You are on page 1of 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada TUHAN YANG MAHA ESA karna atas penyertaannya makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Adapun makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah KEGAWATDARURAT
SISTEM I pada semester V prodi Ners oleh kelompok 5. Terima kasih kepada dosen mata
kuliah KEGAWATDARURAT SISTEM I pada yang sudah mengajar, membimbing kami dan
juga kepada teman-teman yang sudah membantu dalam mengerjakan makalah ini.

Untuk itu masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami dari kelompok
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. TUHAN MEMBERKATI!

Kupang, Oktober 2017

Penulis

i|KELOMPOK 5(JERNAL, YONGKY, RUI)#KEGAWATDARURAT 1


DAFTAR ISI

Kata pengantar……………………………………………………………………… i

Daftar isi……………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………… 1

Latar belakang………………………………………………………………………… 1

Rumusan masalah……………………………………………………………………… 1

Tujuan…………………………………………………………………………………. 1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………. 2

Konsep Teori Dan Konsep Asuhan Keperawatan Pendarahan…………………………… 2

Pengertian……………………………………………………………………… 2

Etiologi………………………………………………………………………… 2

Manifestasi klinis………………………………………………………………. 2

Pemeriksaaan diagnostic………………………………………………………. 3

Penatalaksanaan……………………………………………………………….. 3

Komplikasi…………………………………………………………………….. 4

Pengkajian…………………………………………………………………….. 5

Diagnose……………………………………………………………………… 5

Intervensi……………………………………………………………………... 6

Konsep Teori Dan Konsep Asuhan Keperawatan Infark Miokardium……………………. 10

Pengertian……………………………………………………………………… 10

Etiologi………………………………………………………………………… 10

ii | K E L O M P O K 5 ( J E R N A L , Y O N G K Y , R U I ) # K E G A W A T D A R U R A T 1
Patofisiologi……………………………………………………………………. 11

Manifestasi klinis………………………………………………………………. 11

Pemeriksaaan diagnostic………………………………………………………. 13

Penatalaksanaan……………………………………………………………….. 13

Komplikasi…………………………………………………………………….. 14

Pengkajian…………………………………………………………………….. 14

Diagnose……………………………………………………………………… 16

Intervensi……………………………………………………………………... 17

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………. 24

Saran………………………………………………………………………………….. 24

Kesimpulan…………………………………………………………………………… 24

DAFTAR PUSTAKA

iii | K E L O M P O K 5 ( J E R N A L , Y O N G K Y , R U I ) # K E G A W A T D A R U R A T 1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Karna begitu pentingnya teori dan konsep askep dalam dunia keperawatan, perlu adanya
pembahasan mengenai masalah-masalah dalam kasus klien kegawat, darurat, dan
kegawatdarurat. Sehingga bisa membantu mahasiswa dalam menentukan masalah
keperawatan dan mengikuti langkah-langkah asuhan keperawatan yang meliputi pengkjain,
diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Proses penggumpalan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor intrinsik (mis.
fibrinogen, protrombin, proconvertin dll) dan ekstrinsik darah (mis. tromboplastin jaringan, .
tromboplastin pembuluh, luka, permukaan kasar/halus, suhu lingkungan, pengenceran, dan
bahan antikoagulas dll.) Permukaan kasar, suhu lungkungan panas, dan pengadukan
mempercepat penggumpalan, sedangkan permukaan halus, suhu lingkungan dingin, dan
pengenceran menghambat proses koagulasi. Sementara itu antikoagulan seperti EDTA,
heparin, natrium sitrat/oxalat akan menghentikan proses koagulasi.
Infark miokard akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena sumbatan pada
arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya aterosklerotik pada dinding arteri
koroner sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan otot jantung.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1.2.1. Bagaimana konsep teori dan konsep asuhan keperawatan dari kasus Kegawatdarurat
Pendarahan ?
1.2.2. Bagaimana konsep teori dan konsep asuhan keperawatan dari kasus Kegawatdarurat
Infark miokard ?

1.3.TUJUAN
1.3.1. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep teori dan konsep asuhan keperawatan dari
kasus Kegawatdarurat Pendarahan.
1.3.2. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep teori dan konsep asuhan keperawatan dari
kasus Kegawatdarurat Infark miokard.

1|KELOMPOK 5(JERNAL, YONGKY, RUI)#KEGAWATDARURAT 1


BAB II
PEMBAHASAN

1. KONSEP TEORI DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENDARAHAN

A. PENGERTIAN
Perdarahan merupakan kedaruratan intraoperatif yang potensial terjadi pada setiap
pasien bedah. Perdarahan menurunkan volume darah dan mengurangi aliran darah ke
jantung. (Herdin dkk,2005)
Perdarahan merupakan proses keluarnya darah dari system pembuluh darah sebagai
akibat adanya luka aksidental (terbuka atau tertutup) maupun luka operasi.
(Marulam,2005)
B. ETIOLOGI
1) Trauma eksternal akibat luka tembus atau tumpul (misalnya akibat kecelakaan, luka
tembak, luka, penikaman, fraktur femur dan cedera terbuka )
2) Kelainan mekanisme homeostatik
3) Faktor pembekuan
4) Gangguan Koagulasi
C. MANIFESTASI KLINIS
1) Airway : Hiperventilasi
2) Breathing : takikardia, peningkatan tekanan diastolic
3) Circulation: uji kepucatan kapiler positif, kulit dingin dan pucat
4) Kehilangan darah 800-1500ml menyebabkan takikardia, peningkatan tekanan
diastolic , uji kepucatan kapiler positif, cemas dan takut
5) Kehilangan darah 2000 ml yang tidak dikoreksi mengakibatkan tekanan nadi
menurun, hiperventilasi, oliguria , haus, takut, kulit dingin dan pucat
6) Kehilangan darah melebihi 2000ml menyebakan takikardi meningkat, sangat haus,
tekanan nadi sempit, tekanan diastolic tidak jelas, tidak ada keluaran urin, letargi
dan mempunyai status mental yang tertekan
7) Nyeri dapat menjadi manifestasi dari trauma (luka tajam dan luka tumpul).

2|KELOMPOK 5(JERNAL, YONGKY, RUI)#KEGAWATDARURAT 1


D. PENATALAKSANAAN
1) Potong baju pasien untuk mengidentifikasi area hemoragic dan lakuakan pengkajian
fisik cepat.
2) Beri tekanan pada area perdarahan atau arteri yang terkena. Kebanyakan perdarahan
dihentikan dengan memberikan tekanan langsung (kecuaali: jika arteri utama telah
rusak). Perdarahan arteri yang tidak diperiksa dapat menimbulkan kematian.
3) Pasang balutan tekanan kuat. Tinggikan bagian yang luka untuk mengehntikan
perdarahan vena dan kapiler. Imobilisasi daerah yang cedera untuk mengtrol
kehilangan darah.
4) Masukan jarum diameter besar atau kanula 4 untuk penggantian darah dan cairan.
a) Ambil sampel darah untuk analisis, menentukan golongan dan pencocokan
sialng.
b) Berikan cairan pengganti sesuai saran meliputi cairan elektrolit isotonic,
plasma, atau fraksi protein plasma, atau terapi komponen darah (bergantung
pada perkiraan klinis tipe dan volume cairan yang hilang.
c) Darah segar diinfuskan ketika ada kehilangan darah massif.
d) Tambahan trombosit dan factor pembekuan diberikan ketika jumlah darah
yang besar diperlukan karena darah penggantian kekurangan factor
pembekuan.
e) Darah dapat dihangatkan dengan alat yang dijual bebas atau sebaskom air
hangat (penggantian darah massif mempunyai efek pendinginan yang dapat
menyebabkan henti jantung).
f) Kecepatan infuse bergantung pada beratnya kehilangan darah dan kilns
hipovolemia.
5) Lakukan beberapa langkah berikut untuk perdarahan internal:
a) Perdarahan internal yang diduga terjadi pada pasien dengan syok hipovolemi
atau tidak ada tanda eksternal dari perndarahan :takikardia, tekanan darah
turun, haus, kwautir : dingin, kulit basah.
b) Berikan darah lengkap atau plasma sesuai resep pada saat kehilangan darah.
c) Berikan pakaian anti syok (alat konterpressure pneumatic). Jika tersedia,
untuk mengontrol perdarahan internal dan untuk memfasilitasi aliran darah ke

3|KELOMPOK 5(JERNAL, YONGKY, RUI)#KEGAWATDARURAT 1


area vital (pengguanaan yang utama adalah untuk syok hipovolemia kedua
untuk perdarahan dibagian bawah). Pengempisan alat didepartemen
kedaruratan setelah volume ekspansi cukup dalam lingkungan yang
terkontrol.
d) Siapkan pasien untuk intervensi pembedahan
e) Pantau respons hemodinamik pasien.
f) Dapatkan darah arteri untuk menentukan gas darah untuk mendapatkan
pantauan tekanan himodinamik sebagai indeks dari jumlah cairan pada pasien
yang dapat ditoleransi.
g) Pertahankan pasien pada posisi terlentang sampai parameter hemodinamik
atau situasi membaik.
6) Pasang tourniquet pada ekstremitas hanya sebagai upaya terakhir ketika hemoragik
tidak dapat dikontrol dengan metode lain. Antisipasi kehilangan ekstremitas bila
tourniquet dipasang.
a) Pasang torniket tepat proksimal dengan luka; torniket ini cukup kencang
untuk mengontrol aliran darah arteri.
b) Berikan tanda pada kulit pasien dengan pensil atau plester adhesive di dahi
dengan tanda T, menyatakan lokasi torniket dan waktu pemasangan.
c) Longarkan torniket sesuai petunjuk untuk mencegah kerusakan vaskuler atau
neurologic yang tidak dapat diperbaiki bila pasien berada difasilitas
kedaruratan. Jika tidak ada perdaarahan arteri, lepaskan torniket cobalagi
balutan dengant ekanan.
d) Pada kejadian amputasi traumatic jangan lepaskan torniket sampai pasien
masuk keruang operasi. (Suddarth,1996)
E. KOMPLIKASI
1) Syokhipovolemik
2) Kematian

4|KELOMPOK 5(JERNAL, YONGKY, RUI)#KEGAWATDARURAT 1


F. PENGKAJIAN
1. Primary Survey
a. Airway
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara lain :
 Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau
bernafas dengan bebas?
 Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain:
 Adanya snoring atau gurgling
 Stridor atau suara napas tidak normal
 Agitasi (hipoksia)
 Penggunaan otot bantu pernafasan / paradoxical chest movements
 Sianosis
 Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas dan
potensial penyebab obstruksi :
 Muntahan
 Perdarahan
 Gigi lepas atau hilang
 Gigi palsu
 Trauma wajah
 Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien terbuka.
 Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien yang
berisiko untuk mengalami cedera tulang belakang.
 Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuai
indikasi :
 Chin lift/jaw thrust
 Lakukan suction (jika tersedia)
 Oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway, Laryngeal Mask Airway
 Lakukan intubasi

5|KELOMPOK 5(JERNAL, YONGKY, RUI)#KEGAWATDARURAT 1


b. Breathing
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien antara lain :
 Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi
pasien.
 Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda
sebagai berikut : cyanosis, penetrating injury, flail chest, sucking chest
wounds, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
 Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga, subcutaneous
emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis haemothorax dan
pneumotoraks.
 Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.
 Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika perlu.
 Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut mengenai
karakter dan kualitas pernafasan pasien.
 Penilaian kembali status mental pasien
 Dapatkan bacaan pulse oksimetri jika diperlukan
 Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau
oksigenasi:
 Pemberian terapi oksigen
 Bag-Valve Masker
 Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan yang
benar), jika diindikasikan
 Catatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced airway procedures
 Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya dan
berikan terapi sesuai kebutuhan.
c. Circulation
Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi pasien, antara lain :
 Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan.
 CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan.
 Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan pemberian
penekanan secara langsung.

6|KELOMPOK 5(JERNAL, YONGKY, RUI)#KEGAWATDARURAT 1


 Palpasi nadi radial jika diperlukan:
 Menentukan ada atau tidaknya
 Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)
 Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)
 Regularity
 Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia
(capillary refill).
 Lakukan treatment terhadap hipoperfusi
d. Disability
Pada primary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala AVPU :
 A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi perintah
yang diberikan
 V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak bisa
dimengerti
 P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika
ekstremitas awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk merespon)
 U - unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri
maupun stimulus verbal.
e. Expuso
Menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera pada pasien. Jika
pasien diduga memiliki cedera leher atau tulang belakang, imobilisasi in-line
penting untuk dilakukan. Lakukan log roll ketika melakukan pemeriksaan pada
punggung pasien. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan pada
pasien adalah mengekspos pasien hanya selama pemeriksaan eksternal. Setelah
semua pemeriksaan telah selesai dilakukan, tutup pasien dengan selimut hangat
dan jaga privasi pasien, kecuali jika diperlukan pemeriksaan ulang (Thygerson,
2011).
Dalam situasi yang diduga telah terjadi mekanisme trauma yang
mengancam jiwa, maka Rapid Trauma Assessment harus segera dilakukan:
 Lakukan pemeriksaan kepala, leher, dan ekstremitas pada pasien

7|KELOMPOK 5(JERNAL, YONGKY, RUI)#KEGAWATDARURAT 1


 Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat mengancam nyawa pasien
luka dan mulai melakukan transportasi pada pasien yang berpotensi tidak
stabil atau kritis.
2. Secondary Survey
Anamnesis juga harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa didapat dari pasien dan
keluarga (Emergency Nursing Association, 2007):
 A : Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester, makanan)
 M : Medikasi/obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti sedang
menjalani pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung, dosis, atau
penyalahgunaan obat
 P : Pertinent medical history (riwayat medis pasien seperti penyakit yang
pernah diderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan obat-obatan herbal)
 L : Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi
berapa jam sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi termasuk dalam
komponen ini)
 E : Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian yang
menyebabkan adanya keluhan utama)
3. Anemnesa
 Identitas(Data Biografi ) :
Perdarahan dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan dan pada semua usia.
 Riwayat Sakit dan Kesehatan :
a. KeluhanUtama :
Klien dapat mengeluh nyeri, pucat, takut, cemas, kulit dingin, haus, tekanan
nadi sempit, tekanan diastolic tidak jelas, tidak ada keluaran urin, letargi dan
mempunyai status mental yang tertekan
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat trauma eksternal akibat luka tembus atau tumpul (misalnya akibat
kecelakaan, luka tembak, luka, penikaman, fraktur femur dan cedera
terbuka),kelainan mekanisme homeostatik, faktor pembekuan, gangguan
Koagulasi

8|KELOMPOK 5(JERNAL, YONGKY, RUI)#KEGAWATDARURAT 1


c. RiwayatPenyakitSekarang :
Klien yang mengalami kehilangan darah 800 – 1500ml mengalami takikardia,
peningkatan tekanan diastolic,uji kepucatan kapiler positif, cemas dan takut.
Klien yang mengalami kehilangan darah 2000ml yang tidak dikoreksi
mengalami tekanan nadi menurun, hiperventilasi , oliguria, haus, takut, kulit
dingin dan pucat
Klien yang mengalami kehilangan darah melebihi 2000ml mengalami
takikardia, sangat haus, tekanan nadi sempit, tekanan diastolic tidak jelas,
tidak ada keluaran urin, letargi dan mempunyai status mental yang tertekan
Nyeri dapat menjadi manifestasi dari trauma (luka tajam dan luka tumpul)
G. MASALAH KEPERAWATAN
1) Nyeri akut b.d agen cedera biologis ditandai dengan bukti nyeri, ekpresi wajah
nyeri, sikap melindungi area nyeri
2) Penurunan Curah jantung b.d perubahan frekuensi jantung ditandai dengan
bradikardia, palpitasi jantung, perubahan EKG
3) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif ditandai dengan haus,
kelemahan, penurunan haluaran urin, penurunan tekanan darah, nadi, pengisihan
vena.
4) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
ditandai dengan perubahan EKG, respons frekuensi jantung abnormal, respons
tekanan darah abnormal.

H. INTERVENSI
No Diagnose kep. Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut b.d agen Goal: selama perawatan NIC label 1: manajemen
cedera biologis ditandai nyeri berkurang atau hilang nyeri
dengan bukti nyeri, Objektife: selama perawatan  Lakukan pemeriksaan
ekpresi wajah nyeri, agen cedera teratasi nyeri secara
sikap melindungi area Outcomes: dalam waktu 2 x komprehensif
nyeri 24 jam pasien akan  Observasi adanya
menunjukan: petunjuk nonverbal

9|KELOMPOK 5(JERNAL, YONGKY, RUI)#KEGAWATDARURAT 1


NOC label 1:control nyeri mengenai
 Mengenal kapan nyeri ketidaknyaman
terjadi  Gunakan strategi
 Menggambarkan faktor komunikasi terapetik
penyebab  Tentukan akibat dari
 Melaporkan nyeri yang pengalaman nyeri
terkontrol terhadap kualitas
NOC label 2: status hidup pasien
kenyamanan  Ajrkan prinsip-prinsip
 Kesejateraan fisik tidak manajemen nyeri
terganggu NIC label 2: pemeberian
 Control terhadap gejala analgesic
 Lingkungan fisik tidak  Tentukan lokasi,
terganggu karakteristik, kualitas
dan keparahan nyeri
 Cek perintah
pengobatan
 Cek adanya riwayat
alergi obat
2. Penurunan Curah Goal: selama perawatan NIC label 1: Perawatan
jantung b.d perubahan tidak sampai terjadi jantung
frekuensi jantung penurunan curah jantung  Pastikan tingkat
ditandai dengan Objektife: selama perawatan aktivitas pasien tidak
bradikardia, palpitasi irama jantung kembali membahayakan curah
jantung, perubahan normal jantung atau
EKG Outcomes: Dalam waktu 2 x memprovokasi
24 jam pasien akan serangan jantung
menunjukkan:  Instruksikan pasien
NOC label 1: Keefektifan tentang pentingnya
pompa jantung untuk segera
 Tekanan darah systole melaporkan bila

10 | K E L O M P O K 5 ( J E R N A L , Y O N G K Y , R U I ) # K E G A W A T D A R U R A T 1
dan diastole dalam merasakan nyeri dada
kisaran normal  Lakukan penilaian
 Denyut nadi apical, komprehensif pada
perifer dalam kisaran sirkulasi perifer
normal  Monitor tanda-tanda
 Suara jantung normal vital secara rutin
 Tidak ada angina  Monitor distrimia
 Edema paru dan edema jnatung, gangguan
perifer tidak ada ritme dan konduksi
 Tidak ada intoleransi jantung
aktivitas  Catat tanda dan gejala
 Pasien tidak pucat dan penurunan curah
tidak sianosis jantung
NOC label 2: perfusi NIC label 2: pengaturan
jaringan hemodinamik
 Aliran darah ke hepar,  Lakukan penilaian
ginhal, gastrointestinal komprehensif
dalam kisaran normal terhadap status
 Aliran darah ke jantung, hemodinamik
limpa, pancreas dalam  Berikan pemeriksaan
kisaran normal fisik berkala pada
Aliran darah ke pulmonal, populasi beresiko
cerebaral, perifer dan misalnya gagal
tingkat sel dalam kisaran jantung
normal  Arahkan pasien dan
keluarga mengenai
pemantauan
hemodinamik
 Tentukan status
perfusi

11 | K E L O M P O K 5 ( J E R N A L , Y O N G K Y , R U I ) # K E G A W A T D A R U R A T 1
3. Kekurangan volume Goal: selama perawatan NIC label 1: pencegahan
cairan b.d kehilangan volume cairan kembali darah
cairan aktif ditandai normal  Monitor dengan ketat
dengan haus, Objektife: selama perawatan resiko terjadinya
kelemahan, penurunan kehilangan cairan kembali pendarahan pada
haluaran urin, normal pasien
penurunan tekanan Outcomes: dalam waktu 1 x  Catat hemoglobin dan
darah, nadi, pengisihan 24 jam pasien akan hematokrit sebelum
vena. menunjukkan: dan setelah pasien
NOC label 1: keseimbangan kehilangan darah
cairan NIC label 2: manajemen
 Tekanan darah normal cairan
 Keseimbangan intake  Jaga intake dan
dan output dalam 24 jam output yang akurat
 Pasien tidak haus  Monitor status hidarsi
 Pasien tidak pusing  Monitor hasil lab
NOC label 2: keparahan yang relevan dengan
kehilangan darah retensi cairan
 Kehilangan darah yang  Monitor tanda-tanda
terlihat tidak ada vital pasienberikan
 Kulit dan meran mukosa terapi IV
tidak pucat  Berikan cairan yang
 Pasien tidak merasa tepat
cemas
 Tidak terjadi penurunan
hemoglobin dan
hematokrit

12 | K E L O M P O K 5 ( J E R N A L , Y O N G K Y , R U I ) # K E G A W A T D A R U R A T 1
2. KONSEP TEORI DAN ASUHAN KEPERAWATAN INFARK MIOKARDIUM

A. PENGERTIAN
Infark miokardium akut (IMA) didefinisikan sebagai nekrosis miokardium yang
disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut arteri koroner.
Sumbatan ini sebagian besar disebabkan oleh rupture plak ateroma pada areteri koroner
yang kemudian dikuti oleh terjadinya thrombosis, vasokontriksi, reaksi inflamasi, dan
mikroembolisasi distal. Kadang-kadang sumbatan akut ini dapat pula disebabkan oleh
spame arteri koroner, emboli, atau vaskulitis. (Muttaqin A, 2009)
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. (Fenton, 2009)
B. ETIOLOGI
Menurut Alpert (2010), infark mio kard terjadi oleh penyebab yang heterogen, antara
lain:
1) Infark miokard tipe 1
Infark miokard secara spontan terjadi karena rupture plak, fisura, atau diseksi plak
ateroklerosis. Selain itu, peningkatan kebutuhan dan ketersediaan oksigen dan nutrien
yang inadekuat memicu munculnya infark miokard. Hal-hal tersebut merupakan
akibat dari anemia, aritmia dan hiper atau hipotensi.
2) Infark miokard tipe 2
Infark miokard jenis ini disebabkan oleh vasokontriksi dan spasme arteri menurunkan
aliran darah miokard.
3) Infark miokard tipe 3
Pada keadaan ini, peningkatan pertanda biokimiawi tidak ditemukan. Hal ini
disebabkan sampel darah penderita tidak didapatkan atau penderita meninggal
sebelum kadar pertanda biokimia sempat meningkat.
4) Infark miokard tipe 4a
Peningkatan pertanda biokimiawi infark miokard (contohnya troponin) 3 kali lebih
besar dari nilai normal akibat pemasangan Percutaneous Coronary Intervention (PCI)
yang memicu terjadinya infark miokard.

13 | K E L O M P O K 5 ( J E R N A L , Y O N G K Y , R U I ) # K E G A W A T D A R U R A T 1
Infark miokard tipe 4b.
Infark miokard yang muncul akibat pemasangan stent thrombosis.
5) Infark miokard tipe 5
Peningkatan kadar troponin 5 kali lebih besar dari nilai normal. Kejadian infark
miokard jenis ini berhubungan dengan operasi bypass koroner.
C. PATOFISIOLOGI
Kejadian infark miokardium diawali dengan terbentuknya aterosklerosis yang
kemudian rupture dan menyumbat pembuluh darah. Penyakit ateroklerosis ditandai
dengan formasi bertahap pada fatty plaque didalam dindind arteri. Lama-kelamaan plak
ini terus tumbuh ke dalam lumen., sehingga diameter lumen menyempit. Penyempitan
lumen mengganggu aliran darah kedistal dari tempat penyumbatan terjadi.
Faktor-faktor usia, genetic, diet, merokok, diabetes mellitus tipe II, hipertensi,
reactive oxygen species dan inflamasi menyebabkan disfungsi dan aktivasi endothelia.
Pemaparan terhadap faktor- faktor di atas menimbulkan injury bagi sel endotel. Akibat
disfungsi endotel, sel-sel tidak dapat lagi memproduksi molekul-molekul vasoaktif
seperti nitric oxide, yang bekerja sebagai vasodilator, anti-trombotik dan antiproferasi.
Sebaliknya, disfungsi endotel justru meningkatkan produksi vasokontriksi, endotelin-1,
dan angiotensin II yang berperan dalam migrasi dan pertumbuhan sel.
Leukosit yang bersirkulasi menempel pada sel endotel teraktivasi.kemudian
leukosit bermigrasi ke sub endotel dan berubah menjadi makrofag. Disini makrofag
berperan sebagai pembersih dan bekerja mengeliminasi kolestrol LDL. Sel makrofag
yang terpajan dengan kolestrol LDL teroksidasi disebut sel busa (foam cell). Faktor
pertumbuhan dan trombosit menyebabkan migrasi otot polos dari tunika media ke dalam
tunika intima dan proliferasi matriks. Proses ini mengubah bercak lemak menjadi ateroma
matur. Lapisan fibrosa menutupi ateroma matur, membatasi lesi dan lumen pembuluh
darah. Perlekatan trombosit ke tepian ateroma yang kasar menyebabkan terbentuknya
thrombosis. Ulserasi atau rupture mendadak lapisan fibrosa atau pendarahan yang terjadi
dalam ateroma menyebabkan oklusi ateri.
D. GEJALA KLINIS
Manifestasi klinis yang berhubungan dengan IMA berasal dari iskemia otot jantung
dan penurunan fungsi serta asidosis yang terjadi. Manifestasi klinis utama dari IMA

14 | K E L O M P O K 5 ( J E R N A L , Y O N G K Y , R U I ) # K E G A W A T D A R U R A T 1
adalah nyeri dada yang serupa dengan angina pectoris tetapi lebih parah dan tidak
berkurang dengan nitrogliserin. Nyeri dapat menjalar ke leher, rahang, bahu, punggung
atau lengan kiri. Nyeri juga dapat ditemukan di dekat epigastrium, menyerupai nyeri
pencernaan. IMA juga dapat berhubungan dengan manifestasi klinis yang jarang terjadi
berikut ini. (M.Black, Joyce, 2014 : 346)
1) Nyeri dada, perut, punggung, atau lambung yang tidak khas.
2) Mual atau pusing.
3) Sesak napas dan kesulitan bernapas.
4) Kecemasan, kelemahan, atau kelelahan yang tidak dapat dijelaskan
5) Palpitasi, keringat dingin, pucat
6) Wanita yang mengalami IMA sering kali datang dengan satu atau lebih manifestasi
yang jarang terjadi di atas. (M.Black, Joyce, 2014 : 346)
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut irmalita (=1996),diagnosis IMA ditegakkan bila di dapatkan dua atau lebih
dari 3 kriteria,yaitu:
1) Adanya nyeri dada.
Sakit dada terjadi lebih dari 20 menit dan tidak hilang dengan pemberian nitrat biasa.
2) Perubahan elektrokardiogram (EKG)
Nekrosis miokard dilihat dari 12 lead EKG .selama fase awal miokard infark
akut.EKG pasien yang mengalami oklusi total arteri koroner menunjukkan elevasi
segmen ST akan berkembang menjadi gelombang Q .sebagian kecil
berkembangmenjadi gelombang non-Q.ketika thrombus tidak menyebabkan oklusi
total, maka tidak terjadi elevasi segmen ST.pasien dengan gambaran EKG tanpa
elevasi segmen ST digolongkan ke dalam unstable angina atau NON-
STEMI(Cannon,2005).
3) Peningkatan petanda biokimia
Pada nekrosis miokard , protein intraseluler akan masuk dalam ruang interstitial dan
masuk ke sirkulasi sistemik melalui mikrofaskuler lokal dan aliran limfatik
(Patel,1999). Oleh sebab itu ,nekrosis miokard dapat di deteksi dari pemeriksaan
protein dalam darah Yang di sebabkan kerusakan sel.protein –protein tersebut antara
lain aspartate aminotransferase (AST),lactate dehydrogenase ,creatine kinase

15 | K E L O M P O K 5 ( J E R N A L , Y O N G K Y , R U I ) # K E G A W A T D A R U R A T 1
isoenzyme MB (CK-MB), Mioglobin,carbonic anhydrase III (CA III),myosin light
chain (MLC)dan cardiac troponin 1 dan T(cTnI dan cTnT) (Samsu,2007).peningkatan
kadar serum protein-protein Ini mengkonfirmasi adanya infark miokard
(Nigam,2007).
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang umum dilakukan medis pada fase serangan akut untuk
memberi implikasi keperawatan pada klien IMA meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Penanganan nyeri
Penanganan nyeri dapat berupa terapi farmakologi: Morfin sulfat, Nitrat, dan beta
Bloker.
2) Membatasi ukuran infark miokardium
Penatalaksanaan yang diberikan untuk pembatasan ukuran infark secara selektif
dilakukan dengan upaya meningkatkan suplai darah dan oksigen ke moikardium dan
untuk memelihara, mempertahankan, atau memulihkan sirkulasi.
Keempat golongan utama adalah sebagai berikut: Antikoagulan, Trombolitik,
Antilipidemik, Vasodilator perifer.
3) Pemberian oksigen
Terapi oksigen dimulai saat terjadi onset nyeri. Oksigen yang dihirup akan langsung
meningkatkan saturasi darah. Efektivitas saturasi oksigen ditentukan dengan
observasi kecepatan dan irama pertukaran pernapasan dan pasien mampu bernapas
dengan mudah. Saturasi oksigen dalam darah secara bersamaan diukur dengan pulsa
oksimetri.
4) Pembatasan aktivitas fisik: Pengurangan atau penghentian seluruh aktivitas pada
umumnya akan mempercepat pembebasan rasa sakit. Klien boleh diam tidak bergerak
atau dipersilahkan untuk duduk atau sedikit melakukan aktivitas.
G. KOMPLIKASI
1) Gagal jantung kongestif
2) Syok kardiogenik
3) Edema paru akut
4) Disfungsi otot papilaris
5) Defek septum ventrkel

16 | K E L O M P O K 5 ( J E R N A L , Y O N G K Y , R U I ) # K E G A W A T D A R U R A T 1
6) Rupture jantung
H. PENGKAJIAN
1. Primary Survey
a. Airway
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara lain :
 Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau
bernafas dengan bebas?
 Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain:
 Adanya snoring atau gurgling
 Stridor atau suara napas tidak normal
 Agitasi (hipoksia)
 Penggunaan otot bantu pernafasan / paradoxical chest movements
 Sianosis
 Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas dan
potensial penyebab obstruksi :
 Muntahan
 Perdarahan
 Gigi lepas atau hilang
 Gigi palsu
 Trauma wajah
 Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien terbuka.
 Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien yang
berisiko untuk mengalami cedera tulang belakang.
 Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuai
indikasi :
 Chin lift/jaw thrust
 Lakukan suction (jika tersedia)
 Oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway, Laryngeal Mask Airway
 Lakukan intubasi
b. Breathing
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien antara lain :

17 | K E L O M P O K 5 ( J E R N A L , Y O N G K Y , R U I ) # K E G A W A T D A R U R A T 1
 Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi
pasien.
 Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda
sebagai berikut : cyanosis, penetrating injury, flail chest, sucking chest
wounds, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
 Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga, subcutaneous
emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis haemothorax dan
pneumotoraks.
 Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.
 Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika perlu.
 Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut mengenai
karakter dan kualitas pernafasan pasien.
 Penilaian kembali status mental pasien
 Dapatkan bacaan pulse oksimetri jika diperlukan
 Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau
oksigenasi:
 Pemberian terapi oksigen
 Bag-Valve Masker
 Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan yang
benar), jika diindikasikan
 Catatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced airway procedures
 Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya dan
berikan terapi sesuai kebutuhan.
c. Circulation
Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi pasien, antara lain :
 Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan.
 CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan.
 Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan pemberian
penekanan secara langsung.
 Palpasi nadi radial jika diperlukan:
 Menentukan ada atau tidaknya

18 | K E L O M P O K 5 ( J E R N A L , Y O N G K Y , R U I ) # K E G A W A T D A R U R A T 1
 Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)
 Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)
 Regularity
 Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia
(capillary refill).
 Lakukan treatment terhadap hipoperfusi
d. Disability
Pada primary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala AVPU :
 A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi perintah
yang diberikan
 V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak bisa
dimengerti
 P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika
ekstremitas awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk merespon)
 U - unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri
maupun stimulus verbal.
e. Expuso
Menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera pada pasien. Jika pasien
diduga memiliki cedera leher atau tulang belakang, imobilisasi in-line penting
untuk dilakukan. Lakukan log roll ketika melakukan pemeriksaan pada punggung
pasien. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan pada pasien
adalah mengekspos pasien hanya selama pemeriksaan eksternal. Setelah semua
pemeriksaan telah selesai dilakukan, tutup pasien dengan selimut hangat dan jaga
privasi pasien, kecuali jika diperlukan pemeriksaan ulang (Thygerson, 2011).
Dalam situasi yang diduga telah terjadi mekanisme trauma yang
mengancam jiwa, maka Rapid Trauma Assessment harus segera dilakukan:
 Lakukan pemeriksaan kepala, leher, dan ekstremitas pada pasien
 Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat mengancam nyawa pasien
luka dan mulai melakukan transportasi pada pasien yang berpotensi tidak
stabil atau kritis.

19 | K E L O M P O K 5 ( J E R N A L , Y O N G K Y , R U I ) # K E G A W A T D A R U R A T 1
2. Secondary Survey
Anamnesis juga harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa didapat dari pasien dan
keluarga (Emergency Nursing Association, 2007):
 A : Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester, makanan)
 M : Medikasi/obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti sedang
menjalani pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung, dosis, atau
penyalahgunaan obat
 P : Pertinent medical history (riwayat medis pasien seperti penyakit yang
pernah diderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan obat-obatan herbal)
 L : Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi
berapa jam sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi termasuk dalam
komponen ini)
 E : Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian yang
menyebabkan adanya keluhan utama)
3. Anamnesis
 Keluhan utama biasanya nyeri dada, perasaan sulit bernapas, dan pingsan.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dengan melakukan serangkaian
pertanyaan tentang nyeri dada klien secara PQRST adalah sebagai berikut.
a. Provoking incident
Nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat dan setelah
diberikan nitrogliserin.
b. Quality of pain
 Seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien
 Sifat keluhan nyeri seperti tertekan
c. Region, radiation, relief
Lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri di atas pericardium. Penyebaran
dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri serta ketidakmampuan bahu dan
tangan.
d. Severity (scale) of pain

20 | K E L O M P O K 5 ( J E R N A L , Y O N G K Y , R U I ) # K E G A W A T D A R U R A T 1
Klien bisa ditanya dengan menggunakan rentang 0-5 dan klien akan menilai
seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan. Biasanya pada saan angina skala
antara 4-5 skala (0-5).
e. Time
Sifat mula timbunya (onset), gejala timbuk mendadak. Lama timbulnya
(durasi) nyeri dada dikeluhkan lebih dari 15 menit. Nyeri oleh infark
miokardium dapat pada waktu istirahat, biasanya lebih parah dan
berlangsung lebih lama. Gejala-gejala yang menyertai infark moikardium
meliputi dispnea, berkeringat, ansietas dan pingsan.
 Riwayat penyakit dahulu
Data yang mendukung adalah apakah pasien pernah mengalami nyeri dada, darah
tinggi, DM, dan hiperlipidemia.
Tanyakan obat-obat apa yang biasa diminum seperti obat antiangina nitrat dan
penghambat beta serta obat-obat antihipertensi.
 Riwayat penyakit keluarga: penyakit yang pernah dialami keluarga sampai
berujung kematian.
I. MASALAH KEPERAWATAN
1) Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung ditandai dengan bradikardia,
palpitasi jantung, perubahan EKG.
2) Gangguan pola tidur b.d halangan lingkungan ditandai dengan ketidakpuasaan tidur,
menyatakan tidak merasa cukup tidur, perubahan pola tidur yang biasanya normal.
3) Nyeri akut b.d agen cedera biologis ditandai dengan bukti nyeri, ekpresi wajah nyeri,
sikap melindungi area nyeri.
4) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
ditandai dengan dispnea setelah beraktivitas, perubahan EKG, respon frekuensi
jantung, respon tekanan darah.

21 | K E L O M P O K 5 ( J E R N A L , Y O N G K Y , R U I ) # K E G A W A T D A R U R A T 1
J. INTERVENSI
NO DIAGNOSA KEP TUJUAN INTERVENSI
1. Penurunan curah Goal: selama perawatan NIC label 1: Perawatan jantung
jantung b.d tidak sampai terjadi  Pastikan tingkat aktivitas
perubahan irama penurunan curah jantung pasien tidak membahayakan
jantung bradikardia, Objektife: selama perawatan curah jantung atau
palpitasi jantung, irama jantung kembali memprovokasi serangan
perubahan EKG. normal jantung
Outcomes: Dalam waktu 2 x  Instruksikan pasien tentang
24 jam pasien akan pentingnya untuk segera
menunjukkan: melaporkan bila merasakan
NOC label 1: Keefektifan nyeri dada
pompa jantung  Lakukan penilaian
 Tekanan darah systole komprehensif pada sirkulasi
dan diastole dalam perifer
kisaran normal  Monitor tanda-tanda vital
 Denyut nadi apical, secara rutin
perifer dalam kisaran  Monitor distrimia jnatung,
normal gangguan ritme dan
 Suara jantung normal konduksi jantung
 Tidak ada angina  Catat tanda dan gejala
 Edema paru dan edema penurunan curah jantung
perifer tidak ada NIC label 2: pengaturan
 Tidak ada intoleransi hemodinamik
aktivitas  Lakukan penilaian
 Pasien tidak pucat dan komprehensif terhadap
tidak sianosis status hemodinamik
NOC label 2: perfusi  Berikan pemeriksaan fisik
jaringan berkala pada populasi
 Aliran darah ke hepar, beresiko misalnya gagal

22 | K E L O M P O K 5 ( J E R N A L , Y O N G K Y , R U I ) # K E G A W A T D A R U R A T 1
ginhal, gastrointestinal jantung
dalam kisaran normal  Arahkan pasien dan keluarga
 Aliran darah ke jantung, mengenai pemantauan
limpa, pancreas dalam hemodinamik
kisaran normal  Tentukan status perfusi
 Aliran darah ke
pulmonal, cerebaral,
perifer dan tingkat sel
dalam kisaran normal
3. Nyeri akut b.d agen Goal: selama perawatan NIC label 1: manajemen nyeri
cedera biologis nyeri berkurang atau hilang  Lakukan pemeriksaan nyeri
ditandai dengan Objektife: selama perawatan secara komprehensif
bukti nyeri, ekpresi agen cedera teratasi  Observasi adanya petunjuk
wajah nyeri, sikap Outcomes: dalam waktu 2 x nonverbal mengenai
melindungi area 24 jam pasien akan ketidaknyaman
nyeri. menunjukan:  Gunakan strategi
NOC label 1:control nyeri komnunikasi terapetik
 Mengenal kapan nyeri  Tentukan akibat dari
terjadi pengalaman nyeri terhadap
 Menggambarkan faktor kulaitas hidup pasien
penyebab  Ajrkan prinsip-prinsip
 Melaporkna nyeri yang manajemen nyeri
terkonrol NIC label 2: pemeberian
NOC label 2: status analgesic
kenyamanan  Tentukan lokasi,
 Kesejateraan fisik tidak karakteristik, kualitas dan
terganggu keparahan nyeri
 Control terhadap gejala  Cek perintah pengobatan
 Lingkungan fisik tidak  Cek adanya riwayat alergi
terganggu obat

23 | K E L O M P O K 5 ( J E R N A L , Y O N G K Y , R U I ) # K E G A W A T D A R U R A T 1
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Karna begitu pentingnya teori dan konsep askep dalam dunia keperawatan, perlu adanya
pembahasan mengenai masalah-masalah dalam kasus klien kegawat, darurat, dan
kegawatdarurat. Sehingga bisa membantu mahasiswa dalam menentukan masalah
keperawatan dan mengikuti langkah-langkah asuhan keperawatan yang meliputi pengkjain,
diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
B. SARAN
Diharapkan kepada setiap pembaca banyak mencari referensi buku yang menyangkut
masalah tersebut sehingga banyak memperoleh informasi sehingga dalam melakukan
asuhan keperawatan mampu mengikuti aturan mainnya.

24 | K E L O M P O K 5 ( J E R N A L , Y O N G K Y , R U I ) # K E G A W A T D A R U R A T 1
DAFTAR PUSTAKA

Bararah dan Jauhar. 2013. Asuhan keperawatan panduan lengkap menjadi perawat professional,
jilid 1. Jakarta: Prestasi Pustaka

Juni Udjianti, W. 2010. Keperawatan kardiovaskuler. Jakarta: salemba medika

Muttaqin, A. 2009. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan system kardiovaskuler dan
hematologi. Jakarta: salemba Medika

25 | K E L O M P O K 5 ( J E R N A L , Y O N G K Y , R U I ) # K E G A W A T D A R U R A T 1

You might also like