You are on page 1of 3

SELANJUTNYA

FOLLOW

FILSAFAT

Tuhan, Itulah Kesadaran Murni....

4 Agustus 2013 13:06 Diperbarui: 4 Agustus 2013 13:06 766 1 0

Setiap orang memiliki kesadaran. Bagaikan setitik air lautan yang ada di luar lautan. Lautan itulah
melambangkan Kesadaran Murni. Setitik cipratan air lautan memiliki sifat yang sama dengan air laut.
Karena sudah berada di luar sumbernya, percikan air laut sudah terkontaminasi debu. Ia sudah tidak
murni lai sebagaimana sang sumber. Walau demikian, di dalam percikan air laut masih ada sisa sifat air
laut. Agar ia memiliki kemurnian air laut, debu yang ada mesti dbersihkan.

Kesadaran dalam diri manusia memiliki karakter yang sama dengan induk atau sumbernya, Kesadaran
Murni, namun debu keduniawian telah mencemarinya. Karena di bumi ini adalah ilusi ciptaan Nya yang
ada dualitas, maka diperlukan kehadiran pikiran yang memiliki kualitas yang duo juga. Manusia bersal
dari kata 'manusya'. 'Manas' berarti mind atau pikiran. 'Isya' berarti Ilahi atau kesadaran.

Apakah kesadaran? Jika mind masih mengandung sifat materi, kesadaran tidak memiliki sifat materi.
Materi adalah sesuatu yang berasal dari pikiran manusia. Materi tidak bersifat abadi. Ia akan lenyap. Satu
hal yang dikatakan oleh Rumi, Jalaluddin. Semua yang berasal dari pikiran manusia, suatu ketika pasti
lenyap. Ini pula sebabnya, kesadaran yang didefinisikan pada tulisan ini juga akan lenyap. demikian juga
halnya dengan pemahaman kita denga sifat Tuhan. Namun, agar ada sesuatu yang bisa dibicarakan,
maka diperlukan istilah. Ini yang kita sebut dengan Tuhan. Sesuatu yang tidak terjelaskan, namun
kehadirannya bisa dirasakan.

DAFTAR

Marhento Wintolo

Marhento Wintolo

lainnya
Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri.
Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

SELANJUTNYA

FOLLOW

FILSAFAT

Tuhan, Itulah Kesadaran Murni....

4 Agustus 2013 13:06 Diperbarui: 4 Agustus 2013 13:06 766 1 0

Setiap orang memiliki kesadaran. Bagaikan setitik air lautan yang ada di luar lautan. Lautan itulah
melambangkan Kesadaran Murni. Setitik cipratan air lautan memiliki sifat yang sama dengan air laut.
Karena sudah berada di luar sumbernya, percikan air laut sudah terkontaminasi debu. Ia sudah tidak
murni lai sebagaimana sang sumber. Walau demikian, di dalam percikan air laut masih ada sisa sifat air
laut. Agar ia memiliki kemurnian air laut, debu yang ada mesti dbersihkan.

Kesadaran dalam diri manusia memiliki karakter yang sama dengan induk atau sumbernya, Kesadaran
Murni, namun debu keduniawian telah mencemarinya. Karena di bumi ini adalah ilusi ciptaan Nya yang
ada dualitas, maka diperlukan kehadiran pikiran yang memiliki kualitas yang duo juga. Manusia bersal
dari kata 'manusya'. 'Manas' berarti mind atau pikiran. 'Isya' berarti Ilahi atau kesadaran.

Apakah kesadaran? Jika mind masih mengandung sifat materi, kesadaran tidak memiliki sifat materi.
Materi adalah sesuatu yang berasal dari pikiran manusia. Materi tidak bersifat abadi. Ia akan lenyap. Satu
hal yang dikatakan oleh Rumi, Jalaluddin. Semua yang berasal dari pikiran manusia, suatu ketika pasti
lenyap. Ini pula sebabnya, kesadaran yang didefinisikan pada tulisan ini juga akan lenyap. demikian juga
halnya dengan pemahaman kita denga sifat Tuhan. Namun, agar ada sesuatu yang bisa dibicarakan,
maka diperlukan istilah. Ini yang kita sebut dengan Tuhan. Sesuatu yang tidak terjelaskan, namun
kehadirannya bisa dirasakan.

Sesungguhnya yang kita sebut Tuhan atau Hyang Widhi, Allah, Ahuramazda, Tao, atau apapun
sebutannya tidak berbeda. Hanya karena kegagapan kita, maka kita harus menciptakan nama. Suatu
obyek yang diciptakan demi kepuasan pikiran atau anggapan manusia.
Sayangnya, pada akhirnya manusia lupa akan hal ini. Banyak terjadi perdebatan, seakan kita tahu persis
tentang Tuhan. Padahal, ketika perdebatan itu berlangsung, kita bisa bayangkan seorang buta berdebat
dengan seorang buta lainnya membicarakan bentuk gajah. Gebleg bukan.........

Daripada berdebat, bukankah lebih bermanfat membersihkan debu yang ada pada kesadaran diri agar
kembali mejadi murni lagi. Siapa yang bisa melakukan hal ini??? Ya, diri sendiri. Orang lain tidak bisa
melaukan purifikasi kecuali diri sendiri. Aneh sekali memang...

Kita tahu bahwa diri ini bagaikan percikan air laut yang berada di luar lautan. Kemurnian sifat air laut
sudah terkontaminasi oleh debu. Namun demikian, Sang Kesdaran Murni (ibaratnya lautan) masih bisa
memberitahukan atau berkomunikasi dengan percikan air laut, kesadaran yang ada dalam diri manusia.

Inilah sebabnya setiap insan memiliki sifat ilahiah. Hanya sang Maha Kesadaran Murni yang bisa
memberitahu bahwa kesadaran bisa dimurnikan. Jika ada yang bertanya: 'Koq Than iseng sekali
memercikan kesadaran Nya pada manusia?'. Silakan tanya pada diri sendiri. Bukankah kesadaran itu juga
ada dalam diri setiap manusia? Ya, diri anda sendiri yang mesti menjawab. Saya punya jawaban sendiri
yang tentu berbeda dengan jawaban anda.

You might also like