You are on page 1of 19

1.

Definisi
 Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang yang menyerang parenkim
paru-paru disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang
parenkim paru. Penyakit ini juga bisa menyerang orang tubuh lain seperti
meningen, tulang, nodus limfe, dll.
 Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis (Keliat, 2004). TB paru merupakan salah satu
penyakit saluranpernapasan bagian bawah Penularan kuman ini melalui
udara dan bisa bertahan hidup di udara mulai beberapa menit sampai jam
setelah dikeluarkan oleh penderita sewaktu batuk, bersin, menyanyi dan
berbicara, dan orang yang terpapar akan terinfeksi (Alsagaff dan Mukty,
2006).
 Berifat menahun dan menular dari penderita ke orang lain.
2. Etiologi
Penyebab dari penyakit tuberculosis paru adalah terinfeksinya paru
olehMicobacterium Tuberculosis yang merupakan kuman berbentuk
batang dengan ukuran sampai 4 mycron dan bersifat anaerob. Sifat ini
yang menunjukkan kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya, sehingga paru-paru merupakan tempat prediksi
penyakit tuberculosis. Kuman ini juga terdiri dari asal lemak (lipid) yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisik. Penyebaran Mycobacterium Tuberculosis yaitu
melalui droplet nukles, kemudian dihirup oleh manusia dan menginfeksi
(Depkes RI, 2002).
Bakteri Myobacterium Tuberculosis bersifat dorman ( tertidur) di
dalam tubuh.Apabila bakteri ini masuk kedalam orang yang mempunyai
system imun yang baik maka bakteri ini akan dorman di dalam
tubuh.Selama beberapa tahun kemudian apabila orang ini system imunnya
turun, makan bakteri ini akan aktif di dalam tubuh.
Pada bakteri mycobacterium tuberculosis terdapat suatu molekul
yang bernama lipoarabinomanan yang fungsinya sebagai media interaksi
antara inang dengan patogen di dalam makrofag.

3. Epidemiologi
Pada tahun 2004 WHO memperkirakan setiap tahunnya muncul
115 orang penderita tuberkulosis paru menular (BTA positif) pada setiap
100.000 penduduk. Saai ini Indonesia masih menduduki urutan ke 3 di
dunia untuk jumlah kasus TB setelah India dan Cina. Di Indonesia
tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan
merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan
penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia.Sekitar 75% pasien
TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis.
Berdasarkan jenis kelamin di Indonesia pada tahun 2005-2008 laki-laki
(57,59%) perempuan (40-43%).
Hasil Survey Prevalensi TB di Indonesia tahun 2004 menunjukkan
bahwa angka prevalensi TB BTA positif secara Nasional 110 per 100.000
penduduk. Secara Regional Insiden TB BTA positif di Indonesia
dikelompokkan dalam 3 wilayah, yaitu:
1. Wilayah Sumatera angka insiden TB adalah 160 per 100.000 penduduk.
2. Wilayah Jawa angka insiden TB adalah 107 per 100.000 penduduk.
3. Wilayah Indonesia Timur angka insiden TB adalah 210 per 100.000
penduduk.
4. Khusus untuk Provinsi DIY dan Bali angka insiden TB adalah 64 per
100.000 penduduk.

4. Factor Resiko

 Faktor-faktor Toksin
Merokok, minuman keras, dan tembakau merupakan faktor penting dapat
menurunkan daya tahan tubuh (Nelson, 1995).
Faktor risiko tuberkulosis paru menurut Bambang Ruswanto (2010), yaitu:
 Jenis kelamin
WHO (2012) melaporkan bahwa di sebagian besar dunia, lebih banyak
laki-laki daripada wanita didiagnosa tuberkulosis. Hal ini didukung dalam
penelitian Feng et al (2012) yang menunjukkan bahwa di Taiwan, Cina,
jenis kelamin pria merupakan faktor risiko independen untuk terinfeksi TB
karena memiliki kebiasaan merokok.
 Umur
Menurut DEPKES (2002), di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB
Paru adalah usia produktif yaitu 15-50 tahun.
 Status gizi
Status gizi yang buruk seperti kekurangan protein, kalori dan zat besi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian TB Paru.
 Perilaku merokok
 Kondisi sosial ekonomi
Kondisi sosial ekonomi merupakan penyebab tidak langsung seperti adanya
kondisi gizi memburuk, perumahan yang tidak sehat dan akses terhadap
pelayanan kesehatan juga menurun kemampuannya. Menurut perhitungan
rata-rata penderia TB kehilangan 3-4 bulan waktu kerja dalam setahun dan
juga kehilangan penghasilan setahun secara total mancapai 30% dari
pendapatan rumah tangga.
 Kepadatan penghuni rumah
 Kelembapan rumah
 Lantai rumah
 Ventilasi
 Pencahayaan
 Dinding rumah
 Imigran dari daerah yang berprevalensi tinggi TB
 Ras yang berisiko tinggi dan kelompok etnis minoritas (misalnya, Afrika
Amerika, Amerika Indian, asli Alaska, Asia, Kepulauan Pasifik dan
Hispanik)
 Mereka yang menetap di lingkungan yang berisiko tinggi untuk penularan
TB, seperti fasilitas-fasilitas perbaikan, penampungan bagi tuna wisma,
rumah sakit, dan rumah-rumah perawatan (Price dan Wilson, 2012).
 Pendidikan
Rendahnya pendidikan seseorang penderita TB dapat mempengaruhi
seseorang untuk mencari pelayanan kesehatan. Terdapat beberapa
penelitian yang menyimpulkan bahwa seseorang yang mempunyai
pendidikan rendah akan berpeluang untuk mengalami ketidaksembuhan 5,5
kali lebih besar berbanding dengan orang yang mempunyai tingkat
pendidikan yang lebih tinggi (Croft, 2002)
 Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif
 Individu imunosupresif (termasik lansia, pasien dengan kanker,mereka
yang dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan HIV)
5. Manifestasi
Gambaran klinik Tuberkulosis paru, (Faizal, 1992).
 Batuk
Batuk terus-menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau,
lebih tanpa pengobatan dengan menggunakan antibiotik dapat dianggap
telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis (Kochi, 1997 dalam
Alfred et al., 2005). Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah
melibatkan bronkus dan terjadi iritasi. Akibat adanya peradangan pada
bronkus, batuk akan menjadi produktif yang berguna untuk membuang
produk-produk ekskresi peradangan.
 Dahak
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit,
kemudian berubah menjadi mukopurulen/kuning atau kuning hijau sampai
purulen dan kemudian dapat bercampur dengan darah.
 Batuk darah
Sifat batuk dimulai dari batuk non produktif. Keadaan ini biasanya
akan berlanjut menjadi batuk darah. Kebanyakan batuk darah
pada tuberculosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus. Darah yang dikeluarkan penderita mungkin berupa garis
atau bercak-bercak darah, gumpalan-gumpalan darah atau darah segar
dalam jumlah yang sangat banyak. Kehilangan darah yang banyak kadang
akan mengakibatkan kematian yang cepat.
 Sesak Nafas
Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan
paru yang cukup luas atau pengumpulan cairan di rongga pleura sebagai
komplikasi tuberkulosis paru.
 Nyeri Dada
Nyeri kadang berupa, nyeri menetap yang ringan. Kadang-kadang
lebih sakit sewaktu menarik nafas dalam. Bisa juga disebabkan regangan
otot karena batuk
 Gejala khusus :
a. Timbul suara mengi, suara napas melemah yang disertai sesak, jika
terdapat cairan pada rongga pleura dapat menimbulkan keluhan nyeri
dada.
b. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan
suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada
kulit di atasnya, pada muara ini akan menimbulkan nanah.
d. Pada anak-anak dapat mengenai lapisan pembungkus otak yang
disebut dengna meningitis.
e. Perasaan tidak enak (malaise), lemah

6. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1. Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada
hilus.
2. Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang,
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB
Paru:

1. Tuberkulosis paru BTA positif.


 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

2. Tuberkulosis paru BTA negatif


Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria
diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
 Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
 Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
 Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
 Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit.


 TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila
gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas
(misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan umum pasien buruk.
 TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya,
yaitu:
a) TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
b) TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis,
peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus,
TB saluran kemih dan alat kelamin.
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, dibagi menjadi
beberapa tipe pasien, yaitu:
1) Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2) Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
3) Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
dengan BTA positif.
4) Kasus setelah gagal (Failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
5) Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain
untuk melanjutkan pengobatannya.
6) Kasus lain:
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam
kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
7. Patofisiologi
8. bakteri M. tuberculosis
Invasi Terisap oleh Menempel di jalan
(droplet inhalation) orang sehat nafas/paru-paru

Membentuk sarang Menetap dan


primer berkembang biak

Perubahan status Infeksi primer Sembuh


kesehatan

Sembuh dengan bekas Komplikasi


Krisis situasional

Akses informasi Kuman dormant (aktif setelah


rendah beberapa tahun) Hipertermia

Kurang terpajan
informasi TBC Suhu meningkat

Deficit pengetahuan Inflamasai saluran pernafasan

Terbentuk jaringan Fibrosis jaringan Stimulasi sel goblet Aktivitas seluler


ikat (elastik dan
tebal)
Hipersekresi mucus Metabolisme
Iskemia jaringan
Alveoli tidak dapat
mengembang saat Sekret berlebih Pemecahan
ekspirasi Merangsang saraf karbohidrat dan
untuk mengeluarkan lemak secara
neurotransmitter Merangsang batuk berlebih
Difusi O2 dan CO2 bradikinin
terganggu Cadangan energi
Batuk terus menerus

Nyeri
Gg. Pertukaran gas Iritasi sal. nafas Nutrisi < keb

Merangsang saraf
Nadi Pembuluh darah pecah BB menurun
untuk aktifasi RAS
RR
Batuk darah Anoreksia
Gangguan
pemenuhan istirahat Rapid Eye
dan tidur Movemen (REM)
Ketidakefektifan
bersihan jalan Distensi abdomen
nafas
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan bakteriologik
- dahak : dahak yang digunakan harus benar-benar dahak atau ingus
tanpa bercampur air ludah. Dahak yang paling baik adalah dahak di
pagi hari
- urine : urine yang paling baik di gunakan adalah urine di pagi hari atau
urine pancar tengah
- air kuras lambung : ini biasa di gunakan pada anak-anak karena
dahaknya yang sudah tertelan. Ini paling baik di lakukan sebelum
makan
b. Pemeriksaan fisik
Pada TB paru, kelainan yang di dapat tergantung luas kelainan struktur
paru.pada permulaan (awal)perkembangan penyakit umumnya tidak(atau
sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak
di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1
dan S2), serta daerah apeks lobus inferior (s6). Pada pemeriksaan fisik
dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial,suara napas melemah,
ronki basah.
c. Analisa cairan pleura
Pemeriksaan analisis cairan pleura dan uji Rivalta.intepretasi hasil analisis
yang mendukung diagnosis TB adalah uji Rivalta postifi dan kesan cairan
eksudat.serta pada analisa cairan pleura terdapat sel limfosit dominan dan
glukosa rendah.
d. Pemeriksaan histolopatologi jaringan
Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis TB. Bahan jaringan dapat diperoleh melalui biopsi atau autopsi.
e. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksan darah rutin kurang menjukkan indikator spesifik untuk
TB. Laju endap darah (LED) jam pertama dan kedua dapat digunakan
sebagai indikatir penyembuhan pasien. LED sering meningkat pada
proses aktif, tetapi laju endap darah yang normal tidak menyingkirkan TB.
f. Tuberkulin skin test (TST) / Mantoux Test
Uji ini dilakukan dengan menginjeksikan secara intracutaneous 0.1ml
Tween-stabilized liquid PPD (Purified Protein Derivative) pada bagian
punggung atau dorsal dari lengan bawah. Dalam waktu 48 – 72 jam, area
yang menonjol (indurasi), bukan eritema, diukur.
g. Tidak dibenarkan mendiagnosa penyakit TB Paru hanya dengan
berdasarkan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan
gambaran yang khas pada TB Paru (Dinkes Provinsi SU, 2007). Indikasi
pemeriksaan foto toraks adalah sebagai berikut :
1. Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
2. Mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan
penanganan khusus (Dinkes Provinsi SU, 2007).
9. Penatalaksanaan
1. Pengobatan
Tujuan terpenting dari tata laksana pengobatan tuberkulosis adalah eradikasi
cepat M. tuberculosis, mencegah resistensi, dan mencegah terjadinya
komplikasi.
Jenis dan dosis OAT :
1) Isoniazid (H)
Isoniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif terhadap kuman
dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang.
2) Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman (persisten).
3) Pirazinamid (P)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam.
4) Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid, efek samping dari streptomisin adalah nefrotoksik dan
kerusakan nervus kranialis VIII yang berkaitan dengan keseimbangan dan
pendengaran.
5) Ethambutol (E)
Bersifat bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan gangguan
penglihatan berupa berkurangnya ketajaman penglihatan, buta warna
merah dan hijau, maupun optic neuritis.
2. Pembedahan
Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil, yaitu dengan mengangkat
jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki kelainan
tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip granulomatosa tuberkulosis atau
untuk reseksi bagian paru yang rusak.
Dari segi keperawatan :
1. Pemanatauan tanda – tanda infeksi sekunder
2. Pemberian oksigen yang adekuat
3. Latihan batuk efektif
4. Fisioterapi paru
5. Penmberian nutrisi yang adekuat
6. Pemberian obat antituberkulosis, seperti isoniazid,
streptomisin,etambutol,rifampisin,pirazinamid, dan lain lain.
7. Vaksinasi BCG untuk bayi.
8. Pencegahan dengan penyuluhan dan pemberian edukasi seputar penyakit.
10. Komplikasi
 Kesulitan melakukan intubasi
 Cedera pada trakea dan bronkus.
 Perdarahan.
 Spasmus pada bronkus dan laring.
 Aritmia:
 Sinus takikardia.
- Aritmia yang serius.
- Aritmia yang mengancam jiwa.
 Henti jantung.
 Pneumotoraks.
 Emfisema mediastinum
 Apergilomata adalah kavitas tuberkulosis yang sudah diobati dengan baik
dan sudah sembuh terinfeksi jamur Aspergillus fumigatus. A. fumigatus
yaitu spesies jamur lingkungan yang menghasilkan spora yang terdapat di
dalam udara dengan dihirup secara terus menerus.
 Kor pulmonale adalah suatu bentuk penimbunan cairan di dalam paru
(abses paru)
 Laringitis tuberkulosis adalah radang pangkal tenggorokan dengan gejala
serak, perubahan suara dan gatal pada kerongkongan
11. Pencegahan
Jika seseorang memiliki tbc aktif, hal pertama yang perlu dicatat adalah
menjaga kuman dari diri sendiri. Hal ini biasanya memakan waktu beberapa
minggu pengobatan dengan obat tbc sebelum tidak menular lagi. Ikuti tips ini
untuk membantu menjaga dan pencegahan penyakit tbc kepada teman dan
keluarga dari infeksi bakteri
1. Tinggal di rumah. Jangan pergi kerja atau sekolah atau tidur di kamar
dengan orang lain selama beberapa minggu pertama pengobatan untuk tbc
aktif.
2. Ventilasi ruangan. Kuman TBC menyebar lebih mudah dalam ruang
tertutup kecil di mana udara tidak bergerak. Jika ventilasi ruangan masih
kurang, membuka jendela dan menggunakan kipas untuk meniup udara
dalam ruangan luar.
3. Tutup mulut menggunakan masker. Gunakan masker untuk menutup
mulut kapan saja ketika di diagnosis tb merupakan langkah pencegahan tb
secara efektif. Jangan lupa untuk membuangnya secara tepat
4. Selain pencegahan tbc, menyelesaikan seluruh terapi obat sangat baik
untuk melawan infeksi sehingga lebih cepat sembuh.

Ini adalah langkah yang paling penting yang dapat diambil untuk
melindungi diri sendiri dan orang lain dari tbc. Bila penderita menghentikan
pengobatan dini atau melewatkan dosis, bakteri tbc memiliki kesempatan
untuk mengembangkan mutasi yang memungkinkan mereka untuk bertahan
hidup bahkan jika diberi obat tbc yang paling kuat sekalipun. Strain yang
resistan terhadap obat yang dihasilkan jauh lebih mematikan dan sulit diobati.
12. Pengkajian
1. Identifikasi klien
 Nama : Tn. K
 Usia : 47 tahun
 Jenis kelamin : laki – laki
 Pekerjaan : Buruh pabrik keramik di Dinoyo, Malang
 Alamat : Malang
2. Status kesehatan saat ini
 Keluhan utama : Sesak napas, batuk, berkeringat berlebihan
pada malam hari.
 Lama keluhan : 1 minggu
 Kualitas keluhan : Tidak terkaji
 Faktor pencetus : Infeksi bakteri Mycobacterium
Tuberculosis
 Faktor pemberat : Bekerja di pabrik keramik dan bertempat
tinggal di dekat pembuangan sampah dekat sungai Brantas.
 Upaya yang pernah dilakukan : tidak terkaji
3. Pengkajian fokus keperawatan
 Riwayat penyakit saat ini : Klien mengeluh sesak napas, batuk
campur darah tidak nafsu makan
 Riwayat penyakit dahulu : Batuk
 Riwayat penyakit keluarga : Tidak terkaji
 Status nutrisi : Klien tidak nafsu makan
 Status ekonomi : kurang memenuhi kebutuhan
keluarga
 Status eliminasi : tidak terkaji
 Status aktivitas dan istirahat : Bekerja mulai jam 07.00 – 17.00. 3
bulan terakhir pulang larut malam
4. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum
 Kesadaran : lemah
 Tanda-tanda vital
BB : 40 kg TB : 160 cm
TD : 120/70 mmHg Nadi : 92 x/mnt
RR : 36 x/mnt Suhu : 37,90C
 Kepala dan leher : Tidak terkaji
 Dada dan thorax : Tidak terkaji
 Abdomen : Tidak terkaji
 Ekstremitas : Tidak terkaji
5. Pemeriksaan diagnostik : Tes Mantux (+) dan BTA (+)
6. Diagnosa medis : Tuberculosis
7. Terapi : Tidak terkaji
13. Analisa Data

;Data Etiologi Masalah Keperawatan

Ds : Droplet TBC Ketidakefektifan


↓ Bersihan jalan nafas
- klien mengeluh sesak nafas
dan batuk Basil tbc masuk saluran nafas

- klien batuk berdahak ↓


campur darah sejak 3 hari
Berkolonisasi di saluran nafas
lalu bawah
Do: ↓
RR : 36X/s Mengaktifkan respon imun

Nadi : 92x/s ↓
Inflamasi

Peningkatan seekret di saluran
nafas

Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas.

Data Etiologi Masalah Keperawatan


DS: Tn.K bekerja di pabrik Ketidakseimbangan
keramik dan tinggal didekat Nutrisi, Nutrisi kurang
- Klien mengatakan pusat pembuangan sampah dari kebutuhan tubuh
tidak nafsu makan tepi sungai
sejak 2 bulan terakhir,

semakin kurus dan
turun 10 kg dari berat Infeksi droplet bakteri
badan sebelumnya Mycobacterium Tuberculosis
- Klien mengatakan

badannya semakin
lemah Mengenai Alveolus

DO: ↓

- Suhu 37,9 C Reaksi Inflamasi


- TB : 160 cm ↓

BB : 40 kg Hipertermi

Metabolisme meningkat

Intake nutrisi yang kurang

Ketidakseimbangan Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

Data Etiologi Masalah Keperawatan


DS: Kelelahan dan Lingkungan Defisiensi Pengetahuan
yang Kurang Sehat
Istri klien mengatakan tidak
memeriksakan sakit batuk Sistem Imun Menurun
klien karena menganggapnya
Perubahan Status Kesehatan
hanya batuk biasa
Krisis Situasional

Akses Informasi Rendah

Kurang Pajanan Informasi

Defisiensi Pengetahuan

14. Prioritas Diagnosa


1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi mucus
berlebih ditandai dengan batuk berdarah, sesak napas, RR 36 x/menit dan
TD 120/70 mmHg.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis yakni bakteri TB yang ditandai dengan kurang
minat pada makanan dan penurunan berat badan dengan asupan makanan
yang tidak adekuat
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan ditandai
dengan pasien mengeluh batuk sejak lama namun tidak pernah
dipreksakan karena menganggapnya sebagai batuk biasa.
15. Intervensi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi mucus
berlebih ditandai dengan batuk berdarah, sesak napas, RR 36 x/menit dan
TD 120/70 mmHg.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
diharapkan jalan napas kembali efektif
Kriteria hasil : pada evaluasi hasil di dapatkan skor 4 pada indicator NOC
NOC : Respiratory Status : Airway Patency
NO Indikator 1 2 3 4 5

1 RR 

2 Ritme pernapasan 

3 Batuk 

4 Penumpukan sputum 

5 Kemampuan mengeluarkan sekret 

6 Suara napas tambahan 

7 Kedalaman pernapasan 

NIC : Airway Management


No Intervensi Rasional

1 Posisikan pasien untuk Membuat pasien nyaman dan


memaksimalkan ventilasi mudah bernapas dengan baik

2 Identifikasi pasien perlunya Jika pasien masih sesak dan sulit


pemasangan alat jalan napas bernapas, bisa diindikasikan
buatan memakai alat bantu

3 Lakukan fisioterapi dada, bila Memudahkan untuk mengeluarkan


perlu sekret

4. Pemberian antibiotik Untuk membunuh bakteri yang


menyerang pasien

5 Pemberian bronkodilator Untuk membantu pasien bernapas

6 Pemberian mukolitik Untuk mengencerkan dahak agar


mudah dikeluarkan

7 Ajarkan batuk efektif Untuk membantu mengeluarkan


dahak
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis yakni bakteri TB yang ditandai dengan kurang
minat pada makanan dan penurunan berat badan dengan asupan makanan
yang tidak adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam nafsu makan
pasien mulai membaik
Kriteria hasil : Mendapatkan skala 4 pada Indikator NOC
NOC : Nutritional Status
No Indikator 1 2 3 4 5

1 Intake Nutrisi √

2 Intake Makanan √

3 Energy √

4 Rentang BB dan TB √

NOC : Appetite
No Indikator 1 2 3 4 5

1 Keinginan untuk makan √

2 Asupan makanan √

3 Asupan nutrisi √

NIC : Nutrition Management


No Intervensi Rasional

1 Kaji adanya alergi makanan Agar penyakit pasien tidak


bertambah
2 Monitor jumlah nutrisi dan kandungan Memenuhi nutrisi pasien yang
kalori kurang

3 Berikan informasi tentang Agar pasien sadar pentingnya


kebutuhan nutrisi nutrisi yang kurang
4 Anjurkan pasien untuk Untuk meningkatkan daya tahan
meningkatkan protein dan vitamin tubuh pasien
C

5 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk Memenuhi nutrisi pasien yang


menentukan jumlah kalori dan kurang
nutrisi yang diperlukan oleh pasien
6 Berikan makanan yang sudah Memenuhi nutrisi pasien yang
dipilih oleh ahli gizi kurang

3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan ditandai


dengan pasien mengeluh batuk sejak lama namun tidak pernah
dipreksakan karena menganggapnya sebagai batuk biasa.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam pengetahuan
pasien tentang penyakitnya meningkat
Kriteria hasil : Mendapatkan skala 4 pada Indikator NOC

NOC : knowledge : disease process


No Indikator 1 2 3 4 5
1 Karakteristik Penyakit √
2 Penyebab penyakit √
3 Factor resiko √
4 Tanda dan gejala penyakit √

NIC : Teaching Disease Process


No Intervensi Rasional
1 Kaji pengetahuan klien tentang Untuk mengetahui apa saja yang
penyakit klien ketahui tentang penyakitnya.
2 Jelaskan proses, identifikasi dan Membekali klien dengan
penyebab penyakit pengetahuan tentang penyakitnya
3 Diskusikan terapi treatment yang Agar tidak terjadi kesalahan pada
dipilih saat berobat/putus berobat
4 Diskusikan perubahan gaya hidup Agar tidak menularkan ke orang
nanti lain

You might also like