You are on page 1of 7

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TIGA PROGRAM POKOK USAHA


KESEHATAN SEKOLAH/ MADRASAH (TRIAS UKS/M) DI SMP KECAMATAN
SRANDAKAN, KABUPATEN BANTUL

Mei Tika Isdarini, Antono Suryoputro, Septo Pawelas Arso


Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro Semarang
Email: meitikaisdarini@gmail.com

Junior High Schools in Srandakan had already implemented Trias UKS/M


policies. However, there are still found some problems and cases in reality
dealing with the implementation process, seen from the aspect
communication, resources, disposition, and bureaucratic structure. This
research was located in Junior High Schools Srandakan, Bantul. The research
type was qualitative using descriptive approach. The data collection was done
by intensive interviews using interview guidelines and observation using
checklist sheet for multiple variables. The informants in this research were the
Headmaster, UKS teachers, and Chairman of the PMR at each school, Head
of Community Welfare Section, Head of TU UPT PPD Srandakan as well as
Head of Puskesmas Srandakan. The results showed that the policy of
implementation Trias UKS/M was not optimal because the implementation has
reached 10 out of 21 indicators. It was influenced by communication among
the executive teams in the schools was not going well, especially in
transmission. The resource variables had not fully support the implementation
of Trias UKS/M policies yet, the human resources already well, but the
financial aspect was not enough and there was no Decree and the facilities
were inadequate. The attitude/disposition variables had not entirely support
communications among the executive teams and the mentor teams as well as
involve Chairman of PMR in coordination meetings.

Keywords : Policy Implementation, UKS

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah oleh seluruh lapisan masyarakat.1
upaya yang dilaksanakan oleh Unit terkecil dari lapisan
semua komponen bangsa dalam masyarakat yaitu keluarga yang
rangka meningkatkan kesadaran, terdiri dari bapak, ibu, dan anak.
kemauan, dan kemampuan hidup Pada umumnya anak-anak
sehat bagi setiap orang agar merupakan kelompok yang paling
terwujud derajat kesehatan bersemangat dalam masyarakat.
masyarakat yang setinggi- Biasanya mereka tertarik
tingginya. Untuk mencapai tujuan terhadap adanya ide-ide baru
tersebut perlu dilakukan upaya yang didapatkan pada saat
kesehatan yang bersifat sekolah serta mempunyai minat
menyeluruh, terpadu, merata, yang besar untuk belajar. Oleh
dapat diterima serta terjangkau karena itu penting untuk

79
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

mengajarkan anak-anak tentang memadai untuk mengakses


pemeliharaan kesehatan agar pengetahuan seputar masalah
materi pembelajaran tersebut bisa kesehatan yang sesuai dengan
diterapkan di lingkungan keluarga Peraturan Presiden RI nomor 72
dan masyarakat sekitar.2 tahun 2012 tentang Sistem
Sesuai dengan Undang- Kesehatan Nasional. Dalam
Undang Republik Indonesia peraturan tersebut dijelaskan
No.20 tahun 2003 tentang Sistem bahwa lembaga pendidikan, baik
Pendidikan Nasional yang berisi pada tingkat sekolah dasar
bahwa pendidikan nasional sampai tingkat perguruan tinggi
berfungsi mengembangkan memegang kunci untuk
kemampuan dan membentuk menyadarkan masyarakat akan
watak serta peradaban bangsa berbagai risiko kesehatan dan
yang bermartabat dalam rangka peran masyarakat dalam
mencerdaskan kehidupan meningkatkan derajat kesehatan
bangsa, bertujuan untuk masyarakat. Penyelenggaraan
berkembangnya potensi peserta upaya kesehatan dilakukan salah
didik agar menjadi manusia yang satunya melalui kegiatan Usaha
beriman dan bertakwa kepada Kesehatan Sekolah/Madrasah
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak (UKS/M).5 Upaya untuk
mulia, sehat, berilmu, cakap, meningkatkan kesadaran hidup
kreatif, mandiri, dan menjadi sehat dan derajat kesehatan
warga negara yang demokratis peserta didik, dilakukan dengan
serta bertanggungjawab. Dalam cara menanamkan prinsip hidup
Undang-Undang tersebut telah sehat sedini mungkin melalui
disebutkan bahwa fungsi dari pendidikan kesehatan, pelayanan
Sistem Pendidikan Nasional yaitu kesehatan, dan pembinaan
mengembangkan peserta didik lingkungan sekolah sehat yang
agar menjadi manusia yang dikenal dengan istilah tiga
sehat.3 Hal ini selaras dengan isi program pokok (Trias UKS/M).6
dari Undang-Undang Republik Semua SMP di Kecamatan
Indonesia No.36 tahun 2009 Srandakan, Kabupaten Bantul
tentang kesehatan pada bagian sudah mengimplementasikan
ke-8 mengenai Kesehatan kebijakan Trias UKS/M, hanya
Sekolah yang menyebutkan saja dalam proses
bahwa Kesehatan Sekolah implementasinya masih ditemui
diselenggarakan untuk beberapa kendala. Kendala
meningkatkan kemampuan hidup tersebut misalnya, belum adanya
sehat peserta didik dalam SK untuk tim pelaksana, sarana
lingkungan hidup sehat sehingga prasarana tidak memenuhi
peserta didik dapat belajar, standar minimal, dan belum
tumbuh, dan berkembang secara adanya ruang UKS.
harmonis dan setinggi-tingginya
menjadi sumber daya manusia METODE PENELITIAN
yang berkualitas.4 Penelitian ini adalah penelitian
Berdasarkan hal tersebut kualitatif dengan pendekatan
sekolah diwajibkan untuk deskriptif analitik. Pengumpulan data
memberikan wadah kepada melalui wawancara mendalam dan
peserta didik agar peserta didik observasi. Penelitian dilaksanakan
mendapatkan fasilitas yang pada bulan Maret sampai dengan

80
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

bulan September 2016. Teknik secara optimal, hal itu


penentuan informan dalam dibuktikan oleh baru tercapainya
penelitian ini menggunakan 10 dari 21 indikator berdasarkan
purposive sampling. Informan utama indikator keberhasilan proses
terdiri dari 9 orang responden dari 3 implementasi kebijakan Trias
sekolah yang merupakan ketua dan UKS/M. Indikator yang sudah
anggota tim pelaksana kebijakan dicapai oleh SMP Kecamatan
Trias UKS/M: 3 Kepala Sekolah, 3 Srandakan, Kabupaten Bantul
Guru Pembina UKS, 3 ketua PMR. yaitu sudah melaksanakan
Sedangkan informan triangulasi kegiatan-kegiatan seperti
yaitu tergabung dalam Tim Pembina sosialisasi masalah kesehatan
UKS/M di tingkat kecamatan, terdiri misalnya PHBS, bahaya seksual
dari Kepala TU UPT Dinas dan cara mencegahnya,
Pendidikan Kecamatan Srandakan, kesehatan remaja, cuci tangan,
Kepala Kesejahteraan Masyarakat HIV/ AIDS, menjadi petugas
Kecamatan Srandakan, dan Kepala jaga ruang UKS, kerja bakti
Puskesmas. lingkungan sekolah, merujuk
siswa sakit ke Puskemas,
HASIL DAN PEMBAHASAN screening yaitu penjaringan
berupa pengukuran berat badan
A. Karakteristik Informan dan tinggi badan pada siswa
baru, penerapan kawasan tanpa
Informan utama berjumlah rokok, mempunyai lapangan
9 orang dari 3 sekolah yang untuk berolahraga, kepadatan
merupakan total sekolah di ruang kelas yang sudah
Kecamatan tersebut. Enam memadai (1,75m2), ketersediaan
informan berjenis kelamin air bersih, dan ventilasi serta
perempuan dan 3 informan pencahayaan kelas yang sudah
berjenis kelamin laki-laki. memadai, mengajarkan perilaku
Informan triangulasi tidak merokok dan mimuman
berjumlah 3 orang yang keras dilingkungan sekolah
menjabat sebagai Kepala maupun di luar lingkungan
Puskesmas, Kepala TU UPT sekolah serta bahayanya. Hal ini
Dinas Pendidikan tingkat diperkuat dengan teknik
Kecamatanm dan kepala Seksi observasi pada saat penelitian
Kesejahteraan Masyarakat bahwa memang sudah ada
Kecamatan Srandakan. 2 dokumentasi kegiatan
informan berjenis kelamin sosialisasi kesehatan untuk para
perempuan dan 1 informan siswa.
berjenis kelamin laki-laki. Pada proses implementasinya
masih terdapat hambatan-
B. Analisis Hasil Wawancara hambatan yang mempengaruhi
Mendalam dan Observasi implementasi kebijakan
1. Implementasi Kebijakan Tiga tersebut, misalnya kesadaran
Program Pokok Usaha siswa akan kesehatan masih
Kesehatan Sekolah (Trias kurang, ada implementor yang
UKS/M) belum paham mengenai
Implementasi kebijakan Trias tugasnya, kurangnya dana
UKS/M di SMP Kecamatan menyebabkan sarana prasarana
Srandakan belum berjalan seperti WC dan wastafel belum

81
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

memenuhi standar minimal, dan a. Sumber daya manusia dan


kurang sarana prasarana. dana
2. Komunikasi Jumlah dan kemampuan SDM
a. Transmisi sudah mencukupi. Mengenai
Komunikasi yang dilakukan kemampuan guru pembina
dengan tim pembina UKS sudah cukup berkompeten
kecamatan yaitu dengan cara karena sudah pernah mengikuti
rapat koordinasi, begitu pula pelatihan, walaupun dari pihak
dengan tim pelaksana, namun ketua PMR mengaku belum
untuk ketua PMR biasanya berkompeten. Guru dan Kepala
hanya mendapat perintah saja, Sekolah sudah cukup cakap
tidak pernah dilibatkan dalam dalam menangani segala
rapat koordinasi, sehingga kebutuhan UKS/M. Untuk
ketua PMR tidak mengetahui ketersediaan dana cenderung
adanya kebijakan ini. Metode belum mencukupi karena hanya
komunikasi yang digunakan cukup untuk membeli barang-
yaitu rapat koordinasi namun barang penting saja misalnya
sudah lama tidak dilakukan. obat atau keperluan P3K,
Media yang dipakai dalam sedangkan untuk memenuhi
komunikasi yaitu bisa tertulis, kebutuhan sarana prasarana
langsung, lisan, maupun melalui belum cukup. Anggaran dana
telepon. dimasukkan kedalam anggaran
b. Kejelasan dana BOS. Jadi pada proses
Isi kebijakan sudah jelas. pencairan sampai alur
Sedangkan cara yang dilakukan tanggungjawabnya mengikuti
dalam memberikan penjelasan alur pencairan dan
dan memahami kebijakan yaitu pertanggungjawaban dana
dengan cara mengikuti rapat, BOS.
pembinaan, pelatihan, dan b. Kewenangan
hasilnya disampaikan kepada Semua implementor sudah
guru di sekolah. Informasi yang bertanggungjawab. Mengenai
didapatkan pihak Ketua PMR kecocokan jabatan sebenarnya
dari kegiatan ekstrakurikuler belum sikron namun karena
PMR, namun informasi yang sudah mendapatkan ilmu dari
didapatkan hanya sebatas ilmu- sewaktu kuliah dan dari
ilmu P3K (Pertolongan Pertama pelatihan-pelatihan mengenai
Pada Kecelakaan), bukan UKS maka dari itu sudah
mengenai kebijakan Trias UKS. paham mengenai Trias UKS/M.
c. Konsistensi Hambatan dalam hal ini yaitu
Perintah/ informasi yang Ketua PMR merasa kurang
diberikan konsisten atau tidak informasi. Hal tersebut sebagai
berubah-ubah, karena sudah akibat dari Ketua PMR yang
ada buku pedoman yang kurang dilibatkan dalam rapat
menjadi landasan dalam proses koordinasi dan juga transmisi
implementasi kebijakan Trias informasi yang kurang merta.
UKS/M. Pihak sekolah tidak Berdasarkan wawancara dan
membuat program kerja UKS/M, diperkuat dengan teknik
dalam proses implementasinya observasi ternyata memang
hanya sebatas rutinitas saja. belum adanya SK untuk tim
3. Sumber daya pelaksana di tingkat sekolah.

82
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

c. Informasi mengatakan bahwa sarana


Informasi sudah ada dan cara prarasan sudah cukup karena
yang digunakan untuk informan triangulasi hanya
mendapatkan informasi melalui mengetahui kondisi sarana
rapat koordinasi, pelatihan, ilmu prasarana saat sebelum lomba
pada saat kuliah, dan buku saja, sedangkan pihak sekolah
pedoman. Hasil wawancara sudah berusaha mencukupi
yang dilakukan dengan kebutuha sarana prasarana
informan triangulasi bahwa untuk kepentingan lomba. Hasil
sebenarnya cara yang observasi menunjukkan bahwa
dilakukan dalam proses aspek sarana prasarana di
distribusi informasi melalui rapat sekolah belum mencukupi
koordinasi, hanya saja rapat secara jumlah dan kualitas.
koordinasi sudah lama tidak 4. Disposisi
dilakukan. Hal tersebut menjadi a. Respon
hambatan dalam aspek Semua implementor setuju
ketersediaan informasi. terhadap adanya kebijakan
d. Sarana prasarana Trias UKS/M. Respon yang
Pada aspek sarana prasarana pertama harus ada dalam diri
cenderung belum mencukupi implementor yaitu sikap
karena belum memenuhi setuju, apabila respon
standar minimal. Misalnya tersebut sudah ada di dalam
standar minimal untuk jumlah diri mereka, maka untuk
WC dibandingkan dengan proses implementasi
jumlah murid seharusnya 1:30, kebijakan kedepannya akan
namun yang terjadi yaitu 1:54. berjalan lancar.
Jumlah wastafel yang b. Komitmen
seharusnya ada disetiap kelas Semua implementor sudah
belum terpenuhi, pada bertanggungjawab dan
kenyataan yaitu 1 wastafel berkomitmen hal itu
masih dipakai oleh 3 kelas dan dibuktikan dengan adanya
tidak ada sabun yang bisa antusiasme apabila diadakan
digunakan untuk mencuci rapat koordinasi dan sekolah
tangan. Hal tersebut salah merasa sangat senang
satunya disebabkan oleh apabila diadakan kegiatan
kurangnya dana. Cara yang UKS, mengajukan
dilakukan pihak implementor permohonan kegiatan,
dalam rangka mencukupi menangani siswa sakit,
kebutuhan sarana prasarana merujuk siswa sakit, tanggap
yaitu dengan cara memasukkan kalau ada siswa yang sakit,
anggaran sarana prasarana berusaha membuatkan ruang
UKS ke dalam anggaran dana UKS, membina UKS,
BOS serta mendapat bantuan mengingatkan agar
dri PMI Kabupaten. Sedangkan berperilaku sehat, dan
hasil wawancara mendalam mengadakan sosialisasi atau
dengan informan triangulasi pembinaan.
didapatkan hasil bahwa
ketersediaan sarana prasarana c. Dukungan Pejabat
sudah cukup pada saat akan Terjadi perbedaan informasi
diadakan lomba. Informan antara informan utama dan

83
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

informan triangulasi, informan kurang terorganisirnya


utama mengatakan bahwa pelaksanaan dan tahap yang
sudah adanya dukungan seharusnya dilalui para
pejabat yang dalam hal ini implementor.
yaitu tim pembuna UKS/M di
tingkat kecamatan. Berbeda KESIMPULAN DAN SARAN
halnya dengan informasi A. KESIMPULAN
yang didapatkan dari 1. Implementasi Prosedur
informan triangulasi bahwa Pelayanan Koordinasi Manfaat
dukungan pejabat masih di RS Roemani Muhammadiyah
lemah karena kurangnya Baru tercapainya 10 dari 21
koordinasi dan komunikasi. indikator berdasarkan indikator
Dukungan diberikan hanya keberhasilan proses
saat tim pelaksana implementasi kebijakan Trias
membutuhkan bantuan saja. UKS/M.
5. Struktur birokrasi 2. Komunikasi
a. Fragmentasi Komunikasi diantara tim
Proses penjabatan guru pelaksana di sekolah belum
pembina ditunjuk langsung oleh berjalan dengan baik, terutama
Kepala Sekolah berdasarkan pada aspek transmisi. Hal itu
kompetensinya. Sedangkan dibuktikan dengan Ketua PMR
untuk pembagian jobdesk di yang belum mengetahui
setiap implementor yaitu bahwa mengenai kebijakan Trias
kepala sekolah sebagai UKS/M. Komunikasi dan
penanggungjawab, sedangkan koordinasi antara tim pembina
guru dan dibantu siswa atau UKS/M di tingkat kecamatan
anggota PMR sebagai juga masih kurang instens, dan
pelaksana. Hubungan kerja kurang koordinasi. Untuk isi
yang terjalin diantara para kebijakan sudah jelas,
implementor di sekolah berjalan konsisten, dan tidak berubah-
dengan baik, intens, dan lancar. ubah, hanya saja tidak
Hal ini diperkuat dengan teknik ditransmisikan dengan baik.
observasi di lokasi penelitian 3. Sumber daya
pada saat penelitian bahwa Dilihat dari aspek SDM sudah
sudah terdapat struktur mencukupi secara jumlah dan
organisasi yang tertempel di kemampuan. Dari aspek dana
ruang UKS. Hubungan kerja cenderung belum cukup karena
yang terjalin antara tim hanya cukup untuk membeli
pelaksana di sekolah dan tim obat saja, sedangkan untuk
pembina UKS/M di kecamatan memenuhi sarana prasarana
kurang baik dan kurang hidup. belum cukup. Anggaran dana
b. SOP termasuk ke dalam anggaran
Belum adanya SOP dalam dana BOS, tidak ada anggaran
proses implementasi kebijakan dana secara khusus. Belum
Trias UKS/M, yang adanya SK untuk tim pelaksana
menyebabkan pihak kebijakan Trias UKS/M. Aspek
implementor melakukan informasi sudah tersedia namun
kewajibannya hanya sesuai belum ditransmisikan dengan
pengetahuan mereka saja. Hal baik, serta untuk aspek sarana
tersebut berdampak pada

84
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

prasarananya belum d. Membuat SOP agar


mencukupi. tahap implementasi
4. Disposisi kebijakan Trias UKS/M
Semua implementor sudah lebih terperinci.
setuju terhadap adanya 2. Bagi Tim Pembina UKS/M
kebijakan Trias UKS/M dan Tingkat Kecamatan
sudah adanya bentuk komitmen Srandakan
serta loyalitas sesuai a. Mengadakan
kewenangannya masing-masing monitoring dan evaluasi
implementor. Dukungan dari tim dengan tim pelaksana
pembina UKS/M di tingkat UKS/M setiap 6 bulan
kecamatan masih lemah, sekali agar koordinasi
kurang koordinasi dan kurang tetap terjalin.
intens. b. Menambah inisiatif
5. Struktur birokrasi untuk melakukan
Pada variabel struktur birokrasi pembinaan dan
belum sepenuhnya mendukung. kerjasama diantara tim
Fragmentasi yang sudah pembina UKS/M di
berjalan serta terlaksana tingkat Kecamatan
dengan baik, namun SOP yang Srandakan.
belum ada di tim pelaksana
kebijakan Trias UKS/M. DAFTAR PUSTAKA

B. SARAN 1. Sistem Kesehatan Nasional. In:


1. Bagi Tim Pelaksana Jakarta: Departemen Kesehatan
Kebijakan Trias UKS/M Republik Indonesia; 2009.
a. Melibatkan siswa/ 2. Heru A. Kader Kesehatan
ketua PMR dalam rapat Masyarakat. 2nd ed. Jakarta:
koordinasi yang EGC; 1995.
membahas mengenai 3. Undang-Undang Republik
Trias UKS/M. Indonesia No.20 tahun 2003
b. Memperbaiki sarana tentang Sistem Pendidikan
prasarana yang Nasional.
menunjang 4. Undang-Undang Republik
keberlangsungan Indonesia No.36 tahun 2009
implementasi kebijakan tentang kesehatan.
Trias UKS/M. 5. Peraturan Presiden RI nomor 72
c. Mengadakan rapat rutin tahun 2012 Tentang Sistem
setiap 3 bulan sekali Kesehatan Nasional.
dengan tim pelaksana 6. Data Kesehatan Lingkungan.
dan tim pembina Bantul: Dinas Kesehatan
UKS/M agar koordinasi Kabupaten Bantul; 2014.
tetap terjalin.

85

You might also like