Professional Documents
Culture Documents
BAB I PENDAHULUAN
Rumus Struktur :
4.1 Hasil
Tabel 1. Identifikasi Paracetamol (Sampel Bintang Tujuh)
No Pereaksi Perubahan Hasil
1 FeCl3 10% Tidak terjadi perubahan -
2 HNO3 encer Tidak terjadi perubahan -
3 HCl pekat + K2Cr2O7 Violet +
4.2. Pembahasan
Parasetamol merupakan obat yang berefek sebagai pereda
nyeri (analgetik) dan pereda demam (antipiretik). Parasetamol diserap
dengan cepat dan tidak menimbulk iritasi dari saluran pencernaan,
metemoglo- binemia, atau konstipasi. Karena cukup aman,
parasetamol merupakan pilihan utama untuk digunakan sebagai
analgetik dan antipiretik, serta sangal baik bagi mereka. Indikasi:
Digunakan untuk menghilangkan demam dan rasa nyeri pada
otot/sendi yang menyertai influenza, vaksinasi, dan akibat infelsi lain,
sakit kepala, sakit gigi, flu, dismenore, artritis, dan rematik.
Asetosal adalah hablur tidak bewarna atau serbuk putih tidak
berbau dan berasa asam. Kelarutan sukar larut dalam air , mudah larut
dalam etanol, larut dalam kloroform dan larut dalam
eter. Perbandingan kelarutannya dalam air yaitu 1:300, dalam etanol
1:5 , dalam kloroform 1:17, dan dalam eter 1: 10-15. Asetosal juga
larut dalam asetat dan sitrat dengan adanya senyawa
yang terdekomposisi, asetosal dan hidrooksidan dan karbonat larut.
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui
dan mempelajari bagaimana cara mengidentifikasi dan menentukan
kadar campuran asetosal-paracetamol dalam sediaan tablet
volumetri. Dan tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk
mengidentifikasi campuran asetosal-paracetamol dalam sediaan
tablet, untuk menentukan kadar paracetamol dalam sediaan
campuran asetosal-paracetamol dalam sediaan tablet volumetri.
Adapun hasil identifikasi paracetamol pertama, sampel
ditambahkan FeCl3 10% hasilnya tidak terjadi perubahan (-). Keduan
sampel ditambahkan HNO3 encer hasilnya tidak terjadi perubahan (-
). Dan ketiga sampel ditambahkan HCl pekat + K2Cr2O7 hasilnya
berwarna violet (+).
Dan hasil identifikasi asetosal dimana sampel bintang tujuh
ditambahkan NaOH dan H2SO4 P hasilnya timbul bau cuka (+).
Adapun pada penetapan kadar asetosal pada sampel bintang
tujuh sebanyak 250 mg, dimana volume titran baku NaOH 0,10108 N
IDENTIFIKSI DAN PENETAPAN KADAR CAMPURAN ASETOSAL-
PARACETAMOL DALAM SEDIAN TABLET SECARA VOLUMETRI
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu pada identifikasi
paracetamol, ketika sampel bintang tujuh ditambahkan FeCl3 10%
hasilnya negatif begitupula dengan HNO3 encer, dan pada
penambahan HCl pekat + K2Cr2O7 hasilnya berwarna violet (+).
Untuk identifikasi asetosal dimana sampel bintang tujuh
ditambahkan NaOH, dididihkan lalu + H2SO4 encer + FeCl3 hasilnya
timbul bau cuka (+). Dan hasil penetapan kadar paracetamol sampel
bintang tujuh yaitu 9,87 %, hasil ini tidak sesuai dengan yang ada di
Farmakope Indonesia edisi III yang menyatakan bahwa kadar
paracetamol dalam sediaan tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih
dari 101,0 %. Dan % kadar asetosal yang didapat sebesar 100,19 %.
Hasil ini telah sesuai dengan tetapan yang ada di Farmakope
Indonesia edisi III yang menyatakan bahwa kadar asetosal pada
sediaan tidak boleh dibawah 99,5 %.
IDENTIFIKSI DAN PENETAPAN KADAR CAMPURAN ASETOSAL-
PARACETAMOL DALAM SEDIAN TABLET SECARA VOLUMETRI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. Gambar
B. Perhitungan
a) Penetapan kadar Parasetamol
Dik:
NaNO2 0,1089 N
Vtitran = 15 mL
Sampel = 250 mg
Bst = 15,116 mg
Mencari berat sampel:
(𝑁 𝑥𝑉)𝑁𝑎𝑁𝑂2 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑃𝐶𝑇
% kadar PCT = x100 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,1089 𝑁 𝑥 15 𝑚𝑙 𝑥 15,116 𝑚𝑔
= x 100 %
250 𝑚𝑔
= 9,87 %
IDENTIFIKSI DAN PENETAPAN KADAR CAMPURAN ASETOSAL-
PARACETAMOL DALAM SEDIAN TABLET SECARA VOLUMETRI
= 100,19 %