You are on page 1of 18

IDENTIFIKSI DAN PENETAPAN KADAR CAMPURAN ASETOSAL-

PARACETAMOL DALAM SEDIAN TABLET SECARA VOLUMETRI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Paracetamol bekerja dengan mengurangi produksi prostaglandin
dengan mengganggu enzim cyclooksigenase (COX). Parasetamol
menghambat kerja COX pada sistem syaraf pusat yang tidak efektif dan
sel edothelial dan bukan pada sel kekebalan dengan peroksida tinggi.
Kemampuan menghambat kerja enzim COX yang dihasilkan otak inilah
yang membuat paracetamol dapat mengurangi rasa sakit kepala dan
dapat menurunkan demam tanpa menyebabkan efek samping,tidak
seperti analgesik-analgesik lainnya
Asetosal adalah hablur tidak bewarna atau serbuk putih tidak
berbau dan berasa asam. Kelarutan sukar larut dalam air , mudah larut
dalam etanol, larut dalam kloroform dan larut dalam
eter. Perbandingan kelarutannya dalam air yaitu 1:300, dalam etanol
1:5 , dalam kloroform 1:17, dan dalam eter 1: 10-15. Asetosal juga larut
dalam asetat dan sitrat dengan adanya senyawa yang terdekomposisi,
asetosal dan hidrooksidan dan karbonat larut.
Asetosal atau sinonim dari asam asetil salisilat ini stabil dalam
udara kering tapi tergerdasi perlahan jika uap air menjadi asam asetat
dan asam salisilat. nilai tiitk leburnya adalah 1350C. Rumus molekul dari
Asetosal adalah C 9H804
Asetosal termasuk golongan analgetik atau antipiretik
(penghilang rasa sakit dan turun panas). Pada dosis sekitar 250-500
mg , asetosal berfungsi sebagai analgetik atau antipiretik, sedangkan
pada dosis kecil yaituu 60-110 mg , asetosal juga berkhasiat untuk anti
agresi platelet, atau untuk mencegah penggumpalan darah, sehingga
banyak digunakan pasien strok untyuk melancarkan peredaran darah.
Pada praktikum ini kita akan praktikum identifikasi dan penetapan
kadar campuran tablet asetosal dan paracetamol secara volumetri. kita
akan mengetahui kadar asetosal dan paracetamol dengan
menggunakan metode volumetri. Pada praktikum ini juga
IDENTIFIKSI DAN PENETAPAN KADAR CAMPURAN ASETOSAL-
PARACETAMOL DALAM SEDIAN TABLET SECARA VOLUMETRI

menggunakan beberapa proses yaitu pertama-tama kita


mengidentifikasi senyawa atau bahan aktif yang ada di dalam sampel.
Pada praktikum ini kita menggunakan metode volumetri yaitu
suatu metode yang digunakan untuk mengidentifikasi kadar zat dari
suatu sampel yang akan kita teliti.
1.2 Maksud Praktikum
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan
mempelajari bagaimana cara mengidentifikasi dan menentukan kadar
campuran asetosal-paracetamol dalam sediaan tablet bintang tujuh
secara volumetri.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk
mengidentifikasi campuran asetosal-paracetamol dalam sediaan tablet
bintang tujuh dan untuk menentukan kadar paracetamol dalam sediaan
campuran asetosal-paracetamol dalam sediaan tablet volumetri.
IDENTIFIKSI DAN PENETAPAN KADAR CAMPURAN ASETOSAL-
PARACETAMOL DALAM SEDIAN TABLET SECARA VOLUMETRI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori umum


Parasetamol merupakan obat yang berefek sebagai pereda nyeri
(analgetik) dan pereda demam (antipiretik). Parasetamol diserap
dengan cepat dan tidak menimbulk iritasi dari saluran pencernaan,
metemoglo- binemia, atau konstipasi. Karena cukup aman,
parasetamol merupakan pilihan utama untuk digunakan sebagai
analgetik dan antipiretik, serta sangal baik bagi mereka. Indikasi:
Digunakan untuk menghilangkan demam dan rasa nyeri pada
otot/sendi yang menyertai influenza, vaksinasi, dan akibat infelsi lain,
sakit kepala, sakit gigi, flu, dismenore, artritis, dan rematik (Junaidi,
2012).
Untuk parasetamol, dosis 12 g (24 tablet) merupakan dosis yang
berpotensi menjadi fatal bagi sebagian besar pasien, sedangkan 7,5
g bisa mematikan pada individu yang berisiko tinggi. Gejalanya baru
timbul 3 hari setelah overdosis, di mana dapat terjadi mual muntah,
dan nyeri abdomen, serta gagal hati fulminan lanjut. Parasetamol
dimetabolisme melalui proses konjugasi di hati: bila jalur ini menjadi
jenuh akan terbentuk metabolit toksik, biasanya diinaktivasi oleh
glutation. Bila simpanan glutation habis, metabolit ini akan mengikat
sel, sehingga menyebabkan kematian sel. Dosis yang lebih rendah
menjadi toksik bagi orang yang menggunakan obat penginduksi-
enzim (seperti fenitoin, karbamazepin, rifampisin) dan orang dengan
gizi buruk (anoreksia, alkoholisme, kelaparan) (Davey, 2005).
Bentuk-bentuk asetosal yang melarut: (1) karbasalat kalsium
(Ascal) adalah garam kalsium dari asetosal, di mana air kristal diganti
oleh urea (1951). Garam ini tidak bereaksi asam dan kurang
merangsang mukosa lambung 100 mg Ascal 80 mg asetosal. (2) lysin-
asetosal adalah persenyawaan yang setelah melarut terurai dalam
bentuk asam-amino lisin dan asetosal, nent) yang kemudian
dihidrolisa menjadi salisilat. Kombinasinya (1620 mg) dengan
IDENTIFIKSI DAN PENETAPAN KADAR CAMPURAN ASETOSAL-
PARACETAMOL DALAM SEDIAN TABLET SECARA VOLUMETRI

metoklopramida (10 mg) dianjurkan Dolocid) untuk migrain (Migrafin)


(Tjay dan Rahardja, 2007).
Selain merupakan analgetik, sekarang ini asetosal banyak
digunakanse bagai alternatif dari antıkoagulan pencega titombotiknya.
Obal ini juga efektif untuk infark serangan kedua. Hal ini berkat khasiat
profilaksis serangan stroke kedua setelah menderita TIA (Transient
Ischaie Attack, pada serangan kekurangan darah sementara di otak),
terutama pada pria. Akhir-akhir ini diberitakan kemungkinan
penggunaannya untuk prevensi kanker usus dan prostat (Tjay dan
Rahhardja, 2015).
Wanita hamiL tidak dianjurkan menggunakan asetosal dalam
dosis tinggi, terutama pada triwulan terakhir dan sebelum persalinan,
karena lama kehamilan dan persalinan dapat diperpanjang, juga
kecenderungan perdarahan meningkat. Asetosal dikeluarkan melalui
air susu ibu, tetapi ibu dapat di berikan obat ini selama laktasi,
walaupun tidak terlalu sering (Tjay dan Rahhardja, 2015).
Asetosal memperkuat daya kerja antikoagulansia, anti diabetika
oral dan metoreksat. Efek obat encok probenesid dan sulfinpirazon
berkurang, begitu pula diuretika furosemid dan spironolakion. Kerja
analgetiknya diperkuat oleh antara lain kodein dan d-propoksifen.
Alkohol meningkatkan resiko perdarahan lambung usus. Karena efek
anti trombotiknya yang mengakibatkan risiko perdarahan,
penggunaan asetosal perlu dihentikan satu minggu sebelum
misalnyapencabutab gigi (Tjay dan Rahhardja, 2015).
Sebelum permulaan abad kedua puluh, hampir semua analisis
kuantitatif menggunakan teknik volumetri dan gravimetri. Volumetri
adalah analisis kimia yang melibatkan penggunaan sejumlah volume
larutan standar dengan konsentrasi tertentu. Teknik volumetri sering
juga disebut dengan titrimetri, karena dalam pengerjaannya
melakukan titrasi. Sementara itu, gravimetri adalah analisis dengan
mendasarkan pada berat tetap analit dalam suatu matriks sampel
Dengan kedua teknik ini, analis akan memperoleh hasil akurasi yang
tinggi. Namun, analisis dengan kedua metode ini dibatasi dengan
IDENTIFIKSI DAN PENETAPAN KADAR CAMPURAN ASETOSAL-
PARACETAMOL DALAM SEDIAN TABLET SECARA VOLUMETRI

suatu kenyataan bahwa kedua teknik ini tidak dapat menganalisis


analit dalam jumlah yang sangat kecil. Karena alasan inilah, maka
suatu metode analisis yang dikembangkan diarahkan untuk mampu
menganalisis analit dalam jumlah sekelumit (trace elements). Salah
satu metode yang dikembangkan adalah metode spektroskopi. Teknik
spektroskopi merupakan suatu metode analisis yang melibatkan
interaksi antara analit dengan radiasi elektromagnetik, yang untuk
selanjutnya disingkat dengan REM (Gandjar an Rahman, 2018).
2.2. Uraian bahan
1. Aquadest (Ditjen POM, 1979 : 63)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest, air suling
RM : H2O
BM : 18,02 g/mol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Kegunaan : Zat pelarut
Rumus Struktur :

2. Etanol (Ditjen POM, 2014 : 399)


Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, etanol, ethyl alkohol
RM : C6H6OH
BM : 46,07 g/mol
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform P dan dalam eter P.
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah
menguap dan mudah bergerak; bau
khas rasa panas, mudah terbakar dan
memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
IDENTIFIKSI DAN PENETAPAN KADAR CAMPURAN ASETOSAL-
PARACETAMOL DALAM SEDIAN TABLET SECARA VOLUMETRI

Rumus Struktur :

3. Parasetamol (Ditjen POM, 2014 : 998)


Nama Resmi : ACETAMINOPHENUM
Nama Lain : Asetamiofen/Parasetamol
Rumus Molekul : C8H9NO2
Berat Molekul : 151,16 g/mol
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak
berbau; rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7
bagian etanol (95%) P, dalam 13
bagian aseton P, dalam 40 bagian
gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol P; larut dalam larutan
alkali hidroksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya
Kegunaan : Analgetikum; antipiretikum
Rumus Struktur

4. Asetosal (Ditjen POM, 2014 : 144)


Nama Resmi : ACIDUM ACETYLSALICYLICUM
Nama Lain : Asetosal, asam asetilsalisilat
Rumus Molekul : C9H8O4
Berat Molekul : 180,16 g/mol
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk
hablur putih, tidak berbau atau
hampir tidak berbau, rasa asam.
IDENTIFIKSI DAN PENETAPAN KADAR CAMPURAN ASETOSAL-
PARACETAMOL DALAM SEDIAN TABLET SECARA VOLUMETRI

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air,


mudahlarut dalam etanol, (95%)P
larut dalam kloroform P dan dalam
eter P
Rumus Struktur :

5. Natrium Nitrit ( Ditjen POM, 2014 : 1729)


Nama resmi : NATRII NITRIT
Nama lain : Natrium Nitrit
RM : NaNO2
BM : 69,00 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur atau granul, tidak berwarna


atau putih kekuningan rapuh
Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air, agak
sukar larut dalam etanol 95 % P
6. Asam sulfat (Ditjen POM, 2014 : 165)
Nama resm : ACIDUM SULFURICUM
Sinonim : Asam sulfat
RM : H2SO4
BM : 98,07 g/mol
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif,
tidak berwarna; jika ditambahkan
kedalam air menimbulkan panas.
Struktur :

7. Natrium Hidroksida (Ditjen POM, 2014 : 911)


Nama resmi : NATRII HIDROCIDUM
IDENTIFIKSI DAN PENETAPAN KADAR CAMPURAN ASETOSAL-
PARACETAMOL DALAM SEDIAN TABLET SECARA VOLUMETRI

Nama lain : Natrium Hidroksida


RM : NaOH
Berat molekul : 40 g/mol
Pemerian : Bentuk batang massa hablur air
keping-keping, keras dan rapuh dan
menunjukkan susunan hablur putih
mudah meleleh basa sangat katalis
dan korosif segera menyerap
karbondioksida.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air
Rumus kimia : Na - OH
8. K2CrO4 (Ditjen POM, 2014 : 1717)
Nama resmi : KALII KROMAT
Nama lain : kalium kromat
RM : K2CrO4
BM : 194,2 g/mol
Rumus Struktur :

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air,larutan


jernih
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Pemerian : Massa hablur ,berwarna kuning
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
9. Asam klorida (Ditjen POM, 2014 : 156)
Nama resmi : ACIDUM HIDROCHIORIDUM
Nama lain : Asam Clorida, Asam Garam
RM : HCl
BM : 36,5 g/mol
Pemerian : cairan tidak berwarna, berasap dan
bau merangsang jika diencerkan dua
bagian air asap dan bau hilang.
IDENTIFIKSI DAN PENETAPAN KADAR CAMPURAN ASETOSAL-
PARACETAMOL DALAM SEDIAN TABLET SECARA VOLUMETRI

Penyimpanan : dalam wadah tertutup


Kegunaan : sebagai zat tambahan.
Struktur : H - Cl
2.3 Prosedur Kerja (Anonim, 2018: 14-16)
a) Identifikasi paracetamol
1. Reaksi dengan besi ( III ) klorida 10 % terbentuk biru ungu muda
2. Sejumlah sampel setara dengan 50 mg zat diarutkan daiam HCl 3
N dimasak selama 5 menit. Selanjutnya larutan dibagi dua dan
diperiakukan sebagai berikut
a. reaksi diazo : ke dalam satu bagian larutan ditambahkan 2 tetes
pereaksi diazo I, disaring, dan fltrat dituangkan ke dalam 2 ml.
pereaksi diazo II, timbul warna jingga-merah
b. Satu bagian lain dari larutan di atas diencerkan dengan 5,0 mL
aquades. Sesudah larutan menjadi dingin tidak boleh
diendapkan. Selanjutnya ditambahkan beberapa tetes larutan
0,1 N kalium dikromat, lambat laun timbul warna ungu yang
tidak boleh berubah menjadi merah (membedakan parasetamol
dengan fenasetin).
3. Parasetamol mereduksi pereaksi Tollens
4. Zat ditambahkan pereaksi HNO3 encer terbentuk warna jingga
5. Zat ditambahkan HCl pekat, ditambahkan K,Cr20, terbentuk
warna violet
6. Zat ditambahkan aseton, lalu ditetesi air terbentuk kristal, dapat
diamati dengan mikroskop
b) Identifikasi Asetosal
1. Didihkan 500 mg serbuk tablet dengan 10 mL larutan NaOH P
selama 2 sampai 3 menit, dinginkan, tambahkan asam sulfat
encer P hingga berlebih, terbentuk endapan hablur dan bau cuka.
Pada endapan tambahkan larutan FeCl3 P terbentuk warna violet
tua.
2. Jika pada (1) bila ditambahikan asam warna violet akan hilang
3. Serbuk sampel ditambahkan 2 ml etanoi dan 2 ml asam sulfat
pekat, lakukan pemanasan, tercium bau etilasetat.
IDENTIFIKSI DAN PENETAPAN KADAR CAMPURAN ASETOSAL-
PARACETAMOL DALAM SEDIAN TABLET SECARA VOLUMETRI

4. Dengan pereaksi Frohde membentuk warna biru-ungu.


5. Larutan zat ditambahkan Zwikker B, terbentuk biru muda, dan jika
diamati dengan mikroskop
6. Zat ditambahkan HCI encer (atau H2S04 P) NaOH, lalu diamati
dengan mikroskop

c) Penetapan Kadar Asetosal secara Asidi-Alkalimetri


1. Timbang seksama sejumlah tertentu serbuk sediaan tablet yang
setara dengan 500 mg asetosal.
2. Larutkan dalam 20 mL alkohol netral , tambahkan indikalor PP dan
titrasi segera dengan larutan baku NaOH 0,1 N sampai titik
3. Tambahkan sejumlah volume larutan baku NaOH 0,1 N yang
sama banyaknya dengan yang digunakan pada titrasi
4. Tambahkan lagi secara seksama sebanyak 15 ml larutan baku
NaOH 0,1 N
5. Panaskan larutan selama 15 menit sambil diaduk. Dinginkan
cepat cepat NaOH 0,1 N. sampai suhu kamar, tambahkan
indikator PP dan titrasi kelebihan baku NaOH 0,1 N dengan baku
H S04 0,1 N sampai itik akhir titrasi. Lakukan titrasi blanko.
6. Jumlah asetosal sama dengan jumlah baku NaOH 0,1 N yang
kedua dikurangi jumlah volume baku H2SO40,1 N dikalikan
dengan 18,02 mg
IDENTIFIKSI DAN PENETAPAN KADAR CAMPURAN ASETOSAL-
PARACETAMOL DALAM SEDIAN TABLET SECARA VOLUMETRI

BAB 3 METODE KERJA


3.1 Alat Praktikum
Alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu buret, statif,
corong, erlenmeyer, gelas ukur, penangas air, pipet tetes, dan
timbangan analitik.
3.2 Bahan Praktikum
Bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu alkohol netral,
aquadest, baku NaOH 0,10108 N, Baku H2SO4 0,151N, etanol, FeCl3
10%, fenol merah, H2SO4 encer, HNO3 encer, HCl pekat, indikator PP,
K2Cr2O7, NaOH P, dan sediaan Bintang Tujuh.
3.3 Cara Kerja
a. Identifikasi Paracetamol
Serbuk bintang tujuh direaksikan dengan besi (III) klorida 10%
terbentuk biru ungu muda. Serbuk bintang tujuh ditambahkan
pereaksi HNO3 encer terbentuk warna jingga. Serbuk bintang tujuh
ditambahkan HCl pekat, dan ditambahkan K2Cr2O7 terbentuk warna
violet.
b. Identifikasi asetosal
Dididihkan 500 mg serbuk tablet dengan 10 mL larutan NaOH
P selamat 2 sampai 3 menit, dinginkan, tambahkan asam sulfat
encer P hingga berlebih, terbentuk endapan hablur dan bau cuka.
Pada endapan tambahkan larutan FeCl3 terbentuk warna violet tua.
c. Penetapan kadar asetosal secara Asidi-alkalimetri
Ditimbang seksama 250 mg serbuk sediaan Bintang Tujuh dan
dilarutkan dalam 10 mL alkohol netral. Ditambahkan indikator PP dan
titrasi segera dengan larutan baku NaOH 0,10108 N sampai titik
akhir. Dipanaskan selama 15 menit sambil diaduk. Dinginkan sampai
suhu kamar. Ditambahkan indikator PP. Dititrasi kelebihan baku
NaOH dengan baku H2SO4 0,151 N. Dilakukan titrasi blanko (tanpa
sampel) dari percobaan diatas. Jumlah asetosal sama dengan baku
NaOH 0,10108 N yang kedua dikurangi jumlah volume H2SO4 0,151
N dikalikan dengan 18,02 mg.
IDENTIFIKSI DAN PENETAPAN KADAR CAMPURAN ASETOSAL-
PARACETAMOL DALAM SEDIAN TABLET SECARA VOLUMETRI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Identifikasi Paracetamol (Sampel Bintang Tujuh)
No Pereaksi Perubahan Hasil
1 FeCl3 10% Tidak terjadi perubahan -
2 HNO3 encer Tidak terjadi perubahan -
3 HCl pekat + K2Cr2O7 Violet +

Tabel 2. Identifikasi Asetosal (Sampel Bintang Tujuh)


No Pereaksi Perubahan Hasil
1 50mg sampel bintang tujuh Timbul bau cuka +
+ NaOH
didihkan 2-3 menit
+ H2SO4 encer
+ FeCl3

Tabel 3. Penetapan Kadar Paracetamol


Klp Nama sampel Volume % Kadar FI 3
titran
1 PoldanMIG 17 ml 43,05 % > 98,0 %
(400 mg)
4 Bintang 7 15 ml 9,87 % < 101,0 %
(400 mg)

Tabel 4. Penetapan kadar asetosal


Klp Sampel Vtitran NaOH Vtitran H2SO4 % kadar FI III
1 Poldan Mig 5,4 mL 15,5 mL 20,51 % >99,5
(250 mg) %
4 Bintang Tujuh 7,5 mL 8,6 mL 100,19
16 (250 mg) %
IDENTIFIKSI DAN PENETAPAN KADAR CAMPURAN ASETOSAL-
PARACETAMOL DALAM SEDIAN TABLET SECARA VOLUMETRI

4.2. Pembahasan
Parasetamol merupakan obat yang berefek sebagai pereda
nyeri (analgetik) dan pereda demam (antipiretik). Parasetamol diserap
dengan cepat dan tidak menimbulk iritasi dari saluran pencernaan,
metemoglo- binemia, atau konstipasi. Karena cukup aman,
parasetamol merupakan pilihan utama untuk digunakan sebagai
analgetik dan antipiretik, serta sangal baik bagi mereka. Indikasi:
Digunakan untuk menghilangkan demam dan rasa nyeri pada
otot/sendi yang menyertai influenza, vaksinasi, dan akibat infelsi lain,
sakit kepala, sakit gigi, flu, dismenore, artritis, dan rematik.
Asetosal adalah hablur tidak bewarna atau serbuk putih tidak
berbau dan berasa asam. Kelarutan sukar larut dalam air , mudah larut
dalam etanol, larut dalam kloroform dan larut dalam
eter. Perbandingan kelarutannya dalam air yaitu 1:300, dalam etanol
1:5 , dalam kloroform 1:17, dan dalam eter 1: 10-15. Asetosal juga
larut dalam asetat dan sitrat dengan adanya senyawa
yang terdekomposisi, asetosal dan hidrooksidan dan karbonat larut.
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui
dan mempelajari bagaimana cara mengidentifikasi dan menentukan
kadar campuran asetosal-paracetamol dalam sediaan tablet
volumetri. Dan tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk
mengidentifikasi campuran asetosal-paracetamol dalam sediaan
tablet, untuk menentukan kadar paracetamol dalam sediaan
campuran asetosal-paracetamol dalam sediaan tablet volumetri.
Adapun hasil identifikasi paracetamol pertama, sampel
ditambahkan FeCl3 10% hasilnya tidak terjadi perubahan (-). Keduan
sampel ditambahkan HNO3 encer hasilnya tidak terjadi perubahan (-
). Dan ketiga sampel ditambahkan HCl pekat + K2Cr2O7 hasilnya
berwarna violet (+).
Dan hasil identifikasi asetosal dimana sampel bintang tujuh
ditambahkan NaOH dan H2SO4 P hasilnya timbul bau cuka (+).
Adapun pada penetapan kadar asetosal pada sampel bintang
tujuh sebanyak 250 mg, dimana volume titran baku NaOH 0,10108 N
IDENTIFIKSI DAN PENETAPAN KADAR CAMPURAN ASETOSAL-
PARACETAMOL DALAM SEDIAN TABLET SECARA VOLUMETRI

yang digunakan sebanyak 7,5 mL dan baku H2SO4 0,151 N sebanyak


8,6 mL. Dan diapatkan % kadar sebanyak 100,19 %. Adapun hasil
yang diperoleh yaitu sesuai dengan yang ada pada Farmakope
Indonesia Edisi III yang menyatakan bahwa kadar asetosal pada
sediaan tidak boleh dibawah 99,5 %.
Adapun hasil penetapan kadar parasetamol pada sampel
bintang tujuh sebanyak 250 mg, dimana volume titran NaNO2
sebanyak 15 mL dan didapatkan % kadar sebesar 9,87 %. Hasil ini
tidak sesuai dengan tetapan paracetamol yang ada di Farmakope
Indonesia edisi III yang menyatakan bahwa kadar paracetamol dalam
sediaan tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 %.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi sehingga hasil
yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur yang ada karena
kurangnya ketelitian praktikan saat melakukan praktikum, alat yang
kurang bersih serta bahan yang kurang baik.
IDENTIFIKSI DAN PENETAPAN KADAR CAMPURAN ASETOSAL-
PARACETAMOL DALAM SEDIAN TABLET SECARA VOLUMETRI

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu pada identifikasi
paracetamol, ketika sampel bintang tujuh ditambahkan FeCl3 10%
hasilnya negatif begitupula dengan HNO3 encer, dan pada
penambahan HCl pekat + K2Cr2O7 hasilnya berwarna violet (+).
Untuk identifikasi asetosal dimana sampel bintang tujuh
ditambahkan NaOH, dididihkan lalu + H2SO4 encer + FeCl3 hasilnya
timbul bau cuka (+). Dan hasil penetapan kadar paracetamol sampel
bintang tujuh yaitu 9,87 %, hasil ini tidak sesuai dengan yang ada di
Farmakope Indonesia edisi III yang menyatakan bahwa kadar
paracetamol dalam sediaan tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih
dari 101,0 %. Dan % kadar asetosal yang didapat sebesar 100,19 %.
Hasil ini telah sesuai dengan tetapan yang ada di Farmakope
Indonesia edisi III yang menyatakan bahwa kadar asetosal pada
sediaan tidak boleh dibawah 99,5 %.
IDENTIFIKSI DAN PENETAPAN KADAR CAMPURAN ASETOSAL-
PARACETAMOL DALAM SEDIAN TABLET SECARA VOLUMETRI

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2018, “Penuntun Praktikum Analisis Farmasi”’, Universitas Muslim


Indonesia, Makassar.
Ditjen POM, 1979, “Farmakope Indonesia Edisi III”, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta.
Davey Patrick, 2005, “At a Glance Medicine”, Erlangga, Jakarta

Gandjar Ibnu Gholib dan Rohman Abdul, 2018, ”Spektroskopi Molekuler


Untuk Analisis Farmasi”, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Junaidi Iskandar, 2012, ”Pedoman Praktis Indonesian (O.I) Edisi Revisi”,


Bhuana ILmu Populer, Jakarta.

Tjay Hoan dan Rahardja Kirana, 2007, “Obat-Obat Penting Khasiat,


Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya Edisi ke 6”, PT Alex
Media Komputindo, Jakarta.
Tjay Hoan dan Rahardja Kirana, 2015, “Obat-Obat Penting Khasiat,
Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya”, PT Gramedia, Jakarta.
IDENTIFIKSI DAN PENETAPAN KADAR CAMPURAN ASETOSAL-
PARACETAMOL DALAM SEDIAN TABLET SECARA VOLUMETRI

LAMPIRAN

A. Gambar

Uji Identifikasi Paracetamol Penetapan kadar paracetamol

Penetapan kadar asetosal

B. Perhitungan
a) Penetapan kadar Parasetamol
Dik:
NaNO2 0,1089 N
Vtitran = 15 mL
Sampel = 250 mg
Bst = 15,116 mg
Mencari berat sampel:
(𝑁 𝑥𝑉)𝑁𝑎𝑁𝑂2 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑃𝐶𝑇
% kadar PCT = x100 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,1089 𝑁 𝑥 15 𝑚𝑙 𝑥 15,116 𝑚𝑔
= x 100 %
250 𝑚𝑔

= 9,87 %
IDENTIFIKSI DAN PENETAPAN KADAR CAMPURAN ASETOSAL-
PARACETAMOL DALAM SEDIAN TABLET SECARA VOLUMETRI

b) Penetapan kadar Asetosal


Dik:
H2SO4 0,151 N
V. titran NaOH = volume hasil 1 + 15 mL volume NaOH
= 7,5 mL + 15 mL = 22,5 mL
V. titran H2SO4 = 8,6 mL
B. Sampel = 250 mg
BST = 18,02 mg
Mencari berat sampel:
(𝑉)𝑁𝑎𝑂𝐻−(𝑣)𝐻2𝑆𝑂4 𝑥 (𝑁)𝐻2𝑆𝑂4𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑜𝑠𝑎𝑙
%kadar asetosal= x100 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

(22,5 𝑚𝑙−8,6𝑚𝑙)𝑥 0,151 𝑁 𝑥 18,02 𝑚𝑔


= x 100 %
250 𝑚𝑔

= 100,19 %

You might also like