksi adanya masalah keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan sifat
masalah yaitu potensial atau aktual.
Berikut diuraikan kedelapan tahap siklus kehidupan keluarga berikuttugas
perkembangannya menurut Friedman dalam Padila (2012) :
a. Tahap 1 : Keluarga Pemula
Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru,
keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari keluarga asal atau
status lajang ke hubungan baru yang intim.
b. Tahap II : Keluarga Yang Sedang Mengasuh Anak
Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berumur 30
bulan.Biasanya orang tua bergetar hatinya dengan kelahiran anak pertama
mereka, tapi agak takut juga.Kekhawatiran terhadap bayi biasanya berkurang
setelah beberapa hari, karena ibu dan bayi tersebut mulai mengenal.Ibu dan
ayah tiba-tiba berselisih dengan semua peran-peran mengasyikkan yang telah
dipercaya kepada mereka.Peran tersebut pada mulanya sulit karena perasaan
ketidakadekuatan menjadi orang tua baru.
c. Tahap III : Keluarga Yang Anak Usia Prasekolah
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia
2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Sekarang, keluarga
mungkin terdiri tiga hingga lima orang, dengan posisi suami - ayah, istri – ibu,
anak laki-laki – saudara, anak perempuan – saudari. Keluarga menjadi lebih
majemuk dan berbeda.
d. Tahap IV : Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk
sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja.
Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota maksimum, dan hubungan
keluarga di akhir tahap ini.
e. Tahap V : Keluarga Dengan Anak Remaja
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus
kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun,
meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih
awal atau lebih lama jika anak masih tinggal dirumah hingga brumur 19 atau
20 tahun.
f. Tahap VI : Keluarga Yang Melepaskan Anak Usia Dewasa Muda
Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama
meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong, ketika
anak terakhir meninggalkan rumah.Tahap ini dapat singkat atau agak panjang,
tergantung pada berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau berapa
banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah.
g. Tahap VII : Orang Tua Pertengahan
Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan dari
bagi oarngtua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya
dimulai ketika orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhirpada saat
seorang pasangan pensiun, biasanya 16-8 tahun kemudian.
h. Tahap VIII : Keluarga Dalam Masa Pensiun Dan Lansia
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau
kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu
pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal.
7. Tugas Perkembangan Keluarga
Tugas perkembangan keluarga menurut Friedman Friedman dalam Padila
(2012) yaitu :
a. Tahap I : Keluarga Pemula
1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan.
2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orangtua).
b. Tahap II : Keluarga Yang Sedang Mangasuh Anak
1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
2) (mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga)
3) Rekonsilisiasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan
anggota keluarga.
4) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
5) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peran-peran orangtua dan kakek-nenek.
c. Tahap III : Keluarga Dengan Anak Usia Pra Sekolah
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang
bermain,privasi, keamanan.
2) Mensosialisasikan anak.
3) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan
anak-anak yang lain.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan
perkawinan dan hubungan orangtua dan anak) dan diluar keluarga
(keluarga besar dan komunitas).
d. Tahap IV : Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah
1) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan
2) Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat
4) Meningkatkan komunikasi terbuka
e. Tahap V : Keluarga Dengan Anak Remaja
1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
3) Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak
f. Tahap VI : Keluarga Dengan Melepaskan Anak Usia Dewasa Muda.
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orang tua suami/isteri yang sedang sakit dan memasuki masa
tua
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
g. Tahap VII : Orangtua Usia Pertengahan.
1) Mempertahankan kesehatan dan Mempertahankan hubungan yang
memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak
2) Meningkatkan keakraban pasangan
h. Tahap VIII : Keluarga Dalam Masa Pensiun Dan Lansia
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik
dan pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
5) Melakukan life review.
6) Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama
keluarga pada tahap ini.
8. Tingkat Kemandirian Keluarga
Keberhasilan asuhan keperawatan keluarga yaitu dilakukan perawat keluarga,
dapat dinilai dari seberapa tingkat kemandirian keluarga dengan mengetahui
kriteria atau ciri-ciri yang menjadi ketentuan tingkatan mulai dari tingkat
kemandirian I sampai tingkat kemandirian IV, menurut Achjar (2012) sebagai
berikut :
a. Tingkat kemandirian I (keluarga mandiri tingkat I/ KM-I)
1) Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuaidengan rencana
keperawatan
b. Tingkat kemandirian II (keluarga mandiri tingkat II/ KM-II)
1) Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secarabenar
4) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yangdianjurkan
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
c. Tingkat kemandirian III (keluarga mandiri tingkat III/ KM-III)
1) Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan maslaah kesehatan secara benar
4) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
6) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
d. Tingkat kemandirian IV (keluarga mandiri tingkat IV/KM-IV)
1) Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuaidengan rencana
keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secarabenar
4) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yangdianjurkan
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
6) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
7) Melakukan tindakan promotif secara aktif
Tabel : Kriteria tingkat kemandirian keluarga
No Kriteria Tingkat Kemandirian Keluarga
I II III IV
1 Menerima petugas Perawatan V V V V
Kesehatan Masyarakat
2 Menerima pelayanan keperawatan
V V V V
yang diberikan sesuai dengan
3 rencana
Tahu dan dapat mengungkapkan V V V
keperawatan.
masalah kesehatan secara benar
4 Melakukan tindakan keperawatan V V V
sederhana sesuai yang dianjurkan
5 Memanfaatkan fasilitas pelayanan V V V
kesehatan secara aktif
6 Melaksanakan tindakan V V
pencegahan
7 Melakukan tindakan promotif V
sesuai anjuran
secara
aktif
9. Level Pencegahan Perawatan Keluarga
Pelayanan keperawatan keluarga, berfokus pada tiga level prevensimenurut
Achjar (2012) yaitu:
a. Pencegahan primer (primary prevention), merupakan tahap pencegahan yang
dilakukan sebelum masalah timbul, kegiatannya berupa pencegahan spesifik
(specific protection) dan promosi kesehatan (health promotion) seperti
pemberian pendidikan kesehatan, kebersihan diri, penggunaan lunitasi
lingkungan yang bersih, olah raga, imunisasi, pembahan gaya hidup, Perawat
keluarga harus membantu keluarga untuk memikul tanggung jawab kesehatan
mereka sendiri, keluarga tetap mempunyai peranpenting dalam mrmbantu
anggota keluarga untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
b. Pencegahan sekunder(secondary prevention),yaitu tahap pencegahan kedua
yang dilakukan pada awal masalah timbulmaupun saat masalah berlangsung,
dengan melakukan deteksi dini(early diagnosis) dan melakukan tindakan
penyembuhan (promptreatment) seperti screening kesehatan deteksi dini
adanyagangguan kesehatan.
c. Pencegahan tersier (tertiary prevention), merupakan pencegahanyang
dilakukan pada saat masalah kesehatan telah selesai, selainmencegah
komplikasi juga meminimalkan keterbatasan (disabilitylimitation)
danmemaksimalkan fungsi melalui rehabilitasi(rehabilitation) seperti
melakukan rujukan kesehatan, melakukankonselingkesehatanbagi
yangbermasalah,memfasilitasiketidakmampuan dan mencegah kematian.
Rehabilitasi meliputiupaya pemulihan terhadap penyakit atau luka hingga pada
tingkatfungsi yang optimal secara fisik, mental, sosial dan emosional.

B. KONSEP OSTEOARTRITIS
1. Defenisi Osteoartritis
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau
osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi ) merupakan kelainan sendi yang
paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan
(disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087) dalam Puspita 2014.
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang
menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia,
penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering
dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan
adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997) dalam Puspita 2014.
Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) dalam Puspita
2014, Osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang
mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan,
dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan
sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang
yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia,
metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin
rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian.( R.
Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999) dalam Puspita 2014.
2. Etiologi
Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:
a. Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur
dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk
pigmen yang berwarna kuning.
b. Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi
melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan
yang harus dikandungnya.
c. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,
sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan
seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan.
d. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik
sendi tersebut.
e. Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya
ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis,
sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.
f. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi
oleh membran sinovial dan sel-sel radang.
g. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi
akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang
sehingga mempercepat proses degenerasi.
h. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik
rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus,
glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun.
i. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat
dapat mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis,
kristal monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.
3. Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :
a. Tipe primer ( idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang
berhubungan dengan osteoartritis
b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur (Long, C
Barbara, 1996 hal 336) dalam Puspita 2014.
4. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan,
rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan
pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh
stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya
polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan.Sendi yang paling sering terkena adalah
sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna
vertebralis.Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya
gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan
penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-
peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan
penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang
bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau
adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang
rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi
penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas,
adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995).
5. Manifestasi Klinis
a. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila
sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
b. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau
saat memulai kegiatan fisik.
c. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang
sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang
semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.
d. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan
akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan
keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.
Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar,
misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong
sebelah lateril, dan tungkai atas.
Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat
diketahui penyebabnya.
e. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendimerupakan reaksi peradangan karena pengumpulan
cairan dalamruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
f. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
g. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.
6. Komplikasi
a. Gangguan/kesulitan gerak
b. Kelumpuhan yang menurunkan kualitas hidup penderita.
c. Resiko jatuh
d. Patah tulang
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar-X.
Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang terjadi pada
tulang seperti pecahnya tulang rawan.
b. Tes darah.
Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa rematik.
c. Analisa cairan engsel
Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk kemudian
diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi.
d. Artroskopi
Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel
tulang. Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.
e. Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi
sebagai penyempitan rongga sendi
f. Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal
8. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan
untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak
mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid (OAINS) bekerja sebagai
analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat
memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
1) Analgesic yang dapatdipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4,9 g/hari atau
profoksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan
efek samping pada saluran cerna dan ginjal
Jika tidak berpengaruh, atau tidak dapat peradangan maka OAINS seperti
fenofrofin, piroksikam,ibuprofen dapat digunakan. Dosis untuk
osteoarthritis biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis rematoid.Karena
pemakaian biasanya untuk jangka panjang, efek samping utama
adalahganggauan mukosa lambung dan gangguan faal ginjal.
2) Injeksi cortisone.
Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada engsel yang mempu
mengurangi nyeri/ngilu.
3) Suplementasi-visco.
Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yang akan
mengurangi nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya dilakukan jika
osteoarhtritis pada lutut.
b. Perlindungan Sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang
kurang baik.Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang
sakit.Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi
juga perlu diperhatikan.Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang
tertekuk (pronatio).
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis.Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
d. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang
menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien
ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain
turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk
memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
e. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada
tulang belakang, paha dan lutut.Sering kali diskusi karena ini harus dimulai
dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
f. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas
yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan
kekakuan.Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat
gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat
dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi
paraffin dan mandi dari pancuran panas.
g. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat
otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik
lebih baik dari pada isotonik karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi
rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena
berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot
periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi
dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
h. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan
sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi.Tindakan
yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau
ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang
rawan sendi, pebersihan osteofit.
1) Penggantian engsel (artroplasti).
Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti dengan alat yang terbuat dari
plastik atau metal yang disebut prostesis.
2) Pembersihan sambungan (debridemen).
Dokter bedah tulang akan mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak
dan mengganggu pergerakan yang menyebabkan nyeri saat tulang
bergerak.
3) Penataan tulang.
Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada anak dan remaja.Penataan
dilakukan agar sambungan/engsel tidak menerima beban saat bergerak.
i. Terapi konservatif mencakup penggunaan kompres hangat, penurunan berat
badan, upaya untuk menhistirahatkan sendi serta menghindari penggunaan
sendi yang berlebihan pemakaian alat-alat ortotail. Untuk menyangga sendi
yang mengalami inflamasi ( bidai penopang) dan latihan isometric serta
postural. Terapi okupasioanl dan fisioterapi dapat membantu pasien untuk
mengadopsi strategi penangan mandiri.
9. Pencegahan
Untuk mencegah osteoarthritis, lakukan hal-hal berikut:
a. Konsumsi makanan sehat seperti buah-buahan, sayur dan kacang-kacangan.
b. Minum obat yang direkomendasikan dokter.
c. Pertimbangkan untuk menggunakan alat bantu saat beraktivitas untuk
mengurangi bahaya.
d. Jaga gerakan yang dapat menyebabkan cidera tulang.
e. Jika mengangkat benda, usahakan beban terbagi merata pada seluruh
sambungan tulang.
f. Pilih sepatu yang tepat.
g. Ketahui batas kemampuan gerakan dan kemampuan mengangkat beban.
h. Teknik relaksasi juga dapat membantu, seperti mengambil napas dalam dan
hipnosis.
10. Obat Alami Osteoarthritis
a. Daun Dewa
Siapkan bahan alami yaitu 30 gr daun dewa, 25 gr temu hitam, 2 kuntum
bunga soka dan 2 kuntum bunga mawar. Setelah semua bahan tradisional
tersedia maka rebus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc, saring dan airnya
diminum. Minum air hasil ramuan tadi sebanyak 2 kali tiap sehari.
b. Juice Noni
Berikut adalah cara sederhan membuat jus mengkudu:
1) Carilah 2 atau 3 buah mengkudu yang besar dan setengah matang sudah
berwarna kuning tapi belum berbau, pilih pohon mengkudu yang tumbuh
di kebun bukan di got atau tempat sampah.
2) Kupas dan buang bijinya
3) Potong-potong kemudian masukkan kedalam blender
4) Blender sampe benar benar cair
5) Campurkan syrup atau gula merah untuk rasa, boleh juga madu
6) Saring dengan saringan.
7) Minum segera (bisa untuk 3x minum)
c. Jamur Kuping Hitam
Untuk mencegah atau mengobati Osteoartritis yang aman tampa menimbulkan
effek samping (side effect ) dapat digunakan bahan obat alami yang cocok
yaitu jamur kuping hitam. Karena khasiatnya sebagai anti koagulan yang dapat
melancarkan aliran darah.Jamur kuping hitam dapat dikonsumsi dalam bentuk
masakan atau juga diseduh dengan air panas sebagai obat. Cara
penyeduhannya dapat dilakukan sebagai berikut: ambil 10-20 gram jamur
kuping hitam, kemudian masukan dalam panci, setelah itu tambahkan 3 butir
jahe, selanjutnya tuangkan air bersih sebanyak 6 gelas, rebus sampai air yang
tersisia dam panci kira-kira 2 gelas, siapkan 2 gelas kosong, kemudian angkat
dan tuangkan dalam masing-masing gelas, dan dibiarkan dingin. Minumlah
dua kali sehari pagi dan sore.Selamat mencoba, minumlah secara rutin setiap
hari sampai keadaan badan sehat.
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Hari / Tanggal : Sabtu, 13 Oktober 2018 Waktu : 13.00 WIB
Metode : Wawancara
I. Data Umum
1. Nama KK : Tn. R
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur : 63 Tahun
4. Pendidikan : SLTA
5. Pekerjaan :-
6. Alamat : RT 02 RW 07 Wates
7. Komposisi Keluarga
Hubungan
No Nama JK Umur/Th Pendidikan Agama
Dengan KK
1. Tn. R KK L 63 Thn SLTA Islam
2. Ny. R Istri P 50 Thn SLTA Islam

GENOGRAM

Keterangan :
= Laki-laki ( Meninggal ) ------- = Tingal serumah

= Laki-laki ( masih hidup ) = Perempuan ( masih hidup )

= Perempuan ( meninggal ) = Klien ( Tn. R )

8. Tipe keluarga : Keluarga Inti


9. Suku / Bangsa : Penduduk asli Jawa, Keluarga Tn. R berbusana sesuai dengan
adat istiadat dan lingkungan tempat tinggal mereka, dan keluarga Tn. R
menggunakan bahasa daerah ( Jawa ) sebagai bahasa sehari-hari untuk
berintraksi.
10. Agama : Keluarga Tn. R beragama Islam dan tidak memiliki kebiasaan-
kebiasan yang luar dari agama yang di anutnya.
11. Status Sosial Ekonomi: Tn. R tidak lagi bekerja karena faktor penyakit yang
diderita yaitu osteoartritis. Sehingga semua pemasukan hanya berasal dari
penjualan warung yang dikelola oleh istrinya, per bulan ± Rp. 1.000.000,00.
Keluarga Tn. R termasuk keluarga dengan status ekonomi menengah dengan
pengeluaran per bulan Rp. 750.000,00.
12. Aktivitas rekreasi atau waktu luang : Waktu rekreasi tidak pernah, hanya
istirahat di rumah. Tn. R sering mendengarkan tausiyah menggunakan
gadged. Tn. R dan istrinya sering dikunjungi oleh anak perempuannya yang
telah menikah.
II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
13. Tahap perkembangan keluarga saat ini : Pada saat ini keluarga Tn. R berada
pada tahap perkembangan ke VII. Dimana keluarga dengan usia pertengahan.
14. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Tn . R sudah baik
dalam melaksanakan tugas perkembangan dalam keluarga seperti
mempertahankan kesehatahn individu & pasangan, mempertahankan
hubungan yang serasi dengan anak maupun teman sebaya, serta meningkatkan
keakraban pasangan.
15. Riwayat keluarga inti:
a. Riwayat penyakit keturunan: dalam keluarga Tn. R tidak ada yang
menderita penyakit keturunan.
b. Riwayat status kesehatan masing-masing anggota keluarga: pada saat
dilakukan pengkajian, ada anggota keluarga yang sakit yaitu Tn. R yang
menderita Osteoartritis. Tn. R mengatakan nyeri pada pada kedua
pergelangan kaki utamanya sebelah kanan sejak 1 tahun lalu.
P : Ketika berjalan
Q : seperti di tusuk-tusuk
R : Pergelangan kaki
S:4
T : Hilang timbul
Klien tampak menahan rasa nyeri saat berjalan. Klien mengatakan rutin cek
kesehatan ke Puskesmas Magelang Utara.
16. Riwayat keluarga sebelumnya : Keluarga Tn. R tidak memiliki masalah
kesehatan baik dari pihak suami maupun istri.
III. Pengkajian lingkungan
17. Karakteristik rumah
Tn. R memiliki rumah dengan 2 kamar dan 1 kamar mandi. Pencahayaan pada
rumah Tn. R baik, terdapat ventilasi pada masing-masing ruangan yang ada.
a. Pembuangan air kotor : keluarga Tn. R membuang limbah air kotornya
dialirkan melaui selokan.
b. Pembuangn sampah : keluarga Tn. R membuang sampah pada tempat
pembuangan sampah umum.
c. Jamban keluarga : Tn. R memiliki jamban sendiri dan tampak terawat
pembungannya dibuatkan lubang penampungan.
d. Sumber air minum : keluarga Tn. R memasak air minum sendiri dari
sumber air PDAM.
18. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Keluarga Tn. R hidup dilingkungan tempat tinggal yang merupakan daerah
pedesaan . Tn. R dulu bekerja sebagai buruh bengkel harian dan sekarang Tn. R
tidak lagi bekerja karena faktor penyakit osteoartritis. Interaksi antara warga
sangat baik.
19. Mobilisasi gegrafis keluarga : Keluarga Tn. R menempati rumah sendiri.
20. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat : Tn. R sering kumpul
dengan anak semata wayangnya juga dengan cucunya. Interaksi dengan warga
lain juga baik. Hanya saja Tn. R jarang ikut perkumpulan di masyarakat karena
sulit berjalan. Salah satu kegiatan yang membuat Tn. R bisa berinteraksi
dengan warga lain yaitu sholat Jum’at di masjid.
21. Sistem pendukung keluarga:
a. Fasilitas fisik : Puskesmas Magelang Utara
b. Fasilitas psikologis : terdapat 2 anggota keluarga yang sehat yaitu istri dan
anak perempuannya
c. Fasilitas sosial : Masjid/Musolla, pasar
IV. Struktur Keluarga
22. Pola komunikasi keluarga: Antar anggota keluarga terbina hubungan yang
harmonis, pembuat keputusan adalah kepala keluarga tetapi tidak menutup
kemungkinan anggota keluarga yang lain sebagai pengambil keputusan karena
segala permasalahan dipecahkan dengan cara musyawarah yang mengatur
disiplin dan aktivitas anak adalah orang tua.
23. Struktur kekuatan keluarga: Keluarga Tn. R merupakan keluarga yang saling
menghormati dan kepala keluarga sebagai pusat penuh pemegang keputusan
dalam keluarga tetapi tidak menutup kemungkinan anggota keluarga yang lain
memberikan saran dan masukan.
24. Struktur peran : Tn. R sebagai menjadi kepala keluarga. Sedangkan Ny. R
sebagi istri dan bekerja dengan menjaga warung miliknya
25. Nilai dan norma keluarga:
Nilai yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai agama islam
yang dianut serta norma masyarakat disekitar.
V. Fungsi Keluarga
26. Fungsi Afektif : Seluruh anggota keluarga saling menghormati dan
menyayangi. Keluarga saling membantu satu dengan lainnya. Keluarga
menyadari adanya kebutuhan masing-masing anggota keluarga. Dari aspek
psikis keluarga khususnya Tn. R butuh dukungan untuk menghadapi
penyakitnya ( Osteoartritis ). Dari aspek kesehatan, keluarga butuh informasi
dan perawatan kesehatan sebagaimana mestinya.Keluarga cukup rukun dan
perhatian dalam membina rumah tangga.
27. Fungsi Sosialisasi: Seluruh anggota keluarga berinteraksi dengan baik dan
berusaha untuk saling menjaga dan mendukung. Keluarga menanamkan nilai-
nilai yangbaik untuk saling mengenal tetangga sekitar lingkungannya, saling
menghormati setiap orang. Keluarga juga saling membantu orang lain disaat
membutuhkan. Dan keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan nilai
agama,norma dan prilaku sosial yang baik
28. Fungsi Perawatan Kesehatan
Persoalan dalam keluarga selalu dibicarakn bersama dan seluruh anggota
keluarga saling menghormati dan saling menyayangi. Fungsi Perawatan
Kesehatan meliputi lima tugas kesehatan keluarga yaitu:
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah
Keluarga Tn. R khususnya Tn. R mengatakan belum pernah mendengar apa
itu Osteoartritis.
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Saat ditanya apa keputusan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan,
Tn. R menjawab sudah berobat ke instansi kesehatan yaitu puskesmas
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Keluarga Ny. R merawat Tn. R dengan penuh kesabran dan selalu
menemaninya dalam berobat, menyiapkan makanannya.
d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah.
Keluarga Tn. R mengatakan apabila sakit lanngsung berobat ke puskesmas
karena dengan bantuan tenaga kesehatan penyakitnya akan segera sembuh.
29. Fungsi Reproduksi
Tn. R memiliki 1 anak permepuan dan mengatakan bahwa sistem
reproduksinya tidak ada kelainan dan normal-normal saja.
30. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn. R mengatakan bahwa saat ini sudah dalam masa tua dan sudah
tidak mampu lagi bekerja karena sulit berjalan. Untuk mencukupi kebutuhan
keluarga hanya mengandalkan pemasukan dari warung dan bantuan daei
anaknya.
VI. Stress Dan Koping Keluarga
31. Stresor jangka pendek dan jangka panjang :
a. Stresor jangka pendek yang dialami oleh keluarga yang berkaitan dengan
ekonomi adalah keuangan/pendapatan dimana Tn. R menolak untuk
dioperasi karena masalah biaya.
b. Stresor jangkapanjang yang bisa dialami oleh keluarga yang berkaitan
dengan kesehatan masa tua yang tidak bisa lagi bekerja sebagai tulang
punggung keluarga.
32. Strategi koping yang digunakan : Jika keluarga menghadapi situasi yang penuh
stress keluarga menghadapi dengan penuh kesabaran. Strategi yang digunakan
untuk menyelesaikan masalah adalah musyawarah dengan anggota keluarga.
33. Strategi adaptasi disfungsional: Keluarga berusaha selalu sabar dalam
menghadapi cobaan.
VII. Pemeriksaan fisik
Anggota Keluarga
Pemeriksaan
Tn. R Ny. R
Kepala mesocephal mesocephal
TD : 130/90 x/menit, N : 92 TD : 130/80 x/menit, N : 88
TTV x/menit, S : 36,7°C, RR : 20 x/menit, S : 36,47°C, RR : 18
x/menit x/menit
BB/TB BB : 82 kg, TB : 165 cm BB : 60 kg, TB : 155 cm
konjungtiva tidak anemis, konjungtiva tidak anemis,
Mata
seklera tidak ikterik seklera tidak ikterik
Hidung tidak ada polip, bersih tidak ada polip, bersih
mukosa bibir lembab, tidak ada mukosa bibir lembab, tidak
Mulut
stomatitis ada stomatitis
tidak ada pembesaan kelenjar tidak ada pembesaan kelenjar
Leher
tiroid tiroid
Jantung Jantung
I: tidak ada lesi, ictus cordis I: tidak ada lesi, ictus cordis
tidak tampak pada IC ke 4-5 tidak tampak pada IC ke 4-5
P: ictus cordis teraba pada IC ke P: ictus cordis teraba pada IC
4-5, tidak ada nyeri tekan ke 4-5, tidak ada nyeri tekan
P: pekak P: pekak
A: terdapat suara jantung S1 dan A: terdapat suara jantung S1
Dada S2 dan S2
Paru
Paru
I: tidak ada lesi
I: tidak ada lesi
P: tidak ada nyeri tekan, vocal
P: tidak ada nyeri tekan, vocal
fremitus teraba kanan kiri
fremitus teraba kanan kiri sama
sama
P: sonor
P: sonor
A: vesikuler
A: vesikuler
I: tidak ada lesi, bersih I: tidak ada lesi, bersih
Abdomen
A: bising usus 10 x/menit A: bising usus 8 x/menit
P: tidak ada nyeri tekan P: tidak ada nyeri tekan
P: tympani P: tympani
tidak ada luka, tampak bersih, tidak ada luka, tampak bersih,
Tangan
tidak ada edema tidak ada edema
Kaki nyeri pada pergelangan kaki tidak ada luka
K. Umum baik baik

B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1 DS: Klien mengatakan nyeri pada Penyakit Nyeri kronis
pergelangan kaki utamanya sebelah (osteoarthritis) (00133)
kanan sejak 1 tahun lalu
P : Ketika berjalan
Q : Seperti di tusuk-tusuk
R : Pergelangan kaki
S:4
T : Hilang timbul
DO : Wajah klien tampak menahan
rasa nyeri
2 DS: Kurang sumber Defisiensi
 Keluarga dan Tn. R menyatakan pengetahuan pengetahuan
dia tidak tau mengenai (00126)
Osteoartritis.
 Keluarga dan Tn. R menyatakan
bahwa mereka tidak tahu akibat
dari Osteoartritis
 Keluarga dan Tn. R menyatakan
bahwa tidak mengetahui jenis
makanan yang dihindari untuk
Osteoartritis
 Keluarga Tn. R menyatakan
bahwa pinggang dan lututnya
mengalami nyeri saat bergerak..
DO: Keluarga dan Tn. R terlihat
bingung mengenai Osteoartritis

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis berhubungan dengan penyakit (osteoarthritis) ditandai dengan wajah
tamapak menahan nyeri (00133)
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan ditandai
dengan kurang pengetahuan (00126)

D. SKORING DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri kronis berhubungan dengan penyakit (osteoarthritis) ditandai dengan wajah
tamapak menahan nyeri (00133)

Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

Sifat masalah: 3 Tn. R mengalami radang sendi akibat


𝑥1 = 1
Tidak/kurang sehat. 3 proses penuaan.
1

Kemungkinan 2 2 Tn. R sadar akan penyakitnya dan


𝑥2 = 2
masalah dapat 2 bersedia untuk berobat serta klien mampu
diubah: mudah melakukan relaksasi napas dalam dan
kompres hangat.

Potensial masalah 2 2 2 Ekonomi keluarga tidak cukup memadai


𝑥1=
untuk dicegah: 3 3 3 dan untuk mencegah masalah sulit karena
cukup klien sudah menjelang lansia.

Menonjolnya 2 1 Tn. R merasakan keadaan ini sangat


𝑥1 = 1
masalah: Masalah 2 mengganggu sehingga perlu untuk segera
berat, harus segera ditangani.
ditangani.
Total 2
4
2

2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan ditandai


dengan kurang pengetahuan (00126)

Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

Sifat masalah : 3 1 Masalah sudah terjadi karena dari hasil


𝑥1 = 1
tidak/kurang sehat 3 pengkajian didapatkan data bahwa Tn. R
sering nyeri pada pergelangan kaki

Kemungkinan 1 1 Pengetahuan keluarga tentang masalah


𝑥2 = 1
masalah dapat 2 Osteoartritis masih kurang. Tapi ada
diubah sebagian motivasi dari keluarga untuk mengetahui
masalah Osteoartritis.

Potensi masalah 1 1 1 Masalah lebih lanjut belum sudah terjadi,


𝑥1=
untuk dicegah : 3 3 3 keluarga belum melakukan tindakan yang
cukup maksimal karena masalah biaya dan
pengetahuan untuk mengatasi masalah
tersebut.

Menonjolnya 2 1 Keluarga mengaggap sakitnya Tn. R


𝑥1=1
masalah : 2 merupakan masalah,tapi tidak
Ada masalah tetapi memerlukanpenanganan segera
tidak perlu ditangani karenasudah berjalan lama.

Total 1
3
3

E. PRIORITAS DIAGNOSA
1. Nyeri kronis berhubungan dengan penyakit (osteoarthritis) ditandai dengan wajah
tamapak menahan nyeri (00133)
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan ditandai
dengan kurang pengetahuan (00126)
F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

N Tujuan
o Diagnosa Keperawatan Tujuan Umum Tujuan Khusus Kriteria Standar Intervensi

1 Nyeri kronis berhubungan dengan Diharapkan klien Setelah dilakukan Respon Tn. R dapat: Diskusikan pada keluarga Tn.
penyakit (osteoarthritis) ditandai mampu melakukan kunjungan selama 1 Verbal 1. Mengenali R tentang :
dengan wajah tamapak menahan nyeri tindakan secara kali pertemuan selama faktor-faktor 1. Kaji keluhan nyeri secara
(00133) mandiri untuk 20 menit diharapkan yang komprehensif meliputi
mengurangi nyeri nyeri berkurang / meningkatka intensitas, lokasi,
hilang. n nyeri dan karakteristik, awitan,
melakukan durasi, frekuensi dan
tindakan faktor presipitasi.
pencegahan 2. Observasi isyarat
nyeri. nonverbal
2. Melaporkan ketidaknyamanan.
nyeri dapat 3. Ajarkan tekhnik
dikendalikan nonfarmakologis (seperti
. relaksasi progresif,
3. Intensitas bimbingan imajinasi, terapi
nyeri 0-3 musik, kompres hangat
dan masase)
4. Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab
nyeri dan penyakit-
penyakit yang
menimbulkan nyeri akibat
proses penuaan.
5. Kaji penggunaan dan
interaksi obat termasuk
obat bebas yang telah
digunakan (obat analgetik).

2 Defisiensi pengetahuan berhubungan Setelah dilakukan Setelah dilakukan Respon Verbal : 1. Kaji pengetahuan keluarga
dengan kurang sumber pengetahuan kunjungan pertemuan selama 1 Verbal 1. Keluarga dapat penyakit Osteoartritis
ditandai dengan kurang pengetahuan keluarga, kali pertemuanselama menyebutkan (tanda dan gejala dan
(00126) pengetahuan 20 menit diharapkan pengertian penatalaksanaan)
keluarga Tn. R keluarga klien mampu penyakit 2. Beri pendidikan
mengenai mengenal masalah Osteoartritis. kesehatang tentang
osteoarthritis dapat penyakit Osteoartritis 2. Keluarga dapat penyakit Osteoartritis
meningkat menjelaskan (pengertian,
tanda dan gejala penyebab,tanda dan gejala
penyakit dan penatalaksanaan)
Osteoartritis. 3. Motivasi keluarga untuk
3. Keluarga dapat menyebutkan kembali
menjelaskan pengertian Osteoartritis,
penanganan tandatanda Osteoartritis,
penyakit penyebab Osteoartritis dan
Osteoartritis. penatalaksanaannya.
4. Berikan
reinforcementpositif pada
keluarga karena mau
berdiskusi tentang
penyakit Tn. R
G. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Tanggal dan
Implementasi Evaluasi
DX Waktu
1 13 Oktober 1. Mengkaji keluhan nyeri secara komprehensif S:
2018 meliputi intensitas, lokasi, karakteristik, awitan, Klien mengatakan masih nyeri pada pergelangan kaki
13.30 WIB durasi, frekuensi dan faktor presipitasi. utamanya sebelah kanan.
2. Mengobservasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan. P : Ketika berjalan
3. Mengajarkan tekhnik nonfarmakologis yaitu Q : Seperti di tusuk-tusuk
relaksasi progresif, kompres hangat dan masase R : Pergelangan kaki
4. Memberikan informasi tentang nyeri seperti S:4
penyebab nyeri dan penyakit-penyakit yang T : Hilang timbul
menimbulkan nyeri akibat proses penuaan. O:
5. Kaji penggunaan dan interaksi obat termasuk obat Wajah klien tampak menahan rasa nyeri
bebas yang telah digunakan (obat analgetik). A:
Masalah nyeri kronik
P:
Lanjutkan intervensi
2 13 Oktober 1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang S :
2018 penyakitOsteoartritis (tanda dan gejala dan  Tn. R mengatakan mengerti tentang penyakit
13. WIB penatalaksanaan). Osteoartritis mengenaiPengertian, penyebab, tanda
2. Memberi pendidikan kesehatan tentang penyakit dan gejala, dan penangananpenyakitOsteoartritis.
Osteoartritis (pengertian, penyebab, tanda dan gejala  Tn. R mengatakan puas setelah mendapat penjelasan
dan penatalaksanaan) tentang Osteoartritis.
3. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali O :
pengertian Osteoartritis, tanda-tanda Osteoartritis,  Tn. R mampu menjelaskan tentang pengertian, tanda
penyebab Osteoartritis dan penatalaksanaannya. dan gejala,penyebab serta penanganan penyakit
4. Memberikan reinforcement positif pada Ny. I karena Osteoartritis.
mau berdiskusi tentang penyakitnya  Tn. R tampak senang setelah diberikan penyuluhan
tentang penyakitOsteoartritis.
A:
Masalah teratasi.
P:
Intervensi dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang, AH. (2012). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga . Jakarta: CV
Sagung Seto

Black, Joyce M., Hawks., Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah Volume 2

Padila. (20012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Nuha Medika

Smeltzer, Suzanne C. dan Bare , Brenda G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth (Ed 8, Vol 1,2)

22

You might also like