You are on page 1of 21

LAPORAN KASUS

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)

Disusun Oleh:
Albertus Are Satriadi

Pembimbing
dr. Helly Habiballoh Lukmansyah, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU SARAF
RSUD ADE M. DJOEN SINTANG
PERIODE 24 SEPTEMBER – 20 OKTOBER 2018
LEMBAR PERSETUJUAN
Telah Disetujui Laporan Kasus Dengan Judul :
HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan


kepaniteraan klinik ilmu saraf

Sintang, 10 oktober 2018


Pembimbing Disusun oleh

dr. Helly Habiballoh Lukmansyah, Sp.S Albertus Are Satriadi


BAB I
STATUS PASIEN

I. Identitas
Nama : Tn. Matius Anon
No. RM : 205439
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 42 th
Agama : Katolik
Alamat : Dsn. Terongin Desa Engkarangan Kayan Hilir
Pekerjaan : Petani

II. Anamnesa
Keluhan Utama
Nyeri pada pinggang

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan nyeri pada pinggang sebelah kiri yang
menjalar sampai kekaki kiri sejak 4 hari SMRS. Pasien mengatakan nyeri
juga dirasakan saat duduk sehingga pasien tidak bisa duduk. Pasien sudah
dirawat selama 2 hari di Puskesmas Nanga Mau dan mendapat pengobatan
tetapi tidak ada perbaikan. Tidak ada keluhan demam, mual, muntah. BAB
dan BAK dalam batas normal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan tidak pernah mengalami hal yang sama

Riwayat Pengobatan
Pasien tidak ada mengkonsumsi obat-obatan.
Riwayat Habituasi
Pasien bekerja sebagai petani karet. Pasien sering melakukan aktivitas
jongkok berdiri yang berulang serta sering membawa beban berat. Pasien
juga mengatakan jarang berolahraga.

III. Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15 (E4V5M6)
Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/60 mmHg
Nadi : 60x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,4 C
Sp.O2 : 98%

1. Pemeriksaan Generalisata
Kepala : normosefal
Mata : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Thorax : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : nyeri pada pinggang dan paha kiri

2. Pemeriksaan Neurologis
Kaku kuduk : (-)
Kernig Sign : (-)
Laseque : (-/+)
Patrick : (-/+)
Kontra Patrick : (-/+)
Motorik :
5 5

5 5

Sensorik :
+ +

+ +

Refleks fisiologis :

 Biseps : (+/+)
 Triseps : (+/+)
 Patella : (+/+)

Refleks patologis

 Hoffman-tromner : (-/-)
 Babinski : (-/-)
 Chaddock : (-/-)
 Gordon : (-/-)
 Oppenheim : (-/-)
 Schaeffer : (-/-)

Fungsi Vegetatif

 Miksi : (+)
 Defekasi : (+)

IV. Diagnosis Sementara


Hernia Nukleus Pulposus
V. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah Lengkap
Hematologi
Leukosit : 9.93 103/uL
Eritrosit : 4.80 106/uL
Hemoglobin : 14.0 gr/dl
Hematokrit : 38.7 %
Trombosit : 169 103/uL

Kimia darah
Gula darah sewaktu : 120 mg/dl
Ureum : 32 mg/dl
Kreatinin : 0.99 mg/dl

b. Pemeriksaan Radiografi Lumbosacral AP-Lateral

Kesan :
 Straight lumbalis dengan unstable lumbalis
 Spondiloarthrosis lumbalis
VI. Diagnosis Kerja
Hernia Nukleus Pulposus

VII. Tatalaksana
 IVFD Asering 10 tpm
 Drip tramadol 1 amp/12 jam
 Inj. Ketorolac 3x1 amp
 Inj. Ranitidin 3x 50mg
 PO. Paracetamol 3x 500mg
 PO. Pregabalin 1x 75mg
 PO. Esperison 3x1 tab

VIII. Follow Up
25/9/2018
S : nyeri pinggang menjalar kekaki kiri

O:
KU : Tampak Sakit Sedang
GCS : 15 (E4V5M6)
TD : 100/60 mmHg
HR : 68x/menit
RR : 20x/menit
T : 37.1 C

Motorik :
5 5
5 5

Sensorik : + +
+ +
A : Hernia Nukleus Pulposus

P:

 IVFD Asering 10 tpm


 Drip tramadol 1 amp/12 jam
 Inj. Ketorolac 3x1 amp
 Inj. Ranitidin 3x 50mg
 PO. Paracetamol 3x 500mg
 PO. Pregabalin 1x 75mg
 PO. Esperison 3x1 tab

26/9/2018

S : nyeri pinggang menjalar kekaki kiri

O:
KU : Tampak Sakit Sedang
GCS : 15 (E4V5M6)
TD : 150/80 mmHg
HR : 65x/menit
RR : 19x/menit
T : 36.9 C

Motorik :
5 5
5 5

Sensorik : + +
+ +

A : Hernia Nukleus Pulposus


P:

 IVFD Asering 10 tpm


 Drip tramadol 1 amp/12 jam
 Inj. Ketorolac 3x1 amp
 Inj. Ranitidin 3x 50mg
 PO. Paracetamol 3x 500mg
 PO. Pregabalin 1x 75mg
 PO. Esperison 3x1 tab

27/9/2018
S : nyeri pinggang sebelah kiri

O:
KU : Tampak Sakit Sedang
GCS : 15 (E4V5M6)
TD : 130/80 mmHg
HR : 65x/menit
RR : 20x/menit
T : 37.0 C

Motorik :
5 5
5 5

Sensorik : + +
+ +

A : Hernia Nukleus Pulposus

P:
 IVFD Asering 10 tpm
 Drip tramadol 1 amp/12 jam
 Inj. Ketorolac 3x1 amp
 Inj. Ranitidin 3x 50mg
 PO. Paracetamol 3x 500mg
 PO. Pregabalin 1x 75mg
 PO. Esperison 3x1 tab

28/9/2018
S : nyeri pinggang sebelah kiri berkurang ( pasien sudah bisa berjalan)

O:
KU : Tampak Sakit Sedang
GCS : 15 (E4V5M6)
TD : 100/80 mmHg
HR : 70x/menit
RR : 20x/menit
T : 36.8 C

Motorik :
5 5
5 5

Sensorik : + +
+ +

A : Hernia Nukleus Pulposus

P : Pasien dipulangkan
 PO. Ketorolac 3x10 mg
 PO. Ranitidin 3x 150mg
 PO. Paracetamol 3x 500mg
 PO. Pregabalin 1x 75mg
 PO. Esperison 3x1 tab
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Anatomi Tulang Belakang


Tulang belakang atau columna vertebralis adalah pilar utama
tubuh. Merupakan struktur fleksibel yang dibentuk oleh tulang-tulang tak
beraturan, disebut vertebrae. Vertebrae dikelompokkan sebagai berikut:
a. Cervicales (7)
b. Thoracicae (12)
c. Lumbales (5)
d. Sacroles (5, menyatu membentuk sacrum)
e. Coccygeae (4, 3 yang bawah biasanya menyatu)

Gambar 2.1 Pembagian Regio dari Columna Vertebralis

Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh


ligamentum dan tulang rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri
dari corpus vertebrae yang dihubungkan satu sama lain oleh diskus
fibrokartilago yang disebut discus invertebralis dan diperkuat oleh
ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalis
posterior. Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna
vertebralis. Diskus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat
dimana banyak terjadi gerakan columna vertebralis, dan berfungsi sebagai
sendi dan shock absorber agar kolumna vertebralis tidak cedera bila terjadi
trauma.

Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin


Cartilage Plate), nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat
setengah cair dari nukleus pulposus, memungkinkannya berubah bentuk
dan vertebrae dapat mengjungkit kedepan dan kebelakang diatas yang lain,
seperti pada flexi dan ekstensi columna vertebralis. Diskus intervertebralis
menghubungkan korpus vertebra satu sama lain dari servikal sampai
lumbal/sacral. Diskus ini berfungsi sebagai penyangga beban dan peredam
kejut (shock absorber).
II. Hernia Nukleus Pulposus
a. Definisi
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus
pulposus dari discus melalui robekan annulus fibrosus hingga keluar
ke belakang/dorsal menekan medulla spinalis atau mengarah ke
dorsolateral menekan radix spinalis sehingga menimbulkan gangguan.

b. Epidemiologi
HNP paling sering terjadi pada pria dewasa, lebih banyak
terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan
mengangkat. Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah
lumbal lebih kuat pada bagian tengahnya, maka protrusi discus
cenderung terjadi ke arah postero lateral, dengan kompresi radiks saraf.

c. Etiologi
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya
dengan meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang
mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus. Annulus
fibrosus mengalami perubahan karena digunakan terus menerus.
Akibatnya, annulus fibrosus biasanya di daerah lumbal dapat
menyembul atau pecah.
Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan
oleh karena adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai
discus intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya annulus
fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan
gejala ini disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat selama
beberapa bulan atau bahkan dalam beberapa tahun. Kemudian pada
generasi diskus kapsulnya mendorong ke arah medulla spinalis, atau
mungkin ruptur dan memungkinkan nucleus pulposus terdorong terhadap
sakus doral atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.
d. Patofisiologi
Proses Degenaratif
Diskus intervertebralis tersusun atas jaringan fibrokartilago yang
berfungsi sebagai shock absorber, menyebarkan gaya pada kolumna
vertebralis dan juga memungkinkan gerakan antar vertebra. Kandungan
air diskus berkurang dengan bertambahnya usia (dari 90% pada bayi
sampai menjadi 70% pada orang usia lanjut). Selain itu serabut-serabut
menjadi kasar dan mengalami hialinisasi yang ikut membantu terjadinya
perubahan ke arah herniasi nukleus pulposus melalui anulus dan menekan
radiks saraf spinal. Pada umumnya hernia paling mungkin terjadi pada
bagian kolumna vertebralis dimana terjadi peralihan dari segmen yang
lebih mobil ke yang kurang mobil (perbatasan lumbosakral dan
servikotolarak).
Proses Traumatik
Dimulainya degenerasi diskus mempengaruhi mekanika sendi
intervertebral, yang dapat menyebabkan degenerasi lebih jauh. Selain
degenerasi, gerakan repetitive, seperti fleksi, ekstensi, lateral fleksi,
rotasi, dan mengangkat beban dapat memberi tekanan abnormal pada
nukleus. Jika tekanan ini cukup besar sampai bisa melukai annulus,
nucleus pulposus ini berujung pada herniasi. Trauma akut dapat pula
menyebabkan herniasi, seperti mengangkat benda dengan cara yang salah
dan jatuh.

e. Faktor Resiko
Berikut ini adalah faktor risiko yang meningkatkan seseorang
mengalami HNP :
1. Usia
Usia merupakan faktor utama terjadinya HNP karena annulus
fibrosus lama kelamaan akan hilang elastisitasnya sehingga
menjadi kering dan keras, menyebabkan annulus fibrosus mudah
berubah bentuk dan ruptur.
2. Trauma
Terutama trauma yang memberikan stress terhadap columna
vertebralis, seperti jatuh.
3. Pekerjaan
Pekerjaan terutama yang sering mengangkat barang berat dan cara
mengangkat barang yang salah, meningkatkan risiko terjadinya
HNP.
4. Gender
Pria lebih sering terkena HNP dibandingkan wanita (2:1), hal ini
terkait pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan pada pria cenderung
ke aktifitas fisik yang melibatkan columna vertebralis.

f. Klasifikasi
Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan
herniasinya, dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang
sesungguhnya, yaitu:
1. Protrusi diskus intervertebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu
arah tanpa kerusakan annulus fibrosus.
2. Prolaps diskus intervertebral : nukleus berpindah, tetapi masih
dalam lingkaran anulus fibrosus.
3. Extrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dan anulus fibrosus
dan berada di bawah ligamentum, longitudinalis posterior.
4. Sequestrasi diskus intervertebral : nukleus telah menembus
ligamentum longitudinalis posterior.
g. Gejala Klinis
Gejala klinik bervariasi tergantung pada derajatnya dan radiks
yang terkena. Pada stadium awal, gejala asimtomatik. Gejala klinis
muncul ketika nucleus pulposus menekan saraf. Gejala klinis yang
paling sering adalah iskialgia (nyeri radikuler). Nyeri biasanya bersifat
tajam, seperti terbakar dan berdenyut menjalar sampai bawah lutut.
Bila saraf sensoris kena maka akan memberikan gejala kesemutan atau
rasa baal sesuai dermatomnya. Bila mengenai conus atau cauda ekuina
dapat terjadi gangguan miksi, defekasi dan disfungsi seksual. Nyeri
yang timbul sesuai dengan distribusi dermatom (nyeri radikuler) dan
kelemahan otot sesuai dengan miotom yang terkena.

h. Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis dapat ditanyakan hal yang berhubungan dengan
nyerinya. Pertanyaan itu berupa kapan nyeri terjadi, frekuensi, dan
intervalnya; lokasi nyeri; kualitas dan sifat nyeri; penjalaran nyeri; apa
aktivitas yang memprovokasi nyeri; memperberat nyeri; dan
meringankan nyeri. Selain nyerinya, tanyakan pula pekerjaan, riwayat
trauma.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan range of movement (ROM)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara aktif oleh penderita
sendiri maupun secara pasif oleh pemeriksa. Pemeriksaan ROM
ini memperkirakan derajat nyeri, function laesa, atau untuk
memeriksa ada/ tidaknya penyebaran rasa nyeri.
b. Straight Leg Raise (Laseque) Test:
Tes untuk mengetaui adanya jebakan nervus ischiadicus. Pasien
tidur dalam posisi supinasi dan pemeriksa memfleksikan
panggul secara pasif, dengan lutut dari tungkai terekstensi
maksimal. Tes ini positif bila timbul rasa nyeri pada saat
mengangkat kaki dengan lurus, menandakan ada kompresi dari
akar saraf lumbar.
c. Kernig Sign
Pada pemeriksaan ini penderita yang sedang berbaring
difleksikan pahanya pada persendian panggung sampai
membuat sudut 90 derajat. Selain itu tungkai bawah
diekstensikan pada persendian lutut. Biasanya kita dapat
melakukan ekstensi ini sampai sudut 135 derajat, antara tungkai
bawah dan tungkai atas, bila terdapat tahanan dan rasa nyeri
sebelum tercapai sudut ini, maka dikatakan tanda kerning
positif.

3. Pemeriksaan Penunjang
a. X-Ray
X-Ray tidak dapat menggambarkan struktur jaringan lunak
secara akurat. Nucleus pulposus tidak dapat ditangkap di X-Ray
dan tidak dapat mengkonfirmasikan herniasi diskus maupun
jebakan akar saraf. Namun, X-Ray dapat memperlihatkan kelainan
pada diskus dengan gambaran penyempitan celah atau perubahan
alignment dari vertebra.
b. Myelogram
Pada myelogram dilakukan injeksi kontras bersifat radio-
opaque dalam columna spinalis. Kontras masuk dalam columna
spinalis sehingga pada X-ray dapat nampak adanya
penyumbatan atau hambatan kanalis spinalis.
c. MRI
Merupakan gold standard diagnosis HNP karena dapat melihat
struktur columna vertebra dengan jelas dan mengidentifikasi
letak herniasi.
i. Tatalaksana
1. Non Farmakologis
Berat badan yang berlebihan harus diturunkan karena akan
memperberat tekanan ke punggung bawah. Program diet dan
latihan penting untuk mengurangi NPB pada pasein yang
mempunyai berat badan berlebihan. Conditional execise yang
bertujuan memperkuat otot punggung dimulai sesudah dua minggu
karena bila dimulai pada awal mungkin akan memperberat keluhan
pasien.
2. Farmakologi
 Analgetik dan NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drug)
Obat ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan
inflamasi sehingga mempercepat kesembuhan. Contoh
analgetik : paracetamol, Aspirin Tramadol. NSAID : Ibuprofen,
Natrium diklofenak, Etodolak, Selekoksib.
 Suntikan pada titik picu
Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan campuran
anastesi lokal dan kortikosteroid ke dalam jaringan lunak/otot
pada titik picu disekitar tulang punggung. Cara ini masih
kontroversi. Obat yang dipakai antara lain lidokain, lignokain,
deksametason, metilprednisolon dan triamsinolon.
3. Operatif
Terapi operatif dilakukan jika :
a. Pasien mengalami HNP grade 3 atau 4.
b. Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang
tersisa, atau ada gangguan fungsional setelah terapi
konservatif diberikan selama 6 sampai 12 minggu.
c. Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami
pasien menyebabkan keterbatasan fungsional kepada pasien,
meskipun terapi konservatif yang diberikan tiap terjadinya
rekurensi dapat menurunkan gejala dan memperbaiki fungsi
dari pasien.

j. Prognosis
1. Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan
terapi konservatif.
2. Sebagian kecil à berkembang menjadi kronik meskipun sudah
diterapi.
3. Pada pasien yang dioperasi : 90% à membaik terutama nyeri
tungkai, kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar, edisi IV, cetakan kelima. Jakarta :
PT Dian Rakyat. 2005. 87-95.
2. Autio Reijo. MRI Of Herniated Nucleus Pulposus. Acta Universitatis
Ouluensis D Medica. 2006. Hal 1-31
3. Pinzon, Rizaldy. Profil Klinis Pasien Nyeri Punggung Akibat Hernia Nukelus
Pulposus. Vol 39. SMF Saraf RS Bethesda Yogyakarta. Indonesia. 2012. Hal
749-751.
4. Meli Lucas, Suryami antradi. Nyeri Punggung. Use Neurontin. 2003. Hal 133-
148
5. Sylvia A. Price. Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep-konsep prose
penyakit. Jakarta : 1995. EGC. Hal 1023-1026.
6. Rasad, Sjahriar. Radiologi Doagnostik. Jakarta. Balai Penerbit FK Universitas
Indonesia. Jakarta.2005. Hal 337
7. Aminoff, MJ et al. Lange medical book : Clinical Neurology, Sixth Edition,
Mcgraw-Hill. 2005.
8. Pfirman CWA, Hodler J, Zanetti M, Boos N. magnetic Resonance
Classification of Lumbar Invertebral Disc Degeneration. Spine Journal. 2001.
DOI:10.1097/00007632-200109010-00011.
9. Gregory DS, Seto CK, Wortley GC, Shugart CM. Acute Lumbar Disk Pain :
Navigating Evaluation and Treatment Choices. American Family
Physician:2008:78(7).
10. Nuarta, Bagus. Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta Kedokteran, edisi III,
jilid kedua, cetakan keenam. Jakarta : Media Aesculapius. 2004. 54-59.

You might also like