You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia, sedangkan menurut UUD Nomor 36 tahun 2009 tentang

Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia

lebih dari 60 tahun. Usia lanjut ini memiliki suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri

dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita

(Constantinides dalam Boedhi-Darmojo, 2011 ). Masalah kesehatan lansia cukup

luas dan bervariasi terutama gangguan kebutuhan tidur (sleep disorder) (Bustan,

2007).

Usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat pada

kemunduran kemampuan kognitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi

terhadap ruang, waktu dan tempat. Kemunduran yang lain adalah kemunduran

fisik antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban gigi mulai

ompong, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi

lamban dan lain-lain. Seiring perubahan usia lanjut usia akan mengalami

perubahan perubahan fisik, psikososial, dan spritual. Salah satu perubahan

tersebut adalah perubahan kualitas tidur (Maryam, 2008).


Lansia tidur sekitar 6 jam setiap malam. Sekitar 20% sampai 25% tidur

berupa tidur REM. Tidur tahap IV menurun dengan mencolok dan pada beberapa

keadaan, tidak terjadi tidur tahap IV. Periode tidur REM pertama berlangsung

lebih lama. Banyak lansia terbangun lebih sering di malam hari dan sering kali

mereka memerlukan waktu yang lama untuk dapat kembali tidur. Karena

perubahan dalam tidur tahap IV, lansia mengalami tidur pemulihan yang lebih

sedikit (Perry & potter 2005).

Semakin bertambahnya usia berpengaruh terhadap penurunan dari periode

tidur, kebutuhan tidur akan berkurang dari usia bayi sampai lanjut usia. Bayi yang

baru lahir tidur rata-rata 18 jam sehari, anak usia 6 tahun rata-rata 10 jam, anak

umur 12 tahun rata-rata 8,5 jam sehari. Orang dewasa 7–8 jam sehari sedangkan

umur 60 tahun ke atas rata-rata 6 jam sehari. Orang yang berusia lebih dari 60

tahun sering menyampaikan keluhan gangguan tidur terutama masalah kualitas

tidur (Asmadi, 2008). Menurut National Sleep Foundation sekitar 67% dari 1.508

lansia di Amerika berusia 65 tahun ke atas melaporkan mengalami gangguan tidur

dan sebanyak 7,3 % lansia mengeluhkan gangguan memulai dan mempertahankan

tidur atau insomnia (Standley & Beare, 2006).

Untuk meningkatkan kuantitas maupun kualitas tidur dapat menggunakan

terapi farmakologi maupun non-farmakologi. Salah satu terapi non-farmakologi

untuk pemenuhan kebutuhan tidur ialah rendam kaki menggunakan air hangat.

Merendam kaki dengan air hangat dapat meningkatkan kualitas tidur

(Utami,2015).
Rendam air hangat pada kaki merupakan teknik stimulasi tidur yang

dilakukan dengan cara merendam kaki pada air hangat bersuhu 37°C-39ºC

(Utami, 2015).Hal ini sesuai berdasarkan fisiologi bahwa pada daerah kaki

terdapat syaraf-syaraf kulit yaitu flexusvenosus dari rangkaian syaraf ini stimulasi

diteruskan ke kornus posterior kemudian dilanjutkan ke medulla spinalis, dari sini

diterukan ke lamina I, II, III radiks dorsalis, selanjutnya ke ventro basal thalamus

dan masuk ke batang otak yang tepatnya didaerah raafe bagian bawah pons dan

medulla disinilah terjadi efek sofarifik (ingin tidur) (Guyton 2007 dalam Ningtyas,

2014).

Penelitian ini didukung oleh penelitian dari Charolena (2013), menyatakan ada

hubungan antara pemberian terapi back massage dengan kualitas tidur. Pada uji pengaruh

mendapatkan hasil bahwa pemberian back massage kelompok durasi 20 menit lebih

berpengaruh terhadap peningkatan kualitas tidur, intervensi lain yang dapat dilakukan

selain terapi pijat yaitu dengan rendam air hangat. Menurut penelitian yang dilakukan

oleh Ririn (2012), menyatakan rendam air hangat dengan suhu 380C dapat digunakan

untuk mengatasi kualitas tidur lansia. Penelitian yang dilakukan oleh Arum (2014),

menyatakan ada pengaruh rendam kaki dengan air hangat dengan suhu 31-370 C selama

15 menit.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik tahun 2014 persentase lansia dari

5 Provinsi tertinggi di Indonesia yaitu Sulawesi utara 9,7 %, Bali 10,3%, Jawa

timur 11,5%, Jawa tengah 11,8%, dan Yogyakarta 13,4%. Pemerintah Yogyakarta

mencatat merupakan kota yang memiliki jumlah penduduk lanjut usia (lansia)

tertinggi di Indonesia. Dari total penduduk di kota pelajar tersebut, lansia

mencapai 13,4% pada tahun 2015, dan meningkat 14,7% (2020), dan 19,5%
(2030) (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut data dari BPS Kabupaten

Mojokerto dengan jumlah lansia sebesar 108,166 jiwa dengan pravelensi jumlah

laki – laki 50,446 dan perempuan sebesar 57,720 jiwa.

Jumlah lansia yang tinggal di PSTW Senjarawi Bandung bulan Oktober

2015, keseluruhan ada 80 lansia dengan jumlah lansia laki-laki 24 orang atau

30%, dan jumlah lansia perempuan 56 atau 70%, yang mengalami gangguan

kualitas tidur sebanyak 20 lansia.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti ingin melakukan penelitian

denganjudul “Pengaruh Rendam Kaki dengan Air Hangat Terhadap kualitas tidur

pada lansia pada Panti werdha Kabupaten Mojokerto.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “adakah pengaruh

rendam kaki air hangat terhadap kualitas tidur pada lansia di Panti Werdha

Kabupaten Mojokerto”.
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh rendam kaki air hangat terhadap kualitas

tidur pada lansia di Panti Werdha Kabupaten Mojokerto.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi kualitas tidur lansia sebelum dilakukan

rendam kaki air hangat.

1.3.2.2 Mengidentifikasi kualitas tidur lansia setelah dilakukan

rendam kaki air hangat.

1.3.2.3 Menganalisis pengaruh terapi rendam kaki air hangat

terhadap kualitas tidur lansia.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

bahan pertimbangan untuk memilih pengobatan non farmakologi yang

tepat dan praktis dalam mengontrol kualitas tidur pada lansia yaitu dengan

rendam kaki air hangat.

1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini diterapkan dapat menjadi alternatif intervensi

bagi profesi keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan.


1.4.3 Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan atau

tambahan pengetahuan dalam penelitian selanjutnya tentang pengaruh rendam

kaki air hangat terhadap kualitas tidur pada lansia.

You might also like