You are on page 1of 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Dukungan
a. Dukungan suami
Suami adalah pasangan hidup istri atau ayah dari anak-anak (Hidayat,
2015). Suami mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu
keluarga tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting, dimana
suami sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah, akan tetapi
sebagai pemberi motivasi atau dukungan dalam berbagai kebijakan yang
akan diputuskan termasuk merencanakan keluarga (Hargi, 2013).
Dukungan suami merupakan salah satu sumber dukungan sosial.
Suami sebagai orang terdekat istri yang dapat memberikan kontribusi
yang baik bagi kesehatan istri. Kehadiran orang terdekat dapat
mempengaruhi emosional atau dapat memberikan efek perilaku bagi
penerimanya (Sari, 2010).
Dukungan suami adalah salah satu bentuk interaksi yang didalamnya
terdapat hubungan yang saling memberi dan menerima bantuan yang
bersifat nyata yang dilakukan oleh suami terhadap istrinya (Hidayat,
2015). Dukungan yang diberikan suami merupakan salah satu bentuk
interaksi sosial yang di dalamnya terdapat hubungan yang saling memberi
dan menerima bantuan yang bersifat nyata, bantuan tersebut akan
menempatkan individu-individu yang terlibat dalam sistem sosial yang
pada akhirnya akan dapat memberikan cinta, perhatian maupun sense of
attachment baik pada keluarga sosial maupun pasangan (Hargi, 2013).
Dukungan moral seorang suami pada istrinya hal yang memang
dibutuhkan dan sangat dianjurkan suami memberikan dukungan atau
motivasi yang lebih besar kepada istrinya (Dagun, 2012).

9
10

Banyak dukungan yang bisa diberikan kepada wanita atau ibu, namun
dukungan sosial yang paling efektif adalah dukungan dari suami.
Dukungan sosial ini bisa diwujudkan dengan beberapa cara misalnya
kesiapan finansial, dukungan informasi, dimana suami bisa mencarikan
informasi terkait dengan kesehatan reproduksi istri, juga dukungan
psikologis seperti menemani istri pergi ketempat pelayanan kesehatan.
Dengan demikian suami akan sadar bahwa kesehatan reproduksi istri tidak
hanya menjadi tanggung jawab suami tetapi keluarga, dan dengan ini
hubungan intim suami dan istri akan lebih harmonis (Utari, 2016).
Dukungan lingkungan juga akan sangat membantu istri untuk
mendapatkan kepercayaan diri, mengurangi rasa takut istri untuk
memperiksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan
masalah reproduksi istri (Utari, 2016).
b. Bentuk-bentuk Dukungan Suami
Adanya kedekatan emosional, suami mengijinkan istri terlibat dalam
suatu kelompok yang menginginkannya untuk berbagi minat, perhatian,
suami menghargai kemampuan dan keahlian istri, suami dapat diandalkan
saat istri membutuhkan bantuan, suami merupakan tempat bertgantung
untuk menyelesaikan maslah istri (Masruroh, 2015).
Cholil et all dalam Utari (2016) menyebutkan bahwa ada beberapa
bentuk dukungan yang dapat suami berukan kepada istri, diantaranya:
1) Dukungan Psikologi
Dukungan suami dalam hal ini berupa ungkapan empati,
kepedulian dan perhatian kepada istri. Misalnya suami menemani istri
saat pergi ketempat pelayanan kesehatan untuk memeriksakan
kesehatannya.
2) Dukungan sosial
Dukungan suami dalam hal ini bersifat nyata dalam bentuk materi
misalnya dengan memberikan kesiapan finansial, karena demi
meningkatkan kesehatan istri yang menyangkut keluarga suami rela
11

menyisihkan penghasilannya untuk membiayai istri melakukan


pemeriksaan kesehatannya.
3) Dukungan informasi
Dukungan suami dalam hal ini dapat berupa suami dapat
memberikan perhatian penuh kepada istri, misalnya suami mencari
informasi tentang macam-macam penyakit reproduksi yang dapat
menyerang sang istri dan memberitahukannya kepada sang istri,
melalui media elektronik atau media surat kabar. Dengan hal ini suami
merasa punya peran dan tanggung jawab dalam hal menjaga kesehatan
istrinya.
4) Dukungan Lingkungan
Dukungan suami dalam hal ini dapat berupa, membantu istri
mengerjakan pekerjaan rumah seperti bersih-bersih rumah atau
mencuci ketika istri sedang sakit dan tidak boleh kerja berat.
c. Jenis-jenis Dukungan Suami
Menurut Friedman (1998) dalam Hargi (2013), dukungan suami
terbagi menjadi empat jenis yaitu:
1) Dukungan Informasional
Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau
umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi
seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi
masalah dengan lebih mudah. Misalnya: suami memberikan informasi
pentingnya pemeriksaan pap smear untuk istri, suami perlu
memberikan informasi bahwa dengan melakukan pemeriksaan pap
smear maka akan menurunkan angka resiko kanker serviks.
2) Dukungan Penilaian
Dukungan penilaian adalah jenis dukungan dimana suami
bertindak sebagai pembimbing dan bimbingan umpan balik,
memecahkan masalah dan sebagai sumber validator identitas anggota
dalam keluarga. Menururt (House dalam Setiadi, 2008:22)
12

menyatakan bahwa dukungan penilaian merupakan bentuk


penghargaan yang diberikan seseorang kepada orang lain sesuai
dengan kondisinya. Bantuan penilaian dapat berupa penghargaan atas
pencapaian kondisi keluarga berdasarkan keadaan yang nyata. Bantuan
penilaian ini dapat berupa penilaian positif dan penilaian negatif yang
pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Misalnya: suami
mengingatkan istri untuk selalu menjaga kebersihan istrinya
khususnya organ kewanitaan yang jika kotor akan mudah terinfeksi
penyakit seperti kanker serviks.
3) Dukungan Instrumental
Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat
memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian
barang, makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat
mengurangi stress karena individu dapat langsung memecahkan
masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan instrumental
sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih
mudah. Misalnya: suami menyisihkan pendapatannya untuk
melakukan pemeriksaan pap smear bagi sang istri.
4) Dukungan Emosional
Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman,
yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga
individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini
sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat
dikontrol. Misalnya: suami memberikan perhatian dan kasih sayang
pada istrinya.
Dukungan suami punya artinya yang signifikan terhadap minat, sikap
dan perilaku istrinya. Namun terkadang masih banyak para suami tidak
menyadari perannya dengan baik salah satunya mendorong dan menjaga
kesehatan anggota keluarganya (istri). Untuk urusan kesehatan reproduksi
bukanlah hal sepele untuk sebuah rumah tangga, bila sang istri mengidam
13

suatu penyakit di alat reproduksinya itu akan berhubungan dengan


kesehatan sang suami dan keluarga, serta akan mempengaruhi hubungan
harmonis pasangan suami istri. Maka dari itulah baik suami-istri harus
saling menjaga dan memberikan support (Utari, 2016).
Dukungan suami yang kurang akan mengakibatkan sang istri malas
pergi memeriksakan diri ketempat pelayanan kesehatan, terutama masalah
kesehatan reproduksi, jarang sekali orang-orang yang memikirkan resiko-
resiko yang akan dialami jika jarang memeriksakan diri. Apabila suami
memberikan dukungan dalam benuk apapun, maka sang istri akan merasa
diperhatikan dan disayangi, dari itulah akan timbul minat dan perilaku
untuk memeriksakan kesehatan dirinya (Utari, 2016).
d. Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Suami
Cholil et all dalam Hargi (2013) menyebutkan ada beberapa faktor
yang mempengaruhi dukungan suami terhadap istri, di antaranya:
1) Budaya
Dibeberapa wilayah di Indonesia yang masyarakatnya masih
memegang tradisi (Patrilinial), mereka beranggapan bahwa istri adalah
“konco wingking” yang artinya kaum wanita tidak sederajat dengan
kaum pria, perbedaan itulah yang menjadikan wanita tugasnya
hanyalah untuk melayani kebutuhan dan keinginan suami saja.
2) Pendapatan
Pada masyarakat awam, kebanyakan 75%-100% pendapatannya
dipergunakan untuk membiayai keperluan hidup sehari-hari saja.
Jarang sekali ada yang memikirkan untuk menyisihkan uangnya untuk
memeriksakan diri ketempat pelayanan kesehatan. Pada akhirnya sang
istri tidak mampu membiayai dirinya untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan. Secara kongkrit dapat dikemukakan bahwa pemberdayaan
suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi keluarga
sehingga kepala keluarga tidak mempunyai alas an untuk tidak
memperhatikan kesehatan reproduksi istrinya.
14

3) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan suami berpengaruh dengan kesadarannya akan
pentingnya memeriksakan kesehatan reproduksi keluarganya (istri).
Tingkat pengetahuan suami juga akan mempengaruhi wawasan dan
pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga. Semakin rendah
tingkat pengetahuan suami maka akses terhadap informasi kesehatan
akan berkurang sehingga suami akan kesulitan mengambil keputusan
secara efektif.
2. Minat
a. Definisi
Minat menurut bahasa (Etimologi) adalah usaha dan kemauan untuk
mempelajari (learing) dan mencari sesuatu. Secara (Terminologi), minat
adalah keinginan, kesukaan dan kemauan terhadap sesuatu hal. Minat
adalah suatu proses yang tetap untuk memperhatikan dan memfokuskan
diri pada sesuatu yang diminatinya dengan perasaan senang dan rasa puas.
Witherington (1985 : 38) minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu
objek, orang lain, suatu soal atau situasi tertentu yang mengadung sangkut
paut dengan dirinya atau dipandang sebagai sesuatu yang sadar. Pada
setiap orang, minat berperan sangat penting dalam kehidupannya. Minat
mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap orang tersebut.
Minat menjadi sumber motivasi yang kuat dalam mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu (Suharyat, 2009).
H. C. Witherington (2011) mengatakan bahwa minat adalah suatu
perangkat mental yang terdiri dari campuran komponen-komponen seperti
perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan
lain yang mengarahkan individu kepada suatu pikiran tertentu. Secara
sederhana, mengatakan bahwa minat adalah kesadaran seseorang akan
sesuatu seperti objek, individu atau suatu suatu persoalan maupun situasi
yang punya sangkut paut dengan dirinya.
15

Minat mengandung unsur-unsur yang terdiri dari kognisi (mengenal),


emosi (perasaan), dan konasi (kehendak). Unsur kognisi, dalam arti minat
itu di dahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai objek yang dituju
oleh minat tersebut. Unsur emosi, dalam arti minat karena dalam
partisipasi atau pengalaman itu disertai dengan perasaan tertentu (perasaan
senang) sedangkan unsur konasi, dalam arti minat merupakan perpaduan
dua unsur di atas yaitu yang diwujudkan dalam bentuk kemauan dan
hasrat untuk melakukan suatu kegiatan (Ahmadi, 2013)
Dapat disimpulkan secara garis besar, minat memiliki dua pengertian,
yang pertama, usaha dan kemauan untuk mempelajari dan mencari
sesuatu, yang kedua, minat merupakan dorongan pribadi seseorang dalam
mencapai tujuan tertentu (Ahmadi, 2013).
Ada beberapa definisi minat dari beberapa ahli sebagai berikut
(Slameto, 2003):
1) Crow and Crow mengatakan bahwa minat (Interest) berhubungan
dengan daya gerak yang mendorong individu untuk cenderung atau
merasa tertarik pada sesuatu baik itu orang, benda, atau kegiatan
atau bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh
kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain, minat dapat menjadi
penyebab kegiatan dan penyebab partisipasi dalam kegiatan.
2) Elizabeth B. Hurlock mengatakan bahwa minat merupakan sumber
motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang
seseorang inginkan apabila mempunyai kebebasan untuk memilih.
Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka
merasa berminat, namun minat akan berkurang jika seseorang
tersebut tidak mendapatkan kepuasan.
3) Wiliam James menambahkan bahwa minat merupakan faktor
utama yang menentukan derajat keaktifan belajar atau melakukan
sesuatu. Artinya, minat tidak hanya diekspresikan melalui
pernyataan yang menunjukkan seseorang lebih menyukai sesuatu
16

dari pada yang lainnya, tetapi dapat juga diimplementasikan


melalui partisipasi aktif dalam suatu kegiatan. Suatu anggapan
yang keliru adalah bila mengatakan bahwa minat dibawa sejak
lahir. Minat adalah perasaan yang didapat karena berhubungan
dengan sesuatu. Minat terhadap sesuatu itu dipelajari dan dapat
mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi
penerimaan minat-minat baru. Jadi, minat terhadap sesuatu
merupakan hasil belajar dan cenderung mendukung belajar
aktivitas berikutnya. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa
lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas
suasana tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,
semakin besar minatnya.
4) Menurut Drs. Agus Sujanto minat adalah perbuatan perhatian yang
sengaja terlahir dengan kemauan dan bergabung pada minat dan
bakat. Sedangkan menurut Kriterinton minat adalah kesadaran
seseorang terhadap suatu objek, suatu soal atau situasi yang
mengandung sangkut paut dirinya.
Berbagai pendapat yang berbeda mengemukakan arti dari minat,
namun demikian pada dasarnya mengatakan bahwa minat itu
timbul dari dalam diri seseorang yang disertai dengan rasa senang
lalu diekspresikan dengan perbuatan, kalau seseorang tersebut
tidak berminat terhadap sesuatu, maka ia tidak akan
memperdulikannnya dan tidak pula diekspresikan dengan
perbuatannya.
b. Ciri – ciri minat
Azwar (2012) mengatakan terdapat ciri-ciri minat di dalam buku
“Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya” oleh Slameto sebagai
berikut:
17

1) Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang


menunjukkan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal dari pada
yang lain.
2) Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu subjek tertentu
cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap
subjek tersebut.
3) Minat dapat dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas
c. Macam – macam minat
Menurut Witherington mengelompokkan minat menjadi 2 macam
yaitu :
1. Minat primitif yaitu minat yang timbul di karenakan kebutuhan
individu akan sesuatu misalkan makanan, kebahagiaan hidup,
kesehatan atau berkebebasan beraktivitas. Minat ini dapat dikatakan
sebagai minat pokok dari manusia.
2. Minat kultural yaitu minat yang berasal dari kebiasaan di lingkungan
sosial yang merupakan hasil dari pendidikan atau pengalaman, dan
minat ini dikatakan sebagai minat pelengkap.
d. Faktor – faktor yang mempengaruhi minat
Menurut Crow and Crow dalam (Mahmud, 2001:56) yang
menyebutkan bahwa ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat
seseorang yaitu :
1. Faktor dorongan yang berasal dari dalam. Kebutuhan ini dapat berupa
kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan.
2. Faktor motif sosial. Timbulnya minat dari seseorang dapat didorong
dari motif sosial yaitu kebutuhan untuk sehat jasmani dan rohani,
karena jika sakit maka mempengaruhi kehidupan sosial dimana
mereka berada.
3. Faktor emosional. Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang
dalam menaruh perhatian terhadap sesuatu kegiatan atau obyek
tertentu.
18

Sedangkan menurut Johanes dalam Walgito (1999:35), menyatakan


bahwa “Minat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu minat intrinsik dan
ektrinsik.
1. Minat intrinsik
adalah minat yang timbulnya dari dalam individu sendiri tanpa
pengaruh dari luar. Minat intrinsik dapat timbul karena pengaruh
sikap, persepsi, jenis kelamin dan termasuk juga harapan.
2. Minat ekstrinsik adalah minat yang timbul karena pengaruh dari
luar”. Minat ekstrinsik dapat timbul karena pengaruh latar
belakang status sosial, ekonomi, dorongan keluarga, informasi,
lingkungan dan sebagainya.
Dalam meningkatkan minat seseorang diperlukan suatu pemusatan
perhatian agar apa yang di fokuskan akan membuat ketertarikan yang
akan membuat terjadinya suatu perubahan perilaku. Perubahan perilaku
ini meliputi seluruh pribadi individu baik kognitip, psikomotor maupun
afektif.
3. Pap Smear
a. Sejarah Pap Smear
Metode pap smear lahir secara tidak sengaja dari tangan seorang ahli
anatomi Yunani, George N. Papanicolaou pada tahun 1924 silam. Secara
tidak sengaja dia mengganti tingginya sel-sel abnormal pada sediaan
yang diambil dari pasien yang terkena kanker serviks. Tes ini dapat
mendeteksi perubahan sifat sel pada leher rahim. Di Indonesia, pap smear
sudah dikenal sejak tahun 1970-an. Sayangnya banyak mitos dan
anggapan yang menabukan area genital, masyarakat awam menganggap
bahwa area genital adalah sesuatu yang tabu untuk di perlihatkan pada
orang lain, sehingga membuat jenis tes ini tidak banyak dilakukan dan
tidak banyak wanita yang tahu tentang tes ini (Savitri, 2015).
19

b. Definisi
Pap smear merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan
dinding leher rahim, yang di lakukan secara cepat, tidak sakit serta hasil
yang akurat (Martini, 2015). Pap smear merupakan deteksi dini yang
sudah popular dan paling sering digunakan oleh banyak wanita di
bandingkan dengan pemeriksaan kanker serviks jenis yang lain. Pap smear
merupakan metode skrinning ginekologi yang dilakukan untuk
menemukan proses premalignant (prakeganasan) dan malignancy
(keganasan) di ektoservix (leher rahim bagian luar), inveksi dalam
endoservikx (leher rahim bagian dalam) dan endometrium (Savitri, 2015).
c. Manfaat pap smear
Pap smear digunakan sebagai alat pendeteksi. Meskipun pap smear
tidak otomatis mencegah kanker, pemeriksaan ini hanya cara kita untuk
mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang bersifat prakanker
(Martini, 2015). Setelah tiga kali atau lebih hasil pemeriksaan pap smear
tahunan normal, pemeriksaan tersebut dapat dilakukan lebih jarang sesuai
anjuran dokter (Afriatin, 2012).
Savitri (2015) menyatakan bahwa, pap smear dilakukan untuk
mendeteksi keberadaan sel kanker secara dini. Selain itu, pap smear juga
berfungsi sebagai :
1) Diagnosis dini keganasan sel abnormal, pap smear dapat digunakan
untuk mendeteksi adanya kanker serviks, keganasan tuba fallopi,
kanker endometrium, dan keganasan ovarium
2) Perawatan lanjutan dari masalah sel abnormal tersebut. Pap smear ini
dilakukan untuk perawatan ikutan setelah operasi, setelah pemberian
kemoterapi dan radiasi
3) Interdependen peradangan. Pap smear digunakan untuk mengetahui
proses peradangan pada bermacam-macam infeksi bakteri dan jamur
serta,
4) Digunakan sebagai pemantauan hasil terapi.
20

d. Tujuan pap smear


Tujuan pemeriksaan pap smear adalah untuk menemukan ada atau
tidaknya kelainaan pada mulut rahim. Meskipun kanker merupakan Jenis
penyakit yang mematikan, namun sebagian dokter ahli kanker
menyebutkan bahwa dari seluruh jenis kanker, kanker serviks termasuk
yang paling bisa di cegah dan di obati apabila dilakukan deteksi sejak
awal. Karenanya itu deteksi dini kanker serviks diharapkan dapat
mengurangi jumlah penderita kanker serviks (Martini, 2013).
Beberapa tujuan dari pemeriksaan pap smear yang di kemukakan oleh
Martini (2013) yaitu:
1) Untuk mendeteksi pertumbuhan sel-sel yang akan menjadi kanker
2) Untuk mengetahui normal atau tidaknya sel-sel di dalam serviks
3) Untuk mendeteksi perubahan prakanker pada serviks
4) Untuk mendeteksi infeksi-infeksi yang disebabkan oleh virus
urogenital dan penyakit-penyakit lainnya yang ditularkan melalui
hubungan seksual
5) Untuk mengetahui dan mendeteksi sel abnormal yang terdapat hanya
pada lapisan luar dari serviks dan tidak menginvasi bagian dalam
6) Untuk mengetahui keganasan kanker serviks.
e. Subyek yang memerlukan Pap Smear
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan pap smear biasanya
mereka yang tinggi aktivitas seksualnya. Namun tidak menjadi
kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas seksualnya
memeriksakan diri, yang perlu memeriksakan diri dengan pap smear
menurut Martini (2013) diantaranya adalah:
1) Wanita yang menikah dalam usia kurang dari 20 tahun
2) Wanita yang berusia 30 tahun atau lebih
3) Wanita yang telah melahirkan lebih dari 3 kali
4) Peserta KB yang sudah lebih dari 5 tahun (terutama dengan
kontrasepsi hormonal atau IUD)
21

5) Wanita yang mengalami perdarahan setiap kali senggama (contact


bleeding)
6) Wanita dengan keputihan kronis
7) Wanita yang sudah menopause dan mengeluarkan darah pervaginam
8) Wanita yang sering berganti-ganti pasangan seks.
f. Interval pemeriksaan pap smear
Banyak wanita tidak menyadari bahwa dirinya mempunyai resiko
untuk diserang virus HPV. Tidak masalah jika virus HPV tersebut masih
dalam golongan risiko rendah yang bias hilang sendiri tanpa tindakan
medis, walaupun pengobatannya sendiri membutuhkan waktu berbulan-
bulan. Tapi jika perempuan terkena virus HPV yang tergolong risiko
tinggi itu akan sangat bahaya dan berakibat kanker bahkan kanker serviks.
Banyak kasus kanker serviks terungkap setelah masuk tahap stadium akhir
atau sudah dalam tahap keparahan dan kemungkinan sembuhnya kecil.
Padahal, apabila terdeteksi sejak awal, seseorang yang terserang virus
HPV dapat di minimalkan penyakit kankernya dan dapat sembuh total
100% dengan pengobatan (Savitri, 2015).
Melakukan tes setiap tahun pada wanita yang termasuk resiko tinggi
yaitu yang melakukan hubungan seksual sebelum usia 20 tahun,
mempunyai mitra seks lebih dari 2 sepanjang hidupnya (Martini, 2013).
American Cancer society (2012) menyarankan hal yang sama, tetapi untuk
kelompok yang tidak mempunyai resiko tinggi cukup 3 tahun sekali.
Menurut WHO (2010), umur juga merupakan pertimbangan dalam
menentukan saat skrining dimulai dinegara-negara maju dan berkembang
insiden kanker invasif meningkat sampai umur 35 tahun dan menetap
sampai umur 60 tahun dan sesudah itu menurun. Atas dasar hal tersebut
diatas dengan pertimbangan maka disarankan sebagai berikut:
1) Skrining pada setiap wanita sekali pada wanita berumur 35 sampai 45
tahun.
22

2) Kalau fasilitas tersedia lakukan setiap 10 tahun pada wanita berumur


35 sampai 55 tahun
3) Kalau fasilitas tersedia lebih maka dilakukan setiap 5 tahun sekali
pada wanita berumur 35 sampai 55 tahun
4) Ideal atau jadwal yang optimal setiap 3 tahun pada wanita berumur 25
sampai 60 tahun. Departemen kesehatan menganjurkan bahwa semua
wanita yang berusia 20-60 tahun harus melakukan Pap Smear paling
tidak setiap 5 tahun.
Sedangkan menurut (Evennet, 2004 dalam Martini, 2015)
menyebutkan bahwa The British Medical Association Family Health
Encyclopedi menganjurkan bahwa seorang wanita harus melakukan pap
Smear dalam 6 bulan setelah pertama kali melakukan hubungan seksual,
dengan tes pap kedua 6-12 bulan setelah pap Smear pertama (karena suatu
perubahan kecil dapat menghilangkan suatu abnormalisasi dalam suatu
pap Smear) dan hasil yang diberikan adalah normal pada selang waktu
(interval) 3 tahun selama masa hidupnya.
Sedangkan menurut Savitri (2015 ) menyatakan bahwa :
1) Semua wanita harus memulai tes skrining kanker serviks dimulai usia
21. Wanita usia 21-29 tahun setidaknya harus melakukan tes pap
smear setidaknya 3 tahun sekali. Pada usia ini, tes HPV tidak perlu
dilakukan apabila menunjukan hasil normal
2) Awal usia 30 tahun, para wanita bias melakukan tes pap yang dapat
dikombinasikan dengan tes HPV setiap 5 tahun sekali. Proses ini
disebut dengan co-testing dan harus terus dilakukan hingga usia 65
tahun
3) Opsi lain mengatakan bahwa usia 30-65 dapat dilakukan tes pap
sebanyak 3 tahun sekali
4) Wanita yang mempunyai resiko tinggi terkena kanker serviks
disebabkan menurunnya imun tubuh (misalnya karena infeksi HIV,
transplantasi organ, atau penggunaan steroid yang berlangsung lama)
23

wanita dengan hal ini diharuskan untuk melakukan skrining lebih


sering dibandingkan dengan yang tidak memiliki hal-hal di atas.
Tentunya dengan petunujk dokter
5) Wanita usia 65 tahun keatas yang telah melakukan tes skrining secara
berkala selama 10 tahun terakhir bias menghentikan skrining. Selama
pemeriksaan sebelumnya mereka tidak didiagnosis memiliki tahapan
prakanker
6) Wanita yang telah melakukan hysterectomy secara total (pengambilan
uterus dan serviks) harus menghentikan skrining seperti tes pap dan
tes HPV. Terkecuali jika hysterectomy dilakukan sebagai terapi untuk
tahap prakanker serviks. Namun, untuk wanita yang melakukan
hysterectomy tanpa pengangkatan serviks (a supra-cervical
hysterectomy) tetap harus melanjutkan skrining
7) Wanita usia berapapun tidak boleh melakukan skrining setiap satu
tahun sekali denga berbagai metode skrining. Terkecuali, bagi wanita
yang mendapatkan hasil tes abnormal pada pemeriksaan skrining
sebelumnya. Tetapi tetap dalam pemantauan dokter
8) Wanita yang telah mendapatkan vaksin anti HPV tetap harus
mengikuti panduan di atas (Savitri, 2015).
g. Persiapan Sebelum Melakukan Pap smear
Sama sepereti prosedur medis lainnya, (Rahayu, 2010 dalam Savitri,
2015) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang harus pasien perhatikan
sebelum melaksanakan pap smear pada pasien antara lain:
1) Berikan informasi yang apa adanya kepada petugas kesehatan
berhubungan dengan riwayat kesehatan, penyakit, dan kegiatan
seksual yang dialami,
2) Waktu pengambilan sediaan minimal dua minggu setelah menstruasi
dimulai dan sebelum menstruasi berikutnya,
3) Tidak melakukan hubungan intim selama 24 jam sebelum proses
pemeriksaan,
24

4) Tidak boleh menggunakan obat-obat atau cairan kimia pervaginam


(termasuk antiseptic) minimal 24 jam sebelum pemeriksaan,
5) Tidak boleh memasukan obat-obatan yang dimasukan ke dalam
vagina minimal 48 jam sebelum pemeriksaan,
6) Tidak boleh menggunakan tampon minimal selama 24 jam sebelum
pemeriksaan,
7) Hindari mandi menggunakan bath tub selama 24 jam sebelum
pemeriksaan. Hal ini untuk menghindari kontaminasi benda sing
pada vagina,
8) Ibu pasca melahirkan, pasca operasi Rahim, pasca caradiasi
sebaiknya tidak melakukan tes sampai 6-8 minggu kemudian,
9) Penderita yang mendapatkan pengobatan lokal seperti vagina
supostoria atau ovula sebaiknya dihentikan 1 minggu sebelum pap
smear, dan
10) Pada saat pengambilan sediaan, usahakan otot-otot vagina dalam
keadaan rileks.
h. Alat Pengambilan Sediaan
Prosedur untuk melakukan pap smear lumayan panjang dan kompleks.
Petugas kesehatan dan pasien perlu memperatikan beberapa hal, misalkan
alat kelengkapan tes, cara pengambilan sediaan yang benar, hingga
kemampuan membaca dan menginterpretasikan hasil tes. (Hidayat, 2004
dalam Savitri, 2015) mengatakan bahwa, alat-alat yang perlu di
persiapkan untuk melakukan pap smear, antara lain :
1) Formulir konsultasi sitology,
2) Meja ginekologi,
3) Spatula anye yang dimodifikasi,
4) Cytobrush,
5) Kaca benda/preparat yang pada satu sisinya sudah diberi label,
6) Speculum cocor bebek (graves) kering,
7) Sarung tangan steril,
25

8) Cahaya lampu/senter, dan


9) Plester (untuk identifikasi preparat)).
i. Cara Pengambilan Sediaan
Secara teknis, pap smear adalah pengambilan sampel (sediaan) dengan
cara menyapukan/mengusap vagina untuk diambil lender leher rahimnya.
Pengambilan ini menggunakan spatula atau sikat halus/brush sejenisnya.
Selanjutnya, sediaan akan dioleskan ke kaca/preparat yang sudah diberi
label untuk diinterpretasi hasilnya. Berikut proses pengambilan sampel
(sediaan) menurut (Savitri, 2015), antara lain:
1) Sebelum pengambilan sediaan pastikan label spesimen sudah diisi agar
tidak tertukar dengan specimen pasien lainnya. Pastikan bahwa
preparat sudah ditulis tanggal pengambilan, nama, nomor identitas
pasien secara lengkap,
2) Pastikan petugas yang akan melakukan baik itu dokter, perawat atau
bidan mengenakan sarung tangan,
3) Pasang spekulum cocor bebek steril tanpa menggunakam bahan pelicin
untuk membuka vagina sehingga terlihat serviks uteri. Pastikan juga
untuk membuang material yang mengganggu visualisasi serviks dan
mengganggu hasil pemeriksaan secara cermat,
4) Jika menggunakan cytobrush masukan alat tersebut ke dalam vagina
hingga menyentuh kanalis servikalis sedalam 1-2 cm kemudian putar
360 derajat, dan
5) Bila menggunakan spatula ayre, spatula ayre diusapkan 360 derajat
searah jarum jam pada permukaan serviks uteri, sengan sedikit
tekanan tanpa melukainya,
6) Cytobrush atau spatula ayre yang sudah di gunakan dan masih
berlendir tadi di usapkan ke preparat/kaca yang sudah diberi label,
cara mengusapnya hanya setengah bagian kaca dan hanya diusap 1
kali saja,
26

7) Segera semprot preparat tadi dengan bahan fiksasi atau masukan


preparat tersebut kedalam tabung berisi larutan fiksasi. Sediaan
difiksasi selama 30 menit,
8) Sediaan lalu dikeringkan dengan menggunakan pengering udara,
9) Bawa hasil sediaan ke laboratorium sitology. Warnai dengan metode
pewarnaan jauh dari tempat praktik, preparat bisa dimasukan kedalam
amplop/pembungkus yang dapat menjamin kaca preparat tidak pecah,
10) Amati hasil pengambilan secara cermat dengan menggunakan
mikrosop binokuler dan interpretasikan hasilnya.
j. Klasifikasi dan Interpretasi Hasil Pap Smear
Hasil tes pap smear memang terkadang memiliki hasil yang berbeda-
beda. Tergantung dari banyaknya hal. Walaupun begitu, perlu di
perhatikan yang dijadikan patokan bahwa pengambilan sediaan yang baik,
fiksasi dan pewarnaan sediaan yang baik serta kemampuan pengamatan
dan kemampuan diagnosis yang baik menjadikan tingkat keakuratan
semakin tinggi (Savitri, 2015). Hasil pemeriksaan sitologi ginekologik pap
smear biasanya dilaporkan dengan suatu cara tertentu disebut dengan
klasifikasi atau terminologi. Ada beberapa jenis klasifikasi hasil
pemeriksaan sitologi pap smear pada dasarnya kurang lebih sama
menurut (Savitri, 2015), yaitu
27

Table 2.1
Klasifikasi dan interpretasi hasil pemeriksaan pap smear
1) Klasifikasi menurut Papanicolou
Kelas Klasifikasi Interpretasi
Kelas 0 Tidak terbaca Harus dilakukan tes ulang
Kelas I Normal, karena hanya Identic dengan normal. Tetapi
ditemukan sel normal. tepat harus dilakukan tes
ulang 1 tahun berikutnya
Kelas II Radang ringan/berat Menunjukan tanda infeksi
dengan penyakit yang ringan non spesifik,
diketahui secara pasti kadangkala disertai:
atau belum pasti. > kuman / virus tertentu, dan
Ditemukan sel atipik > sel dengan kariotik ringan
tapi belum dikatakan Lakukan pemeriksaan ulang 1
ganas. tahun berikutnya.
Lakukan pengobatan yang
sesuai dengan penyakitnya
dengan pantauan dokter.
Bila ada erosi atau radang
bernanah, pemeriksaan
dilakukan 1 bulan setelah
pengobatan berlangsung
boleh dilakukan lagi.
Kelas III Radang dengan tanda Ditemukan sel diagnostik
prakanker. sedang dengan keradangan
Gambaran sitology berat.
mengesankan tetapi Segera dilakukan
tidak konklusif pemeriksaan ulang seletah 1
keganasan. bulan pengobatan
berlangsung.
28

Kelas IV Dicurigai ada kanker. Ditemukan sel-sel yang


Gambaran sitology dicurigai merupakan
menyatakan adanya keganasan.
keganasan. Pasca pemeriksaan segera
lakukan biopsy.
Segera lakukan tes pap smear
kembali dengan kreping lebih
dalam dan di ambil 3 bagian.
Kelas V Dipastikan ada kanker. Ditemukan sel-sel ganas.
Gambaran sitology Pasca pemeriksaan, lakukan
menyatakan adanya biopsy.
keganasan. Segera lakukan tes pap smear
ulang dengan kreping lebih
dalam dan diambil 3 bagian.
Sumber : Astrid, (2015).
2) Martini (2013) menyatakan bahwa ada 4 klasifikasi dan interpetasi
pemeriksaan pap smear sebagai berikut:
a) Negatif : tidak terdapat sel ganas
b) Displasia : kecurigaan sel ganas
c) Positif : terdapat sel ganas
d) Inkonklusif : sediaan tidak dapat di interprestasikan
k. Faktor yang mempengaruhi tindakan Pap smear
Tindakan pap smear pada seorang wanita pasangan usia subur (wanita
pus) dipengaruhi berbagai faktor yaitu faktor dari dalam dirinya sendiri
(perilaku wanita pus) dan dukungan dari lingkungan (dukungan keluarga
dalam hal ini secara khusus suami). Sebagaimana kita ketahui perilaku
sangat mempengaruhi seseorang dalam bertingkah laku menurut
(W.Green, 1980 dalam Martini, 2013), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor
utama yaitu:
29

1) Faktor predisposisi (predisposing faktors), yaitu: faktor predisposisi


timbulnya perilaku seperti umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan,
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan lain sebagainya.
2) Faktor pendukung (enabling faktors) yaitu: faktor yang mendukung
timbulnya perilaku seperti lingkungan fisik dan sumber - sumber yang
ada di masyarakat misalnya: Tersedianya tempat pelayanan
pemeriksaan yang terjangkau masyarakat dan lain sebagainya.
3) Faktor pendorong (reinforcing faktors) yaitu: faktor-faktor yang
memperkuat atau mendorong seseorang untuk berperilaku yang
berasal dari orang lain misalnya: keluarga, kelompok, guru, petugas
kesehatan dan pengambil keputusan yang mendukung perilaku
tindakan pap smear.
l. Indikator minat untuk pap smear
Sepa (2015) menyatakan bahwa ada beberapa indikator minat untuk
melakukan pemeriksaan pap smear berikut diantaranya:
1) Keinginan
Keinginan adalah segala sesuatu yang di butuhkan oleh seseorang,
dan apabila tidak terpenuhi tidak akan mempengaruhi kehidupan orang
tersebut. Dalam hal ini keinginan merupakan pendorong seseorang
untuk menuju atau mencapai suatu hal yang baik bagi kehidupannya.
Jika seseorang tersebut tidak memiliki keinginan untuk mencegah
penyakit (deteksi dini) maka tidak akan berubah status kesehatannya
justru akan semakin menjadikan resiko penyakit di kemudian hari.
2) Kebutuhan
Kebutuhan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan oleh seseorang,
yang apabila tidak bisa terpenuhi maka dapat mengganggu
kelangsungan hidup orang tersebut. Dalam hal ini pap smear bisa di
jadikan suatu kebutuhan namun dilihat lagi dari persepsi masing-
masing individu, apakah merasa membutuhkan atau tidak. Namun
sebenarnya pap smear ini sangat di anjurkan dan telah di tetapkan
30

dalam peraturan mentri kesehatan dalam pasal yang mengatur tentang


“pencegahan penyakit”. Jika dilihat dari kebutuhan, pap smear
termasuk salah satu kebutuhan seseorang terutama wanita usia subuh
atau wanita yang rentan terserang virus penyebab kanker serviks,
karena jika tidak di lakukan maka akan beresiko terserang virus
penyebab kanker serviks tersebut hal ini akan mengganggu kesehatan.
Kesehatan adalah komponen yang sangat penting bagi kehidupan
itulah sebabnya sebaiknya kita menjaga kesehatan dengan cara deteksi
dini penyakit.
3) Kemauan
Kemauan merupakan salah satu faktor yang mendorong seseorang
untuk mengerjakan suatu hal dalam kehidupan nyata. Kemauan
merupakan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri. Dorongan
dapat juga di katakana sebagai kehendak yang terarah pada tujuan-
tujuan tertentu. Dalam hal ini kemauan merupakan hal yang penting
untuk individu melakukan hal yang baik dan bermanfaat misalnya
deteksi dini penyakit dengan pap smear. Jika ada kemauan maka ada
pendorong seseorang tersebut untyk melakukan pap smear.
4) Ketertarikan (interest)
Ketertarikan adalah syarat mutlak seseorang untuk mengetahui,
memahami dan memiliki tentang sesuatu hal. Jika tidak ada
ketertarikan maka suatu hal akan dilihat hanya sekali dan di abaikan.
Ketertarikan erat hubungannya dengan minat, tanpa ketertarikan atau
minat maka seseorang tidak akan bergerak dan berperilaku. Ada
kaitannya dengan deteksi dini (pap smear) tanpa minat maka
seseorang tidak akan melakukan hal ini.
5) Biaya
Biaya atau ekonomi bisa di sebut dengan kebutuhan dasar bagi
manusia, dimana tanpa biaya manusia tidak dapat memenuhi
kebutuhannya. Seringkali karena kendala biaya seseorang
31

mengabaikan kesehatannya. Kesehatan dan biaya ini


berkesinambungan, semakin buruk kesehatan seseorang maka semakin
tinggi biaya yang harus di keluarkan. Hal inilah yang masi menjadi
perdebatan pemerintah dari masa ke masa bagaimana cara untuk
meningkatkan derajat kesehatan manusia dengan biaya yang bisa
dijangkau. Namun sekarang ini sudah banyak program pemerintah
terkait dengan pelayanan kesehatan, maka itu individu baiknya
memanfaatkan hal tersebut khususnya dalam hal skrinning kanker
serviks bagi wanita yang rentan beresiko.
4. Kenapa wanita usia 20-60 tahun harus pap smear
Tidak semua orang harus melakukan pap smear, ini hanya boleh
dilakukan oleh orang yang sudah berumah tangga atau yang sudah pernah
melakukan hubungan seks rutin. Kanker servik biasanya mulai menyerang
wanita yang berusia 25-60 tahun yang aktif secara seksual. Masih banyak
wanita yang belum tahu pentingnya melakukan pemeriksaan pap smear,
padahal jika pap smear dilakukan rutin, maka dapat menurunkan 10-20%
resiko kanker serviks di bandingkan wanita yang tidak pernah melakukan pap
smear (Rozi, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Sepa (2015) menyatakan bahwa wanita di
usia 20-60 tahun masih bisa terkena kanker servik, dan usia 20-60 tahun
adalah usia yang di anjurkan untuk melakukan pap smear, karena sekarang ini
sudah banyak wanita di usia 20 tahun kebawah yang sudah menikah atau
sudah melakukan hubungan seks dan usia 60 tahun adalah usia dimana wanita
sudah menopause tapi punya kemungkinan terkena kanker serviks yang
disebabkan oleh kebiasaan-kebiasaan buruk di masa mudanya, karena kanker
serviks itu tidak bisa di kenali sejak dini, tanda gejala kanker serviks akan
timbul atau di rasakan setelah tahunan bahkan 10 tahun lamaya.

You might also like