You are on page 1of 95

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA

A. Definisi Keluarga
Menurut Bailon dan Maglaya (1978) mendefinisikan keluarga adalah dua atau lebih
individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan
atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai peran
masing–masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1989). Perawatan kesehatan keluarga (Family
Health Nursing) adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau
dipusatkan kepada keluarga sebagai unit atau satu-kesatuan yang dirawat, dengan sehat
sebagai tujuannya dan melalui perawatan sebagai sarananya.
Menurut Departemen Kesehatan (1988) mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal di satu atap dalam keadaan saling bergantungan. Menurut Friedman (2002)
mendefinisikan keluarga adalah kumpulan dua orang manusia atau lebih, yang satu sama
yang lain saling terikat secara emosional, serta bertempat tinggal yang sama dalam satu
daerah yang berekatan.
Menurut BKKBN (1992) mendefinisikan keluarga adalah unit terkcil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan
anaknya, atau ibu dengan anaknya. Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua
orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari
bapak, ibu, adik, kakak, kakek dan nenek ( Reisner, 1980). Menurut UU No. 10 tahun 1992
keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri
dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

1
B. Fungsi Keluarga
Friedmann (1986) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai berikut :
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis
kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan
dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga silang mempertahankan iklim yang
positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan
dalam kelduarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif,
seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif. Komponen yang
perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah : Saling
mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota
keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Maka,
kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya
tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim di dalam
keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diluar
keluarga/masyarakat. Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberdasan dan hak setiap angota keluarga serta selalu mempertahankan iklim
yang positif maka fungsi afektif akan tercapai. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga
dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan antara anggota keluarga
dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek
kehidudpan anggota keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang
positif sehingga anak-anak dapat meniru tingkat laku yang positif dari kedua orang
tuanya. Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan kebahagiaan
keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena
fungsi afektif di dalam keluarga tidak dapat terpenuhi.
2. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang
menghasilkan interaksi social dan belajar berperan dalam lingkungan social (Fiedmann
1986) Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk
belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan
orang-orang yang disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam
bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui
interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi
anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui
hubungan dan interaksi keluarga.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan
biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan
keturunan.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluargta seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang antara
suami dan istri hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.
5. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan,
yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi
status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :


a. Mengenal masalah kesehatan
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan masyarakat.
Dalam (Setiadi, 2008), fungsi keluarga adalah beberapa fungsi yang dapat dijalankan
keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan.
2) Memelihara dan membesarkan anak.
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga.
b. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
2) Memberikan perhatian di antara anggota keluarga.
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
4) Memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi Sosialisasi
1) Membina sosial pada anak.
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
anak.
3) Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutu-han keluarga.
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan
datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua, dan sebagainya.
e. Fungsi Pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

f. Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan
kepribadian anggota keluarga.
g. Fungsi Perawatan Kesehatan
1) Melindungi keamanan dan kesehatan dari seluruh anggota keluarga.
2) Menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual
dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga.
3) Mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.

C. Tipe/ Bentuk Keluarga


Dalam (Sri Setyowati, 2007) tipe keluarga dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Tipe Keluarga Tradisional
a. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-
anak.
b. Keluarga Besar (Exstended Family) adalah keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
c. Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri tanpa
anak.
d. “Single Parent”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu)
dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
e. “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa
(misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau
kuliah).
2. Tipe Keluarga Non Tradisional
a. The Unmarriedteenege other
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa
nikah.
b. The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.

c. Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara
hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang
sama : sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak
bersama.
d. The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
e. Gay And Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama sebagaimana suami istri
(marital partners).
f. Cohibiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan karena beberapa alasan
tertentu.
g. Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling
merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anaknya.
h. Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai-nilai, hidup bersama atau berdekatan satu
sama lainnya dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara di dalam
waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j. Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena
krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem
kesehatan mental.

k. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam
kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

Menurut Allender dan Spradley (2001), pembagian tipe keluarga, yaitu :


1. Keluarga Tradisional
a. Keluarga Inti (Nuclear Family), yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak
kandung atau anak angkat.
b. Keluarga besar (Extended family), yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain
yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman, dan bibi.
c. Keluarga dyad, yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
d. Single parent, yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak
kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian.
e. Single adult, yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa saja.
f. Keluarga usia lanjut, yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia
lanjut.
2. Keluarga Non Tradisional
a. Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah.
b. Orang tua (ayah/ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama
dalam satu rumah.
c. Homoseksual, yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu
rumah tangga.

Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan Darmawan (2005), tipe
keluarga, yaitu :

1. Keluarga berantai (sereal family), yaitu keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang
menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
2. Keluarga berkomposisi, yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup
secara bersama-sama.
3. Keluarga kabitas, yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan.

Menurut Sudiharto (2007), beberapa tipe/bentuk keluarga adalah sebagai berikut:


1. Keluarga Inti (nuclear family), adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan
yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak baik karena kelahiran
(natural) maupun adopsi.
2. Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat asal seseorang
dilahirkan.
3. Keluarga Besar (extended family), keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena
hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga
modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis
(guy/lesbian families).
4. Keluarga Berantai, keluarga yang terbentuk karena perceraian dan/atau kematian
pasangan yang dicintai dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan suatu keluarga inti.
5. Keluarga duda atau janda (single family), keluarga yang terjadi karena perceraian
dan/atau kematian pasangan yang dicintai.
6. Keluarga komposit (composite family), keluarga dari perkawinan poligami dan hidup
bersama.
7. Keluarga kohabitasis (Cohabitation), dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan,
bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk keluarga ini tidak lazim dan
bertebtangan budaya timur. Namun, lambat laun, keluarga kohabitasi ini mulai dapat
diterima.
8. Keluarga inses (incest family), seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh
informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya anak
perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ibu menikah dengan anak kandung laki-
laki, paman menikah dengan keponakannya, kakak menikah dengan adik dari satu ayah
dan satu ibu, dan ayah menikah dengan anak perempuan tirinya. Walaupun tidak lazim
dan melanggar nilai-nilai budaya, jumlah keluarga inses semakin hari semakin besar.
Halini dapat kita cermati melalui pemberitaan dari berbagai media cetak dan elektronik.
9. Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan.
Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak
diikat oleh perkawinan. Contoh keluarga tradisional adalah ayah-ibu dan anak hasil dari
perkawinan atau adopsi. Contoh keluarga nontradisional adalah sekelompok orang tinggal
di sebuah asrama.

D. Ciri Keluarga
1. Ciri-ciri umum keluarga
Menurut Mac Iver dan Page dalam Khairuddin (1997:6) ciri-ciri umum keluarga adalah
sebagai berikut:
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
b. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara.
c. Suatu sistem tata nama, termasuk perhitungan garis keturunan.
d. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang
mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan
dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
e. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau
bagaimanapun tidak mungkin terpisah terhadap kelompok keluarga.
2. Ciri-ciri khusus keluarga
Menurut Khairuddin (1997:7) cirri-ciri khusus keluarga adalah:
a. Kebersamaan
b. Dasar-dasar emosional
c. Pengaruh perkembangan
d. Ukuran yang terbatas
e. Posisi inti dalam struktur sosial
f. Tanggung jawab para anggota
g. Aturan kemasyarakatan

E. Struktur Keluarga
Struktur keluarga bermacam-macam, diantaranya :
1. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui garis ayah.
2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui garis ibu.
3. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal, sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami atau istri (Nasrul Effendy, 1998).

Ciri-ciri struktur keluarga :


1. Terorganisasi
Saling berhubungan, saling ketergantungan antara aggota keluarga.
2. Ada keterbatasan
Setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing. (Anderson
Carter)

Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas:


1. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara jujur,
terbuka, melibatkan emosi, dan ada hierarki kekuatan. Komunikasi dalam keluarga ada
yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada
dalam komponen komunikasi seperti : sender, chanel-media, massage, environtment dan
reciever. Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah:
a. Karakteristik pengirim yang berfungsi, yaitu yakin ketika menyampaikan pendapat,
jelas dan berkualitas, meminta feedback, menerima feedback
b. Pengirim yang tidak berfungsi
1) Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang
obyektif)
2) Ekspresi yang tidak jelas (contoh: marah yang tidak diikuti ekspresi wajahnya)
3) Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan sesuatu yang
tidak didasari pertimbangan yang matang. Contoh ucapan salah benar, baik/buruk,
normal/tidak normal, misal: ”kamu ini bandel…”, ”kamu harus…”
4) Tidak mampu mengemukakan kebutuhan
5) Komunikasi yang tidak sesuai
c. Karakteristik penerima yang berfungsi
1) Mendengar
2) Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)
3) Memvalidasi
d. Penerima yang tidak berfungsi
1) Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar
2) Diskualifikasi, contoh : ”iya dech…..tapi….”
3) Offensive (menyerang bersifat negatif)
4) Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi)
5) Kurang memvalidasi
e. Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi
1) Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira
2) Komunikasi terbuka dan jujur
3) Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga
4) Konflik keluarga dan penyelesaiannya
f. Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi
1) Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu)
2) Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi
3) Kurang empati
4) Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri
5) Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
6) Komunikasi tertutup
7) Bersifat negatif
8) Mengembangkan gosip

2. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam
masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak.
3. Struktur kekuatan dan struktur nilai
Kekuatan merupakan kemampuan (potensi dan actual) dari individu untuk mengontrol,
mempengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain kearah positif. Ada beberapa macam
tipe stuktur kekuatan :
a. Legitimate power (power).
b. Referent power (ditiru).
c. Reward power (hadiah).
d. Coercive power (paksa).
e. Affective power.
f. Expert power (keahlian).
4. Struktur Norma dan nilai
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan dan mengikat anggota keluarga dalam
budaya tertentu. Norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial
tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan sekitar masyarakat keluarga.

F. Tugas Keluarga
Ada 8 (delapan) tugas pokok keluarga, yaitu :
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan anggota-anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-
masing.
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota-anggota keluarga.
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
8. Memberikan dorongan dan semangat para anggota keluarga.
Menurut Friedman (2010) sesuai dengan Fungsi Pemeliharaan Kesehatan, keluarga
mempunyai Tugas-tugas dalam bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarganya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
3. Memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit atau yang tidak mampu membantu
dirinya sendiri karena kecacatan atau usianya yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan dengan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

G. Tahap Perkembangan Keluarga


Duvall (1985) Membagi keluarga dalam 8 tahap perkembangan, yaitu :
1. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan.
b. Menetapkan tujuan bersama.
c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social.
d. Mendiskusikan rencana memiliki anak (atau KB).
e. Persiapan menjadi orang tua.
f. Memahami Pre Natal Care.
2. Keluarga dengan Anak Pertama < 30 bln (Child Bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang kemungkinan akan menimbulkan
krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
a. Adaptasi perubahan anggota keluarga terhadap peran, interaksi, seksual dan kegiatan
lainnya.
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
c. Membagi peran dan tanggung jawab.
d. Memberikan bimbingan sebagai orang tua terkait pertumbuhan dan perkembangan
anak.
e. Konseling KB Post Partum.
f. Menata ruang untuk anak.
g. Menata ulang biaya/dana Child Bearing.
h. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
3. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
a. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
b. Membantu anak bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan kebutuhan anak pra sekolah.
d. Merencanakan kelahiran/kehamilan berikutnya.
e. Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
f. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
g. Pembagian tanggung jawab.
h. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh kembang anak.
4. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6-13 th)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
a. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah, maupun
lingkungan yang lebih luas.
b. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektualnya.
c. Menyediakan aktivitas untuk anak.
d. Menyesuaikan pada aktivitas kominitas dengan mengikut sertakan anak.
e. Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan
anggota keluarga.
5. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 th)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
a. Pengembangan terhadap remaja dengan memberikan kebebasan yang seimbang dan
bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang dewasa muda yang mulai
memiliki otonomi.
b. Memelihara komunikasi terbuka.
c. Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
d. Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
6. Keluarga dengan Anak Dewasa
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
a. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan merelakan kepergiannya.
b. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
c. Mempertahankan keintiman.
d. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
e. Manata kembali fasilitas dan sumber daya yang ada pada keluarga.
f. Berperan sebagai suami-istri, kakek ataupun nenek.
g. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya.
7. Keluarga Usia Pertengahan (Middle Age Family)
Tugas perkembangan keluarga pada masa ini adalah :
a. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat social dan
waktu santai.
b. Memulihkan hubungan antara generasi muda-tua.
c. Keakraban dengan pasangan.
d. Memelihara hubungan/komunikasi/kontak dengan anak dan keluarga.
e. Persiapan menghadapi masa tua/pensiun.
8. Keluarga Lanjut Usia
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
a. Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup.
b. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
c. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
d. Melakukan life review masa lalu.

H. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan
yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Berbagai peranan yang
terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut
1. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak – anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkunganya.
2. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak – anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosial serta sebagai anggota masyarakat di
lingkungannya, disamping itu juga ibu perperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
3. Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya
baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi secara
terus-menerus tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga yang terdiri dari beberapa tahap meliputi:
1. Pengumpulan data, yaitu:
a. Data umum:
1) Identitas Kepala Keluarga
Nama atau inisial kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan
dan pendidikan kepala keluarga, komposisi keluaga yang terdiri atas nama atau
inisial, jenis kelamin, umur, hubungan dengan kepala keluarga, agama,
pendidikan, status imunisasi, dan genogram dalam tiga generasi.
2) Tipe Keluarga
Menjelaskan jenis tipe keluarga (tipe keluarga tradisional atau tipe keluarga non
tradisional).
3) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
atau kebiasaan-kebiasaan terkait dengan kesehatan.
4) Agama
Mengkaji agama dan kepercayaan yang dianut oleh keluarga yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
5) Status Sosial Ekonomi Keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan seliuruh anggota
keluarga baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu,
status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
6) Aktivitas Rekreasi
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk
mengunjungi tempat rekreasi, tetapi juga penggunaan waktu luang atau senggang
keluarga.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Menurut Duvall, tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti dan mengkaji sejauh mana keluarga melaksanakan tugas tahap
perkembangan.
2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendalanya.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga Inti
Menjelaskan riwayat kesehatan masing-masing anggota pada keluarga inti, upaya
pencegahan dan pengobatan pada anggota keluarga yang sakit, serta pemanfaatan
fasilitas pelayanan kesehatan.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya
Menjelaskan kesehatan keluarga asal kedua oragtua.
c. Data Lingkungan
1) Karakteristik dan Denah Rumah
Menjelaskan gambaran tipe rumah, luas bangunan, pembagian dan pemanfaatan
ruangan, ventilasi, kondisi rumah, tata perabotan, kebersihan dan sanitasi
lingkungan, ada atau tidak sarana air bersih dan sistem pembuangan limbah.
2) Karakteristik Tetangga dan Komunitasnya
Menjelaskan tipe dan kondisi lingkungan tempat tinggal, nilai dan norma atau
aturan penduduk setempat serta budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.
3) Mobilitas Keluarga
Ditentukan dengan apakah keluarga hidup menetap dalam satu tempat atau
mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal.
4) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul atau berinteraksi
dengan masyarakat lingkungan tempat tinggal.

5) Sistem Pendukung Keluarga


Sumber dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan
masyarakat setempat serta jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimiliki
keluarga untuk meningkatkan upaya kesehatan.
d. Struktur Keluarga
1) Pola Komunikasi Keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga menggunakan sistem
tertutup atau terbuka, kualitas dan frekuensi komunikasi yang berlangsung serta
isi pesan yang disampaikan.
2) Struktur Kekuatan Keluarga
Mengkaji model kekuatan atau kekuasaan yang digunakan keluarga dalam
membuat keputusan.
3) Struktur dan Peran Keluarga
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal
maupun informal.
4) Nilai dan Norma Keluarga
Menjelaskan nilai norma yang dianut keluarga dengan kelompok atau komunitas
serta bagaimana nilai dan norma tersebut mempengaruhi status kesehatan
keluarga.
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam
keluarga, dukungan anggota keluarga, hubungan psikososial dalam keluarga, dan
bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
2) Fungsi Sosial
Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh mana anggota keluarga
belajar disiplin, nilai, norma, dan budaya serta perilaku yang berlaku di keluarga
dan masyarakat.
3) Fungsi Pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) Kesehatan
Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, dan perlindungan
terhadap anggota keluarga yang sakit. Pengetahuan keluarga mengenai sehat –
sakit, kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga,
yaitu:
a) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Sejauh mana keluarga mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan meliputi
pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan yang mempengaruhi serta persepsi
keluarga terhadap masalah.
b) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, apakah
masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang dialami, takut akan
akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sifat negative terhadap masalah
kesehatan, dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kurang percaya
terhadap tenaga kesehatan dan mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam mengatasi masalah.
c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahui tentang
sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui sumber-
sumber yang ada dalam keluarga, mengetahui keberadaan fasilitas yang
diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap yang sakit.
d) Mempertahankan suasana rumah yang sehat
Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber yang dimiliki keluarga,
keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui pentingnya
hygiene sanitasi dan kekompakan antar anggota keluarga.
e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
Apakah keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan, memahami
keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan
keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan tersebut
terjangkau oleh keluarga.
4) Fungsi Reproduksi
Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota keluarga, metode
apa yang digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.

5) Fungsi Ekonomi
Menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sandang,
pangan, dan papan serta pemanfaatan lingkungan rumah untuk meningkatkan
penghasilan keluarga.

f. Stres dan Koping Keluarga


1) Stresor jangka pendek dan panjang
Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.
Stresor jangka panjang yaitu stersor yang saat ini dialami yang memerlukan
penyelesaian lebih dari 6 bulan.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor
Mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi stresor yang ada.
3) Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakankeluarga bila menghadapi permasalahan.
4) Strategi adaptasi disfungsional
Menjelaskan adaptasi disfungsional (perilaku keluarga tidak adaptif) ketika
keluarga menghadapi masalah.
g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga tidak berbeda jauh dengan
pemeriksaan fisik pada klien di klinik atau rumah sakit yang meliputi pemeriksaan
fisik head to toe dan pemeriksaan penunjang.
h. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.
2. Analisa Data
Pada analisa data, kegiatan yang dilakukan yaitu menetapkan masalah kesehatan keluarga
yang diangkat dari lima tugas keluarga, yaitu:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat.
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

B. Perumusan Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu, keluarga, atau
komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan potensial
(Allen, 1998). Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan
pada pengkajian, komponen diagnosa keperawatan meliputi:
1. Problem atau masalah.
Adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh
keluarga atau anggota keluarga.
2. Etiologi atau penyebab.
Adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima
tugas keluarga. Yaitu:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat.
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari diagnosis keperawatan
keluarga adalah adanya:
a. Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalah persepsi).
b. Ketidakmauan (sikap dan motivasi).
c. Dan ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu prosedur atau tindakan,
kurangnya sumber daya keluarga baik finansial, fasilitas, sistem pendukung,
lingkungan fisik dan psikologis).
3. Tanda (sign) dan gejala (symptom).
Adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara
langsung atau tidak langsung.

Tipologi diagnosa keperawatan meliputi:


1. Diagnosa aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan
memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
2. Diagnosa resiko/resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi
tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi cepat apabila tidak segera
mendapat bantuan perawat.
3. Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah
mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan
yang memungkinkan dapat ditingkatkan.

C. Prioritas Diagnosa Keperawatan


Proses scoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya, 1978.
KRITERIA SKOR BOBOT
1. Sifat masalah:
 Tidak/kurang sehat 3 1
 Ancaman kesehatan 2
 Krisis atau keadaan sejahtera
1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah:
 Dengan mudah 2 2
 Hanya sebagian 1
 Tidak dapat
0
3. Potensial masalah untuk dicegah:
 Tinggi 3 1
 Cukup 2
 Rendah
1
4. Menonjolnya masalah:
 Masalah berat harus segera ditangani. 2 1
 Ada masalah, tetapi tidak perlu harus 1
segera ditangani. 0
 Masalah tidak dirasakan.
Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan:
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang dibuat.
2. Selanjutnya dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan dengan bobot.

Skor yang diperoleh x Bobot

Skor tertinggi
3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria (skor tertinggi sama dengan jumlah bobot yaitu 5).

D. Perencanaan Keperawatan Keluarga


Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat
untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
diidentifikasi dari masalah keperawatan yang sering muncul.
Langkah-langkah dalam rencana keperawatan keluarga adalah:
1. Menentukan sasaran atau goal.
Sasaran adalah tujuan umum yang merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui
segala upaya, dimana masalah (Problem) digunakan untuk merumuskan tujuan akhir
(TUM).
2. Menentukan tujuan atau objektif.
Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih terperinci tentang hasil
yang diharapkan dari tindakan perawatan yang akan dilakukan, dimana penyebab
(Etiologi) digunakan untuk merumuskan tujuan (TUK).
3. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
Dalam memilih tindakan keperawatan sangat tergantung kepada sifat masalah dan
sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan masalah.
4. Menentukan kriteria dan standar kriteria.
Kriteria merupakan tanda atau indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian
tujuan, sedangkan standar menunjukkan tingkat performance yang diinginkan untuk
membandingkan bahwa perilaku yang menjadi tujuan tindakan keperawatan telah
tercapai.

Standar mengacu kepada lima tugas keluarga sedangkan kriteria mengacu kepada 3 hal,
yaitu:
a. Pengetahuan (kognitif)
Intervensi ini ditunjukan untuk memberikan informasi, gagasan, motivasi, dan saran
kepada keluarga sebagai target asuhan keperawatan keluarga.
b. Sikap (afektif)
Intervensi ini ditujukan untuk membantu keluarga dalam berespon emosional,
sehingga dalam keluarga terdapat perubahan sikap terhadap masalah yang dihadapi.
c. Tindakan (psikomotor)
Intervensi ini ditujukan untuk membantu anggota keluarga dalam perubahan perilaku
yang merugikan ke perilaku yang menguntungkan.

Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan adalah:


1. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah dan mempunyai jangka waktu yang sesuai
dengan kondisi klien.
2. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur.
3. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki oleh keluarga
dan mengarah kepada kemandirian klien sehingga tingkat ketergantungan dapat
diminimalisasi.

E. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana
perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga untuk mendapatkan
perbaikan ke arah perilaku hidup sehat. Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga
didasarkan kepada asuhan keperawatan yang telah disusun.
F. Tahap Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil, implementasi dengan
kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi
tidak berhasil sebagian perlu disusun rencana keperawatan yang baru.
Metode evaluasi keperawatan yaitu:
1. Evaluasi formatif (proses)
Adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan dan bertujuan untuk
menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan,
sistem penulisan evaluasi formatif ini biasanya ditulis dalam catatan kemajuan atau
menggunakan sistem SOAP.
2. Evaluasi sumatif (hasil)
Adalah evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara keseluruhan, sistem penulisan
evaluasi sumatif ini dalam bentuk catatan naratif atau laporan ringkasan.
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG
KONGESTIF

A. Pengertian
CHF (Congestive Heart Failure) sering disebut gagal jantung kongestif adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan
jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif paling sering digunakan
kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan kanan (Brunner dan Suddarth, 2002).
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa tidak mampu
memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan (Ruhyanudin, 2007).
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat mempertahankan
sirkulasi atau tidak mampu memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebtuhan
jaringan tubuh (Muttaqim, 2009)

B. Penyebab
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi
otot mencakup ateriosklerosis koroner, hiprtensi arterial, dan penyakit degeneratif atau
inflamasi.
2. Aterosklerosis koroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran
darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpuikan asam laktat).
Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitaas menurun.
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal ( peningkatan afterload )
Hipertensi sistemik atau pulmonal ( peningkatan afterload ) meningkatkan beban kerja
jantung dan pada gilirannya mngakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.

4. Peradangan dan penyakit myocardium degenerative


Peradangan dan penyakit myocardium degenerative berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung.
5. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang
ssecara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup
gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup semiluner), ketidak mampuan
jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikardium, perikarditif konstriktif, atau
stenosis AV), peningkatan mendadak afteer load.
6. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal
jantung. Meningkatnya laju metabolisme(mis : demam, tirotoksikosis , hipoksia dan
anemia peperlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen
sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung.
Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalita elekttronik dapat menurunkan
kontraktilitas jantung

C. Patofisiologi
Pada gagal jantung kontraktilitas jantung berkurang dan ventrikel tidak mampu
memompa keluar darah sebanyak yang masuk selama diastol. Hal ini menyebabkan volume
diastolik akhir ventrikel secara progresif bertambah.
Volume sekuncup ditentukan oleh tiga faktor, yaitu :
1. Kontraktilitas intrinsik otot jantung
Kontraksi dapat meningkat akibat katekolamin, aktivitas saraf simpatis. Kontraktilitas
berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium.
2. Preload
Merupakan sinonim dari Hukum Starling, yaitu jumlah darah yang mengisi jantung
berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut
jantung.

3. After load
Besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan
perbedaan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriola.
Volume diastolik akhir meningkat secara progresif sehingga serat otot ventrikel
mengalami peregangan melebihi panjang optimalnya. Tegangan yang dihasilkan menjadi
berkurang karena ventrikel teregang oleh darah. Semakin ventrikel terisi berlebihan,
semakin sedikit darah yang optimal dipompa keluar sehingga akumulasi darah dan
peregangan otot semakin bertambah. Sisa darah yang tertinggal dan ditambah dengan
venous return di ventrikel kiri akan menyebabkan peningkatan volume darah sehingga akan
menyebabkan peningkatan pengisian ventrikel (preload) atau menurunkan SV dengan
meningkatkan after load yang harus dilawan oleh kerja pompa ventrikel. Peningkatan
preload dan after load menyebabkan peningkatan beban kerja dan kebutuhan O2 jantung.
Jika kebutuhan O2 tidak terpenuhi maka serat otot semakin hipoksik sehingga kontraktilitas
berkurang. Akibat buruknya, kontraktilitas terjadi akumulasi volume di ventrikel.
Pada hipertensi sistemik menyebabkan ventrikel kiri hipertropi paru, ventrikel kanan
dan atrium kanan. Gagal ventrikel kiri (edema paru akut) sering mendahului gagal ventrikel
kanan sehingga curah ventrikel berpasangan dan terjadi gagal salah satu ventrikel yang
menyebabkan penurunan perfusi jaringan.
PATHWAY GAGAL JANTUNG KONGESTIF

Disfungsi Miokard Beban tekanan Beban sistolik Peningkatan Beban Volume


(AMI) Miokarditis berlebihan berlebihan keb.metabolisme berlebihan

Kontraktilitas  Beban systole  Preload 

Kontraktilitas 

Hambatan Pengosongan
Ventrikel

COP 

Beban Jantung meningkat Gagal jantung kanan

CHF

27
CHF

Gagal pompa Ventrikel kiri Gagal Pompa Ventrikel Kanan

Forward Failure Backward Failure


Tekanan Diastole 
LVED naik

Suplai darah jar.  Suplai O2 otak  Renal flow  Tek. Vena pulmonalis  Bendungan atrium kanan

Metab. anaerob RAA  Tek kapiler paru 


Sinkop

Asidosis metabolik Penurunan Aldosteron  Edema Paru Beban ventrikel


Perfusi jaringan Kanan 
Bendungan vena sistemik
Penimbunan as. Laktat
& ATP  ADH 

Fatigue Retensi Na + H2O Ronkhi basah Hipertropy ventrikel Lien Hepar


kanan
Kelebihan Volume
Intoleransi aktifitas Cairan Vaskuler Iritasi mukosa paru Penyempitan lumen Splenomegali Hepatomegali
(Pemenuhan ADL) ventrikel kanan

Reflek Batuk
Mendesak diafragma

Gangguan pertukaran Penumpukan secret Sesak Nafas


gas

Pola Nafas
Tidak efektif
D. Manifestasi Klinis
Tanda dominan : Meningkatnya volume intravaskuler
Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat penurunan curah jantung.
Manifestasi kongesti berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi.
1. Gagal Jantung Kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu
memompa darah yang dating dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
a. Dispnea, Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan
mengganggu pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnoe. Beberapa pasien dapat
mengalami ortopnoe pada malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal
Dispnea (PND)
b. Batuk
c. Mudah lelah, Terjadi karena curah jantung yang kurang yang
menghambat jaringan dan sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya
pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi karena meningkatnya energi yang
digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan
batuk
d. Kegelisahan atau kecemasan, Terjadi karena akibat gangguan oksigenasi
jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak
berfungsi dengan baik

2. Gagal jantung Kanan :


a. Kongestif jaringan perifer dan visceral
b. Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya oedema
pitting, penambahan BB.
c. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena hepar
d. Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena
dalam rongga abdomen
e. Nokturia
f. Kelemahan

29
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto torax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau efusi pleura
yang menegaskan diagnosa CHF.
2. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia san kerusakan pola
mungkin terlihat. Disritmia mis : takikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T
persisten 6 minggu atau lebih setelah infark miokard menunjukkan adanya aneurime
ventricular
3. Pemeriksaan Lab meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang
rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi air, K, Na, Cl,
Ureum, gula darah
4. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katup atau area penurunan kontraktilitas ventricular.
5. Scan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
6. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan
gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi, Juga mengkaji
potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran
abnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontrktilitas.
7. Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal,
terapi diuretic.
8. Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk
PPOM.
9. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan
peningkatan tekanan karbondioksida.
10. Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung,missal infark
miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase Laktat/LDH,
isoenzim LDH)

F. Penatalaksanaan Medis
1. Memperbaiki daya pompa jantung.
a. Therapi Digitalis : Ianoxin
b. Obat Inotropik : Amrinone (Inocor), Dopamine (Intropin)
2. Pengendalian retensi garam dan cairan
a. Diet rendah garam
b. Diuretik : chlorothiazide (Diuril), Furosemide (Lasix), Sprionolactone (aldactone).
c. Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor : captropil, enalopril, lisinopril
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dan gagal jantung adalah :
Dukungan istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung. Meningkatkan kekuatan dan
efisiensi kontraksi jantung dengan bahan-bahan farmakologis. Menghilangkan penimbunan
cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretic, diet dan istirahat.
1. Terapi Farmakologis
Glukosida jantung, diuretic dan vasodilator merupakan dasar terapi farmakologis gagal
jantung. Digitalis meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan memperlambat
frekuensi jantung.
2. Terapi Diuretik
Diberikan untuk memacu ekresi natrium dan air melalui ginjal, obat ini tidak diperlukan
bila pasien bersedia merespon. Pembatasan aktivitas digitalis dan diet rendah natrium,
jadwal pemberian obat ditentukan oleh berat badan, furosemid (Lasix) terutama sangat
penting dalam terapi gagal jantung karena dapat mendilatasi renula, sehingga
meningkatkan kapasitas urea yang pada gilirannya mengurangi preload (darah vena yang
kembali ke jantung). Terapi diuretic jangka panjang dapat menyebabkan hiponatremia
yang mengakibatkan lemah, letih, malaise, kram otot dan denyut nadi yang kecil dan
cepat. Pemberian diuretic dalam dosis besar dan berulang juga bisa mengakibatkan
hipokalemia ditandai dengan denyut nadi lemah, suara jantung menjauh, hipertensi, otot
kendor, penurunan refleks tendon dan kelemahan umum.
3. Terapi Vasodilator
Obat-obatan vasoaktif merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal
jantung. Natrium nitraprosida secara intravena melalui infuse yang dipantau tepat
dosisnya harus dibatasi agar tekanan systole arteriole tetap dalam batas yang diinginkan.
4. Diit, diit jantung, makanan lunak, rendah garam
5. Pemberian digitalis, membantu kontraksi jantung dan memperlambat frekuensi jantung.
Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume
darah dan peningkatan diuresis akan mengurangi edema. Pada saat pemberian ini pasien
harus dipantau terhadap hilangnya dispnea, ortopnea, berkurangnya krekel, dan edema
perifer. Apabila terjadi keracunan ditandai dengan anoreksia, mual dan muntah namun
itu gejala awal selanjutnya akan terjadi perubahan irama, bradikardi kontrak ventrikel
premature, bigemini (denyut normal dan premature saling berganti ), dan takikardia atria
proksimal.
6. Pemberian Diuretic, yaitu unutuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal. Bila
sudah diresepkan harus diberikan pada siang hari agar tidak mengganggu istirahat pasien
pada malam hari, intake dan output pasien harus dicatat mungkin pasien dapat
mengalami kehilangan cairan setelah pemberian diuretic, pasien juga harus menimbang
badannya setiap hari turgor kulit untuk menghindari terjadinya tanda-tanda dehidrasi.
7. Morfin, diberikan untuk mengurangi sesak napas pada asma cardial, hati-hati depresi
pernapasan.
8. Pemberian oksigen.
9. Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan vasoaktif merupakan
pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal jantung untuk mengurangi impedansi
(tekanan) terhadap penyemburan darah oleh ventrikel.

G. Komplikasi
1. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri yang mengakibatkan
gangguan fungsi ventrikel kiri yaitu mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan
dan penghantaran oksigen ke jaringan yang khas pada syok kardiogenik yang disebabkan
oleh infark miokardium akut adalah hilangnya 40 % atau lebih jaringan otot pada
ventrikel kiri dan nekrosis vocal di seluruh ventrikel karena ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan supply oksigen miokardium.
2. Edema
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema dimana saja didalam tubuh.
Factor apapun yang menyebabkan cairan interstitial paru meningkat dari batas negative
menjadi batas positif.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA SECARA TEORITIS

A. Pengkajian Keperawatan Keluarga


Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi secara
terus-menerus tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Dalam menentukan masalah pasien dalam tahap
ini mengharuskan perawat menentukan secepat mungkin pengalaman masa lalu pasien,
pengetahuan yang dimiliki, perasaan dan harapan kesehatan di masa yang akan datang.
Dalam tahap pengkajian terdiri dari beberapa tahap meliputi:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun informasi atau data dari
berbagai pihak keluarga, petugas kesehatan, dan hasil rekawan medis. Data yang
dikumpulkan adalah data yang bersifat data subjektif, data objektif, data demografi,
riwayat tumbuh kembang, riwayat penyakit keluarga, aktifitas sehari-hari, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium. Sumber data yang didapatkan melalui anamnesa,
observasi, dan pemeriksaan fisik.
2. Analisis data
Pada analisis data, kegiatan yang dilakukan yaitu menetapkan masalah kesehatan
keluarga yang diangkat dari lima tugas keluarga, yaitu:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat.
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masayarakat.
(Salvitri, 2013)

B. Perumusan Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada
pengkajian, komponen diagnose keperawatan meliputi:
1. Problem atau masalah,
2. Etiologi atau penyebab,
3. Symptom atau sign (gejala atau tanda) yang dikenal dengan PES.
Tipologi diagnose keperawatan meliputi:
1. Diagnosa actual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan
memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
2. Diagnose resiko/resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi
tanda untuk menjadi masalah keperawatan actual dapat terjadi cepat apabila tidak segera
mendapat bantuan dari perawat.
3. Diagnose potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga ketika
keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber
penunjang kesehatan yang mungkin dapat ditingkatkan.
Diagnosa keperawatan keluarga yang dapat muncul berkaitan dengan CHF berdasarkan
NANDA 1995 adalah sebagai berikut:
1. Penurunan perfusi jaringan
2. Kelebihan volume cairan vaskuler
3. Gangguan pertukaran gas
4. Intoleransi aktivitas
5. Pola nafas tidak efektif
6. Kurang pengetahuan
Prioritas diagnosa keperawatan
Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Malagya, 1978:
No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Pembenaran
Sifat Masalah

Skala :

1 Tidak/ kurang sehat 3 1

Ancaman kesehatan 2

Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah untuk 2
diubah
Skala : Mudah
2
Sebagian
1
Tidak dapat
0

Potensial masalah untuk dicegah

Skala : Tinggi
3. 3 1
Cukup
2
Rendah
1

Menonjolnya masalah

Skala:

Masalah berat, harus segera 2

4. diatasi 1

Ada masalah tetapi tidak perlu 1


ditangani

Masalah tidak dirasakan


0
Total

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan:


1. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang dibuat
2. Selanjutnya dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan dengan bobot

3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria (skor tertinggi sama dengan jumlah bobot, yaitu 5)
(Salvitri, 2013)
C. Perencanaan Keperawatan Keluarga
Rencana keperawatan keluaraga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat
untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang sering
muncul.
Prinsip dalam menetapkan rencana keperawatan keluarga adalah:
1. Rencana tindakan yang disusun harus berorientasi pada pemecahan masalah
2. Rencana tindakan yang dibuat dapat dilakukan mandiri oleh keluarga
3. Rencana tindakan yang dibuat berdasarkan masalah kesehatan
4. Rencana tindakan sederhana dan mudah dilakukan
5. Rencana tindakan perawatan dapat dilakukan secara terus menerus oleh keluarga.
(Salvitri, 2013)

Rencana keperawatan CHF (NIC,NOC)

No Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


1 Perfusi jaringan tidak NOC : NIC :
Circulation status
efektif b/d menurunnya Peripheral Sensation Management
Tissue Prefusion : cerebral
curah jantung, Kriteria Hasil : (Manajemen sensasi perifer)
1. Mendemonstrasikan status
hipoksemia jaringan, 1. Monitor adanya daerah tertentu
sirkulasi yang ditandai
asidosis dan yang hanya peka terhadap
dengan :
kemungkinan thrombus panas/dingin/tajam/tumpul
a. Tekanan systole
2. Monitor adanya paretese
atau emboli
dandiastole dalam3. Instruksikan keluarga untuk
rentang yang diharapkan mengobservasi kulit jika ada lsi
b. Tidak ada
atau laserasi
ortostatikhipertensi 4. Gunakan sarun tangan untuk
c. Tidak ada tanda tanda
proteksi
peningkatan tekanan5. Batasi gerakan pada kepala, leher
intrakranial (tidak lebih dan punggung
6. Monitor kemampuan BAB
dari 15 mmHg)
7. Kolaborasi pemberian analgetik
2. Mendemonstrasikan
8. Monitor adanya tromboplebitis
kemampuan kognitif yang9. Diskusikan menganai penyebab
ditandai dengan: perubahan sensasi
3. Berkomunikasi dengan jelas
dan sesuai dengan
kemampuan
4. Menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi
memproses informasi
membuat keputusan dengan
benar.
5. Menunjukkan fungsi sensori
motori cranial yang utuh :
tingkat kesadaran mambaik,
tidak ada gerakan gerakan
involunter.
2 Gangguan pertukaran gas NOC : NIC :
b/d kongesti paru, Respiratory Status : GasAirway Management
hipertensi pulmonal, exchange 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik
penurunan perifer yang Respiratory Status : ventilation chin lift atau jaw thrust bila perlu.
mengakibatkan asidosis Vital Sign Status 2. Posisikan pasien untuk
laktat dan penurunan Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi.
curah jantung. 1. Mendemonstrasikan 3. Identifikasi pasien perlunya
peningkatan ventilasi dan pemasangan alat jalan nafas
oksigenasi yang adekuat. buatan.
2. Memelihara kebersihan paru4. Pasang mayo bila perlu.
paru dan bebas dari tanda5. Lakukan fisioterapi dada jika
tanda distress pernafasan. perlu.
3. Mendemonstrasikan batuk6. Keluarkan sekret dengan batuk
efektif dan suara nafas yang atau suction.
bersih, tidak ada sianosis7. Auskultasi suara nafas, catat
dan dyspneu (mampu adanya suara tambahan.
mengeluarkan sputum,8. Lakukan suction pada mayo
mampu bernafas dengan9. Berikan bronkodilator bial perlu.
mudah, tidak ada pursed
10. Barikan pelembab udara
lips) 11. Atur intake untuk cairan
4. Tanda tanda vital dalam mengoptimalkan keseimbangan.
rentang normal 12. Monitor respirasi dan status O2
Respiratory Monitoring
1. Monitor rata – rata, kedalaman,
irama dan usaha respirasi
2. Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
3. Monitor suara nafas, seperti
dengkur
4. Monitor pola nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes, biot
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan otot diagfragma
( gerakan paradoksis )
7. Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
8. Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan napas
utama.
9. Uskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui
hasilnya
3 Kelebihan volume cairan NOC : NIC :
b/d berkurangnya curah Electrolit and acid base balance Fluid management
jantung, retensi cairan Fluid balance 1. Timbang popok/pembalut jika
dan natrium oleh ginjal, Kriteria Hasil: diperlukan.
hipoperfusi ke jaringan 1. Terbebas dari edema, efusi,2. Pertahankan catatan intake dan
perifer dan hipertensi anaskara output yang akurat.
pulmonal 2. Bunyi nafas bersih, tidak ada3. Pasang urin kateter jika
dyspneu/ortopneu diperlukan.
3. Terbebas dari distensi vena4. Monitor hasil lAb yang sesuai
jugularis, reflek dengan retensi cairan (BUN ,
hepatojugular (+) Hmt , osmolalitas urin)
4. Memelihara tekanan vena5. Monitor status hemodinamik
sentral, tekanan kapiler paru, termasuk CVP, MAP, PAP, dan
output jantung dan vital sign PCWP.
dalam batas normal 6. Monitor vital sign
5. Terbebas dari kelelahan,7. Monitor indikasi retensi /
kecemasan atau kelebihan cairan (cracles, CVP ,
kebingungan edema, distensi vena leher, asites)
6. Menjelaskanindikator 8. Kaji lokasi dan luas edema
kelebihan cairan 9. Monitor masukan makanan /
cairan dan hitung intake kalori
harian
10. Monitor status nutrisi
11. Berikan diuretik sesuai interuksi
12. Batasi masukan cairan pada
keadaan hiponatrermi dilusi
dengan serum Na < 130 mEq/l
13. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk
Fluid Monitoring
1. Tentukan riwayat jumlah dan tipe
intake cairan dan eliminasi
2. Tentukan kemungkinan faktor
resiko dari ketidak seimbangan
cairan (Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan renal, gagal
jantung, diaporesis, disfungsi hati,
dll)
3. Monitor berat badan.
4. Monitor serum dan elektrolit urine
5. Monitor serum dan osmilalitas
urine
6. Monitor BP, HR, dan RR
7. Monitor tekanan darah orthostatik
dan perubahan irama jantung.
8. Monitor parameter hemodinamik
infasif
9. Catat secara akutar intake dan
output
10. Monitor adanya distensi leher,
rinchi, eodem perifer dan
penambahan BB
11. Monitor tanda dan gejala dari
odema
4 Intoleransi aktivitas b/d NOC : NIC :
curah jantung yang Energy conservation Energy Management
rendah, ketidakmampuan Self Care : ADLs 1. Observasi adanya pembatasan
memenuhi metabolisme Kriteria Hasil : klien dalam melakukan aktivitas.
otot rangka, kongesti 1. Berpartisipasi dalam2. Dorong anal untuk
pulmonal yang aktivitas fisik tanpa disertai mengungkapkan perasaan terhadap
menimbulkan hipoksinia, peningkatan tekanan darah, keterbatasan.
dyspneu dan status nutrisi nadi dan RR 3. Kaji adanya factor yang
yang buruk selama sakit 2. Mampu melakukan aktivitas menyebabkan kelelahan.
Intoleransi aktivitas b/d sehari hari (ADLs) secara4. Monitor nutrisi dan sumber energi
fatigue mandiri tangadekuat.
5. Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan.
6. Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas.
7. Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien

Activity Therapy
1. Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan progran terapi yang
tepat.
2. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan.
3. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
social.
4. Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan.
5. Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek.
6. Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai.
7. Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang.
8. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas.
9. Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas.
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri dan
penguatan.
11. Monitor respon fisik, emoi, social
dan spiritual
5 Pola napas tidak efektifNOC : NIC :
b/d napas pendek, mucus,Respiratory status: Ventilation Airway Management
bronkokontriksi dan iritanRespiratory status: Airway1. Buka jalan nafas, guanakan teknik
jalan napas. patency chin lift atau jaw thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk
Vital sign Status
memaksimalkan ventilasi
Kriteria Hasil :
3. Identifikasi pasien perlunya
1. Mendemonstrasikan batuk
pemasangan alat jalan nafas
efektif dan suara nafas yang
buatan
bersih, tidak ada sianosis dan4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
dyspneu (mampu
6. Keluarkan sekret dengan batuk
mengeluarkan sputum, mampu
atau suction
bernafas dengan mudah, tidak7. Auskultasi suara nafas, catat
ada pursed lips) adanya suara tambahan
2. Menunjukkan jalan nafas yang8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
paten(klien tidak merasa
10. Atur intake untuk cairan
tercekik, irama nafas, frekuensi
mengoptimalkan keseimbangan.
pernafasan dalam rentang11. Monitor respirasi dan status O2
normal, tidak ada suara nafasTerapi Oksigen
abnormal) 1. Bersihkan mulut, hidung dan
3. Tanda Tanda vital dalam
secret trakea
rentang normal (tekanan darah, 2. Pertahankan jalan nafas yang
nadi, pernafasan) paten
3. Atur peralatan oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
6. Observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
7. Monitor adanya kecemasan
pasienterhadap oksigenasi
6 Kurang pengetahuan b/d NOC : NIC :
keterbatasan pengetahuan Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process
penyakitnya, tindakan Kowledge : health Behavior 1. Berikan penilaian tentang tingkat
yang dilakukan, obat Kriteria Hasil : pengetahuan pasien tentang proses
obatan yang diberikan, 1. Pasien dan keluarga penyakit yang spesifik.
komplikasi yang mungkin menyatakan pemahaman2. Jelaskan patofisiologi dari
muncul dan perubahan tentang penyakit, kondisi, penyakit dan bagaimana hal ini
gaya hidup prognosis dan program berhubungan dengan anatomi dan
pengobatan. fisiologi, dengan cara yang tepat.
2. Pasien dan keluarga mampu3. Gambarkan tanda dan gejala yang
melaksanakan prosedur yang biasa muncul pada penyakit,
dijelaskan secara benar. dengan cara yang tepat.
3. Pasien dan keluarga mampu4. Gambarkan proses penyakit,
menjelaskan kembali apa dengan cara yang tepat .
yang dijelaskan perawat/tim5. Identifikasi kemungkinan
kesehatan lainnya. penyebab, dengna cara yang tepat.

6. Sediakan informasi pada pasien


tentang kondisi, dengan cara yang
tepat.
7. Hindari harapan yang kosong.
8. Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat.
9. Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa
yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit.
10. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan.
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan.
12. Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat.
13. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal, dengan
cara yang tepat.
14. Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat

D. Pelaksanaan Keperawatan Keluarga


Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana
perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga untuk mendapatkan
perbaikan kearah perilaku hidup sehat. Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga
didasarkan kepada asuhan keperawatan yang telah disusun. (Salvitri, 2013)

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil, implementasi dengan
kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi
tidak berhasil sebagian perlu disusun rencana keperawatan yang baru. (Salvitri, 2013)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA BP. DD KHUSUSNYA NY.
PT DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI BANJAR BIAS,
DESA KUSAMBA, KECAMATAN DAWAN, KLUNGKUNG
TANGGAL 21 SEPTEMBER – 11 OKTOBER 2015

A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Nama Kepala Keluarga : Bp. DD
b. Umur : 70 th
c. Alamat : Br. Bias, Desa Kusamba, Dawan, Klungkung.
d. Telpon :-
e. Pekerjaan : Buruh
f. Pendidikan : SD
g. Komposisi :
Tabel 1 : Komposisi Keluarga “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga Bp.
DD Khususnya Ny. PT Dengan Congestive Heart Failure (CHF) Di Banjar Bias,
Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung, Tanggal 21 September – 11 Oktober
2015”

JK Hub. Status Imunisasi


Nama dengan Umur Pendidikan BCG Polio DPT Hepatitis Campak Ket.
KK 1 2 3 4 1
1 2 3 2 3
Ny. PT P Istri 67 th - - - - - - -
- - - - - - Sakit
An. PS L AK 39 th SD         - - - - Seha
An. NS L AK 34 th SMP         - - - - Seha
An. KS L AK 25 th SD         - - - - Seha
2. Genogram

Keterangan : :

: Laki-laki : Serumah

: Perempuan : Garis pernikahan

/ : Meninggal : Garis Keturunan

: Pasien

Bagan 1 : Genogram “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga Bp. DD Khususnya Ny. PT
Dengan Congestive Heart Failure (CHF) Di Banjar Bias, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan,
Klungkung, Tanggal 21 September – 11 Oktober 2015”
Penjelasan Genogram :
Pada keluarga Bp. DD tidak ada yang memiliki riwayat penyakit keturunan atau
menular. Orang tua Bp. DD sudah lama meninggal dan meninggal sakit karena sudah tua.
Pasien Ny. PT menderita penyakit gagal jantung kongesti, orang tua dan kakek nenek dari
Ny. PT sudah lama meninggal dan bukan karena penyakit jantung. Selain Ny. PT, tidak ada
anggota keluarga yang menderita penyakit gagal jantung kongesti atau CHF.

3. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Bp. DD adalah keluarga besar, yang terdiri dari ayah, ibu, anak, kakek dan
nenek.
4. Suku Bangsa
Suku bangsa Bp. DD adalah Bali, Indonesia.
5. Agama
Keyakinan yang dianut keluarga Bp. DD adalah Hindu. Tidak ada perbedaan diantara
anggota keluarga.
6. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Bp. DD bekerja sebagai buruh. An. PS, An. NS, An. KS juga bekerja sebagai buruh di
laut. Penghasilan sebulan ± Rp. 500.000,-. Penghasilan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, keluarga memanfaatkan jaminan kesehatan JKBM, keluarga tidak
memiliki jaminan pendidikan. Keluarga Bp. DD termasuk Keluarga Sejahtera II (KS II)
7. Aktivitas rekreasi keluarga
Jika ada waktu luang, keluarga Bp. DD berkumpul bersama dengan keluarga yang lain.
Ny. PT juga mengatakan dirinya sering pergi ke pantai dan mengambil batu agar tidak
bosan sering dirumah.

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Bp. DD berada pada tahap Keluarga Usia Pertengahan (tahap 7).
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Belum terpenuhinya tugas perkembangan keluarga yaitu dalam merawat anggota
keluarga yang sakit jantung yaitu Ny. PT.
3. Riwayat keluarga inti
Bp. DD, An. PS, An. NS, An. KS, tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan dan
menular. Tetapi Ny.PT menderita penyakit jantung. Saat masih muda, Ny. PT biasa
bekerja sebagai buruh angkut hasil nelayan di laut dan sampai sekarang Ny. PT masih
minum kopi setiap pagi. Penyakit gagal jantung Ny. PT termasuk gagal jantung derajat II
(mudah lelah saat pekerjaan berat). Ny. PT mendapatkan Obat rutin dari RSUD
Klungkung untuk diminum setiap hari yaitu Furosemid 40mg ½ tab setiap pagi, Captopril
12,5mg 2x1 tab, Spironolactone 25mg 1 tab setiap pagi, dan Bisoprolol 5mg 1x1 tab.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Pada keluarga Bp. DD tidak memiliki riwayat penyakit keturunan maupun menular, pada
keluarga Ny.PT juga tidak ada yang memiliki penyakit keturunan maupun menular,
namun Ny.PT menderita penyakit gagal jantung kongesti.

C. Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Rumah Bp. DD berukuran 100 m2. Terdiri dari 4 kamar tidur. 1 ruang dapur, 1
padmasana serta 1 sanggah (tempat ibadah), dan 1 kamar mandi. Rumah permanen,
lantai dari keramik dan beberapa, 4 ventilasi dan 4 jendela kaca. Di dalam rumah
pencahayaan dari luar cukup. Air yang digunakan untuk minum adalah air pam yang
dimasak dan untuk memasak dan mandi menggunakan air pam.
a. R. Depan : Tampak rapi, bersih.
b. Teras : Tampak rapi, bersih.
c. Kamar Tidur Px : Tidak rapi, kamar berdebu dan
kasur Ny. PT tanpa sprai.
d. Dapur : Bangunan masih menggunakan gubug (bedeg),
penyajian makanan tertutup
e. Kamar mandi : Kamar mandi terdiri dari 1 bak mandi dan
1 wc, keadaan air dalam bak mandi tampak bersih, kamar
mandi tampak tidak bersih dan lantai tampak jarang
dikuras
f. Jendela : Jendela di rumah Bp. DD ada 4, ventilasi
cukup tetapi jarang dibuka.
g. Sistem penyajian makanan : Tertutup
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Keluarga Bp. DD berada pada lingkungan yang bermata pencaharian buruh dan
perikanan, dan hidup saling menghormati
3. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Bp. DD tidak pernah berpindah-pindah tempat tinggal.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Bp. DD setiap hari berkumpul dirumah dan dengan tetangga dan selalu
mengikuti kegiatan yang ada di Banjar seperti ngayah banjar, perkumpulan STT.
5. Sistem pendukung keluarga
Jika ada keluarga yang sakit, keluarga Bp. DD langsung membawa ke puskesmas, dan
keluarga Bp. DD menggunakan asuransi kesehatan berupa JKBM. Jarak tempuh rumah
keluarga Bp. DD ke fasilitas Pelayanan Kesehatan kira-kira 100 meter yaitu Puskesmas
Pembantu I Kusamba.
Denah Rumah

6
6
6
2
4
5
6

2
1
3

B T
S

Ket.

1 = Pintu Gerbang 5 = Kamar Tidur Pasien

2 = Dapur 6 = Kamar Tidur

3 = Sanggah 7 = Kamar Mandi

4 = Taman 8 = Teras

Bagan 2 : Denah Rumah “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga Bp. DD Khususnya Ny.
PT Dengan Congestive Heart Failure (CHF) Di Banjar Bias, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan,
Klungkung, Tanggal 21 September – 11 Oktober 2015”

D. Struktur keluarga
1. Komunikasi Keluarga
Komunikasi keluarga Bp. DD adalah terbuka, dimana semua dibicarakan dan
diselesaikan bersama.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Antar anggota keluarga saling menghormati dan menghargai dan pengambilan keputusan
berdasarkan keputusan bersama.
3. Struktur Peran
a. Bp. DD berperan sebagai kepala keluarga, sebagai kakek, suami, mencari nafkah,
melindungi, dan menjaga keamanan keluarga.
b. Ny.WM berperan sebagai ibu rumah tangga dan nenek dari cucu-cucunya.
c. An.PS berperan sebagai anak, kepala keluarga, mencari nafkah.
d. An.NS berperan sebagai anak, kepala keluarga, mencari nafkah.
e. An.KS berperan sebagai anak.
4. Norma keluarga
Keluarga Bp. DD menerapkan nilai dan norma yang berlaku menurut ajaran agama dan
aturan yang ada di masyarakat.

E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Keluarga Bp. DD saling menyayangi dan saat ini keluarga Bp. DD sangat
memperhatikan keadaan Ny. PT yang sedang mengalami penyakit gagal jantung.
2. Fungsi sosialisasi
Antar keluarga dan tetangga tidak ada masalah dalam bersosialisasi.
3. Fungsi perawatan kesehatan
a. Mengenal masalah kesehatan
Dari pengkajian, keluarga Bp. DD belum mengenal tentang penyakit yang sekarang
sedang diderita oleh Ny. PT, saat ditanya tentang penyakit Ny. PT, keluarga hanya
menjawab bahwa Ny. PT menderita penyakit jantung dan sudah sejak lama. Keluarga
juga belum mengetahui jenis-jenis makanan untuk diet jantung Ny. PT. Keluarga Bp.
DD mengatakan mencari pelayanan kesehatan saat penyakit Ny. PT kambuh atau
saat obat Ny. PT akan habis. Keluarga Bp. DD memiliki hasil foto thorax Ny. PT. Ny.
PT dan keluarga mengatakan bahwa Ny. PT pernah ke rontgen di rumah sakit dan
dinyatakan menderita penyakit jantung oleh dokter.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Pada keluarga Bp. DD, apabila ada anggota keluarga yang sakit, maka keluarga Bp.
DD akan membawa anggota keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan terdekat
atau puskesmas. Dan apabila penyakit Ny. PT kambuh, keluarga langsung membawa
Ny. PT ke RSUD Klungkung untuk mendapatkan pertolongan.
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga mengatakan tidak mengetahui cara memberikan pertolongan pertama saat
penyakit Ny. PT kambuh dan merawat Ny. PT dengan penyakit jantung. Keluarga
Bp. DD hanya membawa Ny. PT ke puskesmas atau langsung ke rumah sakit saat
penyakitnya kambuh atau saat obat Ny. PT akan habis. Ny. PT juga mengatakan
biasa makan makanan dengan menu yang sama dengan keluarga atau makan
makanan dengan menu seadanya. Itu terbukti dengan keluarga Bp. DD tampak
bingung dan Ny. PT biasa makan makanan dengan menu yang sama dengan anggota
keluarga yang lain.
d. Memelihara lingkungan
Kondisi lingkungan rumah tampak bersih, sudah dilengkapi septic tank, namun
kamar mandi tidak bersih dan jarang dikuras, kamar pasien berdebu dan kasur tidak
di sprai, jendela jarang dibuka. Keluarga Bp. DD mampu belum memelihara
lingkungan keluarga dengan baik.
e. Menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan
Keluarga Bp. DD mampu memanfaatkan fasilitas/pelayanan kesehatan dan jarak
pelayanan kesehatan dapat dijangkau. Jika ada anggota keluarga yang sakit maka di
bawa ke puskesmas, mantri atau bidan praktik.
4. Fungsi reproduksi
Bp. DD sudah tidak merencanakan punya anak lagi karena sudah lanjut usia dan sudah
menopause.
5. Fungsi ekonomi
Keluarga Bp. DD menggunakan penghasilan yang diperoleh dan penghasilan dari anak-
anak Bp. DD untuk membiayai kebutuhan sehari – hari keluarga.

F. Stress dan Koping Keluarga


1. Stress Jangka Pendek dan Panjang
a. Stres jangka pendek
Untuk saat ini keluarga Bp. DD menginginkan kesehatan Ny.PT membaik dan
terkontrol.
b. Stress jangka panjang
Bp. DD khawatir dengan Ny.PT yang menderita penyakit gagal jantung, sehingga
keluarga selalu mengontrol ke rumah sakit saat obat akan habis. Dan Ny. PT tidak
dapan menjalani peran keluarga karena penyakitnya.
2. Kemampuan Keluarga
Keluarga Bp. DD menyadari bahwa ada masalah pada kesehatan jantung Ny. PT sehingga
keluarga memeriksakan ke rumah sakit.
3. Strategi Koping
Cara menghadapi masalah adalah musyawarah bersama anggota keluarga.
4. Strategi Adaptasi
Pada saat pengkajian tidak ditemukan adanya tanda-tanda mal adaptif.

G. Pemeriksaan Fisik
Tabel 2 : Pemeriksaan Fisik “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga Bp. DD
Khususnya Ny. PT Dengan Congestive Heart Failure (CHF) Di Banjar Bias, Desa
Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung, Tanggal 21 September – 11 Oktober 2015”

Hasil Nama anggota keluarga


pemeriksaan Bp. DD Ny.PT An. PS An. NS An.KS
KU Baik Lemah Baik Baik Baik
Tekanan 110/80 mmHg 120/80 mmHg 110/80 mmHg 110/70 mmHg 110/70 mmHg
Darah
Nadi 80x/menit 88x/menit 80x/menit 78x/menit 78x/menit

Suhu 36oC 36,3oC 36,2oC 36oC 36oC


BB 65 kg 40 kg 65 kg 55 kg 60 kg
RR 20x/menit 20x/menit 22x/menit 20x/menit 20x/menit
TB 160 cm 150 cm 156 cm 148 cm 149 cm
LL 28 cm 20 cm 26 cm 27 cm 28 cm
Kepala Mesocepal, Mesocepal, Mesocepal, Mesocepal, Mesocepal,
rambut bersih, rambut bersih, rambut bersih, rambut bersih, rambut bersih,
warna hitam. warna hitam. warna putih. warna putih. warna putih.
Mata Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
konjungtiva konjungtiva tidak konjungtiva konjungtiva konjungtiva
tidak anemis, anemis, sclera tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis,
sclera tidak tidak ikterik, sclera tidak sclera tidak sclera tidak
ikterik pasien mengeluh ikterik ikterik ikterik
ketajaman
penglihatannya
semakin menurun
Hidung Bersih, Bersih, Bersih, Bersih, Bersih,
penciuman penciuman baik, penciuman penciuman penciuman
baik, tidak ada tidak ada baik, tidak ada baik, tidak ada baik, tidak ada
pernapasan pernapasan pernapasan pernapasan pernapasan
cuping hidung. cuping hidung. cuping hidung. cuping hidung. cuping hidung.
Telinga Bersih, Bersih, simetris, Bersih, simetris, Bersih, simetris, Bersih,
simetris, tidak tidak ada tidak ada tidak ada simetris, tidak
ada serumen, serumen, fungsi serumen, fungsi serumen, fungsi ada serumen,
fungsi pendengaran pendengaran pendengaran fungsi
pendengaran baik. baik. baik. pendengaran
baik. baik.
Mulut Bersih, mukosa Bersih, mukosa Bersih, mukosa Bersih, mukosa Bersih, mukosa
bibir lembab. bibir lembab. bibir lembab. bibir lembab. bibir lembab.
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid
Dada Pergerakan Pergerakan dada Pergerakan Pergerakan Pergerakan
dada simetris, simetris, tidak dada simetris, dada simetris, dada simetris,
tidak ada ada penggunaan tidak ada tidak ada tidak ada
penggunaan otot bantu nafas penggunaan penggunaan penggunaan
otot bantu otot bantu nafas otot bantu nafas otot bantu nafas
nafas
Paru – paru Aukultasi paru Aukultasi paru Aukultasi paru Aukultasi paru Aukultasi paru
vaskuler vaskuler vaskuler vaskuler vaskuler
Jantung Ictus cordis Tampak Ictus Ictus cordis Ictus cordis Ictus cordis
tidak tampak, cordis tampak tidak tampak, tidak tampak, tidak tampak,
bunyi jantung dan terasa, bunyi bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung
I,II murni jantung I,II , I,II murni I,II murni I,II murni
terdengar
murmur sistolik
derajat 5
Abdomen Datar, simetris, Datar, simetris, Datar, simetris, Datar, simetris, Datar, simetris,
tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri
tekan tekan tekan tekan tekan
Ekstrimitas Tidak ada Tidak ada varises, Tidak ada Tidak ada Tidak ada
varises, tidak tidak ada edema varises, tidak varises, tidak varises, tidak
ada edema ada edema ada edema ada edema
Genetalia Jenis kelamin Jenis kelamin Jenis kelamin Jenis kelamin Jenis kelamin
laki-laki perempuan laki-laki laki-laki laki-laki

Pemeriksaan
- Foto Thorax - - -
Penunjang
Kesimpulan Sehat Sakit Sehat Sehat Sehat

Harapan Keluarga
Keluarga Bp. DD mengharapkan agar kesehatan Ny. PT selalu terjaga dan semua anggota
keluarganya selalu dalam kondisi yang sehat.

H. Hasil pengkajian kognitif dan mental


1. Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ) :
Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Skor
No Pertanyaan Jawaban
+ -
- 1. Tanggal berapa hari ini? Lupa
- 2. Hari apa sekarang ini? (hari, tanggal, dan tahun) Lupa
+ 3. Apa nama tempat ini? Bias,
Kusamba
4. Berapa nomor telepon Anda? Tidak
punya
+ 4a. Di mana alamat Anda? (tanyakan hanya bila klien Banjar
tidak mempunyai telepon) Bias,
Desa
Kusamba
+ 5. Berapa usia Anda? Sekitar
60
tahunan
+ 6. Kapan Anda lahir? Tahun
1940an,
tanggal
dan
bulan
lupa
- 7. Siapa presiden Indonesia sekarang? Lupa
- 8. Siapa presiden sebelumnya? Lupa
+ 9. Siapa nama kecil ibu Anda? Kernel
- 10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari Tidak
setiap angka baru, semua secara menurun. bisa
Jumlah kesalahan total 5

Kesalahan pasien sebanyak 5, sehingga pasien masuk dalam kategori kerusakan


intelektual sedang.

2. Mini – Mental State Exam (MMSE) :


Mini Mental State Exam (MMSE)
Nilai Pasien Pertanyaan
Maksimal
Orientasi
5 3 Tahun, tanggal, hari, dan bulan apa sekarang?
5 5 Di mana kita: provinsi, kotamadya, rumah sakit apa, di
lantai berapa?
Registrasi
3 3 Minta klien untuk menyebutkan nama tiga objek,
berikan waktu satu detik untuk mengatakan masing-
masing objek. Kemudian tanyakan ketiga klien ketiga
objek setelah Anda telah mengatakannya. Beri 1 poin
untuk setiap jawaban yang benar. Kemudian ulangi
sampai ia mempelajari ketiganya. Jumlahkan
percobaan dan catat.

Percobaan: .......................................
Perhatian dan Kalkulasi
5 0 Sen 7”s. 1 poin untuk setiap kebenaran. Berhenti
setelah 5 jawaban. Bergantian mengeja “kata” ke
belakang.
Mengingat
3 3 Minta klien untuk mengulang ketiga objek di atas.
Berikan 1 poin untuk setiap jawaban benar.
Bahasa
9 8 Nama pensil dan melihat (2 poin). Mengulang hal
berikut: “tak ada jika, dan, atau tetapi” (1 poin).
19 Nilai Total

Pasien memperoleh skor 19, sehingga pasien masuk dalam kategori kemungkinan
mengalami penurunan kognitif

3. Indeks Katz
Pasien memperoleh nilai A, sehingga klien memiliki kemandirian dalam hal makan,
kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi

4. Inventaris Depresi GDS short from


No Pertanyaan Jawaban Poin
Ya Tidak
1 Apakah bapak/ ibu sebenarnya puas √ 1
dengan kehidupan bapak / ibu?
2 Apakah bapak/ ibu telah √ 0
meninggalkan banyak kegiatan dan
minat atau kesenangan bapak/ ibu?
3 Apakah bapak/ ibu merasa √ 0
kehidupan bapak / ibu kosong?
4 Apakah bapak/ ibu sering merasa √ 0
bosan
5 Apakah bapak / ibu merasa √ 0
mempunyai harapan yang baik di
masa depan?
6 Apakah bapak/ ibu merasa √ 0
mempunyai pikiran jelek yang
mengganggu terus-menerus?
7 Apakah bapak/ ibu memiliki √ 0
semangat yang baik setiap saat?
8 Apakah bapak/ ibu takut bahwa √ 1
sesuatu yang buruk akan terjadi
pada bapak/ibu ?
9 Apakah bapak/ ibu merasa bahagia √ 0
sebagian besar hidup anda?
10 Apakah bapak/ ibu sering merasa √ 0
tidak mampu berbuat apa-apa?
11 Apakah bapak/ ibu sering merasa √ 0
resah dan gelisah?
12 Apakah bapak/ ibu lebih senang √ 0
tinggal di rumah daripada keluar
dan mengerjakan sesuatu?
13 Apakah bapak/ibu merasa khawatir √ 1
tentang masa depan?
14 Apakah bapak/ibu akhir-akhir ini √ 1
sering pelupa?
15 Apakah bapak/ibu pikir bahwa √ 0
hidup bapak/ibu sekarang ini
menyenangkan?
Total 4

Klien memperoleh skor 4, sehingga klien masuk dalam kategori tidak depresi.

Diagnosa Keperawatan Keluarga


1. Analisa Data

NO KELOMPOK DATA PROBLEM ETIOLOGI


1. DATA SUBJEKTIF : Kurang pengetahuan Ketidakmampuan keluarga
 Keluarga Bp. DD mengatakan mengenai pertolongan merawat anggota keluarga
tidak mengetahui cara pertama dan diet pada dengan gagal jantung
pertolongan pertama dan CHF kongesti.
merawat Ny. PT dengan
penyakit jantungnya.
 Ny. PT juga mengatakan biasa
makan makanan dengan menu
yang sama dengan keluarga
atau makan makanan dengan
menu seadanya.

DATA OBJEKTIF :
 Keluarga Bp. DD tampak
bingung dan Ny. PT biasa
makan makanan dengan menu
yang sama dengan anggota
keluarga yang lain.
2. DATA SUBJEKTIF : Kerusakan Ketidakmampuan keluarga
 Bp. DD mengatakan penatalaksanaan rumah memelihara /
rumahnya berukuran 100 m2. (hygiene lingkungan memodifikasi lingkungan
Terdiri dari 4 kamar tidur. 1 rumah) rumah yang sehat.
ruang dapur, 1 padmasana
serta 1 sanggah (tempat
ibadah), dan 1 kamar mandi.
Rumah permanen, lantai dari
keramik dan beberapa, 4
ventilasi dan 4 jendela kaca.
Di dalam rumah pencahayaan
dari luar cukup. Air yang
digunakan untuk minum
adalah air pam yang dimasak
dan untuk memasak dan
mandi menggunakan air pam

DATA OBJEKTIF :
 Kamar Tidur pasien tampak
belum rapi, kamar agak
berdebu dan kasur Ny.PT
tampak tanpa sprai.
 Bangunan dapur masih
menggunakan gubug (bedeg),
penyajian makanan tertutup
 Kamar mandi terdiri dari 1
bak mandi dan 1 wc, keadaan
air dalam bak mandi tampak
bersih, kamar mandi tampak
tidak bersih dan lantai tampak
jarang dikuras
 Jendela di rumah Bp. DD ada
4, ventilasi cukup tetapi
jarang dibuka.
3. DATA SUBJEKTIF : Perilaku mencari Kemampuan keluarga
 Keluarga Bp. DD mengatakan pertolongan kesehatan. mengenal penyakit dan
mencari pelayanan kesehatan dampak penyakit.
saat penyakit Ny. PT kambuh
atau saat obat Ny. PT akan
habis.

DATA OBJEKTIF :
 Keluarga sudah sering ke
rumah sakit untuk mencari
obat saat obat Ny. PT akan
habis.

Diagnosa Keperawatan Keluarga :


1. Kurang pengetahuan mengenai pertolongan pertama dan diet pada CHF b/d
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan gagal jantung kongesti
2. Kerusakan penatalaksanaan rumah (hygiene lingkungan rumah) b/d Ketidakmampuan
keluarga memelihara / memodifikasi lingkungan rumah yang sehat.
3. Perilaku mencari pertolongan kesehatan b/d Kemampuan keluarga mengenal penyakit
dan dampak penyakit.
Penilaian (Skoring) Diagnosis Keperawatan
1. Kurang pengetahuan mengenai pertolongan pertama dan diet pada CHF b/d
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan gagal jantung kongesti.
NO KRITERIA Skor BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN
1. Sifat Masalah Masalah sudah nyata atau
Skala :
sudah terjadi
Aktual 3 1 3/3 x 1 = 1
Risiko 2
Potensial 1
2. Kemungkinan masalah Masalah dapat diubah
dapat diubah sebagian karena masalah
Skala :
2 2 1/2 x 2 = 1 penyakit gagal jantung pada
Mudah
1
Sebagian Ny. PT sudah diketahui oleh
0
Tidak dapat
keluarga dari beberapa tahun
lalu dan berlangsung lama,
tetapi keluarga masih tidak
tahu cara merawat Ny. PT
dengan penyakit jantungnya.
3. Potensial masalah untuk Potensial masalah dapat
dicegah dicegah dengan selalu
Skala :
3 1 3/3 x 1= 1 memperhatikan kondisi
Tinggi
2
Cukup kesehatan Ny. PT dan dengan
1
Rendah
penyluhan dan pengetahun
dari petugas puskesmas,
mahasiswa perawat D IV
Keperawatan, leaflet, dll.
4. Menonjolnya masalah Keluarga mengatakan tidak
Skala :
mengetahui cara merawat Ny.
Masalah berat, harus 2 1 2/2 x 1= 1
PT dengan penyakit
segera ditangani
1
Ada masalah tetapi tidak jantungnya, masalah berat dan
perlu ditangani 0 harus segera ditangani.
Masalah tidak dirasakan
JUMLAH 4

2. Kerusakan penatalaksanaan rumah (hygiene lingkungan rumah) b/d Ketidakmampuan


keluarga memelihara / memodifikasi lingkungan rumah yang sehat.

NO KRITERIA Skor BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN


1. Sifat Masalah
Skala : Masalah sudah nyata atau
Aktual 3 1 3/3 x 1 = 1
sudah terjadi
Risiko 2
Potensial 1

2. Kemungkinan masalah Masalah dapat diubah


dapat diubah sebagian karena faktor
Skala :
2 2 1/2 x 2 = 1 ekonomi yang membuat
Mudah
1
Sebagian keluarga susah mengubah
0
Tidak dapat
struktur bangunan dan
kelengkapan barang.
3. Potensial masalah untuk Masalah dapat dicegah
dicegah dengan skala rendah karena
Skala :
3 1 2/3 x 1= 2/3 kemampuan keluarga dalam
Tinggi
2
Cukup menjaga kebersihan rumah
1
Rendah
kurang.
4. Menonjolnya masalah Keluarga mengatakan ada
Skala :
masalah dan masalah tersebut
Masalah berat, harus 2 1 2/2 x 1= 1
harus segera ditangani.
segera ditangani
1
Ada masalah tetapi tidak
perlu ditangani 0
Masalah tidak dirasakan
JUMLAH 3 2/3

3. Perilaku mencari pertolongan kesehatan b/d Kemampuan keluarga mengenal penyakit dan
dampak penyakit.

NO KRITERIA Skor BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN


1. Sifat Masalah Masalah potensial, keluarga
Skala :
sudah mampu dalam mencari
Aktual 3 1 1/3 x 1 = 1/3
Risiko 2 bantuan kesehatan
Potensial 1

2. Kemungkinan masalah Masalah dapat diubah dengan


dapat diubah mudah denga selalu memberi
Skala :
2 2 2/2 x 2 = 2 motivasi dan masukkan untuk
Mudah
1
Sebagian keluarga.
0
Tidak dapat
3. Potensial masalah untuk Masalah dapat dicegah
dicegah dengan skala tinggi karena
Skala :
3 1 2/3 x 1= 2/3 masalah sudah diketahui
Tinggi
2
Cukup keluarga.
1
Rendah
4. Menonjolnya masalah Ada masalah tetapi keluarga
Skala :
sudah mampu menanggapi
Masalah berat, harus 2 1 1/2 x 1= 1/2
dan diperlukan motivasi dan
segera ditangani
1
Ada masalah tetapi tidak dukungan untuk keluarga.
perlu ditangani 0
Masalah tidak dirasakan
JUMLAH 3 1/2
Prioritas Diagnosa Keperawatan

No Prioritias Diagnosa Keperawatan Skor

1. Kurang pengetahuan mengenai pertolongan pertama dan diet 4


pada CHF b/d Ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan gagal jantung kongesti

2. Kerusakan penatalaksanaan rumah (hygiene lingkungan rumah) 3 2/3


b/d Ketidakmampuan keluarga memelihara / memodifikasi
lingkungan rumah yang sehat
3. Perilaku mencari pertolongan kesehatan b/d Kemampuan 3 1/2
keluarga mengenal penyakit dan dampak penyakit
Intervensi Keperawatan

No Tujuan Kriteria Hasil Standar Intervensi


TUM TUK
DP
DP 1 Setelah dilakukan Setelah dilakukan Respon 1. Keluarga dapat mengenal Observasi TTV
4x kunjungan tindakan keperawatan 1 x verbal/pe masalah kesehatan setiap TUK 1
diharapkan keluarga 40 menit, keluarga dapat: ngetahua anggota keluarganya. 1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
2. Keluarga dapat
mengetahui dan 1. Mengenal masalah n tentang gagal jantung kongesti
mengambil keputusan
mengenal masalah kesehatan setiap (CHF)
untuk melakukan tindakan
kesehatan tentang anggota keluarganya. 2. Jelaskan pengertian CHF, penyebab,
2. Mengambil keputusan yang tepat bagi keluarga.
gagal jantung tanda dan gejala, penatalaksanaan
3. Keluarga dapat memberi
untuk melakukan
kongesti (CHF), Sikap medis CHF
perawatan pada anggota
tindakan yang tepat
pertolongan TUK 2
keluarga yang sakit.
bagi keluarga.
pertama, dan diet 4. Keluarga dapat 3. Berikan kesempatan keluarga untuk
3. Memberi perawatan
pada CHF. mempertahankan bertanya
pada anggota keluarga
Tindakan hubungan timbal balik 4. Anjurkan keluarga untuk memantau
yang sakit.
4. Mempertahankan /psikomo antara keluarga dan kesehatan Ny. PT dan teratur minum
hubungan timbal balik tor lembaga kesehatan dengan obat
antara keluarga dan memanfaatkan fasilitas TUK 3
lembaga kesehatan pelayanan kesehatan yang 5. Jelaskan diet dan peragakan
dengan memanfaatkan ada. pertolongan pertama pada CHF
fasilitas pelayanan 6. Beri contoh menu diet jantung untuk
kesehatan yang ada. Ny. PT
TUK 4
7. Diskusikan dengan keluarga tentang
menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan untuk memantau penyakit
jantung NY. PT
DP 2 Setelah dilakukan Setelah dilakukan Respon 1. Keluarga dapat mengenal Observasi TTV
4x kunjungan tindakan keperawatan 1 x verbal/pe syarat hygiene rumah. TUK 1
2. Keluarga dapat mengambil
keluarga dapat 45 menit, keluarga dapat ngetahua 1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
keputusan untuk
memelihara mengetahui: n tentang hygiene rumah
melakukan tindakan yang
hygiene rumah 1. Mengenal masalah 2. Jelaskan syarat-syarat hygiene
tepat bagi keluarga.
dengan baik. kesehatan setiap rumah yang sehat.
3. Keluarga dapat
anggota keluarganya. TUK 2
mempertahankan suasana
2. Mengambil Sikap 3. Berikan kesempatan keluarga
dirumah yang sehat.
keputusan untuk bertanya
melakukan tindakan TUK 3
yang tepat bagi 4. Anjurkan keluarga untuk selalu
keluarga. Tindakan menjaga dan memelihara
3. Mempertahankan /psikomo kebersihan rumah
suasana dirumah tor
yang sehat.

DP 3 Setelah dilakukan Setelah dilakukan Respon 1. Keluarga dapat Observasi TTV


4x kunjungan tindakan keperawatan 1 x verbal/pe mengetahui tentang alur TUK 1
keluarga dapat 45 menit, keluarga dapat ngetahua saat pertolongan pertama. 1. Kaji tingkat kemampuan keluarga
2. Keluarga dapat mengambil
memaksimalkan mengetahui: n dalam menjangkau pelayanan
keputusan untuk
kemampuan dan 1. Mengenal masalah kesehatan
melakukan tindakan yang
lebih siap dalam kesehatan setiap TUK 2
tepat bagi keluarga.
menjangkau anggota 2. Berikan kesempatan keluarga
3. Keluarga dapat
pelayanan keluarganya. Sikap bertanya
mempertahankan
kesehatan saat 2. Mengambil 3. Berikan pujian atas keputusan dan
hubungan timbal balik
penyakit gagal keputusan untuk tindakan yang diambil keluarga
antara keluarga dan
jantung kongesti melakukan tindakan TUK 3
lembaga kesehatan dengan
(CHF) Ny. PT yang tepat bagi Tindakan 4. Diskusikan dengan keluarga tempat
memanfaatkan fasilitas
kambuh keluarga. /psikomo pelayanan kesehatan yang akan
pelayanan kesehatan yang
3. Mempertahankan tor dituju saat penyakit Ny. PT kambuh
ada.
hubungan timbal 5. Diskusikan dengan keluarga sarana
balik antara keluarga transportasi yang akan digunakan
dan lembaga 6. Diskusikan dengan keluarga untuk
kesehatan dengan pengantar Ny. PT ke pelayanan
memanfaatkan kesehatan saat penyakit Ny. PT
fasilitas pelayanan kambuh
kesehatan yang ada.
Implementasi Keperawatan

Tanggal/Jam No. DP Implementasi Respon


Senin, 5 1 Observasi TTV TTV :
Oktober 2015 - TD : 120/80 mmHg
Pukul 17.00 - Nadi auskultasi : Radialis ;
WITA 72x/mnt, Ictus cordis thorak ;
76x/mnt
- S : 36,00C
TUK 1 - RR : 20x/mnt
1. Mengkaji tingkat pengetahuan 1. Keluarga hanya mengetahui
keluarga tentang gagal jantung Ny. PT menderita penyakit
kongesti (CHF) jantung.
2. Menjelaskan pengertian CHF, 2. Keluarga mendengarkan dan
penyebab, tanda dan gejala, memerhatikan.
penatalaksanaan medis CHF
TUK 3
3. Menjelaskan diet dan 3. Keluarga kooperatif dan
memperagakan pertolongan memerhatikan
pertama pada CHF
Diet CHF : rendah kalori,
protein dan lemak sedang,
cukup vitamin dan mineral,
rendah garam, mudah
dicerna, porsi kecil tapi
sering.
Pertolongan pertama CHF :
posisikan setengah duduk,
pijat saraf paru-paru pada 3-
5 cm diata jempol kaki, di
ruas antara jempol dan
telunjuk kaki.
4. Memberi contoh menu diet 4. Keluarga mendengarkan dan
jantung untuk Ny. PT, seperti memerhatikan
Pagi : ¼ gelas nasi, 1 butir
telur, 1 sdm gula, 1 potong
papaya.
Siang : Nasi 1/3 gelas, Ikan /
Daging 1 potong sedang, Tempe
dan tahu 1 potong sedang,
Sayuran, Pepaya 1 potong
sedang
TUK 4
5. Mendiskusikan dengan 5. Keluarga mengatakan selalu
keluarga tentang menggunakan ke rumah sakit saat obat Ny.
fasilitas pelayanan kesehatan PT akan habis
untuk memantau penyakit
jantung NY. PT
TUK 2
6. Memberikan kesempatan 6. Keluarga kooperatif

keluarga untuk bertanya


7. Memberikan pujian atas 7. Keluarga kooperatif

keputusan yang telah diambil


oleh keluarga
Selasa, 6 2 Observasi TTV TTV :
Oktober 2015 - TD : 100/70 mmHg
Pukul 17.00 - Nadi auskultasi : Radialis ;
WITA 80x/mnt, Ictus cordis thorak ;
76x/mnt
- S : 36,50C
TUK 1 - RR : 20x/mnt
1. Mengkaji tingkat pengetahuan 1. Keluarga mengatakan rajin
keluarga tentang hygiene bersih-bersih disekitar rumah
rumah
2. Menjelaskan syarat-syarat 2. Keluarga mendengarkan dan
hygiene rumah yang sehat memerhatikan
seperti : tidak ada genangan air
pada saluran air, ventilasi yang
cukup, cahaya yang cukup,
bebas debu.
3. Keluarga kooperatif
TUK 3
3. Menganjurkan keluarga untuk
selalu menjaga dan memelihara
kebersihan rumah 4. Keluarga kooperatif
TUK 2
4. Memberikan kesempatan 5. Keluarga kooperatif
keluarga bertanya
5. Memberikan pujian atas
keputusan dan tindakan yang
diambil keluarga

Rabu, 7 Oktober 3 Observasi TTV TTV :


2015 - TD : 120/80 mmHg
Pukul 17.30 - Nadi auskultasi : Radialis ;
WITA 72x/mnt, Ictus cordis thorak ;
76x/mnt
- S : 36,50C
TUK 1 - RR : 20x/mnt
1. Mengkaji tingkat kemampuan 1. Pasien mengatakan sering
keluarga dalam menjangkau diantar ke puskesmas untuk
pelayanan kesehatan kontrol dan ke rumah sakit
TUK 3 mengambil obat
2. Mendiskusikan dengan 2. Keluarga mengatakan jika
keluarga tempat pelayanan penyakit jantung Ny. PT
kesehatan yang akan dituju kambuh, keluarga akan
saat penyakit Ny. PT kambuh membawa ke rumah sakit
atau pelayanan kesehatan
terdekat seperti Puskesmas
Pembantu I Kusamba.
3. Mendiskusikan dengan 3. Keluarga mengatakan akan
keluarga sarana transportasi menggunakan sepeda motor
yang akan digunakan yang ada di rumah. Ny. PT
mengatakan bisa
berboncengan dengan sepeda
motor saat penyakit
jantungnya kambuh
4. Mendiskusikan dengan 4. Keluarga mengatakan siap
keluarga untuk pengantar Ny. akan mengantar Ny. PT ke
PT ke pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan. Ny. PT
saat penyakit Ny. PT kambuh juga mengatakan sering
diantar oleh anaknya, jika
anaknya tidak sempat maka
keluarga akan meminta
TUK 2 bantuan ke tetangga.
5. Memberikan kesempatan 5. Keluarga kooperatif
keluarga bertanya
6. Memberikan pujian atas 6. Keluarga kooperatif
keputusan dan tindakan yang
diambil keluarga
Kamis, 8 1 Observasi TTV TTV :
Oktober 2015 - TD : 120/80 mmHg
Pukul 17.00 - Nadi auskultasi : Radialis ;
WITA 68x/mnt, Ictus cordis thorak ;
68x/mnt
- S : 36,00C
TUK 1 - RR : 20x/mnt
1. Kaji ulang tingkat 1. Keluarga mengatakan Ny. PT
pengetahuan keluarga tentang menderita penyakit jantung
gagal jantung kongesti (CHF)
TUK 3 5. Keluarga mendengarkan,
5. Jelaskan pertolongan pertama memerhatikan, dan
dan diet pada CHF memperagakan pertolongan
pertama
2 TUK 1
1. Kaji ulang tingkat 1. Keluarga sudah paham dan
pengetahuan keluarga tentang keluarga mengatakan sudah
hygiene rumah rajin bersih-bersih disekitar
rumah

3 TUK 1
1. Kaji ulang tingkat 1. Keluarga sudah paham dan
kemampuan keluarga dalam keluarga mengatakan akan
menjangkau pelayanan menggunakan sepeda motor
kesehatan menuju pelayanan kesehatan
terdekat

Evaluasi Formatif
Tanggal/Jam No.DP Evaluasi
Kamis, 8 Oktober 2015 1 S : Keluarga Bp. DD mengatakan sudah mengerti
Jam : 17.00 WITA tentang gagal jantung kongestif, pertolongan
pertama dan diet pada penyakit jantung.
O : Keluarga kooperatif saat diskusi, keluarga
memerhatikan dan tidak meninggalkan tempat
saat penyuluhan. Keluarga dapat
memperagakan cara pertolongan pertama
pada penyakit gagal jantung kongestif.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Motivasi keluarga untuk selalu memerhatikan
kesehatan keluarga khususnya Ny. PT dengan
penyakit gagal jantungnya..
Kamis, 8 Oktober 2015 2 S : Keluarga Bp. DD mengatakan sudah paham
Jam : 17.00 WITA mengenai hygiene rumah, seperti kamar harus
bebas debu, jendela sudah sering dibuka.
O : Kamar Ny. PT masih belum di sprai karena
tidak punya sprai. Keluarga tampak bersih-
bersih setiap hari.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Motivasi dan ingatkan keluarga untuk selalu
memerhatikan lingkungan sekitar rumah.
Kamis, 8 Oktober 2015 3 S : Keluarga Bp. DD mengatakan sudah paham dan
Jam : 17.00 WITA siap mengantar Ny. PT menuju pelayanan
kesehatan terdekat saat penyakit gagal jantung
Ny. PT kambuh.
O : Keluarga memiliki sepeda motor dan tinggal
bersama dengan tetangga dalam satu kawasan
rumah.
A : Masalah teratasi
P : Motivasi dan ingatkan keluarga untuk selalu
memerhatikan kesehatan Ny. PT menjaga
komunikasi antara anggota keluarga dan
tetangga.

BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengkajian, dalam asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Bp.
DD, muncul tiga masalah yaitu kurang pengetahuan mengenai pertolongan pertama dan diet
pada CHF, kerusakan penatalaksanaan rumah (hygiene lingkungan rumah), dan perilaku
mencari pertolongan kesehatan. Dari permasalahan tersebut telah dilakukan proses skoring
untuk menentukan prioritas masalah dan masalah yang menjadi prioritas pertama adalah
kurang pengetahuan mengenai pertolongan pertama dan diet pada CHF, yang kedua adalah
kerusakan penatalaksanaan rumah (hygiene lingkungan rumah), dan yang ketiga adalah
perilaku mencari pertolongan kesehatan.
Setelah melakukan proses skoring, dilakukan perencanaan dan pelaksanaan
keperawatan untuk ketiga masalah tersebut. Untuk pelaksanaan keperawatan ini saya lakukan
selama empat kali kunjungan rumah dengan memberikan penyuluhan serta tindak lanjut
kegawatdaruratan seperti pertolongan pertama yang sudah direncanakan. Setelah melakukan
pelaksanaan keperawatan, dilanjutkan dengan proses evaluasi. Dari proses evaluasi tersebut
dilakukan untuk mengetahui perkembangan keluarga setelah diberikan asuhan keperawatan
dan didapatkan masalah pertama teratasi sebagian, masalah kedua juga teratasi sebagian, dan
masalah ketiga sudah teratasi.

B. SARAN
Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga yang optimal dan meningkatkan derajat
kesehatan keluarga sebaiknya memerlukan waktu secara bertahap dan waktu yang panjang.
Dan sebagai perawat tentunya harus menerapkan teori konsep keluarga ke dalam praktik
keperawatan keluarga yang dilakukan.

Lampiran I
Lampiran II

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PERTOLONGAN


PERTAMA DAN DIET JANTUNG PADA KELUARGA
BP. DD KHUSUSNYA NY. PT

OLEH:

I PUTU PRAJA SANTIKA ABADI


P07120213018
D IV KEPERAWATAN REG. TK. III

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2015
A. LATAR BELAKANG
Saat ini berbagai masalah kesehatan yang serius di Indonesia dapat disebabkan
oleh berbagai faktor. Misalnya pola hidup yang tidak sehat, cara pemeliharaan kesehatan
yang tidak baik, pola makan yang tidak baik dan juga faktor sosial ekonomi.
Masalah kesehatan yang banyak menimbulkan kematian adalah Congestive Heart
Failure / Gagal Jantung Kongestif. Penyakit CHF umumnya diderita oleh orang dewasa
pria daripada wanita. Jumlah presentasinya 3% pada orang berusia 45-60 tahun, 75%
pada orang yang berusia di atas 60 tahun. (Jensen and Miller, 1995).
Penyebab dari CHF adalah myocardial infark, hipertensi sistemik, dan stenosis
pulmoner. Pada pasien dengan CHF dianjurkan untuk berolah raga secara teratur yang
diselingi dengan istirahat yang cukup (tidak bekerja berlebihan) dan sebaiknya
menghindari kemarahan emosional.
Dengan adanya makalah ini penulis berusaha menggambarkan tentang penyakit
CHF sehingga dapat dilakukan tindakan pengobatan secara dini bila didapatkan gejala-
gejala CHF seperti jantung berdebar-debar, cepat lelah, sesak napas dan keinginan
berkemih pada malam hari.
Peran perawat yang dilakukan untuk menurunkan angka kejadian dengan
memberikan penyuluhan CHF kepada masyarakat. Dengan demikian diharapkan
masyarakat dapat melakukan tindakan pencegahan atau mengurangi resiko timbulnya
CHF

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit, pasien diharapkan mengetahui dan
memahami tentang pertolongan pertama dan diet jantung.
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit, pasien diharapkan dapat:
1) Menjelaskan pengertian gagal jantung.
2) Menyebutkan penyebab gagal jantung.
3) Menyebutkan tanda dan gejala gagal jantung.
4) Pertolongan pertama pada gagal jantung.
5) Menyebutkan penanggulangan gagal jantung.
6) Menyebutkan diet untuk gagal jantung.

C. MATERI
Adapun materi yang akan disajikan meliputi:
a. Pengertian gagal jantung kongesti atau CHF
b. Penyebab gagal jantung
c. Tanda dan gejala gagal jantung
d. Pertolongan pertama pada gagal jantung
e. Penanggulangan gagal jantung
f. Diet untuk gagal jantung

D. METODE
Metode yang digunakan dalam penyuluhan tentang gizi seimbang ini adalah:
a. Ceramah
b. Tanya jawab

E. ALAT/MEDIA/SUMBER
a. Alat:-
b. Media: leaflet
c. Sumber:
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Depkes. 1993. Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan System
Kardiovaskuler. Jakarta : EGC.
Dinoti, Triana. 2014. SAP Gagal Jantung Kongesti. Available on :
(https://trianadinotiblog.wordpress.com/2014/11/11/sap-gagal-jantung-
kongestif/). Diakses pada tanggal 1 Oktober 2015.
Kumpulan SAP dan Leaflet. 2013. Available on :
(http://kumpulansapdanleaflet.blogspot.com/2014/07/askep-chf-congensif-
heart-failure.html). Diakses pada tanggal 1 Oktober 2015
Pritayani, Septia. 2013. SAP CHF. Available on :
(http://charmingraspberry.blogspot.co.id/2013/07/sap-chf.html). Diakses pada
tanggal 1 Oktober 2015.

F. SASARAN
Adapun sasaran dalam penyuluhan ini adalah keluarga Bp. DD.

G. WAKTU
Pelaksanaan penyuluhan ini diselenggarakan pada:
Hari/Tanggal : Senin, 5 Oktober 2015
Pukul : 09.30 – 10.05 WITA
Durasi : 35 menit

H. TEMPAT
Penyuluhan dilaksanakan di rumah Keuarga Bp. DD, Br. Bias, Desa Kusamba,
Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Bali.
Setting tempat:

Penyuluh

Media

Audien
I. PROSES KEGIATAN
No WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN RESPON TTD
1. 5 Menit Pre interaksi
a. Memberi salam Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri
Mendengarkan
c. Menjelaskan maksud dan tujuan
d. Menanyakan kesiapan pasien
e. Memilih media yang sesuai (sudah
dipersiapkan)

2. 20 Menit Interaksi Klien


a. Menjelaskan pengertian gagal jantung. mendengarkan dan
b. Menyebutkan penyebab gagal jantung. memperhatikan
c. Menyebutkan tanda dan gejala gagalpenjelasan
jantung. mengenai gagal
d. Pertolongan pertama pada gagaljantung kongesti
jantung. atau CHF.
e. Menyebutkan penanggulangan gagal
jantung.
f. Menyebutkan diet untuk gagal jantung.

3. 10 Menit Terminasi Keluarga


a. Evaluasi keberhasilan penyuluhan mendengarkan,
kesehatan dengan memberikan dapat menjawab
pertanyaan kepada keluarga klien pertanyaan yang
b. Menyimpulkan hasil penyuluhan
diberikan oleh
kesehatan
penyuluh, dan
c. Salam penutup
menjawab salam
J. RENCANA EVALUASI
A. Struktur
1. Persiapan media dan alat
Media dan alat yang digunakan dalam penyuluhan kesehatan semua lengkap atau
dalam keadaan baik dan bisa digunakan saat ceramah serta tanya jawab.
a) Alat: -.
b) Media: leaflet
c) Sumber:
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Depkes. 1993. Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan System
Kardiovaskuler. Jakarta : EGC.
Dinoti, Triana. 2014. SAP Gagal Jantung Kongesti. Available on :
(https://trianadinotiblog.wordpress.com/2014/11/11/sap-gagal-jantung-
kongestif/). Diakses pada tanggal 1 Oktober 2015.
Kumpulan SAP dan Leaflet. 2013. Available on :
(http://kumpulansapdanleaflet.blogspot.com/2014/07/askep-chf-
congensif-heart-failure.html). Diakses pada tanggal 1 Oktober 2015
Pritayani, Septia. 2013. SAP CHF. Available on :
(http://charmingraspberry.blogspot.co.id/2013/07/sap-chf.html).
Diakses pada tanggal 1 Oktober 2015..
2. Persiapan Materi
Materi yang disiapkan dalam bentuk makalah, dan ditulis dalam bentuk leaflet
untuk mempermudah dalam penyampaian materi.
3. Peserta Penyuluhan
Keluarga Bp. DD yang anggota keluarga menderita gagal jantung kongesti atau
CHF.

B. Proses Penyuluhan
1. Didalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh dan
peserta.
2. Peserta yang hadir diharapkan tidak ada yang meninggalkan tempat penyuluhan.
3. Minimal peserta mengajukan pertanyaan mengenai materi yang diberikan

C. Hasil Penyuluhan
1. Jangka Pendek
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, peserta:
a. Dapat menjelaskan pengertian gagal jantung.
b. Dapat menyebutkan penyebab gagal jantung.
c. Dapat menyebutkan tanda dan gejala gagal jantung.
d. Dapat pertolongan pertama pada gagal jantung.
e. Dapat menyebutkan penanggulangan gagal jantung.
f. Dapat menyebutkan diet untuk gagal jantung..
2. Jangka Panjang
Meningkatkan pengetahuan keluarga Bp. DD mengenai pertolongan pertama dan
diet jantung untuk Ny. PT.

MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PERTOLONGAN PERTAMA DAN


DIET JANTUNG PADA KELUARGA BP. DD KHUSUSNYA NY. PT DI BR. BIAS, DESA
KUSAMBA, KEC. DAWAN, KLUNGKUNG

A. DEFINISI CHF
CHF (Congestive Heart Failure) sering disebut gagal jantung kongestif adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan
jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif paling sering digunakan
kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan kanan (Brunner dan Suddarth, 2002).
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa tidak
mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan (Ruhyanudin, 2007).
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat mempertahankan
sirkulasi atau tidak mampu memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebtuhan
jaringan tubuh (Muttaqim, 2009)

B. PENYEBAB CHF
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi
otot mencakup ateriosklerosis koroner, hiprtensi arterial, dan penyakit degeneratif atau
inflamasi.
2. Aterosklerosis koroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran
darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpuikan asam laktat).
Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitaas menurun.

3. Hipertensi sistemik atau pulmonal ( peningkatan afterload )


Hipertensi sistemik atau pulmonal ( peningkatan afterload ) meningkatkan beban kerja
jantung dan pada gilirannya mngakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
4. Peradangan dan penyakit myocardium degenerative
Peradangan dan penyakit myocardium degenerative berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung.
5. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara
langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan
aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup semiluner), ketidak mampuan jantung
untuk mengisi darah (tamponade, perikardium, perikarditif konstriktif, atau stenosis AV),
peningkatan mendadak afteer load.
6. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal
jantung. Meningkatnya laju metabolism (mis : demam, tirotoksikosis , hipoksia dan
anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen
sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung.
Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalita elekttronik dapat menurunkan
kontraktilitas jantung.

C. TANDA DAN GEJALA CHF


Tanda dominan : Meningkatnya volume intravaskuler
Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat penurunan curah jantung.
Manifestasi kongesti berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi.
2. Gagal Jantung Kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu
memompa darah yang dating dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
a. Dispnea, Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan
mengganggu pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnoe. Beberapa pasien dapat
mengalami ortopnoe pada malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal
Dispnea (PND)
b. Batuk
c. Mudah lelah, Terjadi karena curah jantung yang kurang yang
menghambat jaringan dan sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya
pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi karena meningkatnya energi yang
digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan
batuk
d. Kegelisahan atau kecemasan, Terjadi karena akibat gangguan oksigenasi
jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak
berfungsi dengan baik
3. Gagal jantung Kanan :
g. Kongestif jaringan perifer dan visceral
h. Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya oedema
pitting, penambahan BB.
i. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena hepar
j. Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena
dalam rongga abdomen
k. Nokturia
l. Kelemahan.

D. PERTOLONGAN PERTAMA CHF


Pertolongan pertama pada CHF adalah mengontrol kekambuhan dari gagal jantung dengan
mengurangi kepayahan jantung dan mengoptimalkan pemasukkan oksigen.
1. Saat terjadi kekambuhan, sambil mempersiapkan kendaraan menuju rumah sakit, pasien
diposisikan setengah duduk di tempat yang nyaman. Jangan memposisikan pasien
terlentang.
2. Pakaian dan bawaan-bawaan yang dipakai dilepas atau dilonggarkan untuk memudahkan
pasien bernafas dalam memenuhi kebutuhan oksigen untuk tubuh.
3. Pijat pada saraf paru-paru yang terletak di atas jempol kaki (sekitar 3-5 cm), tepat di
daerah ruas antara jempol dan jari telunjuk kaki.
4. Pijat secara perlahan sampai kendaraan siap dan berangkat menuju rumah sakit terdekat.

E. PENANGGULANGAN GAGAL JANTUNG


1. Mengobati penyebab gagal jantung seperti : diabetes, hipertensi, penyakit jantung coroner
dan penyakit yang berhubungan dengan system jantung dan pembuluh darah
2. Istirahat cukup
3. Ubah gaya hidup dengan diet jantung
4. Olahraga teratur
5. Sesuaikan pemasukan (minum) dan pengeluaran (kencing)
6. Rutin memeriksakan diri ke dokter
F. DIET UNTUK GAGAL JANTUNG
1. Syarat-syarat makanan untuk pasien dengan gagal jantung
a. Kalori rendah
b. Protein dan lemak sedang
c. Cukup vitamin dan mineral
d. Rendah garam bila tekanan tinggi
e. Mudah dicerna
f. Porsi kecil tapi sering
2. Pembagian makanan sehari-hari
a. Pagi :
1) ¼ gelas nasi
2) 1 butir telur
3) 1 sdm gula
4) 1 potong pepaya
b. Siang :
1) Nasi 1/3 gelas
2) Ikan / Daging 1 potong sedang
3) Tempe dan tahu 1 potong sedang
4) Sayuran
5) Pepaya 1 potong sedang

3. Makanan pantangan bagi penyakit jantung :


a. Kue-kue yang terlalu manis dan gurih : Dodol, cake, tarcis dll.
b. Semua daging berlemak
c. Goreng-gorengan, santan kental
d. Sayuran yang menimbulkan gas seperti : Kol, sawi, lobak.
e. Lombok dan bumbu-bumbu yang merangsang.
f. Kopi, minuman soda dan alkohol.
g. Nangka, durian dan alpukat harus dibatasi.
LAMPIRAN 2

EVALUASI
A. Pertanyaan
1. Apa itu gagal jantung atau CHF?
2. Apa saja penyebab gagal jantung?
3. Bagaimana tanda dan gejala gagal jantung?
4. Bagaimana pertolongan pertama untuk pasien gagal jantung?
5. Bagaimana penanggulangan gagal jantung?
6. Bagaimana syarat makanan untuk pasien gagal jantung?
7. Apa saja larangan untuk pasien gagal jantung?

B. Kunci Jawaban
1. Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat mempertahankan
sirkulasi atau tidak mampu memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebtuhan
jaringan tubuh (Muttaqim, 2009)

2. Penyebab CHF :
b. Kelainan otot jantung
c. Aterosklerosis coroner
d. Hipertensi sistemik atau pulmonal ( peningkatan
afterload )
e. Peradangan dan penyakit myocardium
degenerative
f. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang
ssecara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup
gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup semiluner), ketidak
mampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikardium, perikarditif
konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak afteer load.
g. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya
gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme(mis : demam, tirotoksikosis ,
hipoksia dan anemia peperlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi
kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai
oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalita elekttronik
dapat menurunkan kontraktilitas jantung.

3. Tanda Dan Gejala CHF


Gagal Jantung Kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu
memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
a. Dispnea, Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan
mengganggu pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnoe. Beberapa pasien dapat
mengalami ortopnoe pada malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal
Dispnea (PND)
b. Batuk
c. Mudah lelah, Terjadi karena curah jantung yang kurang yang
menghambat jaringan dan sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya
pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi karena meningkatnya energi yang
digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan
batuk
d. Kegelisahan atau kecemasan, Terjadi karena akibat gangguan oksigenasi
jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak
berfungsi dengan baik
Gagal jantung Kanan :
a. Kongestif jaringan perifer dan visceral
b. Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya oedema
pitting, penambahan BB.
c. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena hepar
d. Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena
dalam rongga abdomen
e. Nokturia
f. Kelemahan.

4. Pertolongan Pertama CHF


Pertolongan pertama pada CHF adalah mengontrol kekambuhan dari gagal jantung
dengan mengurangi kepayahan jantung dan mengoptimalkan pemasukkan oksigen.
a. Saat terjadi kekambuhan, sambil mempersiapkan kendaraan menuju
rumah sakit, pasien diposisikan setengah duduk di tempat yang nyaman. Jangan
memposisikan pasien terlentang.
b. Pakaian dan bawaan-bawaan yang dipakai dilepas atau dilonggarkan
untuk memudahkan pasien bernafas dalam memenuhi kebutuhan oksigen untuk
tubuh.
c. Pijat pada saraf paru-paru yang terletak di atas jempol kaki (sekitar 3-5
cm), tepat di daerah ruas antara jempol dan jari telunjuk kaki.
d. Pijat secara perlahan sampai kendaraan siap dan berangkat menuju
rumah sakit terdekat.

5. Penanggulangan Gagal Jantung


a. Mengobati penyebab gagal jantung seperti : diabetes, hipertensi,
penyakit jantung coroner dan penyakit yang berhubungan dengan system jantung dan
pembuluh darah
b. Istirahat cukup
c. Ubah gaya hidup dengan diet jantung
d. Olahraga teratur
e. Sesuaikan pemasukan (minum) dan pengeluaran (kencing)
f. Rutin memeriksakan diri ke dokter

6. Diet Untuk Gagal Jantung


Syarat-syarat makanan untuk pasien dengan gagal jantung
a. Kalori rendah
b. Protein dan lemak sedang
c. Cukup vitamin dan mineral
d. Rendah garam bila tekanan tinggi
e. Mudah dicerna
f. Porsi kecil tapi sering

Contoh pembagian makanan sehari-hari


Pagi :
a. ¼ gelas nasi
b. 1 butir telur
c. 1 sdm gula
d. 1 potong papaya
Siang :
a. Nasi 1/3 gelas
b. Ikan / Daging 1 potong sedang
c. Tempe dan tahu 1 potong sedang
d. Sayuran
e. Pepaya 1 potong sedang

7. Makanan pantangan bagi penyakit jantung :


a. Kue-kue yang terlalu manis dan gurih : Dodol, cake, tarcis dll.
b. Semua daging berlemak
c. Goreng-gorengan, santan kental
d. Sayuran yang menimbulkan gas seperti : Kol, sawi, lobak.
e. Lombok dan bumbu-bumbu yang merangsang.
f. Kopi, minuman soda dan alkohol.
g. Nangka, durian dan alpukat harus dibatasi.

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda
NIC-NOC. Yogyakarta : Media Action Publishing.

Ardiyan, Rahmat. 2008. Makalah konsep keluarga. Available on :


(http://makalahkonsepkeluarga.blogspot.com/2008/05/makalah-konsep-keluarga.html).
Diakses pada tanggal 1 Oktober 2015.

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Depkes. 1993. Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan System Kardiovaskuler.
Jakarta : EGC.

Diningrat, Arief Wijaya Kusumah. 2013. Konsep Dasar Keluarga. Available on :


(http://riefskoko.blogspot.com/2013/01/konsep-dasar-keluarga.html). Diakses pada
tanggal 1 Oktober 2015.

Dinoti, Triana. 2014. SAP Gagal Jantung Kongesti. Available on :


(https://trianadinotiblog.wordpress.com/2014/11/11/sap-gagal-jantung-kongestif/).
Diakses pada tanggal 1 Oktober 2015.

Effensy, Nasrul. 2012. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.

Gloria M. Bulecheck,dkk. 2013. Nursing Interventions Classification Sixth Edition (NIC).


Amerika:ELSEVIER.

Gusti ADP, Salvari. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Hatake, Kapevi. 2013. Gagal Jantung Kongestif. Available on :


(http://macrofag.blogspot.com/2013/03/askep-congestive-heart-failure-gagal_9232.html).
Diakses tanggal 1 Oktober 2015

Kumpulan SAP dan Leaflet. 2013. Available on :


(http://kumpulansapdanleaflet.blogspot.com/2014/07/askep-chf-congensif-heart-
failure.html). Diakses pada tanggal 1 Oktober 2015.

Nanda.2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan definisi keperawatan dan klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Pribadi, Rizky. 2014. Asuhan Keperawatan Gagal Jantung Kongestif (CHF). Available on :
(http://kalangkangmencrang.blogspot.com/2014/01/asuhan-keperawatan-gagal-
jantung.html). Diakses pada tanggal 1 Oktober 2015.

Pritayani, Septia. 2013. SAP CHF. Available on :


(http://charmingraspberry.blogspot.co.id/2013/07/sap-chf.html). Diakses pada tanggal 1
Oktober 2015.

Setyawan, Dharma. 2012. Konsep Dasar Keluarga. Available on :


(https://bidankomunitas.files.wordpress.com/2012/02/konsep-dasar-keluarga_2.pdf.)
Diakses pada tanggal 1 Oktober 2015.

Sue Moorhead,dkk.2013.Nursing Outcomes Classification Fifth Edition (NOC). Amerika :


ELSEVIER.

You might also like