Professional Documents
Culture Documents
DAN KEBIDANAN
Blog ini saya buat untuk membantu para mahasiswa kesehatan dalam
tugas perkuliahan....
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Diharapkan penulis dapat memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan asfiksia
dengan menerapkan manajemen varney dan mendokumentasikan dengan SOAP
secara komprehensif dan berkesinambungan.
1.2.2 Tujuan khusus
1.2.2.1 Mahasiswi mampu melakukan pengkajian pada bayi dengan asfiksia dengan mengumpulkan
data subyektif yang berasal dari pasien dan data obyektif dari hasil pemeriksaan.
1.2.2 Mahasiswi mampu menginterpretasikan data untuk menegakkan diagnosa
dan masalah kebidanan pada bayi asfiksia.
1.2.2.2 Mahasiswi mampu menegakkan diagnosa dan masalah potensial pada bayi dengan asfiksia.
1.2.2.3 Mahasiswi mampu mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera pada bayi dengan asfiksia.
1.2.2.4 Mahasiswi mampu merencanakan tindakan asuhan kebidanan pada bayi dengan asfiksia.
1.2.2.5 Mahasiswi mampu melakukan tindakan perawatan pada bayi dengan asfiksia sesuai dengan
perencanaan tindakan.
1.2.2.6 Mahasiswi mampu mengevaluasi setelah dilakukan tindakan pada bayi dengan asfiksia.
1.3.4 Dokumentasi
Tehnik pengumpulan data dengan cara mempelajari dan menjalin data sehingga dapat dijadikan
sebagai pendukung dalam menganalisa data.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.4 Patofisiologis
Penjelasan Patofisiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan bayi asfiksia
q. Penyakit Kronis
Hipertensi, penyakit jantung
Gangguan aliran darah uterus dimana berkurangnya aliran darah pada uterus akan
menyebabkan berkurang pula pengaliran oksigen ke placenta dan demikian pula ke janin
mengalami hipoksia yang menyebabkan asfiksia neonatorum. Terjadi karena gangguan
pertukaran gas serta O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan
dan dalam menghilangkan CO2. gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kelainan
pada ibu selama kehamilan. Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang
buruk, penyakit menahun seperti hipertensi dan penyakit jantung. Pada keadaan ini pengaruh
terhadap janin disebabkan oleh gangguan oksigenterasi serta kekurangan pemberian zat-zat
makanan berhubungan dengan gangguan fungsi placenta.
r. Jenis persalinan
Partus lama dengan vacum ekstrasi menyebabkan gangguan pertukaran gas serta transfer
O2 dari ibu ke janin, gangguan dalam persediaan O2 sehingga janin kekurangan O2.
s. Faktor janin
Kompresi umbilicus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh
darah umbilikus, sehingga menghambat pertukaran gas antara ibu ke janin.
t. Faktor kelainan kongenital
Depresi pusat pernafasan bayi.
u. Maternal
v. Fetal
w. Tali pusat
x. Placenta
Pemberian oksigen harus berkonsentrasi 100% (yang diperoleh dari tabung oksigen). Kecepatan
aliran oksigen paling sedikit 5 liter/menit, apabila sungkup tidak tersedia oksigen 100% persen
diberikan melalui pipa yang ditutupi tangan diatas muka bayi dan aliran oksigen tetap
terkonsentrasi pada muka bayi. Untuk mencegah kehilangan panas dan pengeringan mukosa
saluran nafas, oksigen yang diberikan perlu dihangatkan dan dilembabkan melalui pipa
berdiameter besar.
2.1.6.6 Menilai frekuensi denyut jantung bayi
Segera setelah bayi lahir, segera lakukan penilaian frekuensi denyut jantung bayi
Apabila frekuensi denyut jantung bayi kurang dari 100 x/menit, walaupun bayi bernafas
spontan. menjadi indikasi untuk dilakukan VTP
2.1.6.7 Menilai warna kulit bayi
Penilaian warna kulit diiakukan apabila bayi benafas apontan dan frekuensi denyut jantung bayi
lebih dari 100 x/menit.
Apabila terdapat sianosis sentral, oksigen tetap diberikan.
Apabila terdapat sianosis perifer, oksigen tidak perlu diberikan. Sianosis perifer
disebabkan oleh karena peredaran darah yang masih lamban.
2.1.6.8 Ventilasi Tekanan Positif (VTP)
VTP dilakukan dengan sungkup dan balon resusitasi atau dengan sungkup dan tabung.
Kecepatan ventilasi 40-60 kali/menit
Tekanan ventilasi untuk nafas pertama 30-40 cm H2O setelah nafas pertama memburuhkan
tekanan 15-20 cm H2O.
Suara nafas didengar dengan menggunakan stetoskop. Adanya suara nafas dikedua paru-paru
merupakan indikasi bahwa bayi mendapat ventilasi yang benar.
Apabila dengan tahapan diatas dada bayi masih tetap kurang berkembang, sebaiknya
dilakukan inkubasi endotrakheal (ET) dan ventilasi pipa ET-balon.
2.1.6.9 Menilai frekuensi denyut jantung bayi pada saat VTP
Frekuensi denyut jantung bayi dinilai setelah selesai melakukan
ventilasi 15-20 detik pertama
Frekuensi denyut jantung bayi dibagi dalam 3 kategori yaitu :
a. Lebih dari 100 x/menit
b. Antara 60-100 x/menit
c. Kurang dari 60 x/menit
Apabila frekuensi denyut jantung bayi > 100 x/menit bayi mulai bernafas spontan. Dilakukan
rangsangan taktil untuk merangsang frekuensi dan dalamnya pernafasan. VTP dapat dihentikan
dan oksigen arus bebas diberikan, jika wajah bayi tampak merah oksigen dapat dikurangi secara
bertahap. Apabila pernafasan spontan dan adekuat terjadi lanjutkan VTP.
Apabila frekuensi denyut jantung bayi antara 60-100 x/menit. VTP dilanjutkan dengan
memantau frekuensi denyut jantung bayi. Apabila frekuensi denyut jantung bayi < 60 x/menit,
dimulai kompresi dada bayi.
Apabila frekuensi denyut jantung bayi < 60 x/menit, VTP dilanjutkan, periksa ventilasi apakah
adekuat dan oksigen yang diberikan benar 100% segera dimulai kompresi dada bayi
2.1.6.10 Memasang Kateter orogastrik
VTP balon dan sungkup lebih lama dari 2 menit harus dipasang
kateter orogastrik dan tetap terpasang selama ventilasi, karena selama ventilasi udara dari
orofaring dapat masuk ke oesofagus dan lambung
Alat yang dipakai adalah pipa orogastrik no. 8F semprit 20 ml.
2.2.7 Evalusi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari usaha yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa.
Telah diidentifikasikan di dalam masalah dan diagnosa :
Bayi dalam keadaan hangat ditempatkan di dalam inkubator
Oksigen terpasang 1-2 liter
Bayi menangis lemah, pernafasan belum teratur, wama kulit kemerahan.
Tali pusat dalam keadaan bersih, tidak ada perdarahan
Apnae dan henti jantung tidak terjadi
Kerusakan saraf otak tidak terjadi
Asidosis pada bayi tidak terjadi
BAB III
TINJAUAN KASUS
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan pengkajian pada bayi baru lahir asfiksia Ny. M penulis Menemukan
kesenjangan antara teori dengan lahan praktek, diantaranya :
4.1 Pengkajian
Salah satu faktor yang mempengaruhi bayi asfiksia yaitu riwayat penyakit ibu,
diantaranya hipertensi dan penyakit paru.
Setelah dilakukan pengkajian pada bayi Ny. M dengan asfiksia ternyata Ny. M selama
kehamilannya tidak pernah mengalami hipertensi maupun penyakit paru.
Maka ada kesenjangan antara teori dengan praktek di lapangan yaitu riwayat penyakit
ibu.
4.6 Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan asuhan pada bayi Ny.M dengan asfiksia berat dilakukan sesuai
perencanaan yaitu pemasangan O2 1 — 2 liter, pemberian antibiotik yaitu cefataxime, bayi
ditempatkan pada inkubator.
Maka tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan.
4.7 Evaluasi
Dalam tahap evaluasi setelah memberikan asuhan pada bayi dengan asfiksia berat
diharapkan keadaan umum bayi baik, pernafasan normal 40 -60 x/menit, tidak terjadi hipotermi.
Pada bayi Ny. M keadaan bayi sekarang, keadaan umum bayi baik, pernafasan 54
x/menit, tidak hipotermi.
Maka tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bayi baru lahir normal biasanya ditandai dengan menangis kuat. Warna kulit merah, Apgar
score 7-9, panjang badan 46 - 50 cm, berat badan 2500 - 4000 gram, lingkar kepala 32 - 35 cm,
lir.gkar dada 30 - 33 cm. (Prawirohardho, 2002 : 213)
Setelah melakukan asuhan pada bayi Ny. M dengan asfiksia berat dengan berat badan 3000
gram, panjang badan 50 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 29 cm, lingkar lengan 10,5,
menangis sesaat setelah melahirkan dan tidak menangis lagi, tanda-tanda vital : suhu 36° C, nadi
130 x/menit, pernafasan 72 x/menit, Apgar score 2/4.
Penanganan bayi baru lahir dengan asfiksia berat yaitu kebutuhan O2 -> O2 terpasang,
mencegah hipotermi meletakkan bayi pada inkubator, memberikan antibiotik Cefotaxime
telah diberikan secara I.V.
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi dengan asfiksia berat maka dapat diambil
kesimpulan bahwa bayi dengan asfiksia berat harus ditangani dengan sebaik-baiknya agar
terhindar dari apnoe atau kematian.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi pihak petugas kesehatan di RSUD khususnya pada bidan / perawat diruang perinatologi
agar lebih meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam menangani dan memberikan asuhan
kebidanan pada bayi dengan asfiksia.
5.2.2 Bagi para staf yang terkait di ruang perinatologi RSUD diharapkan lebih meningkatkan
pelayanan secara cepat dan tepat pada
kasus asfiksia sehingga dapat mengurangi kemungkinan lebih buruk
5.2.3 Bagi mahasiswa D III Kebidanan agar lebih meningkatkan pengetahuannya dalam
memahami asfiksia dan menggali ilmu-ilmu yang didapat dan mempraktekkan ilmu tersebut
sesuai prosedur yang ada.
5.2.4 Bagi staf pengelola DIII Kebidanan untuk lebih imemantapkan kegiatan akademik
terutama kegiatan praktek lapangan.
Posted by Ae Iwell at 5:29 AM
Labels: Maternitas
Reactions:
No comments:
Post a Comment
Newer PostOlder PostHome
Subscribe to: Post Comments (Atom)
WELCOME
Selamat Datang Dunia Kesehatan
SEARCH THIS BLOG
Search
FOLLOWERS
ABOUT ME
Ae Iwell
, Jawa Barat, Indonesia
View my complete profile
BLOG ARCHIVE
S
DA KEHAMILAN
H HORMON
BIDANAN PADA NY’E’POST PARTUM DENGAN TON...
DA BAYI DENGAN PENYAKIT YANG LAZIM PADA B...
PERAWATAN PADA KLIEN Ny. S DENGAN GANGGUA...
PERAWATAN PADA CA. MAMAE
BIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMSI...
BIDANAN IBU HAMIL PADA NY. Y DENGAN ANEMI...
BIDANAN PERSALINAN NY. L DENGAN ROBEKAN P...
BIDANAN PADA BAYI NY. A BAYI BARU LAHIR N...
BIDANAN PADA BAYI NY. M DENGAN ASFIKSIA B...
BIDANAN PAD A NY. E KEHAMILAN DENGAN ANEM...
BIDANAN KEHAMILAN PADA NY. N DENGAN ANEM...
BIDANAN PADA BAYI NY. N DENGAN KEHAMILAN...
AN FISIOLOGI ORGAN REPRODUKSI
PRIVACY POLICY