Professional Documents
Culture Documents
RS WAHIDIN SUDIROHUSODO
PERIODE III (10 DESEMBER 2018 – 04 JANUARI 2019)
Oleh :
Nama : FATMAWATI
Kelas : IV. B
Nim : PO714241151058
Sakit Wahidin Sudirohusodo mulai tanggal 10 Desember 2018 sampai dengan 4 Januari
2019 dengan judul kasus “Gangguan Motor Function Hemiparese Dextra Et Causa
Non Hemoragik Stroke” telah disetujui oleh Pembimbing Lahan (Clinical Instructur) dan
Preceptor (Dosen).
______________________________ ____________________________
NIP. NIP.
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke merupakan penyebab cacat nomor satu dan kematian nomor dua di dunia.
Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan global dan semakin memprihatinkan, lebih
dari dua pertiga stroke terjadi di negara-negara yang sedang berkembang (Feigin, 2006).
Stroke menurut WHO (World Health Organisation) adalah gangguan otak fokal ataupun
global secara mendadak yang disebabkan oleh gangguan vaskuler dan dapat menyebabkan
kematian yang berlangsung selama 24 jam atau lebih. Di Indonesia, diperkirakan setiap
tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang
meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Jumlah penderita stroke cenderung
terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga
dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif hal ini akibat pola hidup masyarakat
yang tidak sehat, seperti malas bergerak, makanan berlemak dan kolesterol tinggi, serta
motorik, gangguan sensorik, gangguan memori dan kognitif, gangguan koordinasi dan
aktifitas fungsional sehari-hari seperti perawatan diri, transfer dan ambulasi. Serta pada
bermasyarakat di lingkungannya.
Penderita stroke perlu penanganan yang baik untuk mencegah kecacatan fisik dan
mental. Sebesar 30% - 40% penderita stroke dapat sembuh sempurna bila ditangani dalam
waktu 6 jam pertama (golden periode), namun apabila dalam waktu tersebut pasien stroke
tidak mendapatkan penanganan yang maksimal maka akan terjadi kecacatan atau
kelemahan fisik seperti hemiparese. Penderita stroke post serangan membutuhkan waktu
yang lama untuk memulihkan dan memperoleh fungsi penyesuaian diri secara maksimal.
Terapi dibutuhkan segera untuk mengurangi cedera cerebral lanjut, salah satu program
rehabilitasi yang dapat diberikan pada pasien stroke yaitu mobilisasi persendian dengan
Hemiparesis adalah suatu penyakit sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak,
progesif cepat, berupa defisit neurologis yang berlangsung 24 jam atau lebih langsung
menimbulkan kematian dan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatic.
Kelemahan tangan maupun kaki pada pasien stroke akan mempengaruhi kontraksi otot.
belakang dan otak tengah, sehingga dapat menghambat hantaran jaras-jaras utama antara
otak dan medula spinalis. Kelainan neurologis dapat bertambah karena pada stroke terjadi
pembengkakan otak (oedema serebri) sehingga tekanan didalam rongga otak meningkat hal
ini menyebabkan kerusakan jaringan otak bertambah banyak. Oedema serebri berbahaya
Dengan adanya fisioterapi penderita hemiparese post stroke dapat ditangani dengan
Stimulasi Elektris dan Terapi Latihan. Adapun beberapa metode terapi latihan antara lain
Programme (MRP), serta banyak lagi metode lain yang bisa digunakan. Electrical
Stimulation merupakan modalitas yang dipakai oleh fisioterapi untuk mengontrol fungsi
motorik pada pasien hemiparese dan sebagai re-edukasi dan memfasilitasi otot-otot yang
mengalami kelemahan. PNF merupakan metode yang spesifik dengan pemberian
pendekatan tersendiri serta mempunyai cara sendiri dalam mengevaluasi pasien (Dumilah,
1992).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem saraf pusat adalah bagian dari sistem saraf yang terdiri dari otak dan sumsum
tulang belakang. Sistem ini adalah salah satu dari dua bagian utama dari sistem saraf, yang
lainnya adalah sistem saraf perifer yang berada di luar otak dan sumsum tulang belakang.
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif yang saling berhubungan
dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual kita. Otak terdiri dari sel-sel otak
yang disebut neuron (Leonard, 1998). Otak merupakan organ yang sangat mudah
adaptif atau plastisitas pada otak dalam situasi tertentu bagian-bagian otak dapat
mengambil alih fungsi dari bagian-bagian yang rusak. Otak sepertinya belajar kemampuan
baru. Ini merupakan mekanisme paling penting yang berperan dalam pemulihan stroke
(Feigin, 2006).
Secara garis besar, sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf pusat dan sistem
saraf tepi. Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak dan medulla spinalis. Sistem saraf
disisi luar SSP disebut sistem saraf tepi (SST). Fungsi dari SST adalah menghantarkan
informasi bolak balik antara SSP dengan bagian tubuh lainnya (Noback dkk, 2005).
Gambar 2.1 Bagian-bagian otak manusia
Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf, dengan komponen bagiannya
adalah:
1) Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari sepasang hemisfer
kanan dan kiri dan tersusun dari korteks. Korteks ditandai dengan sulkus (celah) dan
a) Lobus frontalis
tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca di
hemisfer kiri), pusat penghidu, dan emosi. Bagian ini mengandung pusat
terdapat area asosiasi motorik (area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah
broca yang mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar,
b) Lobus temporalis
berjalan ke bawah dari fisura laterali dan sebelah posterior dari fisura parieto-
oksipitalis (White, 2008). Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya ingat verbal,
c) Lobus parietalis
postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan pendengaran (White,
2008).
d) Lobus oksipitalis
optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf lain & memori
(White, 2008).
e) Lobus Limbik
2) Cerebellum
dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki peran koordinasi yang penting dalam
fungsi motorik yang didasarkan pada informasi somatosensori yang diterima, inputnya
40 kali lebih banyak dibandingkan output. Cerebellum terdiri dari tiga bagian fungsional
yang berbeda yang menerima dan menyampaikan informasi ke bagian lain dari sistem
saraf pusat.
cerebellum adalah lobus anterior, lobus medialis dan lobus fluccolonodularis (Purves,
2004).
Gambar 2.3 Cerebellum, dilihat dari belakang atas. (Sumber : Raine, 2009)
3) Brainstem
Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengatur seluruh proses kehidupan
dibawahnya. Strukturstruktur fungsional batang otak yang penting adalah jaras asenden
dan desenden traktus longitudinalis antara medulla spinalis dan bagian-bagian otak,
Secara garis besar brainstem terdiri dari tiga segmen, yaitu mesensefalon, pons dan
medulla oblongata.
Gambar 2.3 Brainstem. (Sumber : White, 2008)
Darah mengangkut zat asam, makanan dan substansi lainnya yang diperlukan bagi
fungsi jaringan hidup yang baik. Kebutuhan otak sangat mendesak dan vital, sehingga
aliran darah yang konstan harus terus dipertahankan. Suplai darah arteri ke otak merupakan
dengan yang lain sehingga dapat menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel.
Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis dan arteri
karotis interna, yang bercabang dan beranastosmosis membentuk circulus willisi. Arteri
karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis yang berakhir pada arteri
serebri anterior dan arteri serebri medial. Di dekat akhir arteri karotis interna, dari
pembuluh darah ini keluar arteri communicans posterior yang bersatu kearah kaudal dengan
arteri serebri posterior. Arteri serebri anterior saling berhubungan melalui arteri
communicans anterior. Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi
yang sama. Arteri subklavia kanan merupakan cabang dari arteria inominata,sedangkan
arteri subklavia kiri merupakan cabang langsung dari aorta. Arteri vertebralis memasuki
tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata.
Aliran darah vena dari otak terutama ke dalam sinus-sinus duramater, suatu saluran
pembuluh darah yang terdapat di dalam struktur duramater. Sinus-sinus duramater tidak
mempunyai katup dan sebagian besar berbentuk triangular. Sebagian besar vena cortex
superfisial mengalir ke dalam sinus longitudinalis superior yang berada di medial. Dua
buah vena cortex yang utama adalah vena anastomotica magna yang mengalir ke dalam
sinus longitudinalis superior dan vena anastomotica parva yang mengalir ke dalam sinus
transversus. Vena-vena serebri profunda memperoleh aliran darah dari basal ganglia
2. Definisi
a. Definisi Stroke
terhadap arteri utama yang berada di otak, stroke terjadi ketika pembuluh
darah yang mengangkut oksigen dan nutrisi menuju otak pecah atau
oksigen dan glukosa tidak dapat dikirim ke otak sehingga otak tidak
2004).
setelah penyakit jantung koroner dan kanker. Lima belas orang di seluruh
dunia terserang stroke setiap tahun, lima juta meninggal dan lima juta
b. Definisi Hemiparese
satu sisi. Pada hemiparese terjadi kelemahan sebagian anggota tubuh dan
langsung dan tidak langsung oleh massa hematoma, abses, dan tumor.
a) Aterosklerosis
b) Infeksi
c) Obat-obatan
d) Hipotensi
pingsan. Stroke bisa terjadi jika hipotensi ini sangat parah dan menahun.
neurologis, tergantung pada lesi atau pembuluh darah mana yang tersumbat
dan ukuran area yang perfusinya tidak adekuat. Fungsi otak yang rusak tidak
a. Defisit motorik
Disfungsi motorik paling umum adalah paralisis pada salah satu sisi
atau hemiplegia karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Diawal
tahapan stroke, gambaran klinis yang muncul adalah paralisis dan hilang
b. Defisit komunikasi
berikut :
meliputi:
dua atau lebih objek dalam area spasial sering terlihat pada
pecah dari dinding pembuluh darah dan akan terbawa sebagai emboli dalam
hilangnya fungsi otak secara akut atau permanen pada area yang teralokasi
Iskemia pada otak akan merusak jalur motorik pada serebrum (Potter &
Perry, 2005). Iskemia pada otak juga mengakibatkan batang otak yang
mengandung nuclei sensorik dan motorik yang membawa fungsi motorik dan
otot tidak ditrasmisikan ke spinal cord, saraf dan otot sehingga serabut motorik
(Frasel, Burd, Liebson, Lipschick & Petterson, 2008). Iskemia pada otak juga
Salah satu gangguan utama dan paling sering terjadi dari semua manifestasi
klinis hemiparese post stroke adalah problem motorik yang diakibatkan oleh
kerusakan korteks motorik. Pada awalnya pasien terlihat dalam keadaan tonus
otot rendah atau fleccid. Otot fleccid dapat menurungkan kemampuan untuk
membangkitkan kontraksi otot dan memulai gerakan. Kondisi tonus otot yang
Spastisitas adalah gangguan motoric dengan ciri khas adanya reflex deef tendon
yang berlebihan ddan tonus otot yang meningkat. Secara klinis, pasien dengan
otot yang terlibat, hyperrefleks pada reflex deep tendo, postur dari ekteremitas
dalam keadaan fleksi atau ektensi, kontraksi otot, dan pola gerakan stereotip
History Taking :
Pulang dari jalan-jalan pagi pasien tiba-tiba merasakan mata kanan terlihat lebih
gelap dibanding dengan mata kirinya dan badan sisi kanan terasa lebih lemah.
Kemudian pasien dilarikan ke Rumah Sakit Siloam selama 5 hari, lalu pasien
pulang ke Jogja dan diperiksa kembali oleh dokter dan dirujuk ke fisioterapi
untuk ditangani.
Inspeksi :
Statis : tangan kanan pasien ke arah pola sinergis yaitu fleksi elbow, adduksi
shoulder dan palmar fleksi.
Dinamis : pasien berjalan dengan menggunakan alat bantu tripod
Pemeriksaan fisik
Palpasi : tidak Tes koordinasi : Tes spastisiotas dengan Kekuatan otot dengan Tes
ada spasme Finger to finger : skala ASWORTHN : MMT : kemampuan
otot, tidak ada tidak bisa dilakukan fleksor shoulder : 0 fleksor dan ekstensor fungsional
nyeri tekan, Finger to nouse : ekstensor shoulder : 0 shoulder : 1 ADL: jumlah
dan suhu lokal bisa dilakukan abductor shoulder : 0 abductor dan adductor skor 65
pasien dalam Finger to therapis adductor shoulder : 1 shoulder : 2 (ketergantung
batas normal finger : bisa fleksor elbow :2 fleksor dan ekstensor an sedang)
dilakukan Alternate ekstensor elbow : 0 elbow : 2
Tes Sensorik heel to knee, heel to fleksor dan ekstensor hip : untuk ekstremitas
Tajam/tumpul toe : bisa dilakukan 0 inferior semua nilainya
dan tes rasa adductor hip : 1 4
sakit : lengan Tes reflex abductor hip : 0
dan tungkai Biceps: Normal
terasa Triceps:Normal Tes kognitif :
KPR dan komunikasi kurang
APR:Hiporeflex baik
Diagnosa ICF :
Gangguan Motor Function Hemiparese Dextra et causa Non Hemoragic
Stroke
Grade Keterangan
minimal pada akhir ROM pada waktu sendi digerakkan fleksi atau ekstensi
3 Peningkatan tonus otot lebih nyata sepanjan sebagian besar ROM, tapi
4 Penigkatan tonus otot sangat nyata sepanjang ROM, gerakan pasif sulit
dilakukan
No Nilai Keterangan
3 Nilai 2 Adanya kontraksi otot dan adanya pergerakan sendi full ROM
4 Nilai 3 Adanya kontraksi otot, adanya pergerakan sendi full ROM dan mampu
melawan gravitasi
5 Nilai 4 Adanya kontraksi otot, adanya pergerakan sendi full ROM, mampu melawan
dapat digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional bagi pasien
pasca stroke. Indeks Barthel sudah dikenal luas memiliki kehandalan dan kesahihan
yang tinggi, karena dengan pengamatan yang berulang dari orang yang berbeda akan
penetrasi sinar ini hanya sampai kepada lapisan superficial epidermis, yaitu
Panjang gelombang antara 7.700 – 12.000 A. daya penetrasi lebih dalam dari
yang gelombang panjang, yaitu sampai sub cutan kira – kira dapat
darah lymphe, ujung – ujung saraf dan struktur lain dibawah kulit.
ending.
4) Rasa nyeri ditimbulkan oleh karena adanya akumulasi sisa – sisa hasil
Dengan adanya sinar infra red akan memperlancar sirkulasi darah, maka
pengurangan nyeri.
b. Muscle relaxation (relaksasi otot)
Relaksasi akan lebih mudah dicapai bila jaringan otot dalam keadaan
hangat dan rasa nyeri tidak ada. Oleh karena itu, suhu tubuh yang
a. Kondisi setelah peradangan sub – akut, seperti sprain, muscle strain, contusio
b. Gangguan sensibilitas
fisioterapi dengan menggunakan arus listrik untuk mengontraksikan salah satu otot
ataupun grup otot (Inverarity, 2005). Jenis alat listrik yang bisa digunakan
penyembuhan dari cidera atau injury melalui proses collateral sprouting dan
synaptic reclamation. Neural plasticity merupakan hal yang yang penting untuk
mendidik kembali fungsi otot dan aplikasi fasilitasi. Pada stroke dengan spastisitas,
yang mengalami cidera atau injury atau kerusakan disebut dengan neural plasticity.
Pada fase ini adalah awal perbaikan fungsional neurology berupa perbaikan primer
dikelompokkan menjadi :
a. Collateral Sprouting
Merupakan respon neuron daerah yang tidak mengalami cedera dari sel-sel
yang utuh ke daerah yang denervasi setelah cedera. Perbaikan sistem saraf
pusat dapat berlangsung beberapa bulan atau tahun setelah cedera dan
Dalam keadaan normal banyak akson dan sinaps yang tidak aktif. Apabila
jalur utama mengalami kerusakan maka fungsinya akan diambil oleh akson
dan sinaps yang tidak aktif tadi. Menurut Wall dan Kabat, jalur sinapsis
sentral di otak.
Tujuan pemberian electrical stimulation pada pasien stroke adalah sebagai mucle
kontraksi otot, sehingga akan merangsang golgi tendon dan muscle spindle.
Rangsangan pada muscle spindle dan golgi tendon akan diinformasikan melalui
pola fungsional. Selain itu juga memberikan fasilitasi pada otot yang lemah dalam
3. Terapi Latihan
Terapi latihan atau exercise therapy merupakan salah satu usaha pengobatan
baik secara aktif maupun pasif (Priatna, 1985). Dengan di berikan terapi latihan
dapat menjaga dan meningkatkan kekuatan otot, menjaga dan meningkatkan
lingkup gerak sendi, mencegah kontraktur, mencegah atrofi otot, serta memajukan
kemampuan penderita yang telah ada untuk dapat melakukan gerakan-gerakan yang
Dalam praktek terapi latihan dapat dilakukan dengan cara pasif maupun aktif.
Dua cara tersebut dapat di bagi atas beberapa kriteria lagi, yaitu :
a. Gerakan aktif
aktivitas fungsional. Gerakan aktif dibagi menjadi 2, yaitu gerak yang tidak
yaitu :
Tujuan dari gerakan pasif ini adalah untuk mengetahui end feel,
3) Terapi manipulasi yaitu gerak pasif yang dilakukan pada pasien yang
rangsangan yang sesuai dengan reaksi yang dikehendaki, yang pada akhirnya akan
dicapai kemampuan atau gerakan yang terkoordinasi. Dengan pola gerakan aktivitas
yang bersifat spiral dan diagonal. Gerakan ini menyerupai atau sesuai dengan
gerakan-gerakan yang digunakan dalam olah raga dan aktivitas sehari-hari. Sifat
spiral dan diagonal tersebut juga sesuai dengan karakteristik susunan system
skeletal, sendi-sendi, dan struktur ligament yang sifatnya juga spiral dan memutar.
Tiap diagonal terdiri dari pola-pola yang saling berlawanan satu dengan yang lain.
Tiap pola mempunyai komponen besar yaitu flexi dan extensi (Kuntono,2002).
Teknik-teknik yang digunakan adalah Rhythmical Initiation, Timing For Emphasis,
a. Rhythmical Initiation
Bentuk gerakan dimana bagian yang lemah dari gerakan mendapat ekstra
stimulasi bagian yang lebih kuat. Tujan diberi latihan ini adalah untuk
penguatan otot bagian dari satu pola gerak dan untuk mobilisasi
c. Slow Reversal
Tujuan :
b) Mobilisasi thoraks
Teknik :
e) Tempatkan tangan yang lebih jauh dari pasien di bawah bahu pasien,
Tujuan :
b) Mobilisasi thoraks
pasien
h) Tempatkan lengan yang lebih dekat ke kepala tempat tidur di bawah bahu
Tujuan :
Teknik :
a) Bantu pasien ke posisi duduk di tepi tempat tidur. Buat posisi kursi pada
sudut 450 terhadap tempat tidur. Jika menggunakan kursi roda, yakinkan
dengan pasien
d) Gapai melalui aksila pasien dan tempatkan tangan pada scapula pasien
fisioterapis
g) Berporos pada kaki yang lebih jauh dari kursi, pindahkan pasien secara
untuk menyokong
PROSES FISIOTERAPI
1. Nama : Tn.M.R
2. Usia : 73 Tahun
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Pensiun
C. Anamnesis Khusus
6. RPP : sekitar satu minggu yang lalu ketika pasien pulang dari
mengambil gaji. Pasien tiba-tiba merasa lemah pada seluruh badannya. Kemudian
3. Suhu : 360C
4. Pernafasan : 20 x/menit
D. Inspeksi/Observasi
Statis :
Dinamis :
Hasil : pasien kadang merespon jika diajak berbicara dan cara berbicaranya pun
tidak jelas
2) Palpasi :
b. Suhu : normal
Grade Keterangan
1 Ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan terusnya tahanan minimal
pada akhir ROM pada waktu sendi digerakkan fleksi atau ekstensi
gerakan pada pertengahan ROM dan adanya tahanan minimal sepanjang sisa
ROM
3 Peningkatan tonus otot lebih nyata sepanjang sebagian besar ROM tapi sendi
4 Peningkatan tonus otot sangat nyata sepanjang ROM, gerak pasif sulit
dilakukan
Prosedur : fisioterapi melakukan gerakan pasif pada lengan dan tungkai pasien dan
4) MMT
No Nilai Keterangan
4 Nilai 3 Adanya kontraksi otot, adanya pergerakan sendi full ROM dan mampu
melawan gravitasi
5 Nilai 4 Adanya kontraksi otot, adanya pergerakan sendi full ROM, mampu melawan
Otot Kanan
Fleksor Shoulder 3
Ekstensor Shoulder 3
Abductor Shoulder 3
Adductor Shoulder 3
Fleksor elbow 3
Ekstensor elbow 3
Otot Kanan
Fleksor hip 1
Ekstensor hip 1
Abductor hip 1
Adductor hip 1
Fleksor knee 1
Ekstensor knee 1
Interpretasi :
1. Otot bagian superior : adanya kontraksi otot, adanya pergerakan sendi dan
2. Otot bagian inferior : adanya kontraksi otot dan tidak ada pergerakan sendi
5) Tes Refleks
a. Reflex Fisiologis
1. Biceps
menempatkan ibu jari di atas tendon m. Biceps, lalu ibu jari diketuk
Hasil : hyporefleks
2. Triceps
itu, ketuk pada tendon m. Triceps yang berada sedikit di atas olekranon.
Hasil : hyporefleks
3. Knee Pess Reflex
Hasil : hyporefleks
Hasil : hyporefleks
b. Reflex Patologis
1. Babinsky
Pasien dalam posisi tidur terlentang, kemudian tarik garis dari tumit ke
Hasil : positif
2. Refleks Chaddock
Hasil : positif
3. Refleks Schaefer
Hasil : positif
6) Tes Koordinasi
1. Finger to finger
Kedua shoulder abduksi 90°, elbow ekstensi, minta pasien membawa kedua
2. Finger to nouse
Abd shoulder 90° dengan elbow ekstensi. Minta pasien untuk menyentuhkan
ujung jari telunjuknya ke ujung hidungnya. Tes dilakukan dalam gerakan cepat
& lambat, ulangi beberapa kali hitungan dengan mata terbuka lalu dengan mata
tertutup. Normal gerakan tetap tidak berubah dengan mata tertutup. Ulangi dan
Pasien & terapis saling berhadapan. Jari telunjuk terapis diluruskan menunjuk
ubah dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan merubah jarak, arah dan
kekuatan gerakan
Posisi pasien lying, minta pasien menyentuh lutut dan ibu jari kakinya secara
7) Tes sensorik
bawah pasien
Bathing (Mandi)
Bergantung sepenuhnya 0 0
Grooming (Dandan)
Dressing (Berpakaian)
Bergantung sepenuhnya 0
Bergantung sepenuhnya 0
5
Memerlukan bantuan satu atau dua orang, dapat duduk 10 0
Mandiri sepenuhnya
yard
Tidak mampu 0
Mandiri sepenuhnya 10
Hasil :
i. Cerebellum dan pons densitas normal ; CPA, sela dan parasela normal
j. Tampak concha nasalis kanan dan kiri menebal disertai deviasi septum nasi
ke kiri
k. Sinus paranasalis yang terscan dan air cells mastoid dalam batas normal
Kesan :
ke kiri
Kondisi/Penyakit :
Gangguan Motor Function Hemiparese Dextra Et
Causa Non Hemoragik Stroke
J. Perencanaan Fisioterapi
a. Infra Red
Time : 10 menit
Teknik : Pasien dalam posisi tidur terlentang senyaman mungkin. Pad atau
elektroda yang diletakkan oleh fisioterapis pada lengan dan tungkai yang
lemah, kedua pad diletakkan pada origo dan insertion masing-masing otot.
Time : 10 menit
d. Bridging Exercise
Tujuan :
e. PNF
Tujuan :
b. Mobilisasi thoraks
Teknik :
e. Tempatkan tangan yang lebih jauh dari pasien di bawah bahu pasien,
tidur
Tujuan :
b. Mobilisasi thoraks
Teknik :
pasien
Tujuan :
a. Bantu pasien ke posisi duduk di tepi tempat tidur. Buat posisi kursi
pada sudut 450 terhadap tempat tidur. Jika menggunakan kursi roda,
dengan pasien
pasien
fisioterapis
g. Berporos pada kaki yang lebih jauh dari kursi, pindahkan pasien
kursi
L. Evaluasi Fisioterapi
koordinasi Stimulation
Exercise
4. Bridging
Exercise
5. PNF
koordinasi Stimulation
Exercise
4. Bridging
Exercise
5. PNF
koordinasi Stimulation
4. Bridging
Exercise
5. PNF
Setelah pasien melakukan fisioterapi 3 kali terdapat peningkatan yaitu nilai otot meningkat
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stroke dapat menyebabkan problematika pada tingkat impairment berupa
gangguan motorik, gangguan sensorik, gangguan memori dan kognitif, gangguan
koordinasi dan keseimbangan. Pada tingkat functional limitation berupa gangguan
dalam melakukan aktifitas fungsional sehari-hari seperti perawatan diri, transfer dan
ambulasi. Serta pada tingkat participation restriction berupa keterbatasan dalam
melakukan pekerjaan, hobi dan bermasyarakat di lingkungannya.
Hemiparesis adalah suatu penyakit sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak,
progesif cepat, berupa defisit neurologis yang berlangsung 24 jam atau lebih langsung
menimbulkan kematiandan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatic.
Kelemahan tangan maupun kaki pada pasien stroke akan mempengaruhi kontraksi otot.
Berkurangnya kontraksi otot disebabkan karena berkurangnya suplai darah ke otak
belakang dan otak tengah. Kelainan neurologis dapat bertambah karena pada stroke
terjadi pembengkakan otak (oedema serebri) sehingga tekanan didalam rongga otak
meningkat hal ini menyebabkan kerusakan jaringan otak bertambah banyak. Oedema
serebri berbahaya sehingga harus diatasi dalam 6 jam pertama = Golden Periode
(Gorman, M et.,al, 2012).
Dengan adanya fisioterapi penderita hemiparese post stroke dapat ditangani
dengan Stimulasi Elektris dan Terapi Latihan. Adapun beberapa metode Terapi Latihan
antara lain Propioceptif Neuromuscular Facilitation (PNF), Brunstrom, Bobath dan
Motor Relearning Programme (MRP).
DAFTAR PUSTAKA
Djohan , Aras. Hasnia ,Ahmad .Andy , Ahmad. 2016/12/01“ the new concep of test and
measurement in patient care physitherapy” .makassar:physiocare publishing
Desember 2018
Desember 2018
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/46022/Chapter%20II.pdf;sequence=
Desember 2018
https://www.scribd.com/upload-
document?archive_doc=340464258&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A%
22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action%22%
3A%22download%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A%22web
History Taking :
sekitar satu minggu yang lalu ketika pasien pulang dari mengambil gaji. Pasien
tiba-tiba merasa lemah pada seluruh badannya. Kemudian pasien di bawa ke
Rumah Sakit Wahidin
Inspeksi :
Statis : bahu asimetris, kepala sedikit miring ke sisi yang lemah, pasien selalu
tampak murung
Dinamis : pasien sulit menggerakkan tangan dan kaki kanannya, keseluruhan
aktivitas masih mendapatkan bantuan dari orang lain
Pemeriksaan fisik
Tes kognitif : Palpasi : Tonus Tess spastisitas Kekuatan otot Tes Rfeleks
komunikasi, otot lengan dan dengan skala dengan MMT : a. Reflex Fisiologis
atensi, motivasi tungkai sebelah ASWORTH : Otot bagian Biceps:
dan emosi kanan hypotonus, tonuss otot lengan superior : 3 hyporefleks
mengalami suhu : normal, dan tungkai Otot bagian Triceps:
gangguan kontur kulit : sebelah kanan 1 inferior : 1 hyporefleks
normal, odema : KPR : hyporefleks
tidak ada APR : hyporefleks
Tes Tes koordinasi : b. Reflex Patologis
kemampuan Finger to finger : tidak Babinsky : positif
fungsional Tes sensorik bisa dilakukan Chaddock : positif
ADL: jumlah Tes tajam/tumpul : lengan Finger to nouse : bisa Schaefer : positif
skor 0 dan tungkai sebelah kanan dilakukan
(ketergantunga tidak terasa Finger to therapis finger :
n penuh) Tes rasa sakit : lengan dan bisa dilakukan Alternate
tungkai sebelah kanan heel to knee, heel to toe :
tidak terasa bisa dilakukan
Diagnosa ICF :
Gangguan Motor Function Hemiparese Dextra et causa Non Hemoragic
Stroke
Makassar, 4 Januari 2019
Clinical Instruktur
_________________________
LEMBAR BAGAN ICF
Kondisi/Penyakit :
Gangguan Motor Function Hemiparese Dextra Et
Causa Non Hemoragik Stroke
Clinical Instruktur
__________________________
LEMBAR INTERVENSI FISIOTERAPI
Nama Pasien : Tn. M.R
Umur : 73 Tahun
Infra Red Untuk melancarkan peredaran Dapat merangsang otot yang mengalami
darah gangguan dan meningkatkan ROM agar
kembali ke fungsi normalnya efek panas yang
ditimbulkan akan menimbulkan kenaikan
temperature. adanya kenaikan temperatur akan
menimbulkan vasodilatasi sehingga terjadi
peningkatan supply darah ke jaringan setempat
Kenaikan temperatur disamping membantu
proses rileksasi juga akan meningkatkan
kemampuan otot untuk berkontraksi
Electrical Untuk memberi rangsangan kepada Dengan rangsangan listrik dapat meningkatkan
stimulation otot untuk membantu memperkuat kekuatan otot,kontraksi otot juga dapat
otot yang lemah meningkatkan suplai darah ke daerah yang
lemah ini dapat membantu perbaikan otot
Passive exercises Mempertahnkan integritas sendi Dapat merangsang otot yang mengalami
dan jaringan lunak, meminimalkan gangguan dan meningkatkan ROM agar
efek terjadinya kontraktur, kembali ke fungsi normalnya
mempertahankan elastisitas
mekanik otot, menurunkan nyeri
dan membantu mempertahankan
kesadaran gerak pasien
Bridging Exercise Untuk meningkatkan kekuatan otot Dengan melakukan bridging exercise maka
dasar panggul, sebagai metode akan menembah kekuatan otot yang berfungsi
latihan keseimbangan dan untuk keseimbangan tubuh
persiapan latihan ambulasi posisi
duduk- berdiri
PNF Untuk mengajarkan gerakan, PNF dapat merangsang saraf motorik untuk
menambah kekuatan otot, melakukan kontraksi sehingga dapat menambah
memperbaiki koordinasi dan kekuatan otot
menambah ROM
Latihan ambulasi Melatih keseimbangan duduk Dengan pemberian latihan ambulasi dan
dan transfer pasien saat beraktifitas, untuk transfer akan meningkatkan sirkulasi darah
mobilisasi thoraks, sebagai self yang akan memicu penurunan nyeri dan
asisted untuk lengan atas pasien penyembuhan luka lebih cepat serta untuk
dan mengajarkan cara duduk yang meningkatkan kemampuan aktivitas mandiri
benar kepada pasien pasien
Clinical Instruktur
__________________________
_
LEMBAR INTERVENSI FISIOTERAPI
Nama Pasien : Tn. G
Umur : 79 Tahun
Infra Red Untuk melancarkan peredaran Dapat merangsang otot yang mengalami
darah gangguan dan meningkatkan ROM agar
kembali ke fungsi normalnya efek panas
yang ditimbulkan akan menimbulkan
kenaikan temperature. adanya kenaikan
temperatur akan menimbulkan vasodilatasi
sehingga terjadi peningkatan supply darah
ke jaringan setempat Kenaikan temperatur
disamping membantu proses rileksasi juga
akan meningkatkan kemampuan otot untuk
berkontraksi
PNF Untuk merileksasikan otot dan Dengan melakukan gerakan PNF dapat
jaringan tendon sekaligus meningkatkan fleksibilitas otot hamstring
pembuluh darah dan karena respon autogenic inhibition dan
mengurangi nyeri dan kombinasi pasif stretching
mengurangi spasme
_____________________________ _________________________