You are on page 1of 12

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA REFARAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2018


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

REFARAT : GANGGUAN DIOSIATIF

OLEH :
SESARIAH FATIMAH NUR BAHTIAR
111 2018 2107

SUPERVISOR PEMBIMBING :
dr. Ham F. Susanto, M.Kes, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Sesariah Fatimah Nur Bahtiar

NIM : 111 2018 2107

Refarat : Gangguan Disosiatif

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu

Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, Desember 2018

Pembimbing Dokter Muda

dr. Ham F. Susanto, M.Kes, Sp.KJ Sesariah Fatimah Nur B.


BAB I
PENDAHULUAN
Sebagian besar orang melihat diri mereka sendiri sebagai seseorang yang
memiliki kepribadian besar. Meskipun demikian,orang dengan gangguan disosiatif
kehilangan rasa memiliki kesadaran. Mereka seolah-olah tidak memiliki
identitas,bingung mengenai siapa diri mereka atau mengalami identitas majemuk.
Pada sebagian besar keadaan disosiatif,gambaran kontraindikasi mengenai
diri,yang bertentangan satu sama lain. Terdapat 4 ( empat ) tipe : a. amnesia disosiatif
yang ditandai dengan tidak bisa mengingat informasi,biasanya disebabkan oleh
traumatic atau yang penuh tekanan, yang tidak diakibatkan oleh keadaan lupa atau
keadaan medis utama; b. fugue disosiatif ditandai dengan berpergian jauh dari rumah,
disertai dengan ketidakmampuan mengingat masa lalu sertai bingung dengan
indentitas pribadi bahkan bisa pengadopsian identitas baru; c. gangguan identitas
disosiatif ( disebut juga gangguan kepribadian multiple ),umumnya dianggap paling
berat dan kronis karena terdapat dua kepribadian atau lebih yang khas pada satu
orang ; d. gangguan deperonalisasi ditandai dengan rasa berulang yang lepas dari
tubuh.
A. Amnesia Disosiatif
Amnesia Disosiatif adalah diagnosis yang sesuai ketika fenomena
disosiatif yang terbatas pada amnesia. Gejala kuncinya adalah
ketidakmampuan mengingat kembali informasi,biasanya pada peristiwa yang
penuh tekanan atau traumatic. Ketidakampuan ini tidak dapat dijelaskan
dengan lupa yang biasa dan tidak terdapat gangguan otak.
Suatu bentuk yang lazim pada amnesia disosiatif mencakup amnesia
mengenai identitas pribadi tetapi daya ingat mengenai informasi umum tetap
baik. Pasien dengan amnesia disosiatif tampak benar-benar intak dan dapat
berfungsi dengan sesuai.
a. Epidemiologi
Amnesia disosiatif merupakan kelompok disosiasi yang paling
sering terjadi walaupun begitu data epidemiologinya masih
terbatas dan tidak pasti. Angka kejadian pada wanita lebih sering
dibandingkan dengan laki-laki dan sering terjadi pada usia dewasa
muda.
b. Etiologi
Dari pendekatan psikoanalitik,gangguan amnesia disosiatif
dikarenakan mekanisme pertahanan diri sebagai suatu cara untuk
menghadapi konflik emosional atau stressor ekstrenal.
c. Diagnosis
Episode amnesia disosiatif jarang terjadi secara spontan. Biasanya
riwayat penyakit terungkap adanya pencetus yaitu trauma
emosional yang menimbulkan rasa sedih dan konflik psikologik.
Kriteria diagnosis Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder V (DSM V)
 Ganguan yang dominan adalah salah satu atau lebih
episode ketidakmampuan mengingat kembali informasi
pribadi yang penting,biasanya sifat traumatic atau
penuh tekanan,yang terlalu luas untuk dijelaskan
dengan keadaan lupa yang biasa
 Diagnosis pasti memerlukan :
- amnesia total atau parsial,mengenai kejadian
yang “ stressful” atau kejadia traumatik
yang baru terjadi.
- Tidak ada gangguan mental
organic,intoksikasi atau kelelahan yang
berlebihan ( sindrom amnesik organik )
 Yang paling sulit dibedakan adalah “ amnesia buatan
“ yang disebabkan simulasi secara sadar
( malingering ). Amnesia buatan biasanya berkaitan
dengan problema yang mengenai keuangan, bahaya
kematian dalam peperangan atau kemungkinan
hukuman mati
d. Diagnosis banding
 Amnesia Global Transien : suatau amnesia yang
retrograde yang akut dan singkat,lebih mengenai
memori jangka pendek bukannya jangka panjang.
Amnesia Global Transien paling sering disebabkan oleh
serangan iskemik singkat ( transient ischemic attack ).
 Gangguan disosiasi lainnya
e. Penatalaksaan
Pemberian barbiturate intravena jangka pendek atau menengah
seperti thiopental dan sodium amobarbital serta benzodiazepine
dapat memulihkan ingatannya yang terlupakan.
f. Prognosis
Gejala amnesia disosiatif biasanya berakhir tiba-tiba dan
pemulihan biasanya sempurna dengan sejumlah kecil kekambuhan.
Klinisi harus mencoba memulihkan ingatan pasien ang hilang
sesegera mungkin kalau tidak ingatan yang tertekan akan
membentuk suatu inti didalam pikiran yang tidak disadari dan
disekitar inti tersebut episode amnestic dimasa mendatang akan
dapat terjadi.
B. Fugue Disosiatif
Pasien dengan fague disosiatif melakukan perjalanan meninggalkan rumah
atau situasi pekerjaan dan gagal mengingat aspek penting dari identitasnya
( nama,family,pekerjaan ). Beberapa pasien sering memakai identitas dan
pekerjaan baru tapi tidak selalu.
a. Epidemiologi
Fugue disosiatif jarang terjadi. Gangguan ini sering timbul selama
perang,setelah bencana alam dan pada keadaan krisis personal
dengan muatan konflik internal yang tinggi.
b. Etiologi
Kondisis psikologik dipikirkan sebagai dasar dari fagu
disosiatif,walaupun peminum berat alcohol dapat menjadi factor
predisposisi. Berbagai stressor dan factor pribadi menjadi
predisposisi bagi orang-orang yang mengalami fague disosiatif.
Factor psikososial mencakup masalah perkawinan, keuangan,
pekerjaan,dan stressor akibat perang. Factor motivasi utama
timbulnya fague disosiatif adalah adanya usaha untuk menarik diri
dari pengalaman emosional yang menyakitkan.
c. Diagnosis
Fague disosiatif memiliki beberapa ciri khas. Pasien berkelana
dengan tujuan, biasanya jauh dari rumah dan sering berhari-hari.
Kriteria diagnosis Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder V (DSM V)
 Untuk diagnosis pasti harus ada :
- Ciri-ciri amnesia disosiatif
- Melakukan perjalanan tertentu dan melampaui
hal yang umum dilakukannya sehari-hari
- Kemampuan mengurus diri yang dasar tetap ada
dan melakukan interaksi sosial sederhana
dengan orang-orang yang belum dikenal
 Harus dibedakan dari “ postictal fague “ yang terjadi
setelah serangan epilepsy lobus temporalis, biasanya
bisa dibedakan dengan cukup jelas atas dasar riwayat
penyakitnya,tidak adanya problema atau kejadian yang
“ stressful “, dan kurang jelasnya tujuan ( fragmented )
berpergian serta kegiatan dari epilepsy tersebut.
d. Diagnosis Banding
 Gamnarannya mirip dengan demensia atau delirium
 Epilepsy parsial kompleks
e. Prognosis
Biasanya fague disosiatif terjadi dalam waktu yang pendek dari
beberapa jam hingga beberapa hari. Umumnya,perbaikan fague
disosiatif terjadi spontan,cepat dan jarang terjadi kekambuhan.
f. Penatalaksanaan
Pengobatan fugue disosiatif sama dengan pengobatan amnesia
disosiatif. Wawancara psikiatrik diawali dengan pemberian
obat,dan hypnosis mungkin akan mengungkapkan penyebab
munculnya episode fugue disosiatif.
C. Gangguan Identitas Disosiatif
Gangguan identitas disosiatif adalah istilah yang dipakai untuk gangguan
kepribadian yang majemul/multiple. Gangguan ini merupakan gangguan yang
kronis, dan penyebabnya biasa ditimbulkan karena peristiwa traumatik,
biasanya karena penyiksaan seksual atau fisik pada saat kanak-kanak. Orang
dengan gangguan ini meyakini dirinya mempunyai dua identitas atau lebih
dan berbeda,masing-masing menentukan perilaku dan sikap pada kepribadian
yang lebih dominan.
a. Epidemiologi
Studi yang terkontrol baik melaporkan bahwa antara 0,5%-3%
pasien yang datang ke rumah sakit psikiatrik umum memenuhi
kriteria diagnostic gangguan identitas disosiatif. Pasien yang
didiagnosis gangguan identitas disosiatif sebagian besar
perempuan, rasio 5:1 sampai 9:1
b. Etiologi
Penyebab pastinya dari gangguan identitas disosiatif masih belum
diketahui,walaupun pada riwayat pasien sering didapatkan riwayat
traumatic pada masa kanak-kanak, basanya kekerasan fisik
ataupun seksual.
c. Diagnosis
Pada pasien dengan diagnosis gangguan identitas disosiatif
memiliki perubahan dari kepribadian satu ke kepribadian yang
lainnya secara tiba-tiba dan dramatik. Selama di kepribadian yang
satu pasien akan lupa dengan status kepribadian yang lain.
Kriteria diagnosis Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder IV (DSM IV) :
 Adanya dua atau lebih identitas atau kepribadian yang
berbeda
 Paling sedikit dua kepribadian yang mengambil kendali
perilaku individu tersebut
 Tidak mampu mengingat ( lupa ) identitas penting
personal itu dan tidak dapat dijelaskan dengan lupa
biasa
 Gangguan tersebut tidak dipengaruhi secara langsung
oleh penggunaan zat ( misalnya kehilangan kesadaran
karena intoksikasi penggunaan alcohol ) atau keadaan
medis yang umum ( kejang parsial kompleks )
d. Diagnosis Banding
 Amnesia disosiatif
 Fugue disosiatif
 Skizofrenia
e. Prognosis
Makin awal timbulnya gejala awal makin buruk prognosis yang
timbul. Gangguan identitas disosiatif merupakan gangguan yang
kronik dan yang paling berat, umumnya penyembuannya juga
tidak komplit
f. Terapi
Pendekatan yang paling efektif untuk gangguan identitas disosiatif
meliputi psikoterapi berorientasi tilikan,sering disertai dengan
hipnoterapi atau tehnik wawancara yang dibantu dengan obat.
Penggunaan obat antipsikotik pada pasien ini hampir tidak pernah
digunakan. Sejumlah data menunjukkan bahwa obat antidepresan
dan antiansietas dapat berguna sebagai tambahan terhadap
psikoterapi.
D. Gangguan Depersonalisasi
Karakteristik dari gangguan depersonalisasi adanya gangguan yang persisten
dan berulang dalam persepsi tentang realitas diri yang hilang dalam waktu
tertentu. Pasien dengan gangguan ini merasa bahwa dirinya robot,ada dalam
mimpi,atau terpisah dari tubuhnya. Pasien menyadari bahwa gejala tidak
sesuai realita dan bersifat ego-dystonic.
a. Epidemiologi
Sejumlah studi menunjukkan bahwa depersonalisasi singjat dapat
terjadi pada sebanyak 70% populasi tertentu tanpa perbedaan yang
signifikan antara laki-laki dan perempuan. Informasi tentang
depersonalisasi patologis hanya sedikit. Pada sejumlah kecil studi
terkeni,depersonalisasi ditemukan terdapat pada perempuan
sedikitnya dua kali lebih sering dibandingkan laki-laki; gangguan
ini jarang ditemukan pada kelompok usia 40 tahun. Awitan usia
rerata kira-kira 16 tahun.
b. Etiologi
Depersonalisasi apat disebabkan oleh penyakit
psikologi,neurologi,atau sistemik. Penyebab sistemik,biasanya
pada kelainan endokrin pada tiroid. Pengalaman depersonalisasi
telah diamati pada pasien epilepsi,tumor otak dan trauma
emosional dan fenomena depersonalisas disebabkan oleh stimulusi
listrik pada korteks lobus temporalis. Depersonalisasi dapat
disebabkan oleh serangkaian zat, termasuk alkohol,
benzodiazepine, marijuana, dan hampir semua zat mirip fensiklidin
( PCP ) atau halusinogenik.
c. Diagnosis
Kriteria diagnosis Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder IV (DSM IV) :
 Pengalaman berulang atau menetap mengenai rasa
terlepas dari,dan seolah-olah seseorang adalah
seseorang pengamat luar dari proses mental atau tubuh
seseorang
 Selama pengalaman depersonalisasi uji realitas tetap
baik
 Depersonalisasi menimbulkan penderitaan yang secara
klinis bermakna atau hendaya fungsi sosial,oekerjaan
dan are fungsi lainnya
 Depersonalisasi tidak hanya terjadi selama perjalanan
gangguan jiwa lain, seperti skizofrenia,gangguan panik,
gangguan stres akut, atau gangguan disosiatif lain, dan
tidak disebabkan oleh penggunaan zat atau keadaan
medis lainnya
d. Diagnosis banding
 Gangguan depresi
 Skizofrenia
e. Prognosis
Pada banyak pasien gejala berlangsung stabil tanpa fluktuasi
intensitas yang bermakna atau gejala muncul secara
episodik,diselingi interval bebas gejala. Gangguan ini kadang-
kadang diantarkan dengan serangan ansietas akut disertai denan
hiperventilasi.
f. Terapi
Hanya sedikit perhatian yang telah diberikan pada terapi pasien
dengan gangguan depersonalisasi. Saat ini, data yang mendasari
terapi farmakologis spesifik tidak cukup. Pendekatan
psikoterapeutik sama-sama belum diuji.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan & sadock. Buku ajar psikiatri klinis. Ed 2. 2010.288-
295
2. Maslim, R. Buku SakuDiagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan
Ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-5.2013. Jakarta: Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.

You might also like