You are on page 1of 15

Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No.

2, April 2018
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i2.1888 No. ISSN cetak : 2527-4686

ANALISIS POSTUR KERJA PADA PEKERJAAN MANUAL HANDLING


DI AREA WORKSHOP PT.X DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

Abdan Majid1, Dian Afif Arifah1


1
Universitas Darussalam Gontor
abdanmajidan@gmail.com

Abstrak

PT. X merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor tambang, infrastruktur,
penyedia alat berat tambang, dan sebagai tempat maintenence unit alat berat. Area Workshop merupakan tempat
untuk dilakukannya beberapa proses pengecekan kelengkapan dan uji kelayakan unit. Salah satu kegiatan yang
beresiko pada proses yang dilakukan di area Workshop adalah kegiatan manual handling (angkat-angkut). Aktivitas
angkat-angkut yang yang dilakukan secara berulang-ulang, mengakibatkan pengarahan kekuatan otot dan
memaksakan kemampuan fisik pekerja. Untuk mengetahui resiko bahaya dari kegiatan tersebut, maka dilakukanlah
analisis postur kerja dengan meggunakan metode REBA. Penelitian ini menggunakan metode observasi dan
melibatkan 6 (enam) orang pekerja dari setiap pekerjaan yang berbeda sebagai sampel. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan tingkat resiko kegiatan angkat-angkut pada setiap kegiatan produksi di area workshop adalah sedang
(medium), sehingga diperlukan tindakan perbaikan posisi kerja untuk mencegah terjadinya keluhan cedera otot
(Musculosceletal disordes).

Kata Kunci: Manual Handling, Ergonomi, REBA,

POSTURE ANALYSIS OF MANUAL HANDLING AT PT. X’S


WORKSHOP BY REBA METHOD

Abstract

PT. X is one of company engaged in mining contracting, infrastructure, heavy mining equipment providers,
and as a place to maintain heavy equipment unit. Workshop Area is a place to do some checking process of unit
feasibility and completeness. One of the high risk activity at the workshop of PT. X is manual handling. The
repeatedly manual handling will caused muscle disorder and forced worker phisics to extra work. REBA method
used to analyze the hazard risk of the activity. This study using observational analytic and involving 6 workers of
the different jobs as sample. Results of this study shows that the risk level of manual handling activities in every
production is medium, so work position need to be changed to avoid musculoskeletal disorders.

Keyword: manual handling; REBA; musculoskeletal disorders

PENDAHULUAN dan bahan melalui beberapa proses produksi,


Setiap pekerjaan yang dilakukan memiliki resiko bahaya tertentu dengan
tentunya melibatkan faktor manusia, mesin tingkatan yang berbeda-beda sesuai dengan
177
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 2, April 2018
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i2.1888 No. ISSN cetak : 2527-4686

jenis pekerjaannya. Dalam hal ini, sangat tahapan ini, kegiatan yang dilakukan adalah
memungkinkan sekali tejadinya penyakit pemasangan kembali setiap bagian-bagian
akibat kerja yang timbul akibat aktivitas mesin yang telah selesai untuk diperbaiki.
pekerjaan yang dilakukan. Aktivitas Berdasarkan pengamatan, kegiatan
pekerjaan yang berlebih dan juga beban angkat-angkut yang dilakukan di area
kerja yang didapatkan oleh pekerja juga workshop secara berulang-ulang
menjadi penyebabab terjadinya penyakit mengakibatkan perubahan yang mendadak
akibat kerja. Dalam sistem ketenagakerjaan, dalam posisi kerja yang dilakukan. Dari
keselamatan dan kesehatan kerja merupakan aktivitas tersebut, tentunya ada pengarahan
hal yang tidak dapat dipisahkan (Rudyarti, tenaga dari pekerja, pengarahan kekuatan
2017) dan pengangkatan beban dengan
PT. X adalah distributor peralatan memaksakan kemampuan fisik pekerja.
berat terbesar dan terkemuka di Indonesia Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukanlah
yang menyediakan produk-produk peralatan analisis postur kerja dengan menggunakan
berat terbesar di indonesia yang metode REBA ditunjukkan untuk
menyediakan produk-produk dari merek menentukan tingkat resiko postur kerja yang
ternama di dunia. Sebagai distributor mana hasilnya dapat digunakan untuk
peralatan berat, tentunya ada beberapa menentukan pencegahan resiko yang harus
proses yang perlu dilakukan, sebelum dilakukan.
dikirim ke custemer maupun cabang. Salah
satu proses produksinya adalah melalui TINJAUAN TEORITIS
workshop. Dalam berbagai macam industri
Workshop merupakan tempat untuk banyak ditemukan pekerjaan yang harus
dikakukannya beberapa proses pengecekan dilakukan secara manual yang memerlukan
kelengkapan dan kelayakan unit. Proses tuntuan dan tekanan fisik yang berat, salah
kegiatan produksi yang dilakukan terdapat satu akibatnya ternyata meningkatkan
kegiatan angkat-angkut (manual handling). terjadinya keluhan dan komplain pada
Kegiatan produksi tersebut salah satunya pekerja yang berdampak pada penurunan
adalah Main Assembely Engine. pada produktivitas kerja.Postur dan pergerakan

178
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 2, April 2018
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i2.1888 No. ISSN cetak : 2527-4686

memegang peranan penting dalam walaupun tingkat gaya yang dikeluarkan


ergonomi. Pada saaat bekerja postur dan ringan dan postur kerja yang memuaskan.
pergerakan sering ditentukan oleh tugas dan Kejadian Musculosceletal sepert low back
lingkungan kerja. Massa otot yang bobotnya pain, cervic spindolisis, carpal tunnel
40 % berat tubuh manusia memungkinkan syndrome, dan tennis elbow, sangat sering
manusia untuk dapat menggerakkan tubuh dirasakan pada manusia. Penelitian yang
dan melakukan berbagai pekerjaan telah dilakukan di berbagai negara
(Susihono dan Prasetyo, 2012 dalam Tutug menunjukkan bahwa MSDs merupakan salah
Bolet dan Seviana, 2017). satu penyakit akibat kerja terbanyak. Di
Musculosceletal disordes (MSDs) Amerika, diperkirakan telah terjadi sebanyak
digunakan untuk menggambarkan berbagai 6 juta kasus pertahun, tatau juka di rata-rata
bentuk cidera, nyeri, atau kelainan pada 300-400 kasus per 100 ribu orang pekerja.
sistem otot rangka yang terdiri dari jaringan (Cindyastra dkk, 2014 dalam Adhyatma dkk,
saraf, otot, tulang, ligament, tendon dan 2017)
sendi. MSDs merupak masalah yang Angkat-angkut/Manual handling
segnifikan pada pekerja. Pada awalanya didefinisikan sebagai suatu pekerjaan yang
menyebabkan sakit, nyeri, mati rasa, berkaitandenganmengangkat, menurunkan,
kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar mendorong,menarik, membawa atau
gangguan tidur dan rasa terbakar. Kelelahan memindahkan bebandengan satu tangan atau
dan MSDs merupakan faktor yang dapat kedua tangan dan atau dengan pengerahan
menyebabkan turunnya produktivitas kerja, seluruh badan. Pekerjaan manual handling
hilangnya jam kerja, tingginya biaya akan dapat menyebabkan stress pada kondisi
pengobatan dan material serta rendahnya fisik pekerja ( seperti; pengerahan tenaga,
kualitas dari individu. (Nurvianto, 2008 sikap tubuh yang dipaksa dan gerakan
dalam Adhyatma dkk, 2017) berulang) yang dapat mengakibatkan
Aktivitas dengan tingkat pengulangan terjadinya cedera, energi terbuang secara
yang tinggi dapat menyebabkan kelelehan percuma dan waktu kerja tidak efisien.
pada otot, merusak jaringan hingga kesakitan Untuk menghindarkan masalah-masalah
dan ketidaknyamanan. Ini bisa terjadi seperti tersebut, maka organisasi perusahaan

179
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 2, April 2018
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i2.1888 No. ISSN cetak : 2527-4686

dapat meningkatkan keuntungan secara Pada tahap ini dilakukannya pemasangan


langsung dengan memperbaiki atau kembali setiap bagian-bagian mesin yang
menyesuaikan antara tuntutan tugas dengan telah selesai diperbaiki.
kemampuan pekerja (Tarwaka, 2010). f. Uji pengecekan akhir
Analisis serta penilaian aktivitas Pada proses uji pengecekan akhir,
manual handling yang dilakukan pada setiap dilakukan uji tes hydrolik.
proses produksi di area Workshop adalah
sebagai berikut: METODE PENELITIAN
a. Receiving Penelitian ini termasuk jenis
Merupakan tahapan awal dimana pada penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang
setiap unit akan diperiksa kerusakannya ciri utamanya adalah tidak membutuhkan
dan dipindahkan ke proses selanjutnya. hipotesis dan memberikan penjelasan
b. Service obyektif, komparasi, dan evaluasi sebagai
Pada tahap ini dimasukkanya unit-unit bahan pengambilan keputusan bagi suatu
dalam tahap reparasi untuk dapat fakta atau kejadian yang sedang terjadi.
memisahkan secara detail bagian-bagian Pengambilan data penelitian untuk postur
dari mesin yang mulai direparasi kerja menggunakan metode REBA, dan juga
c. Dissambly Area melakukan wawancara dengan responden
Pada tahapan ini, mesin-mesin dibongkar terkait proses dan aktivitas kerja yang
secara detail untuk diperiksa dilakukan.
kelengkapan-kelengkapan kompenen, dan Dalam penelitian ini digunakan dua
dilihat bagian yang terdapat jenis data yaitu:
kerusakannya. 1. Data primer, yaitu data yang diperoleh
d. Unit pemisahan melalui pengamatan atau pengukuran
Pada tahapan ini dilakukan pemisahan langsung oleh peneliti dari objek
bagian-bagian mesin sesuai dengan penelitian, diantaranya adalah hasil
karakteristik perbaikannya. pengamatan terhadap proses kerja
e. Main Assembely engine operator, hasil pengukuran postur kerja
operator, dan hasil wawancara

180
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 2, April 2018
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i2.1888 No. ISSN cetak : 2527-4686

mengenai keluhan cedera yang dialami Berdasarkan skor penilaian setiap


operator anggota tubuh pada bagian hasil, maka akan
2. Data sekunder, yaitu data yang telah dilakukan perhitungan postur kerja
tersedia atau telah disajikan oleh pihak menggunakan metode REBA untuk
lain maupun pihak perusahaan mengetahui tingkat resiko dari setiap
diantaranya adalah data mengenai pekerjaan manual handling di Workshop PT.
jumlah operator di bad stock X Perhitunganan disajikan dengan
warehouse, job description operator. menggunakan beberapa table skorig untuk
Waktu Dan Tempat Penelitian menentukan nilai skor A, skor B, skor C,
Kegiatan observasi dilaksanakan di dan tingkat resiko setiap postur kerja.
PT. X dan berlangsung selama 3 (tiga) Perhitungan postur kerja tersebut adalah
bulan, yaitu mulai tanggal 30 Juli – 31 sebagai berikut :
Oktober 2017. 1. Postur Kerja Receiving
Populasi Dan Sampel a. Penentuan Nilai Skor A
Populasi adalah seluruh pekerja di Pada saat proses receiving posisi
seluruh subdivisi di PT. X. Sedangkan untuk badan/punggung mengalami fleksi 29,30
sampel diambil sebanyak 6 pekerja dari sehingga mendapatkan skor 3. Posisi leher
setiap workshop untuk diambil datanya. pada tenaga kerja mengalami Fleksi31,3
Analisis Data sehingga mendapatkan skor 2. Pada postur
Data yang diperoleh dari perusahaan kaki tenaga kerja mendapatkan skor 2
melaluiobservasi, identifikasi, dikarenakan dalam posisi kaki yang tidak
pengukuran,wawancara dan data tertopang, berat badan tersebar merata. Skor
dokumentasi perusahan yang dikumpulkan awal untuk grup A diperoleh dari posisi
kemudian diolah secara deskriptif dan badan/punggung, leher, dan kaki dapat
dianalisis serta dibandingkan dengan dilihat berdasarkan tabel A.
peraturan yang berlaku, guna membuat Tabel 1. Skor Awal Grup A
Punggung
prioritas masalah dan analisis SWOT.
1 2 3 4 5
K
1a 1 2 2 3 4
HASIL DAN PEMBAHASAN Leher = 1
2k 2 3 4 5 6
i
181
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 2, April 2018
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i2.1888 No. ISSN cetak : 2527-4686

3 3 4 5 6 7 1 1 2 4 5 7 8
4 4 5 6 7 8 Lengan 2 2 3 5 6 8 9
K bawah = 2 3 3 4 5 7 8 9
1a 1 3 4 5 6
Leher = 2 2k 2 4 5 6 7 Berdasarkan perhitungan dari tabel 8
3i 3 5 6 7 8
4 4 6 7 8 9 didapat Skor Awal Grup B sebesar 4.
K
c. Penentuan Nilai Skor C
1a 3 4 5 6 7
Leher = 3 2k 3 5 6 7 8 Untuk menentukan skor C maka
3i 5 6 7 8 9
harus dinilai terlebih dahulu skor A dan
4 6 7 8 9 9
skor B. Skor awal grup A dijumlahkan
Berdasarkan tabel 1 didapat Skor Awal Grup
dengan skor berat beban yang diangkat
A sebesar 5.
kurang dari <5 kg maka penambahan
skor 0 untuk pembebanan (force) jadi
b. Penentuan Nilai Skor B
skor A adalah 5+0= 5. Untuk skor B
Didapatkan posisi lengan atas tenaga
kerja mengalami fleksi sebesar 54,330 pada sendiri diperoleh dari skor awal grup B

sumbu tubuh sehingga didapat skor 3, ditambah dengan skor jenis pegangan

sedangkan untuk bagian lengan bawah pada (copling). Terdapat pegangan yang baik

tenaga kerja mengalami fleksi 18,560 pada alat yang digunakan, sehingga skor

sehingga mendapatkan skor 1. Sedangkan pegangan 0. Diperoleh skor B yaitu

posisi pergelangan tangan lurus sehingga 4+0=4. Penentuan skor C dapat diketahui

mendapatkan skor 2. Skor Awal Grup B dari dari tabel C mendapatkan nilai Skor awal

nilai posisi lengan atas, lengan bawah, dan Grup C sebesar 5

pergelangan tangan pada tabel B bisa dilihat Final skor dari metode REBA adalah

pada tabel berikut. merupakan hasil penambahan antara skor C


dengan peningatan jenis otot. Dalam
Tabel 2. Skor Awal Grup B
melakukan aktivitas, posisi tubuh tenaga
Lengan atas
1 2 3 4 5 6 kerja mengalami penahanan di bagian
Pergelangan lengan atas, dan ditahan lebih dari 1 menit.
1 1 1 3 4 6 7
Lengan
2 2 2 4 5 7 8
Berdasarkan tabel skoring aktivitas otot
bawah = 1
3 3 3 5 5 8 8 kegiatan tersebut memperoleh skor sebesar
Pergelangan 1. Jadi skor akhir REBA adalah 5+1 = 6
182
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 2, April 2018
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i2.1888 No. ISSN cetak : 2527-4686

Dari skor REBA dapat diketahui tingkat Punggung


1 2 3 4 5
risikonya sedang perlu tindakan. Berikut ini Kaki
tabel standar kinerja berdasar skor akhir 1 1 2 2 3 4
Leher = 1 2 2 3 4 5 6
REBA. 3 3 4 5 6 7
4 4 5 6 7 8
Tabel 3. Level Risiko danTindakan
Kaki
Action Skor Level Tindakan 1 3 4 5 6
1
Level REBA Risiko Perbaikan Leher = 2 2 2 4 5 6 7
Bisa 3 3 5 6 7 8
0 1 Tidak perlu 4 4 6 7 8 9
diabaikan
1 2–3 Rendah Mungkin perlu Kaki
1 3 4 5 6 7
2 4–7 Sedang Perlu Leher = 3 2 3 5 6 7 8
3 8 – 10 Tinggi Perlu segera 3 5 6 7 8 9
Sangat Perlu saat ini 4 6 7 8 9 9
4 11 – 15
Tinggi juga
Berdasarkan tabel 5. mendapatkan nilai
Berdasarkan perhitungan skor REBA
skor awal Grup A sebesar 2.
tersebut diketahui sedang dan itu perlu
b. Penentuan Nilai Skor B
tindakan.
Didapatkan posisi lengan atas tenaga
kerja mengalami fleksi sebesar 60,730 pada
sumbu tubuh sehingga didapat skor 3,
2. Postur kerja servis
sedangkan untuk bagian lengan bawah
a. Penentuan Nilai Skor A
Pada saat proses Servis posisi pada tenaga kerja mengalami fleksi 60,230

badan/punggung mengalami fleksi 33,310 sehingga mendapatkan skor 1. Sedangkan

sehingga mendapatkan skor 3.Posisi leher posisi pergelangan tangan mendapatkan

pada tenaga kerja membentuk fleksi 0.000 skor 2. Skor Awal Grup B bisa dilihat dari

sehingga mendapatkan skor 1. Pada postur tabel berikut

kaki tenaga kerja mendapatkan skor 1 Tabel 5. Skor Awal Grup B

dikarenakan dalam bobot tertopang merata. Lengan atas


1 2 3 4 5 6
Skor awal untuk grup A diperoleh dari Pergelangan
posisi badan/punggung, leher, dan kaki 1 1 1 3 4 6 7
Lengan
bawah = 1 2 2 2 4 5 7 8
dapat dilihat berdasarkan tabel A berikut :
3 3 3 5 5 8 8
Tabel 4. Skor Awal Grup A Pergelangan
183
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 2, April 2018
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i2.1888 No. ISSN cetak : 2527-4686

Lengan 1 1 2 4 5 7 8 Jadi skor akhir REBA adalah 3+1=4. Dari skor


bawah = 2 2 2 3 5 6 8 9 REBA dapat diketahui tingkat risikonya tinggi
3 3 4 5 7 8 9
perlu segera tindakan. Berikut ini tabel standar
Dari tabel tersebut diketahui skor posisi kinerja berdasar skor akhir REBA.
lengan atas, lengan bawah, dan
pergelangan tangan sebesar 4. Tabel6. Level Risiko danTindakan
Action Skor Level Tindakan
Level REBA Risiko Perbaikan
c. Penentuan Nilai Skor C
Bisa
Untuk menentukan skor C maka harus 0 1 Tidak perlu
diabaikan
dinilai terlebih dahulu skor A dan skor B. 1 2–3 Rendah Mungkin
perlu
skor awal grup A dijumlahkan dengan skor 2 4–7 Sedang Perlu
3 8 – 10 Tinggi Perlu
berat beban yang diangkat kurang dari <5 segera
Sangat Perlu saat
4 11 – 15
kg maka penambahan skor 0 untuk Tinggi ini juga
pembebanan (force) jadi skor A adalah Berdasarkan perhitungan skor REBA

2+0=2. Untuk skor B sendiri diperoleh dari tersebut diketahui sedang dan itu perlu

skor awal grup B ditambah dengan skor tindakan.

jenis pegangan (copling). Terdapat 3. Postur Kerja Disassembly Area

pegangan yang baik pada alat yang a. Penentuan Nilai Skor A


Pada saat proses Disassembly Area
digunakan, sehingga skor pegangan 0.
Diperoleh skor B yaitu 4+0=4. Skor awal posisi badan/punggung mengalami fleksi
60,980 sehingga mendapatkan skor 4.Posisi
Grup C diperoleh sebesar 3.
Final skor dari metode REBA adalah leher pada tenaga kerja membentuk fleksi
0,000sehingga mendapatkan skor 1. Pada
merupakan hasil penambahan antara skor
C dengan peningatan jenis otot. Dalam postur kaki tenaga kerja mendapatkan skor
1. Skor awal untuk grup A dapat dlihat pada
melakukan aktivitas, posisi tubuh tenaga
kerja mengalami pergerakan yang tabel berikut;
Tabel 7. Skor Awal Grup A
menyebabkan perubahan / pergeseran
Punggung
postur yang cepat dari postur tubuh awal.
1 2 3 4 5
Berdasarkan tabel skoring aktivitas otot Kaki
Leher = 1 1 1 2 2 3 4
kegiatan tersebut memperoleh skor sebesar 1.
2 2 3 4 5 6
184
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 2, April 2018
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i2.1888 No. ISSN cetak : 2527-4686

3 3 4 5 6 7 Pergelangan
4 4 5 6 7 8 1
Lengan bawah 1 2 45 7 8
Kaki
=2 2 2 3 56 8 9
1 1 3 4 5 6
Leher = 2 2 2 4 5 6 7 3 3 4 57 8 9
3 3 5 6 7 8
4 4 6 7 8 9
Kaki Dari tabel 9, diperoleh Skor Awal dari Grup
1 3 4 5 6 7 B sebesar 4.
Leher = 3 2 3 5 6 7 8
3 5 6 7 8 9 c. Penentuan Nilai Skor C
4 6 7 8 9 9
Untuk menentukan skor C maka harus
Berdasarkan table. 7didapat Skor Awal Grup
dinilai terlebih dahulu skor A dan skor B.
A sebesar 3
skor awal grup A dijumlahkan dengan skor
b. Penentuan Nilai Skor B
berat beban yang diangkat kurang dari <5 kg
Didapatkan posisi lengan atas tenaga
maka penambahan skor 0 untuk
kerja mengalami fleksi sebesar 87.350
pembebanan (force) jadi skor A adalah
sehingga didapat skor 3, sedangkan untuk
3+0=3. Untuk skor B sendiri diperoleh dari
bagian lengan bawah pada tenaga kerja
skor awal grup B ditambah dengan skor
mengalami fleksi 14,590 sehingga
jenis pegangan (copling). Pegangan pada
mendapatkan skor 1. Sedangkan posisi
alat yang digunakan dalam kondisi baik,
pergelangan tangan membentuk fleksi
sehingga skor pegangan 0. Diperoleh skor B
17.540sehingga mendapatkan skor 2. Skor
yaitu 4+0= 4. Penentuan skor C dapat
Awal Grup B dari nilai posisi lengan atas,
diketahui berdasarkan hasil dari tabel C,
lengan bawah, dan pergelangan tangan pada
didapatkan Skor Awal Grup C sebesar 3.
tabel b disajikan pada tabel berikut :
Final skor dari metode REBA adalah
merupakan hasil penambahan antara skor C
dengan peningatan jenis otot. Dalam
Tabel 8. Skor Awal Grup B
melakukan aktivitas, posisi tubuh tenaga
Lengan
1 2atas
34 5 6 kerja mengalami pergerakan yang
Pergelangan menyebabkan perubahan / pergeseran postur
1 1 1 34 6 7
Lengan yang cepat dari postur tubuh awal.
bawah = 1 2 2 2 45 7 8
3 3 3 55 8 8 Berdasarkan tabel skoring aktivitas otot

185
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 2, April 2018
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i2.1888 No. ISSN cetak : 2527-4686

kegiatan tersebut memperoleh skor sebesar Punggung


1 2 3 4 5
1. Jadi skor akhir REBA adalah 3+1=4. Dari Kaki
skor REBA dapat diketahui tingkat Leher = 1 1 1 2 2 3 4
2 2 3 4 5 6
risikonya tinggi perlu segera tindakan. 3 3 4 5 6 7
4 4 5 6 7 8
Berikut ini tabel standar kinerja berdasar
Kaki
skor akhir REBA. 1 1 3 4 5 6
Leher = 2 2 2 4 5 6 7
Tabel 9. Level Risiko dan Tindakan 3 3 5 6 7 8
Action Skor Level Tindakan 4 4 6 7 8 9
Level REBA Risiko Perbaikan Kaki
1 3 4 5 6 7
Bisa Tidak Leher = 3 2 3 5 6 7 8
0 1
diabaikan perlu 3 5 6 7 8 9
1 2–3 Rendah Mungkin 4 6 7 8 9 9
2 4–7 Sedang perlu
Perlu
Dari tabel 11 diketahui skor awal dari Grup
3 8 – 10 Tinggi Perlu
Sangat segera
Perlu saat A sebesar 6.
4 11 – 15
Tinggi ini juga
b. Penentuan Nilai Skor B
Berdasarkan perhitungan skor REBA
Didapatkan posisi lengan atas tenaga
tersebut diketahui sedang dan perlu
kerja mengalami fleksi sebesar 35,870 pada
dilakukan.
sumbu tubuh sehingga didapat skor 2,
4. Postur Kerja Unit Pemisahan
sedangkan untuk bagian lengan bawah pada
a. Penentuan Nilai Skor A
tenaga kerja mengalami fleksi 87,790
Pada saat proses unit pemisahan, posisi
sehingga mendapatkan skor 1. Sedangkan
badan/punggung mengalami fleksi 20,780
posisi pergelangan tangan memnbentuk
sehingga mendapatkan skor 3. Posisi leher
fleksi 45,760 sehingga mendapatkan skor 2.
pada tenaga kerja membentuk fleksi 43,760
Skor Awal Grup B dapat dilihat pada tabel
sehingga mendapatkan skor 2. Pada postur
berikut;
kaki, tenaga kerja mendapatkan perubahan
Tabel 11. Skor Awal grup B
skor 3 dikarenakan tubuh tertopang dan
Lengan atas
kakimembentuk fleksi 78,89°. Skor awal 1 2 3 4 5 6
untuk grup A dapat dilihat pada tabel Pergelangann
Lengan nn
1
berikut. bawah = 1 1 1 3 4 6 7
2 2 2 4 5 7 8
Tabel 10. Skor Awal Grup A
186
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 2, April 2018
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i2.1888 No. ISSN cetak : 2527-4686

3 3 3 5 5 8 8 yang cepat dari postur tubuh awal.


Pergelangann
n1 Berdasarkan tabel skoring aktivitas otot
Lengan 1 2 4 5 7 8
bawah = 2 2 kegiatan tersebut memperoleh skor sebesar
2 3 5 6 8 9
3 3 4 5 7 8 9 1. Jadi skor akhir REBA adalah 6+1=7. Dari
skor REBA dapat diketahui tingkat
Dari tabel 11, diketahui nilai posisi lengan
risikonya sedang perlu tindakan. Berikut ini
atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan
tabel standar kinerja berdasar skor akhir
pada tabel B sebesar 2.
REBA.
c. Penentuan Nilai Skor C Tabel 12. Level Risiko danTindakan
Untuk menentukan skor C maka harus Action Tindakan
Skor REBA Level Risiko
Level Perbaikan
dinilai terlebih dahulu skor A dan skor B.
Bisa
skor awal grup A dijumlahkan dengan skor 0 1 Tidak perlu
diabaikan
berat beban yang diangkat kurang dari <5 kg 1 2–3 Rendah Mungkin
2 4–7 Sedang erlu
Perlu
maka penambahan skor 0 untuk
3 8 – 10 Tinggi Perlu segera
pembebanan (force) jadi skor A adalah Perlu saat
4 11 – 15 Sangat Tinggi
6+0=6. Untuk skor B sendiri diperoleh dari ini juga
Berdasarkan perhitungan skor REBA
skor awal grup B ditambah dengan skor
tersebut diketahui didapatkan hasil sedang
jenis pegangan (copling). Tidak terdapat
dan perlu tindakan.
pegangan yang poor pada alat yang
5. Postur Kerja Main Assembely engine
digunakan, sehingga skor pegangan 0.
a. Penentuan Nilai Skor A
Diperoleh skor B yaitu 2+0=2. Penentuan
Pada saat proses Main Assembely Engine,
skor C dapat diketahui dari tabel C,
posisi badan/punggung mengalami fleksi
didapatkan Skor Awal dari Grup C sebesar
88,790 sehingga mendapatkan skor 4. Posisi
6.
leher pada tenaga kerja membentuk fleksi
Final skor dari metode REBA adalah
23,460 sehingga mendapatkan skor 2. Pada
merupakan hasil penambahan antara skor C
postur kaki tenaga kerja mendapatkan skor
dengan peningatan jenis otot. Dalam
1dikarenakan dalam posisi bobot
melakukan aktivitas, posisi tubuh tenaga
tertopangmerata dan lutut membentuk sudut
kerja mengalami pergerakan yang
menyebabkan perubahan / pergeseran postur
187
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 2, April 2018
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i2.1888 No. ISSN cetak : 2527-4686

fleksi. Skor awal untuk grup A bisa dilihat Lengan atas


1 2 3 4 5 6
pada tabel berikut; Pergelangan
Tabel 13. Skor Awal Grup A 1 1 1 3 4 6 7
Lengan bawah =
Punggung 1 2 2 2 4 5 7 8
1 2 3 4 5 3 3 3 5 5 8 8
Kaki Pergelangan
1 1 2 2 3 4 1 1 2 4 5 7 8
Lengan bawah =
Leher = 1 2 2 3 4 5 6 2 2 2 3 5 6 8 9
3 3 4 5 6 7 3 3 4 5 7 8 9
4 4 5 6 7 8
Kaki Dari tabel 14, nilai posisi lengan atas, lengan
1 1 3 4 5 6 bawah, dan pergelangan tangan sebesar 3.
Leher = 2 2 2 4 5 6 7
3 3 5 6 7 8 c. Penentuan Nilai Skor C
4 4 6 7 8 9
Untuk menentukan skor C maka harus
Kaki
1 3 4 5 6 7 dinilai terlebih dahulu skor A dan skor B.
Leher = 3 2 3 5 6 7 8
3 5 6 7 8 9 skor awal grup A dijumlahkan dengan skor
4 6 7 8 9 9
berat beban yang diangkat kurang dari <5 kg
maka penambahan skor 0 untuk
Berdasarkan tabel 13, diperoleh skor posisi
pembebanan (force) jadi skor A adalah
badan/punggung, leher, dan kaki adalah
5+0=5. Untuk skor B sendiri diperoleh dari
sebesar 5.
skor awal grup B ditambah dengan skor
b. Penentuan Nilai Skor B
jenis pegangan (copling). Tidak terdapat
Didapatkan posisi lengan atas tenaga
pegangan yang poor pada alat yang
kerja mengalami fleksi sebesar 46,330 pada
digunakan, sehingga skor pegangan 0.
sumbu tubuh sehingga didapat skor 3,
Diperoleh skor B yaitu 3+0=3. Penentuan
sedangkan untuk bagian lengan bawah pada
skor C dapat diketahui dari tabel C,
tenaga kerja mengalami fleksi 32,650
didapatkan Skor Awal dari Grup C sebesar
sehingga mendapatkan skor 1. Sedangkan
4.
posisi pergelangan tangan memnbentuk
Final skor dari metode REBA adalah
fleksi 0,000 sehingga mendapatkan skor 1.
merupakan hasil penambahan antara skor C
Skor Awal Grup B dapat dilihat pada tabel
dengan peningatan jenis otot. Dalam
berikut;
melakukan aktivitas, posisi tubuh tenaga
Tabel 14. Skor Awal Grup B
kerja mengalami pergerakan yang
188
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 2, April 2018
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i2.1888 No. ISSN cetak : 2527-4686

menyebabkan perubahan / pergeseran postur tertopang tersebar merata. Skor awal untuk
yang cepat dari postur tubuh awal. grup A dapat dilihat pada tabel berikut;
Berdasarkan tabel skoring aktivitas otot Tabel 16. Skor Grup A
kegiatan tersebut memperoleh skor sebesar Punggung
1 2 3 4 5
1. Jadi skor akhir REBA adalah 4+1= 5. Kaki
Dari skor REBA dapat diketahui tingkat 1 1 2 2 3 4
Leher = 1 2 2 3 4 5 6
risikonya sedang dan perlu tindakan 3 3 4 5 6 7
4 4 5 6 7 8
perbaikan. Berikut ini tabel standar kinerja
Kaki
berdasar skor akhir REBA. 1 1 3 4 5 6
Leher = 2 2 2 4 5 6 7
Tabel15 Level Risiko dan Tindakan 3 3 5 6 7 8
Action Skor Tindakan 4 4 6 7 8 9
Level Risiko
Level REBA Perbaikan Kaki
1 3 4 5 6 7
0 1 Bisa diabaikan Tidak perlu Leher = 3 2 3 5 6 7 8
3 5 6 7 8 9
1 2–3 Rendah Mungkin perlu
4 6 7 8 9 9
2 4–7 Sedang Perlu Berdasarkan tabel 16, skor posisi
3 8 – 10 Tinggi Perlu segera
badan/punggung, leher, dan kaki adalah
Perlu saat ini
4 11 – 15 Sangat Tinggi
juga sebesar 4.
Berdasarkan perhitungan skor REBA
b. Penentuan Nilai Skor B
tersebut diketahui sedang dan perlu
Didaptakan posisi lengan atas tenaga kerja
tindakan.
mengalami fleksi sebesar 89,960 pada sumbu
6. Postur Kerja Uji Pengecekan Akhir
tubuh sehingga didapat skor 3, sedangkan
a. Penentuan Nilai Skor A
untuk bagian lengan bawah pada tenaga
Pada saat proses Uji Pengecekan Akhir,
kerja mengalami fleksi 79,780 sehingga
posisi badan/punggung mengalami fleksi
mendapatkan skor 1. Sedangkan posisi
0
23,00 sehingga mendapatkan skor 3. Posisi
pergelangan tangan membentuk fleksi 14,870
leher pada tenaga kerja membentuk fleksi
sehingga mendapatkan skor 1. Skor Awal
0,000 sehingga mendapatkan skor 1. Pada
Grup B dapat dilihat pada tabel berikut;
postur kaki tenaga kerja mendapatkan skor 2
Tabel 17. Skor awal Grup B
dikarenakan dalam posisi bobot tidak
Lengan atas
1 2 34 5 6

189
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 2, April 2018
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i2.1888 No. ISSN cetak : 2527-4686

Pergelangan melakukan aktivitas, posisi tubuh tenaga


Lengan 1 1 1 34 6 7
bawah = 1 kerja mengalami pergerakan yang
2 2 2 45 7 8
3 3 3 55 8 8 menyebabkan perubahan / pergeseran postur
Pergelangan
Lengan bawah yang cepat dari postur tubuh awal.
1 1 2 45 7 8
=2 Berdasarkan tabel skoring aktivitas otot
2 2 3 56 8 9
3 3 4 57 8 9 kegiatan tersebut memperoleh skor sebesar
Berdasarkan tabel 17, nilai posisi lengan
1. Jadi skor akhir REBA adalah 4+1=5. Dari
atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan
skor REBA dapat diketahui tingkat
pada tabel B sebesar 3.
risikonya sedang perlu tindakan. Berikut ini
tabel standar kinerja berdasarkan skor akhir
REBA.
c. Penentuan Nilai Skor C
Untuk menentukan skor C maka harus
Tabel 18. Level Risiko danTindakan Tindakan
Action
dinilai terlebih dahulu skor A dan skor B. Skor REBA Level Risiko
Level Perbaikan
skor awal grup A dijumlahkan dengan skor
Bisa
0 1 Tidak perlu
berat beban yang diangkat kurang dari <5 kg diabaikan
1 2–3 Rendah Mungkin
maka penambahan skor 0 untuk erlu
2 4–7 Sedang Perlu
pembebanan (force) jadi skor A adalah 3 8 – 10 Tinggi Perlu segera
4+0=4. Untuk skor B sendiri diperoleh dari Perlu saat
4 11 – 15 Sangat Tinggi
ini juga
skor awal grup B ditambah dengan skor Berdasarkan perhitungan skor REBA
jenis pegangan (copling). Terdapat tersebut diketahui sedang dan perlu
pegangan yang good pada alat yang tindakan.
digunakan, sehingga skor pegangan 0.
Diperoleh skor B yaitu 3+0=3. Penentuan KESIMPULAN
skor C dapat diketahui dari tabel C, sehingga Berdasarkan hasil dan pembahasan pada
didapatkan Skor Awal dari Grup C sebesar penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan
4. bahwa kegiatan angkat-angkut yang
Final skor dari metode REBA adalah dilakukan di area Workshop PT. X rata-rata
merupakan hasil penambahan antara skor C
dengan peningatan jenis otot. Dalam
190
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 2, No. 2, April 2018
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No.ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v2i2.1888 No. ISSN cetak : 2527-4686

mendapatkan Skor 5 dan memerlukan Rudyarti, E. 2017. Hubungan Pengetahuan


tindakan perbaikan posisi kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
Sikap Penggunaan Alat Pelindung Diri
DAFTAR PUSTAKA Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja
Ca/OSHA Consultation Service, Research Pada Pengrajin Pisau Batik di PT. X.
and Education Unit, Division of Journal of Industrial Hygiene and
Occupational Safety and Health,
Occoputional Health, Vol. 2, No.1 (29-
California Departement of Industrial
Relations.2007. Ergonomic Guideliness 39)
for Manual Material
Handling.California Departement of
Industrial Relations.
Helender, M.2006. A Guide to Human
Factors and Ergonomics. CRC Press
Taylor and Francis Group.
Adhyatma, M.N., Ni Putu, N.Y. , Endri, K.
dan Luh Putu, W.A.2017. Faktor Yang
Berhubungan Terhadap Keluhan
Muskuloskeletal Pada Mahasiswa
Universitas Udayana Tahun 2016.
Journal of Industrial Hygiene and
Occoputional Health, Vol. 1, No.2
Tutug, B.A. dan Seviana, R.2017. Hubungan
Postur Kerja Dengan Gangguan
Muskuloskeletal Pada Operator Dump
Truck di PT Harmoni Panca Utama.
Journal of Industrial Hygiene and
Occoputional Health, Vol.2,No.1.
Tarwaka. (2011). Ergonomi Industri. Dasar
- Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasinya di Tempat Kerja.Surakarta:
Harapan Press
Tarwaka. (2010). Ergonomi Industri. Dasar
- Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasinya di Tempat Kerja.Surakarta:
Harapan Press

191

You might also like