You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa pada 2020 penyebab
kematian dan kesakitan yang diakibatkan oleh penyakit tidak menular adalah 70%
dan 60% dari kelompok penyakit lain. Hal ini juga berlaku di negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia. Kanker merupakan salah satu penyakit yang
tidak menular (Dwipoyono, 2009). Menteri kesehatan Repulik Indonesia
menyatakan bahwa kanker payudara dan kanker leher rahim atau serviks
merupakan kanker terbanyak di Indonesia yang memerlukan tindakan atau
intervensi kesehatan masyarakat dalam bentuk program penanggulangan secara
nasional dimana hal tersebut tertulis dalam buku Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 34 tahun 2015. Menteri Kesehatan Republik Indonesia
juga telah menetapkan pedoman tekhnis dalam pencegahan penyakit kanker
dengan nomor 796/MNEKES/SK/VII/2010 (Kebijakan Kesehatan Indonesia,
2011).
Kasus kanker leher rahim (serviks) DIY menempati urutan tertinggi nasional.
Untuk mengatasi hal itu, Pemda DIY dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan mendorong upaya deteksi dini kanker serviks melalui tes pap
smear. Salah satu Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan RSUP
mengatakan, partisipasi warga untuk tes pap smear masih minim. Akibatnya,
pasien yang masuk rumah sakit mayoritas sudah stadium tinggi. Jika demikian,
peluang kesembuhannya makin kecil. Padahal kanker serviks menempati urutan
pembunuh wanita terganas setelah kanker payudara. Data organisasi kesehatan
dunia, World Health Organization (WHO) menyebutkan, diperkirakan ada 500
ribu pengidap kanker serviks setiap tahunnya di dunia. Khusus di Indonesia,
sedikitnya terjadi 20 kasus kematian akibat kanker serviks perharinya. DIY
menduduki peringkat tertinggi prevalensi kankernya se-Indonesia. Adapun
prevalensi kanker DIY 4,1 dari 1.000 penduduk (4,1 permil) (Anonim, 2014).

1
2

Beberapa diantara-negara maju diagnosis dini terbukti mampu menurunkan


insiden kanker serviks invasif dan memperbaiki prognosis. Pap smear juga telah
terbukti mampu sebagai alat diagnosis dini. Berbeda dengan di Indonesia, pap
smear yang telah dikenal sejak tahun 70-an belum mampu menjawab
permasalahan kanker serviks. Pelaksanaan program ini masih banyak mengalami
hambatan baik dari segi akurasi pap smear sendiri maupun dari segi sumber daya
manusia, geografi, dan wanita itu sendiri. Dari segi wanita itu sendiri diperoleh
bahwa para wanita sering enggan untuk diperiksa oleh karena ketidaktahuan, rasa
malu, rasa takut, dan faktor biaya (Suwiyogya, 2012).
Keengganan wanita untuk diperiksa dengan pap smear menunjukan bahwa
masih rendahnya minat dan kesadaran wanita dalam pemeriksaan pap smear.
Berdasarkan estimasi WHO (2008) hanya terdapat 5% wanita di negara
berkembang, termasuk Indonesia yang mendapat pelayanan tersebut (Linadi,
2013). Minat merupakan salah satu aspek psikis manusia yang dapat mendorong
untuk mencapai tujuan (Sulastri dkk, 2014). Jika wanita mempunyai minat pada
pemeriksaan pap smear maka tidak menutup kemungkinan wanita tersebut akan
melakukan pemeriksaan pap smear. Karena perilaku akan timbul jika disertai
dengan minat atau keinginan (Suharyat, 2009). Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi seorang wanita berperilaku sehat dengan melakukan deteksi dini
kanker serviks, namun faktor yang paling mempengaruhi adalah dukungan suami
(Wahyuni, 2012).
Permasalahan di Indonesia terkait perbedaan gender dimana masih terdapat
budaya bahwa laki-laki atau suami tidak bertanggung jawab akan kesehatan
keluarga karena dalam rumah tangga suami hanya bertugas untuk mencari nafkah
sehingga masalah rumah tangga hanya urusan istri saja (Hargi, 2013). Wanita
yang berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau dokter
obsgyn di Indonesia rata-rata tidak ditemani oleh sang suami, kecuali wanita yang
dalam keadaan hamil. Untuk masalah kesehatan reproduksi kebanyakan wanita
tidak berdiskusi dengan sang suami karena menganggap suami tidak tahu apa-apa
mengenai kesehatan wanita. Hal inilah yang membuat hilangnya peran suami
3

dalam kesehatan rumah tangga dan dampaknya terjadi pada rendahnya minat
wanita untuk memeriksakan kesehatannya (BKKBN, 2014).
Peran dan tanggung jawab suami dalam kesehatan reproduksi berpengaruh
terhadap pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup keluarganya. Besarnya
peran dan dukungan suami akan sangat membantu istri dalam menentukan
keputusan berkaitan dengan masalah kesehatan dan suami akan semakin
menyadari bahwa masalah kesehatan reproduksi bukan hanya urusan wanita
(istri) saja (BKKBN, 2014). Dukungan suami yang baik akan mempengaruhi
perilaku istri terutama dalam hal pemeriksaan kesehatan kanker serviks (Linadi,
2013). Suami dapat memberikan dukungannya dalam bentuk psikologis
contohnya menemani istri ke puskesmas, sosial yaitu dengan memberikan
kesiapan finansial atau biaya, informasi dan lingkungan seperti membantu istri
membersihkan rumah (Utari, 2016). Jika dukungan ini diberikan maka alasan-
alasan istri enggan melakukan pemeriksaan pap smear seperti takut, malu, biaya
dan kurangnya informasi dapat diatasi. Sehingga istri akan memiliki kesadaran
dan kemauan untuk melakukan pap smear.
Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 10 Oktober 2016 yang di
lakukan peneliti di kantor kelurahan Potorono Banguntapan Bantul jumlah
penduduk wanita usia 20-60 tahun di kelurahan Potorono adalah 3.526 jiwa,
dimana jumlah wanita yang sudah menikah dan berusia 20-60 tahun di kelurahan
Potorono paling banyak adalah di daerah Mertosanan Kulon. Hasil wawancara
yang di dapatkan dari kepala dukuh di daerah tersebut pada tanggal 11 Oktober
2016 mengenai pap smear dan kanker serviks tersebut sudah pernah di adakan
promosi kesehatan tentang kanker serviks dan pencegahannya, rata-rata warga di
daerah tersebut sudah familiar dengan istilah kanker servik dan pencegahannya
namun untuk pemeriksaan pap smear hanya 2-3 orang saja yang baru melakukan
pemeriksaan tersebut, padahal menurut keterangan kader kesehatan di dukuh
Mertosanan Kulon yang peneliti temui, setiap tahunya pemerintah sudah
mengadakan pemeriksaan pap smear secara gratis yang mengikut sertakan dukuh
tersebut. Hal ini menunjukan bahwa minat wanita untuk pap smear di daerah
4

tersebut masih rendah. Salah satu penyebab rendahnya minat wanita untuk pap
smear ini karena para suami kurang memberikan dukungannya. Salah satu
dukungan yang tidak diberikan adalah dukungan informasi dan psikologis.
Menurut keterangan yang didapat dari kader kesehatan setempat, dalam
pelayanan kesehatan ibu dan anak sangat jarang sekali suami yang ikut serta
berkonsultasi atau menemani sang istri ke tempat pelayanan kesehatan, hal itu
dikarenakan suami sibuk bekerja dan kurang paham tentang masalah kesehatan
ibu maupun anak.
Hasil wawancara singkat dengan 10 ibu-ibu di daerah Mertosanan Kulon RT
7 pada tanggal 20 Oktober 2016, sebanyak 10 ibu mengatakan pernah mendengar
tentang penyakit kanker serviks, sebanyak 10 ibu mengatakan pernah mendengar
tentang test pap smear, sebanyak 10 ibu belum pernah melakukan tes pap smear,
sebanyak 3 ibu mengatakan berminat melakukan tes pap smear tapi tidak dalam
waktu dekat dengan alasan biaya dan waktu, sebanyak 7 ibu mengatakan tidak
mau melakukan tes pap smear karena malu akan membuka organ kewanitaannya
pada petugas kesehatan dan takut dengan alat-alat serta prosedur pemeriksaan
yang diduga akan menyakitkan.
5

B. Perumusan Masalah
Berdasrkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Apakah ada hubungan dukungan suami dengan minat istri melakukan
pemeriksaan pap smear di Dukuh Mertosanan Kulon Potorono Banguntapan
Bantul Yogyakarta?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan dukungan suami dengan minat istri melakukan
pemeriksaan pap smear di Dukuh Mertosanan Kulon Potorono Banguntapan
Bantul Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dukungan suami kepada istri untuk melakukan tes pap smear
di Dukuh Mertosanan Kulon Potorono Banguntapan Bantul Yogyakarta.
b. Mengetahui minat istri untuk melakukan pap smear di Dukuh Mertosanan
Kulon Potorono Banguntapan Bantul Yogyakarta.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu keperawatan maternitas
terutama dalam bidang kesehatan reproduksi wanita terutama dalam upaya
pelaksanaan pemeriksaan pap smear dan pentingnya dukungan orang terdekat
yaitu suami pada istri demi tercapainya perilaku kesehatan yang baik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Suami- Istri
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pap
smear dan meningkatkan peran serta kesadaran suami-istri terhadap
pentingnya pemeriksaan kesehatan.
b. Bagi dukuh Mertosanan Kulon
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan
masyarakat setempat dan dapat menjadi inspirasi atau wacana dalam
6

mengembangkan pelayanan atau program pemeriksaan kesehatan


reproduksi terutama pap smear.
c. Bagi STIKes Surya Global
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan pustaka tentang
pemeriksaan pap smear.
d. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan
pembaca tentang pemeriksaan pap smear. Sebagai pustaka dan referensi
bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan dan memperbaiki
kekurangan penelitian ini.
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Variabel
Dalam penelitian ini terdiri atas variable bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas : Dukungan Suami
Variabel terikat : Minat Istri
2. Responden
Wanita Usia 20-60 tahun
3. Waktu
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret 2017 - selesai
4. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Dukuh Mertosanan Kulon, Desa Potorono,
Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
F. Keaslian Penelitian
Penelitian yang sudah di lakukan terkait dengan penelitian ini adalah :
1. Amalia (2015), dalam penelitian tentang “Pengetahuan dan Sikap Suami
Terhadap Istri Dalam Pemeriksaan Pap Smear di Desa Dukuh Agung
Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan”. Hasil dari penelitian ini adalah
hamper seluruh responden pengetahuannya kirang dan memiliki sikap positif
terhadap pemeriksaan pap smear. Desain penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif. Populasi adalah 105 suami wanita usia subur dengan
7

sampel 105 orang. Tehnik samplingnya menggunakan total sampling.


Perbedaan dalam penelitian ini adalah terletak pada metode penelitian,
populasi, jumlah responden dan tehnik pengambilan sampling. Persamaan
penelitian ini adalah pengumpulan data sama-sama mengunakan kuesioner.
2. Linadi (2013), dalam penelitian tentang “Dukungan Suami Mendorong
Keikutsertaan Pap Smear Pasangan Usia Subur (PUS) di Perumahan Pucang
Gading Semarang”. Hasil dari penelitian ini adalah sebanyak 15 responden
(20%) melakukan pap smear. Dukungan suami dan pengetahuan memiliki
hubungan yang signifikan terhadap keikutsertaan pap smear (p<0,05).
Sedangkan variabel sikap memiliki sedikit hubungan (p=0,066). Metode yang
digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan potong lintang, sampel
penelitiannya adalah 75 orang di tentukan secara acak sederhana, Data di
analisis dengan distribusi frekuensi dan metode chi square, pengumpulan
data dengan tehnik wawancara. Perbedaan dalam penelitian ini adalah
terletak pada metode penelitian, jumlah sampel, tehnik pengambilan sampel,
analisis data dan tehnik pengumpulan data. Persamaan penelitian ini adalah
pengumpulan data sama-sama mengunakan pendekatan crossectional.
3. Wahyuni (2012), dengan penelitian tentang “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks di Kecamatan Ngampel
Kabupaten Kendal Jawa Tengah”. Hasil penelitian ini adalah faktor yang
paling mempengaruhi perilaku deteksi dini kanker serviks adalah dukungan
suami dengan nilai p=0.0010 dan OR 3,050. Sehingga dapat di simpulkan
bahwa dukungan suami 3,05 kali mempengaruhi perilaku dalam deteksi dini
kanker serviks. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif non eksperimental
dengan studi kolerasi dengan jumlah sampel 80 orang. Tehnik pengambilan
sampel simple random sampling, Pengolahan data dengan regresi logistic.
Perbedaan dalam penelitian ini adalah terletak pada Metode penelitian,
jumlah sampel, tehnik pengambilan sampel dan tehnik pengolahan data.
Persamaan penelitian ini adalah pengumpulan data sama-sama mengunakan
kuesioner.
8

4. Oktavyany (2015), dengan penelitian tentang “Hubungan Tingkat


Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Dengan Sikap Terhadap Pemeriksaan
Pap Smear Pada PUS di Puskersmas Semanu Gunung Kidul”. Hasil penelitian
ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan PUS
tentang kanker serviks dengan sikap terhadap pemeriksaan pap smear
(ρvalue=0,003 atau ρ<0,05). Penelitian menggunakan metode analitik
deskriptif dengan pendekatan crossectional. Populasi penelitian adalah PUS
yang berjumlah 1123 PUS. Responden berjumlag 64 orang. Analisa data
menggunakan uji statistic Chi-square. Perbedaan penelitian ini terletak dari
jumlah populasi, jumlah responden, tehnik analisis data. Persamaan penelitian
ini adalah metode penelitian, tehnik pengambilan sampel, dan pengumpulan
data sama-sama mengunakan kuesioner.

You might also like