Professional Documents
Culture Documents
Oleh Kelompok II
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN MUATAN LOKAL DOKTER KEPULAUAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah, rahmat
dan karunia-Nya laporan kunjungan kelompok ini dapat tersusun tepat pada
dalam melakukan evakuasi pada korban dan terdapat laporan kasus yang pernah
ini masih terdapat banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan, oleh sebab itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca,
guna perbaikan dan penyempurnaan tugas ini di masa yang akan datang.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
SAR merupakan singkatan dari Search And Rescue, adalah kegiatan dan
usaha mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau
dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah – musibah seperti
pelayaran, penerbangan, dan bencana. Kedudukan Badan Nasional Pencarian dan
Pertolongan adalah lembaga pemerintah non kementrian yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Sesuai Peraturan Presiden Nomor 83
Tahun 2016 tentang Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan, badan ini memiliki
tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pencarian dan pertolongan. Adapun beberapa perundang-undangan yang dapat
dijadikan landasan eksistensi Badan SAR Nasional meliputi; Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan, Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2008 tentang Pelayaran, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan, dan beberapa peraturan lainnya.
Keberhasilan kegiatan pencarian, pertolongan, dan penyelamatan sangat
ditentukan oleh koordinasi antar instansi terkait dengan potensi SAR dalam
penyelenggaraan pelayanan SAR. Anggota dari tim SAR sendiri bisa melibatkan
banyak pihak baik dari militer, kepolisian, aparat pemerintah, organisasi
masyarakat dan lain – lainnya. Di Indonesia sendiri, instansi yang bertanggung
jawab di bidang SAR diemban oleh Badan SAR Nasional atau disingkat
BASARNAS, yang memiliki kantor cabang wilayah masing-masing di Indonesia
termasuk provinsi NTB yaitu Kantor SAR Mataram.
3
Tujuan Umum Pemebelajaran
4
BAB II
ISI
5
3) melaksanakan pencarian dengan Preliminary Communication
(Precom)
4) menghubungi instansi atau organisasi potensi SAR untuk
menyiapkan unsur SAR yang mereka miliki
5) melaksanakan proses penunjukan SAR Mission Coordinator (SMC)
6) melaksanakan pencarian dengan Extended Communication
(Excom)
7) melakukan koordinasi intensif dengan SRU (tim SAR) yang terkait
8) menyiapkan unsur - unsur SAR yang dimiliki oleh Basarnas.
6
Tahap dimana dilakukan tindakan untuk menggerakkan fasilitas SAR
menuju lokasi musibah, melaksanakan pencarian, pertolongan, melakukan
pertolongan pertama terhadap korban dan memindahkan korban ke lokasi
yang lebih aman. Tindakan yang dilaksanakan dalam tahap operasi meliputi:
1) melaksanakan briefing kepada Tim SAR
2) memberangkatkan tim SAR ke search area
3) melaksanakan pencarian elektronik maupun visual sesuai dengan track
spacing dan search pattern yang telah ditentukan
4) melaksanakan pertolongan kepada korban yang mengalami musibah
5) melaksanakan evakuasi
6) mengkoordinasikan dan mengendalikan tim SAR di search area
7) melaksanakan penarikan tim SAR dari search area
8) melaporkan temuan-temuan di search area
9) melaporkan perkembangan kegiatan SAR di search area
10) melaksanakan debriefing terhadap tim SAR yang telah menyelesaikan
Operasi SAR akan berhasil dengan baik jika berbagai potensi yang
bergabung dalam operasi SAR dikendalikan secara terpadu, melaksanakan operasi
SAR sesuai dengan rencana operasi yang telah dibuat, sehingga pelaksanaan
operasi SAR tidak berjalan masing-masing.
7
1. SC (SAR Coordinator) dijabat oleh Kepala Badan SAR Nasional, dapat di
delegasikan kepada Gubernur/ Bupati/ Walikota Madya Tk. Pejabat lain
yang dianggap mampu.
2. SMC (SAR Mission Coordinator) dijabat oleh pejabat Basarnas/Kantor
SAR/ pejabat dari Instansi lain yang memenuhi persyaratan kualifikasi,
mampu memimpin dan mengendalikan tugas SAR secara terkoordinasi dan
terpadu.
3. OSC (On Scene Coordinator) dijabat oleh Kapten/ nahkoda kapal, yang
armadanya datang pertama kali ditempat musibah (pelayaran dan
penerbangan). OSC ini bekerja terus hingga ada yang menggantikannya.
4. SRU (Search and Rescue Unit) yaitu Satuan Tugas SAR yang terdiri dari
beberapa kapal, pesawat terbang dan Tim Rescue. Satgas SAR di tiap lokasi
musibah dipimpin oleh seorang OSC yang berada di bawah SMC.
Medical Evacuation
Medical evacuation merupakan suatu tindakan yang diberikan kepada
korban yang dievakuasi yang mengalami kegawatdaruratan sehingga diperlukan
penjemputan untuk penanganan medis lanjutan. Tim Rescue Basarnas
berkemampuan MFR (Medical First Responder) adalah tim yang menolong para
korban kecelakaan atau bencana dan setelah mereka menemukan dan
menstabilkan korban mereka diwajibkan untuk langsung mengevakuasi korban
8
ke Pelayanan Medis Lanjutan baik itu Puskesmas/Klinik/Rumah sakit. Dalam
proses evakuasi korban ke layanan kesehatan, terdapat beberapa formulir yang
harus dilengkapi yaitu formulir serah terima korban, yang akan diberikan kepada
layanan kesehatan tempat korban dirujuk.
9
Gambar Formulir Serah Terima Korban (Lanjutan)
10
1. Dalam hal terjadi musibah pelayaran dan/atau penerbangan, atau
bencana atau musibah lainnya, BASARNAS atau melalui Unit
Pelaksana Teknis BASARNAS dan/atau Pos SAR terdekat segera
mengambil langkah-langkah yang diperlukan serta melaksanakan
tindak awal dan operasi SAR sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
2. Pelaksanaan operasi SAR sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara terkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat,
instansi/organisasi potensi SAR, dan pihak lain terkait.
Pasal 38 berbunyi :
1. Unit Pelaksana Teknis BASARNAS dan/atau Pos SAR sebagaimana
dimaksud pada Pasal 37 dapat meminta bantuan kepada Unit Pelaksana
Teknis BASARNAS dan/atau Pos SAR lain sesuai dengan kebutuhan
dalam pelaksanaan operasi SAR.
2. Unit Pelaksana Teknis BASARNAS dan/atau Pos SAR lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memberikan bantuan dalam
pelaksanaan operasi SAR.
11
Tahap operasi (Operation stage), saat dilakukannya operasi pencarian dan
pertolongan.
Tahap pengakhiran operasi (Mission conclusion stage), saat dinyatakan
operasi SAR selesai dan seluruh unsur dikembalikan ke satuan masing-
masing.
12
Baju selam : melindungi bagian dalam tubuh saat melakukan penyelaman,
menghindari hipotermi saat melakukan penyelaman.
b. Ring Buoy
Kegunaan alat ini adalah untuk menyelamatkan korban tenggelam yang
masih bisa menjangkau suatu benda. Alat ini dapat digunakan oleh 3-4 korban
dengan perpegangan di sisi-sisinya kemudian ditarik oleh penolong. Jika
korban kooperatif dan terjangkau, alat ini dapat dilemparkan ke arah korban
13
dan korban diminta untuk meraih alat yang dilempar. Jika lemparan tidak
sampai ke korban, penolong dapat berenang dan mendekatkan alat ke korban,
setelah alat terpegang korban dapat ditarik oleh penolong. Jika korban tidak
kooperatif, setelah ring buoy dipegang oleh korban, penolong mendorong ring
buoy hingga posisi korban berada diatasnya dan mengambang.
c. Flexible Buoy
14
Digunakan untuk menyelamatkan korban tenggelam dengan jumlah korban
maksimal satu orang. Ikatkan tali pada penolong kemudian penolong berenang
mendekati korban. Usahakan jangan bersentuhan dengan korban, jaga jarak
sekitar 1 meter dari korban berikan torpedo buoy pada korban, setelah korban
memegang torpedo buoy, penolong kemudian berenang untuk menarik korban.
e. Life Jacket
Alat ini digunakan oleh penyelamat untuk menyelamatkan korban tenggelam.
Alat ini juga dapat digunakan oleh korban yang hampir tenggelam. Jaket di
pasang ditubuh penolong dengan tujuan untuk menambah bouyanci penolong
agar tidak tenggelam. Life jacket juga dapat di gunakan oleh korban. Penolong
dapat membawa lebih dari 2 life jacket dan memberikan salah satunya pada
korban yang kooperatif.
15
Alat ini dikendalikan dengan menggunakan remote control, dan dijalankan
menuju ke korban sehingga korban dapat menjangkaunya dan kemudian ditarik
dengan tali.
g. Papan penyelamat
Digunakan untuk menyelamatkan korban di air, biasanya peselancar. Alat ini
dapat mengangkut dua orang yang diminta untuk berbaring diatas papan
kemudian ditarik.
16
- Rubber boat
Perahu berbahan dasar karet yang dapat dikembangkan dan dilipat, yang
dilengkapi dengan motor tempel sebagai sarana pencarian dan pertolongan
di area perairan/ laut
17
- Rescue Boat
Rescue Boat adalah kapal versi SAR yang digunakan sebagai sarana
pencarian dan pertolongan yang dilengkapi dengan peralatan SAR, dan
digolongkan berdasarkan ukuran menjadi 3 (tiga) jenis: Kelas II (panjang
30 s.d. 40 M). Standar Rescue Boat Kelas II; Kelas III (panjang 20 s.d. <
30 M). Standar Rescue Boat Kelas III; Kelas IV (panjang 12 s.d. < 20 M).
Standar Rescue Boat Kelas IV. Boat ini memiliki ruangan untuk korban
selamat (30 seat). Dan ruangan pasien dengan 2 tempat tidur. Daya jelajah
boat ini mencapai 30 mil kearah laut.
- Rescue Ship
Rescue Ship adalah kapal kelas I versi SAR (panjang >40 M) yang
digunakan sebagai sarana pencarian dan pertolongan dilengkapi dengan
peralatan SAR
18
Perlengkapan medis basarnas
- Tas medis
19
Antisipasi Basarnas Jika Fasilitas Tidak Tersedia Atau Tidak Memadai
20
1. KASUS YANG DITANGANI
Kasus tenggelam yang terjadi pada tanggal 20 Agustus 2018 di Perairan
desa Nggembe, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima dengan satu orang
korban laki-laki berusia 25 tahun.
2. TAHAP-TAHAP EVAKUASI YANG DILAKUKAN
a. Tahap Menyadari
Diawali laporan dari salah satu Pol Air Kab Bima pukul 16.20
WITA kepada Basarnas pada tanggal 20 Agustus 2018 bahwa telah
terjadi kondisi yang membahayakan jiwa satu orang tenggelam di di
Perairan desa Nggembe, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima.
Nama Korban : RE
Usia : 25 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Tumpu, RT 02 RW 01, Kecamatan Bolo
Kabupaten Bima
Petugas siaga menyampaikan laporan ke Kasubsi Operasi
perihal informasi tersebut dan meneruskan ke Kepala Kantor Pencarian
dan Pertolongan Mataram.
b. Tahap Tindak Awal
1. Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Mataram melalui Kasubsi
Operasi memerintahkan tim rescue Pos Pencarian dan Pertolongan
Bima untuk melakukan operasi SAR dibawah koordinator lapangan.
2. Tim rescue melakukan persiapan terhadap unsur SAR yaitu rescue
D-Max dan membawa sarana SAR air.
c. Tahap Perencanaan
Lokasi kejadian kemudian diperkirakan dengan menggunakan
perhitungan koordinat dan menentukan jarak dari Pos Bima. Kemudian
tim rescue berkoordinasi dengan pihak Polsek kota bima dan kabupaten
Bima, BPBD Bima, Puskesmas Kec. Bolo Kab. Bima, serta masyarakat
setempat terkait upaya pertolongan terhadap korban.
21
d. Tahap Operasi
1. Operasi hari I
Tim Siaga SAR Pos Pencarian dan Pertolongan Bima berangkat ke
lokasi perkiraan kejadian dan telah membawa peralatan SAR air.
Sesampainya di lokasi, tim SAR mulai berkoordinasi dengan
potensi. Berhubung kondisi tidak memungkinkan untuk dilakukan
operasi, operasi dihentikan sementara dan dilanjutkan besok pagi.
Tim rescue menginap di lokasi.
2. Operasi hari II
Tim SAR gabungan kembali melakukan pencarian dan menyusuri
perairan dengan Rubber boat sejauh kurang lebih 126,25 meter dari
lokasi kejadian. Setelah dilakukan pencarian sekitar pukul 11.00
WITA, tim rescue berhasil menemukan korban dalam keadaan
meninggal dunia dan selanjutnya korban dievakuasi denggan
menggunakan ambulan milik Puskesmas kec. Bolo korban dibawa
ke rumah duka.
e. Tahap Akhir Penugasan
Dengan telah berhasil ditemukannya korban dalam keadaan selamat,
maka operasi SAR dinyatakan ditutup, seluruh unsure dan potensi SAR
kembali ke kesatuan masing-masing. Kemudian tim Basarnas membuat
laporan akhir penyelenggaraan operasi SAR.
3. GARIS KOORDINASI
Garis koordinasi dalam evakuasi tersebut diawali dengan adanya laporan
korban tenggelam yang diterima oleh BASARNAS NTB, kemudian
dipastikan kembali apakah informasi tersebut benar atau tidak (Incerta).
Sebelum dilakukan pencarian dilakukan Alerfa (persiapan dan kesesuaian
alat pertolongan), wilayah pencarian ditentukan berdasarkan titik terakhir
korban terlihat kemudian dilakukan Detresta (menurunkan personil ke
daerah perairan dimana korban terakhir terlihat). Setelah korban ditemukan,
dilakukan serah terima korban dengan pihak kepolisian dan tenaga medis di
Puskesmas Bima.
22
4. PIHAK YANG TERLIBAT DALAM EVAKUASI
a. Tim Rescue Pos SAR Bima
b. Polsek Bima
c. BPBD Kabupaten Bima
d. Puskesmas kec Bolo Kab Bima
e. Masyarakat setempat
5. KENDALA-KENDALA SELAMA EVAKUASI
Pencarian yang dilakukan karena terhalang oleh kondisi gelap karena
malam hari membuat operasi SAR tidak maksimal dilakukan.
Selain itu arus yang deras mempersulit tim SAR dalam proses evakuasi
korban dari perairan menuju boat yang tim SAR gunakan.
6. UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK MENGATASI KENDALA
Upaya yang dilakukan dalam kendala kasus ini adalah dilakukannya
penundaan pencarian hingga pagi hari. Pagi hari pukul tujuh pencarian
dilakukan kembali. Selain itu untuk menghadapai arus yang deras dalam
proses evakuasi korban dari perairan menuju boat yang tim SAR gunakan,
tim sar harus menurunkan penyelam untuk mendekati korban sehingga
memudahkan evakuasi korban menuju boat.
7. PEMBAHASAN KASUS
Pada kasus diatas korban ditemukan meninggal dunia setelah
operasi dilakukan selama 2 hari. Proses pencarian dilakukan dari tanggal 20
Agustus 2018 hingga 21 Agustus 2018 dan dan korban ditemukan sekitar
pukul 11.00 WITA. Dalam kasus ini, tim SAR telah melakukan prosedur
tindakan sesuai dengan tahapan-tahapan evakuasi yakni tahapan menyadari,
tindak awal, perencanaan, operasi, dan akhir penugasan.
Pada tahap menyadari Basarnas mendapatkan laporan dari
Kepolisian Bima dan memastikan terjadinya kasus tersebut. Tindak awal
dilakukan dengan membentuk tim rescue dan mempersiapkan peralatan
pertolongan dan pencarian di air. Pada tahap operasi hari pertama terjadi
kendala karena kondisi yang gelap menyulitkan pencarian, maka operasi
dilanjutkan esok hari pada pagi hari agar memudahkan pencarian korban.
23
Setelah korban ditemukan, Basarnas menutup operasi dan membuat laporan
penanganan yang masuk dalam tahap akhir penugasan.
Dalam melakukan tugasnya, Basarnas memerhatikan 4 hal yaitu
lokasi, akses, stabilisasi pasien, dan transportasi. Pada kasus ini karena
korban dilaporkan tenggelam di sekitar perairan desa Nggembe, Kecamatan
Bolo, Kabupaten Bima, maka penentuan koordinat lokasi pencarian hanya
dihitung dari kemungkinan keberadaan terakhir korban ditambah dengan
kurang lebih 1,25 km daerah pencarian dari lokasi perikiraan. Tim SAR
menggunakan perahu karet (rubber boat) untuk pencarian korban.
Kemudian korban ditemukan sudah tidak bernyawa dan mengapung di
perairain tersebut. Dokter tidak terlibat dalam proses evakuasi pada saat itu
namun sudah standby di pinggir untuk melakukan pertolongan pertama dan
lanjutan terhadap korban yang dievakuasi. Setelah itu transport korban
dilakukan dengan Ambulan Puskesmas Kec. Bolo kab Bima dan langsung
dibawa ke rumah duka. Pada kasus-kasus evakuasi di daerah perairan,
kendala yang umumnya dijumpai meliputi cuaca, ombak, angin serta lokasi
tempat pencarian korban yang menyulitkan. Selain faktor lingkungan,
terkadang pada beberapa kasus terdapat kendala seperti kekurangan
personil, namun jarang dijumpai kendala seperti kekurangan sarana yang
memadai.
24
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2007, tentang Badan SAR Nasional. Available
at:
http://peraturan.go.id/inc/view/11e44c4f6b0d13b0b3d8313232313130.htm
l [8 Desember 2018]
25