Professional Documents
Culture Documents
KONSEP TEORI
1. Definisi
nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes
RI, 2007).
(Wiwid, 2007).
TB Paru:
positif.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
positif.
pengobatan.
yang luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan umum
pasien buruk.
penyakitnya, yaitu:
kelenjar adrenal.
4. Tipe Pasien
Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
pengobatan.
Kasus lain :
3. Etiologi
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-
adalah:
1) M. Tuberculosae
2) Varian Asian
3) Varian African I
4) Varian African II
5) M. bovis.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah
yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga
disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan
kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam
keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi
Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan
lembab.
4. Manifestasi Klinis
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2007).
atau malah banyak pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam
2008):
1. Demam
sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari demam influenza ini.
2. Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
tidaklah sama, maka mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada
3. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas.
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sering ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin
kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat
pada malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin lama makin
5. Patofisiologi
yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang
sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal,
dan seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang
granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan
regional dan lesi primer dinamakan kompleks Gohn respon lain yang dapat
terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas
trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari
paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus.
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan
perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini
dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan
menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos
dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil
dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini
Droplet mengandung
M. Tuberculosis Terhirup lewat saluran
pernafasan Masuk ke paru Alveoli
Udara tercemar M.
Tuberculosis
DX : panas Peruses peradangan Produksi sekret berlebihan
Hipertermi
Sekret sukar dikeluarkan
Limfadenitis Kelenjar getah bening Tuberkel
Bronkogen Hematogen
Klasifikasi
Bronkus Bakterimia Menghancurkan Jaringan Perkejuan
Sekitar nekorisis Mengganggu perfusi &
Pencairan difusi O2
Jantung Pleura Peritoneum
Pengkejuan
Perikarditis Pleuntis Suplai O2 kurang
Asam lambung me Aneurisma arteri pulmonalis
Nyeri dada
Mual, muntah, anoreksia Batuk darah DX : Gangguan
pertukaran gas
DX : Nyeri DX : Gangguan nutrisi DX : Resiko syok
kurang dari kebutuhan tubuh hipovolemik
Cadangan energi menurun Resiko penularan
DX : Kurang
Pengetahuan
Kelemahan
DX : Resiko Tinggi
Terhadap Infeksi
Penularan
DX : Intoleransi Aktifitas
7. Komplikasi
jalan nafas.
sebagainya.
8. Pemeriksaan Diagnostik
1. Diagnosis TB paru
diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji
foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang
penyakit.
paru.
lainlainnya.
1. Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis
daerah apeks paru (segmen apikal lobus atas atau segmen apikal lobus
bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di
2. Pemeriksaan Laboratorium
Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang-
Pada saat tuberkulosis baru mulai sedikit meninggi dengan hitung jenis
leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap
Sputum
Tes Tuberkulin
9. Penatalaksanaan
1. Tujuan Pengobatan
2. Prinsip pengobatan
berikut:
lanjutan.
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan
resistensi obat.
waktu 2 minggu.
2) Tahap Lanjutan
Harian 3x seminggu
5 10
Isoniazid (H) Bakterisid
(4 – 6) (8 – 12)
10 10
Rifampicin (R) Bakterisid
(8 – 12) (8 – 12)
25 35
Pyrazinamide (Z) Bakterisid
(20 – 30) (30 – 40)
15 15
Streptomycin (S) Bakterisid
(12 – 18) (12 – 18)
15 30
Ethambutol (E) Bakteriostatik
(15 – 20) (20 – 35)
Tuberkulosis di Indonesia:
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Paket Kombipak.
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu
(kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1)
penulisan resep
1. Pengkajian Keperawatan
1) Pengumpulan data
yaitu :
a. Identitas klien
yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri
penularannya.
e. Riwayat psikososial
yang lain
makan menurun.
3) Pola eliminasi
menganggu aktivitas
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru
penyakit menular.
g. Pemeriksaan fisik
1) Sistem integumen
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
2) Sistem pernapasan
3) Sistem pengindraan
4) Sistem kordiovaskuler
5) Sistem gastrointestinal
7) Sistem neurologis
8) Sistem genetalia
2. Diagnosa Keperawatan
alveoler-kapiler
dengan anoreksia
atau sekret darah Airway patency Auskultasi suara nafas sebelum dan
suction
suara tambahan
NaCl Lembab
mengoptimalkan keseimbangan.
membran alveoler- Respiratory Status : chin lift atau jaw thrust bila perlu
kapiler ventilation Posisikan pasien untuk
adekuat suction
(gerakan paradoksis)
suara tambahan
kebutuhan tubuh food and Fluid Intake Kaji adanya alergi makanan
kalori
nutrisi
Nutrition Monitoring
badan
selama makan
pigmentasi
perkembangan
oral.
scarlet
penyebab demam
Selimuti pasien
Lakukan tapid sponge
aksila
terjadinya menggigil
Temperature regulation
kontinyu
hipotermi
bandingkan
pernapasan
kulit
vital sign
5. Hipertemia NOC : NIC :
menentukan intervensi
farmakologi
nyeri
Tingkatkan istirahat
berhasil
manajemen nyeri
Analgesic Administration
pemberian obat
kali
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.