You are on page 1of 38

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PETANI PENDERITA KATARAK

TUGAS MATA KULIAH DASAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Dosen Pembimbing : Ns. Wantiyah, M.Kep.

oleh
Annisa Fiatul K. 142310101014
Annisa Clara 142310101123
Wan Sandra C.P 162310101126
Mochamad Riko S. 162310101134
Gevin Yensya 162310101164
Animas Debby S.A 162310101168
Maida Krismonica 162310101182
Marda Aditya S. 162310101184

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
JEMBER

2017
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PETANI PENDERITA KATARAK

TUGAS MATA KULIAH DASAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

disusun untuk memenuhi tugas Dasar Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pembimbing : Ns. Wantiyah, M.Kep.

oleh

KELOMPOK 1

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
JEMBER
2017

HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Makalah “Asuhan Keperawatan Pada Petani Penderita Katarak” mata


kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah.

Dosen Pembimbing : Ns. Wantiyah, M.Kep.

yang disusun oleh :

Kelompok 1

Telah disetejui pada :

Hari/Tanggal :

Makalah ini disusun dengan pemikiran sendiri, bukan hasil jiplakan atau
reproduksi ulang dari makalah yang telah ada.

Penyusun

(Mochamad Riko S. )

NIM 162310101134

Mengetahui,

Penanggung jawab mata kuliah Dosen Pembimbing

(Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB.) (Ns.Wantiyah, M.Kep.)

NIP 19810319 201404 1 001 NIP 19810712 200604 2 001


PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa telah memberikan


anugerah terindah berupa kesehatan dan kemampuan bagi penulis sehingga
penulis mampu menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan
Pada Petani Penderita Katarak” untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar
Keperawatan Medikal Bedah di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Jember.

Makalah ini disusun dari berbagai sumber informasi , tentunya tanpa


informasi tersebut tak mungkin makalah ini dapat tersusun. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini atas nama penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Nr. Wantiyah, S. Kep., M. Kep. selaku penanggung jawab mata kuliah


Dasar Keperawatan Medikal Bedah, Program Studi Ilmu Keperawatan.
2. Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB. selaku dosen pembimbing
tugas Makalah “Asuhan Keperawatan Pada Petani Penderita Katarak”
mata kuliah Dasar Keperawatan Medikal Bedah.

Akhirnya, tiada suatu usaha yang besar akan berhasil tanpa dimulai dari
usaha yang kecil. Semoga makalah yang telah tersusun bermanfaat, terutama
untuk mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Jember. Kami selaku penyusun mengharap kritik, saran, dan masukan untuk
perbaikan pada masa yang akan datang.

Jember, 16 November 2017


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................


HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................
1.1 Latar Belakang .....................................................................................
1.2 Tujuan Pembuatan Makalah ................................................................
1.3 Manfaat.................................................................................................
1.4 Rumusan Masalah.................................................................................

BAB II: KONSEP DASAR PENYAKIT......................................................

1.5 Pengertian Katarak................................................................................


1.6 Etiologi Katarak....................................................................................
1.7 Patofisiologi Katarak............................................................................
1.8 Manifestasi Klinis Katarak...................................................................
1.9 Prosedur diagnostic Katarak.................................................................
1.10Penatalaksanaan medis Katarak............................................................

BAB III:ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................

3.1 Pengkajian.............................................................................................
3.2 Riwayat kesehatan ...............................................................................
3.3 Pengkajian: Pola Gordon, NANDA .....................................................
3.4 Pemeriksaan fisik .................................................................................
3.5 Analisa data dan masalah .....................................................................
3.6 Pathway.................................................................................................
3.7 Diagnosa Keperawatan (NANDA) ......................................................
3.8 Perencanaan keperawatan (NOC) ........................................................
3.9 Intervensi Keperawatan (NIC) .............................................................
3.10 Evaluasi keperawatan (SOAP) ..........................................................
BAB IV. PENUTUP .......................................................................................
4.1. Kesimpulan............................................................................................
4.2. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
LAMPIRAN....................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


WHO memperkirakan terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia,
dimana sepertiganya berada di Asia Tenggara. Angka kebutaan di Indonesia
terbilang tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara.
Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996
menunjukan bahwa angka kebutaan sebesar 1,5%. Penyebab kebutaan adalah
katarak sebesar 0,78 %, glaucoma sebesar 0,2%, kelainan refraksi sebesar
0,14% dan penyakit lain yang berhubungan dengan usia lanjut sebesar 0,38%.
Jumlah buta katarak di Indonesia , terdapat 16% buta katarak pada usia
produktif (40-54 tahun), pada hal sebagai penyakit degeratif buta katarak
umumnya terjadi pada usia lanjut. (Tana dkk, 2006)
Katarak merupakan suatu kelainan mata yang berupa kekeruhan pada
lensa, disebabkan oleh pemecahan protein (atau bahan lainnya) oleh proses
oksidasi dan foto-oksidasi. Katarak dapat menimbulkan gangguan
penglihatan, seperti penglihatan kabur, penglihatan bagian sentral hilang
sampai buta. Penyebab katarak yang utama adalah proses alamiah dengan
bertambah lanjutnya usia, menimbulkan perubahan pada mata. Faktor lain
yang berpengaruh terhadap terjadinya katarak adalah penyakit diabetes
mellitus, pemakain steroid yang lama, kelainan bawaan metabolisme, pajanan
kronis terhadap sinar ultraviolet (sinar matahari). (Tana dkk, 2006)
Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis dimana iklim yang
sedemikian rupa Indonesia sangat cocok untuk bercocok tanam. Macam
geografis Indonesia yang memiliki macam tanah yang tergolong subur sangat
mendukung untuk dijadikan lahan pertanian dan perkebunan. Dengan berbagai
kecocokan tersebut tidak dapat dipungkiri Indonesia merupakan negara agraris
yang memiliki banyak penduduk yang berprofesi sebagai petani.
Mengingat tingginya prevalensi terjadinya kebutaan akibat katarak dengan
profesi penduduk Indonesia yang merupakan negara agraris adalah sebagai
petani yang memiliki resiko tinggi katarak karena pengaruh pejanan kronis
dari sinar matahari, penulis tertarik untuk mengambil topik penyakit katarak
dalam pembuatan asuhan keperawatan.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
system indra khususnya pada mata yaitu katarak yang berhubungan dengan
aktivitas pertanian

1.3 Manfaat
1.3.1 Mengetahui apa itu katarak, etiologi, patofisiologi, menifestasi klinis, dan
penatalaksanaan katarak.
1.3.2 Dapat mengetahui asuhan keperawatan pada klien pada gangguan
pancaindra yaitu katarak
1.3.3 Dapat mengetahui penyakit yang ditimbulkan pertanian yaitu katarak

1.4 Rumusan Masalah


1.4.1 Apa yang dimaksud penyakit katarak ?
1.4.2 Bagaimana etiologic penyakit katarak ?
1.4.3 Bagaimana Patofisiologi Katarak ?
1.4.4 Bagaimana Manifestasi Klinis Katarak ?
1.4.5 Bagaimana Prosedur diagnostic Katarak ?
1.4.6 Bagaimana Penatalaksanaan medis Katarak ?
1.4.7 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien katarak ?
BAB II. KONSEP DASAR PENYAKIT

1.1 Pengertian Katarak

Katarak adalah kondisi lensa mata yang terdapat bercak putih seperti awan.
Kondisi ini membuat pandangan mata terganggu. Katarak dapat mempengaruhi
jarak pandang mata dan mata silau. Katarak umumnya tidak menyebabkan nyeri
mata atau iritasi mata. Banyak kasus mata katarak berkembang secara lambat dan
mengganggu pandangan mata pada awalnya. Tetapi ketika noda putih pada lensa
mulai muncul, maka kenyamanan penglihatan akan terganggu (Dr. Irwan, 2016)

Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti
air terjun. Hal ini disebabkan karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu
seperti tertutup oleh air terjun didepan matanya (Ilyas, 2006) hal 2.

Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya


terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, pemajanan radiasi,
pemajanan sinar matahari yang lama, atau kelainan mata yang lain (seperti uveitis
anterior) (Smeltzer, 2001)

Jadi dapat disimpulkan, katarak adalah kekeruhan lensa yang normalnya


transparan dan dilalui cahaya ke retina, yang dapat disebabkan oleh berbagai hal
sehingga terjadi kerusakan penglihatan.

1.2 Etiologi Katarak

Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa mengalami


katarak yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan di dalam
kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak kongenital. Lensa mata
mempunyai bagian yang disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks
lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa. Pada
anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang pada orang tua nukleus ini
menjadi keras. Katarak dapat mulai dari nukleus, korteks, dan subkapsularis lensa.
Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan
menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya, sehingga
kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang. Hal ini mulai terlihat pada
usia 45 tahun dimana mulai timbul kesukaran melihat dekat (presbiopia). Pada
usia 60 tahun hampir 60% mulai mengalami katarak atau lensa keruh.

Katarak biasanya berkembang pada kedua mata akan tetapi progresivitasnya


berbeda. Kadang-kadang penglihatan pada satu mata nyata berbeda dengan mata
yang sebelahnya. Perkembangan katarak untuk menjadi berat memakan waktu
dalam bulan hingga tahun. Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya
katarak lebih cepat. Faktor lain dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya
kekeruhan lensa sepertidiabetes melitus, obat tertentu, sinar ultra violet B dari
cahaya matahari, efek racun dari merokok, dan alkohol, gizi kurang vitamin E,
dan radang menahun di dalam bola mata. Obat tertentu dapat mempercepat
timbulnya katarak seperti betametason, klorokuin, klorpromazin, kortison,
ergotamin, indometasin, medrison, neostigmin, pilokarpin dan beberapa obat
lainnya. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes melitus dapat
mengakibatkan timbulnya kekeruhan lensa yang akan menimbulkan katarak
komplikata (Ilyas, 2006) .

1.3 Patofisiologi Katarak

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus,
di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya kapsul anterior dan
posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela (Ilyas,
2006).

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya


transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang
dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan
penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa
suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah
enzim akan menurun dengan 23 bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak (Ilyas, 2006).

1.4 Manifestasi Klinis Katarak

Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien


melaporkan penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan
penglihatan tadi, temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara
keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika
lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan
dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan
kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan
susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak
kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama
bertahun-tahun , dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang
lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan.

Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk


menghindari silau yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah.
Misalnya, ada yang mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar tidak
akan langsung menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak
lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai
mobil pada siang hari (Smeltzer, 2001).

1.5 Prosedur diagnostic Katarak


a. Kartu mata snellen/mesin telebinokular (test ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea,
lensa,akueus/vitreus humor, kesalahan retraksi atau penyakit sistem saraf
/penglihatan ke retina atau jalan optik.
b. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan oleh glaukoma.
c. Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO), norma 12-25 mmHg.
d. Pengukuran ganioskopi : Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glaukoma.
e. Pemeriksaan oftalmoskopi: Mengkaji struktur internal okuler, papil edema,
perdarahan retina, dilatasi dan pemeriksaan belahan-lampu memastikan
diagnosa katarak.

1.6 Penatalaksanaan medis Katarak

Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat mencegah katarak.
Beberapa penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses bertambah
keruhnya lensa untuk menjadi katarak (Ilyas, 2006). Meski telah banyak usaha
yang dilakukan untuk memperlambat progresifitas atau mencegah terjadinya
katarak, tatalaksana masih dengan pembedahan (James, 2006). Untuk menentukan
waktu katarak dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan dan
bukan oleh hasil . Tajam penglihatan dikaitkan dengan tugas sehari-hari penderita.
Digunakan 25 insipien, imatur, matur, dan hipermatur didasarkan atas
kemungkinan terjadinya penyulit yang dapat terjadi (Ilyas, dkk, 2002).

Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan


penggantian lensa dengan implant plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak
dilakukan dengan anestesi lokal daripada anestesi umum. Anestesi lokal
diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak mata atau diberikan secara topikal.
Operasi dilakukan dengan insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior,
diikuti oleh ekstraksi (lensa diangkat dari mata) katarak ekatrakapsular. Insisi
harus dijahit. Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang
dimasukkan melalui insisi yang lebih kecil dari kornea atau sklera anterior
(fakoemulsifikasi).
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN

Tn. A umur 65 tahun masih aktif sebagai petani di Kecamatan Teluk Jambe
Barat. Pasien telah lama mengeluh pengelihatannya kabur seperti melihat kabut.
Akhir-akhir ini klien merasa batuk terasa semakin berat dan mengganggu aktivitas
kerjanya sehari-hari. Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang
dialaminya. Saat ia memeriksakan diri ke rumah sakit X dinyatakan katarak dan
dianjurkan untuk dilakukan operasi pada mata kiri nya. Pada pengkajian yang
dilakukan perawat A didapatkan data “ klien mengeluh seperti melihat kabut,
silau, dan penglihatan tidak jelas “. Pada pemeriksaan fisik didapatkan leokokorea
pada lensa mata kiri. Tidak didapatkan riwayat diabetes, hipertensi, dan penyakit
jantung. Saat ini operasi telah dilakukan pada mata kiri 2 hari yang lalu klien
mengeluhkan nyeri semakin meningkat. Peningkatan nyeri pertama kali dirasakan
saat berdiri dari sujud pada sholat subuhdan ekspresi wajah klien tampak meringis
karena nyeri. Klien sementara ini tidak bisa bekerja karena masih harus
beristirahat dan memulihkan keadaan. Istri dan anak anaknya harus menunggu
klien sepanjang waktu, istri klien mengatakan klien susah tidur karena
memikirkan biaya dirinya dirumah sakit karena beliau adalah tulang punggung
keluarga. Ketika diajak berbicara oleh istrinya ekspresi klien tampak tegang dan
gugup.

3.1 Pengkajian
Nama : Tn. A No. RM : 1245XX
Umur : 65 tahun Pekerjaan : Petani
Jenis : Laki-Laki Status : Menikah
Kelamin Perkawinan
Agama : Islam Tanggal MRS : 20 -11-2017
11.45 WIB
Pendidikan : SD Tanggal : 22 -11-2017
Pengkajian
09.00 WIB
Alamat : Mulyorejo RT/RW 2/3 Sumber : Keluarga, klien
Kecamatan Teluk Jambe Informasi dan rekam medik
Barat.
3.2 Riwayat kesehatan
1) Diagnosa Medik: Katarak
2) Keluhan Utama:
Keluhan Saar MRS : Batuk dan penglihatan kabur
Keluhan Saat Pengkajian : Nyeri post operasi
3) Riwayat penyakit sekarang:
Klien mengatakan bahwa batuk yang dialami semakin berat dan juga
penglihatannya semakin kabur seperti melihat kabut. Akhirnya pada tanggal
20 November 2017 keluarga memeriksakan kesehatan klien ke Puskesmas
Teluk Jambe Barat.
Data Subjektif;
22-11-2017
1) Klien mengatakan batuknya telah berkurang
2) Klien telah lama mengeluh pengelihatannya kabur seperti melihat kabut
3) Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang dialaminya
4) Klien mengeluh seperti melihat kabut, silau, dan penglihatan tidak jelas
5) Klien mengeluhkan nyeri semakin meningkat
6) Istri pasien mengatakan pasien susah tidur karena memikirkan biaya
dirinya dirumah sakit karena beliau adalah tulang punggung keluarga.
4) Riwayat kesehatan terdahulu:
1) Penyakit yang pernah dialami:
Klien menyangkal tidak pernah memiliki riwayat penyakit apapun
sebelumnya. Klien tidak pernah dirawat di rumah sakit, pengalaman di
rawat di rumah sakit baru pertama kali di rasakan oleh pasien saat ini.
Klien mengatakan tidak pernah mengalami pusing dan nyeri dibagian
kepala belakang. Hanya saja pasien mengatakan walaupun merasa sakit
itu hanya masuk angin saja dan cukup mengkonsumsi obat dari warung.
2) Alergi (obat, makanan, plester, dll)
Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan
maupun alat kesehatan seperti plester.
3) Imunisasi
Klien mengatakan tidak mengetahui apakah dia mendapatkan imunisasi
saat kecil dulu.
4) Kebiasaan/pola hidup/life style
Klien merupakan seorang petani biasanya pasien bekerja di pagi hari
sampai sore hari. Klien terbiasa terpapar dengan teriknya matahari saat
bekerja. Kegiatan ini sudah dilakukan berpuluh puluh tahun. Klien
mengatakan hanya memakai topi untuk pelindunag diri saat bekerja.
Klien sudah lama merasakan kabur dalam penglihatan, namun karena
pengetahuan klien yang kurang maka klien menganggap itu karena usia.
5) Obat-obat yang digunakan:
Bodrex
6) Riwayat penyakit keluarga:
Menurut klien tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat
penyakit hipertensi dan diabetes mellitus ataupun jantung.

Genogram:

Tn.A
AA
Keterangan:

: laki-laki : saudara kandung

: perempuan : klien

: garis perkawinan : cerai

: garis keturunan

: satu rumah

: meninggal

3.3 Pengkajian: Pola Gordon, NANDA


a. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit: Klien merupakan seorang petani biasanya pasien bekerja di
pagi hari sampai sore hari. Klien terbiasa terpapar dengan teriknya matahari
saat bekerja. Kegiatan ini sudah dilakukan berpuluh puluh tahun. Klien
mengatakan hanya memakai topi untuk pelindunag diri saat bekerja. Klien
sudah lama merasakan kabur dalam penglihatan, namun karena pengetahuan
klien yang kurang maka klien menganggap itu karena usia. Ketika sakit Tn.
A hanya mengandalkan obat warung saja.
Saat sakit: Klien mengatakan saat di rawat di rumah sakit klien merasakan
terasa nyeri. Istri klien mengatakan klien susah tidur karena memikirkan
biaya dirinya dirumah sakit karena beliau adalah tulang punggung keluarga.
Interpretasi : Klien memiliki pola pemeliharaan kesehatan yang masih
kurang dibuktikan dari pengetahuan kesehatan yang minim dan penggunaan
alat pelindung diri yang minim saat bertani serta jarang sekali
memeriksakan status kesehatannya ke pelayanan kesehatan. Klien dan
keluarga juga masih kurang dalam hal ekonomi.
b. Pola nutrisi/ metabolic
Sebelum sakit BB klien 60 kg, namun semenjak sakit hingga tanggal
pengkajian BB belum diukur kembali. Dalam perhitungan indeks masa
tubuh klien masih tergolong kaegori normal. Klien mengatakan bahwa nafsu
makan klien saat di rumah sakit baik. Klien perlu diberikan motivasi lebih
mengenai diet untuk pasien tentang kondisi sakit dan kebutuhan nutrisi yang
adekuat untuk mempertahankan kondisi tubuhnya.
Diet Pattern (intake makanan dan cairan):
No Pola Nutrisi Sebelum MRS Saat MRS
1. Frekuensi makan 3 kali/hari yaitu pagi, 3 kali/hari, jam
siang dan malam, tapi menyesuaikan dengan
dengan waktu yang pembagian makanan
tidak teratur. dari RS

2 Porsi makan 1 piring/makan 1 piring


3 Varian makanan Nasi putih, sayur, Sesuai diet makanan
tempe, tahu yang diberikan di
rumah sakit (nasi,
sayur-sayuran,
tempe,tahu dan
lainnya)

4 Nafsu makan Baik Baik


5 Cairan Minum 6 gelas air Air mineral ±800 ml,
putih /hari (1000 ml), ditambah cairan infus,
klien kurang D5 500 ml/hari.
membiasakan diri
untuk mengkonsusmsi
air sesuai dengan
kebutuhan tubuh

6 Lain-lain - .
c. Pola eliminasi
BAK
No Pola eliminasi Sebelum MRS Saat MRS
1 Frekuensi 2-3 kali/hari 2-3 kali/hari
2 Jumlah 500-900 ml 500/900 ml
3 Warna Kuning jernih Kuning jernih
4 Bau Bau khas urin : Bau khas urin :
Amoniak Amoniak
5 Karakter - -
6 Bj - -
7 Alat bantu - -
8 Kemandirian Mandiri Mandiri
9 Lain-lain - -

BAB

No Pola eliminasi Sebelum MRS Saat MRS


1 Frekuensi 1x/hari 1x selama di rawat di
RS
2 Jumlah - -
3 Konsistensi Lembek lembek
4 Warna Kuning kcoklatan Kuning kecoklatan
5 Bau Bau khas feses Bau khas feses
6 Karakter - -
7 Bj - -
8 Alat bantu - -
9 Kemandirian Mandiri Mandiri
Lain-lain - -
Interpretasi: Pola BAK dan BAB klien normal

d. Pola aktivitas & latihan


Sebelum sakit
Aktivitas sehari-hari klien dilakukan secara mandiri dengan penglihatan
yang kabut. Biasanya klien melakukan aktivitas banyak saat bekerja dan
jarang sekali istrahat atau sekedar tidur siang.
Sesudah sakit
Terdapat aktivitas yang dilakukan klien secara mandiri dan beberapa
dibantu oleh keluarga karena nyeri paska operasi.
Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas di tempat tidur V
Berpindah V
Ambulasi / ROM V
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu
petugas/keluarga, 3: dibantu alat, 4: mandiri
Status Oksigenasi : Klien mengatakan sesaknya sudah berkurang, RR 22
x/mnt, suara paru vesikuler, nafas dalam, tidak terdapat pergerakan otot
bantu pernafasan, vocal fremitus +/+. Gerakan dada simenris +/+
Fungsi kardiovaskuler : Nadi: 80x/menit, TD: 130/90 mmHg, auskultasi
suara jantung regular S1 S2 Tunggal, tidak ada suara jantung tambahan
e. Pola tidur & istirahat
Keterangan Sebelum Saat Sakit
Durasi : 6 jam/hari 5-6 jam

Gangguan tidur : Tidak ada Istri pasien mengatakan pasien susah


tidur karena memikirkan biaya dirinya
dirumah sakit karena beliau adalah
tulang punggung keluarga.

Keadaan bangun Segar


tidur : Lemas

Lain-lain :
Intepretasi: Pola tidur klien tidak teratur saat MRS biasanya saat sebelum
sakit klien tidur mulai pukul 23.00-05.00 saat di rumah sakit klien terkadang
tidu pukul 21.00 atau 22.00 dan terbagun tengah malam atau dini hari
karena nyerinya yg timbul tiba-tiba dan perasaan yang mengganggu.
f. Pola kognitif & perceptual
1) Fungsi Kognitif dan Memori
Fungsi Kognitif: Klien dapat diajak komunikasi, dapat mengerti pertanyaan
dari perawat saat mengkaji keluhan dari pasien
Fungsi Memori: Klien dapat tidak dapat mengingat dengan jelas mengenai
riwayat yang pernah dialaminya di masa lampau.
2) Fungsi dan keadaan indera :
Penglihatan : Klien mengalami gangguan penglihatan yaitu penglihatan
klien mengalami kabur
Pendengaran : Klien berespon terhadap verbal
Perabaan : Klien berespon terhadap sentuhan Klien berespon menarik
kakinya saat bagian telapak kaki disentuh dengan ujung
bulpoint
Penciuman : Klien mampu membedakan bau
Pengecap : klien mampu membedakan rasa
Interpretasi : Klien memiliki gangguan penglihatan

g. Pola persepsi diri


1) Gambaran diri : Klien merasa bahwa kondisi tubuhnya terasa berbeda
dengan sebelumnya dimana sebelum sakit klien dapat beraktivitas
dengan baik sedangkan saat ini klien merasa penglihatannya terganggu.
2) Identitas diri : klien mampu menyebutkan siapa namanya dan siapa dia
di lingkungannya.
3) Harga diri : klien merasa tidak merasa malu dengan kondisinya saat
ini karena seorang yang sakit sudah menjadi ujian dalam kehidupan.
4) Ideal Diri : klien berharap agar dirinya dapat segera sembuh dan
segera berkumpul dengan keluargnya. Klien berharap bahwa dapat
kembali sehat dan bekerja kembali untuk menadapatkan penghasilan
5) Peran Diri : Klien berperan sebagai seorang kepala keluarga yang
bekerja dalam memenuhi kebutuhan di rumah. Klien harus menafkahi
istri dan anak-anaknya. Namun saat ini klien tidak dapat bekerja karena
harus di rawat inap di rumah sakit.
Interpretasi : klien memiliki masalah pada peran diri
h. Pola seksualitas & reproduksi
Klien merupakan seorang suami dam memiliki 4 orang anak yang selalu
menemani beliau saat dirawat dirumah sakit.
Interpretasi :
Klien tidak memiliki permasalahan pola seksualitas.
i. Pola peran & hubungan
Pola Sebelum Saat sakit
Peran Peran klien di rumah adalah Klien tidak
sebagai kepala keluarga, klien menjalankan status
merupakan seorang petani dan perannya dalam
tidak memiliki penghasilan yang keluarga.
tetap
Hubungan Terjalin hubungan yang baik Terjalin hubungan
antara klien dengan keluarga yang baik antara klien
lainnya dengan keluarga

Interpretasi: Klien memiliki hubungan yang baik antara istri dan anak-
anaknya maupun keluarga lainnya. Hal ini terlihat dari beberapa anggota
keluarga yang selalu menemani klien di rumah sakit. Serta saat jam kunjung
sudara-saudara klien yang lain juga ikut datang membesuk klien.

j. Pola manajemen koping-stress


Istri pasien mengatakan pasien susah tidur karena memikirkan biaya dirinya
dirumah sakit karena beliau adalah tulang punggung keluarga.
Intepretasi: Klien mengalami kecemasan terhadap penyakitnya

k. System nilai & keyakinan


Sebelum sakit Saat sakit
Klien mengatakan shalat saat berada Klien melakukan shalat saat berada
di rumah di rumah sakit.
Interpretasi : Klien tidak memiliki permasalahan pada pola keyakinan
spiritual.
3.4 Pemeriksaan fisik
Keadaan umum:

Komposmetis GCS: E4 V5 M6, keadaan umum cukup

Tanda vital:

a. Tekanan Darah : 130/90 mm/Hg


b. Nadi : 80 X/mnt
c. RR : 22 X/mnt
d. Suhu : 36,6 C
Intepretasi : Pasien dalama keadaan composmentis
3.4.1 Pengkajian Fisik (B1-B6)
a. B1 Breathing
Inspeksi: kepatenan jalan nafas baik, klien mengatakan bahwa tidak sesak,
Klien tidak menggunakan otot bantu nafas dan otot diafragma, tidak
menggunakan pernafasan cuping hidung, RR : 22 x/menit reguler.
Palpasi : Vokal fremitus teraba pada kedua lapang paru
Perkusi : Suara ketukan sonor
Auskultasi : Suara paru vesikuler pada kedua lapang paru
b. B2 Blood
Tidak terdapat sianosis, TD: 130/90 mmHg, HR:80 x/menit, akral tangan
hangat, akral kaki hangat, CRT = 2 detik, tidak terdapat distensi vena
jugularis, konjungtiva anemis, jari-jari tampak pucat
c. B3 Brain
Kesadaran: compos mentis, GCS : 4E, 5V, 6M, tidak terdapat refleks
patologis, orientasi baik, pasien mengatakan sedikit pusing
d. B4 Bladder
Urin kuning jernih ,klien tidak menggunakan alat bantu saat bekemih,
tidak terdapat distensi kandung kemih, dan kebersihan alat kelamin baik.
e. B5 Bowel
Sebelum sakit BB klien 60 kg, namun semenjak sakit hingga tanggal
pengkajian BB belum diukur kembali. Dalam perhitungan indeks masa
tubuh klien masih tergolong kaegori normal. Klien mengatakan bahwa
nafsu makan klien saat di rumah sakit baik. Selama di rumah sakit klien
BAB 2 x sedikit-sedikit konsistensi lembek dan warna kuning kecoklatan.
f. B6 Bone
Klien dapat beraktivitas dengan mandiri, klien dapat dapat mobilisasi
dengan mandiri damun untuk toileting klien meminta bantuan ke keluarga.

3.5 Analisa data dan masalah


Tanggal Data Etiologi Masalah Nama
TTD

DS : Operasi : ECCE (Extra Nyeri £


- Klien Capsular Cataract akut Mrs
mengeluhkan Extraction ) + IOL (Intra
nyeri semakin Ocular Lens)
meningkat 
DO : Insisi jaringan mata
- Tekanan Darah : 
130/90 mm/Hg Free Nerve ending
- Nyeri post dirangsang oleh mediator
operasi kimia.
- Ekspresi wajah 
nyeri : meringis Gangguan rasa nyaman
nyeri.
DS : Pengalaman pertama klien Ansietas £
- Klien menjalani prosedur operasi Mrs
mengatakan 
tidak Kurangnya informasi
mengetahui tentang post operasi
tentang penyakit katarak dan timbulnya
yang nyeri post operasi
dialaminya. 
DO : Ekspresi wajah tampak
- Tekanan Darah : tegang dan gugup
130/90 mm/Hg. 
- Ekspresi wajah Cemas
tampak tegang
dan gugup

DS : Operasi : ECCE (Extra Resiko £


- pasien mengeluh Capsular Cataract cedera Mrs
seperti melihat Extraction ) + IOL (Intra
kabut, silau, dan Ocular Lens)
penglihatan 
tidak jelas Kurangnya informasi
DO : tentang post operasi
- Ekspresi wajah katarak dan timbulnya
tampak tegang nyeri post operasi
dan gugup 
Ekspresi wajah tampak
tegang dan gugup

Kurang pengetahuan
tentang aktivitas pasca
operasi

Resiko tinggi cidera :
Peningkatan tekanan intra
okuler dan perdarahan
intraokuler.
DS : Procedur Invasive Resiko £
DO : (ECCE + IOL) infeksi Mrs
- Luka post operasi 
Luka insisi

Port de entre
mikroorganisme
Untuk menginfeksi

Terpapar lingkungan

Resiko infeksi

3.6 Pathway
Trauma Degeneratif Perubahan Kuman

Kompresi sentral (serat) Jumlah protein


Keruh Densitas Membentuk massa

Keruh

Pembedahan Katarak

Pre Operasi Post Operasi Menghambat jalan cahaya


- Kecemasan - Gangguan rasa
meningkat nyaman (nyeri) Penglihatan /Buta
- Kurang - Resiko tinggi
pengetahuan terjadinya infeksi - Gangguan sensori persepsi visual
- Resiko tinggi - Risiko tinggi cidera fisik
terjadinya injuri :
 Peningkatan
TIO.
 Perdarahan
intraokuler.

3.7 Diagnosa Keperawatan (NANDA)


1. Gangguan rasa nyaman : nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera fisik : prosedur pembedahan ditandai dengan adanya
ekspresi wajah nyeri : meringis
2. Ansietas ringan berhubungan dengan perubahan
status kesehatan : kurangnya informasi tentang post operasi katarak ditandai
dengan Ekspresi wajah tampak tegang dan gugup
3. Resiko cedera berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang aktivitas pasca operasi.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur
invasif (bedah pengangkatan katarak).

3.8 Perencanaan keperawatan (NOC)

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


(NOC)
1 Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan
: nyeri akut keperawatan selama 3 x pengkajian nyeri
berhubungan dengan 24 jam diharapkan nyeri yang
agen cedera fisik: klien berkurang dengan komprehensif
prosedur pembedahan kriteria hasil: (PQRST)
ditandai dengan adanya 2. Observasi isyarat
1. Pasien dapat
ekspresi wajah nyeri: nonverbal
melaporkan
meringis ketidaknyamanan
kesejahteraan fisik
.
dan psikologis
3. Berikan
2. Pasien dapat
informasi tentang
mengenali factor
nyeri seperti
penyebab nyeri
penyebab nyeri,
3. Pasien
berapa lama akan
memperlihatkan
berlangsung, dan
teknik relaksasi
antisipasi
secara individual
ketidaknyamanan
yang efektif untuk
akibat prosedur.
mencapai
4. Bantu pasien
kenyamanan
mengidentifikasi
4. Pasien dapat
tindakan
mempertahankan
kenyamanan
tingkat nyeri pada
yang efektif di
skala 2 atau kurang
masa lalu seperti
distraksi,
relaksasi,
kompres hangat
atau dingin.
5. Bantu pasien
untuk lebih focus
pada aktivitas,
bukan pada nyeri
dan rasa tidak
nyaman dengan
melakukan
pengalihan
melalui radio,
televisi, dan
interaksi dengan
pengunjung.
6. Ajarkan
penggunaan
teknik
nonfarmakologis
seperti teknik
relaksasi,
imajinasi
terbimbing, terapi
musik, distraksi,
terapi bermain,
terapi aktivitas,
kompres hangat
atau dingin,
akuresur, dan
masase.
7. Kelola nyeri
pascabedah awal
dengan
pemberian opiat
yang terjadwal.
8. Laporkan kepada
dokter jika
tindakan tidak
berhasil atau jika
keluhan saat ini
merupakan
perubahan yang
bermakna dari
pengalaman nyeri
pasien di masa
lalu.
9. Kendalikan factor
lingkungan yang
dapat
memengaruhi
respons pasien
terhadap
ketidaknyamanan
seperti suhu
ruangan,
pencahayaan, dan
kegaduhan).
2 Ansietas ringan Setelah dilakukan asuhan 1. Berikan
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x informasi
perubahan status 24 jam diharapkan mengenai
kesehatan: kurangnya ansietas ringan klien penyakit dan
informasi tentang post hilang dengan kriteria prognosis pasien
operasi katarak ditandai hasil: setelah menjalani
dengan ekspresi wajah operasi.
1. Pasien dapat
tampak tegang dan 2. Pantau tanda dan
gugup mengidentifikasi gejala ansietas.
gejala atau indicator 3. Kaji dukungan
ansietas yang diberikan
2. Pasien dapat oleh orang
mengkomunikasikan terdekat pasien.
kebutuhan dan 4. Berikan
perasaan negative informasi dan
secara tepat. bantuan kepada
pasien dalam
membuat
keputusan yang
berhubungan
dengan
perawatan
kesehatan.
5. Bantu pasien
untuk merasa
seimbang dan
terhubung dengan
Yang Maha
Kuasa
3 Resiko cedera Setelah dilakukan asuhan 1. Bantu dalam
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x menerima dan
kurang pengetahuan 24 jam diharapkan risiko mempelajari
tentang aktivitas pasca cedera pada klien dapat metode
operasi. berkurang dengan alternative agar
kriteria hasil: dapat hidup
dengan
1. Pasien dapat
penurunan
mengidentifikasi
kemampuan
risiko yang
melihat.
meningkatkan
2. Pantau dan
kerentanan terhadap
manipulasi
cedera lingkungan fisik
2. Pasien dapat untuk
menghindari cedera memfasilitasi
fisik keamanan.
3. Berikan
materi edukasi
yang
berhubungan
dengan strategi
dan tindakan
untuk mencegah
cedera
4. Orientasikan
kembali pada
pasien terhadap
realitas dan
lingkungan saat
ini.

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 1.


berhubungan dengan keperawatan selama 2 x gejala infeksi
prosedur invasif (bedah 24 jam diharapkan risiko 2.
pengangkatan katarak) infeksi pada klien dapat
berkurang dengan meningkatkan
kriteria hasil: kerentanan
terhadap infeksi
1. Terbebas dari tanda
seperti usia
dan gejala infeksi
lanjut, usia
2. Memperlihatkan
kurang dari 1
hygiene personal
tahun, luluh
yang adekuat
imun, dan
3. Melaporkan tanda dan
malnutrisi.
gejala infeksi serta 3.
mengikuti prosedur laboratorium
skrining dan (darah lengkap,
pemantauan granulosit,
protein serum,
albumin).
4.
dini risiko atau
masalah
kesehatan
dengan riwayat
kesehatan,
pemeriksaan
kesehatan, dan
prosedur
lainnya.
5.
teknik mencuci
tangan yang
benar
6.
pengunjung
untuk mencuci
tangan sewaktu
masuk dan
meninggalkan
ruangan.
7.
pemberian
antibiotic (bila
diperlukan)
3.9 Implementasi Keperawatan (NIC)
No. Tanggal/jam Implementasi Paraf
Dx
1 5 - 11 - 2017/ 07.00 1. Memonitor tanda-tanda vital £
2. Melakukan pengkajian nyeri
5 - 11 - 2017/ 07.15 Mrs
yang komprehensif (PQRST)
5 - 11 - 2017/ 07.30 3. Mengobservasi isyarat nonverbal
ketidaknyamanan.
4. Memberikan informasi tentang
5 - 11 - 2107/07.40
nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama akan berlangsung,
dan antisipasi ketidaknyamanan
akibat prosedur.
5 - 11 - 2107/ 07.50
5. Membantu pasien
mengidentifikasi tindakan
kenyamanan yang efektif di
masa lalu
5 - 11 - 2107/ 08.00 6. Membantu pasien untuk lebih
focus pada aktivitas, bukan pada
nyeri dan rasa tidak nyaman
dengan melakukan pengalihan.
4 - 11 - 2107/08.10 7. Mengajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis.
8. Mengelola nyeri pascabedah
5 - 11 - 2107/ 08.30
awal dengan pemberian opiat
yang terjadwal.

5 - 11 - 2107/ 08.40 9. Mengendalikan factor


lingkungan yang dapat
memengaruhi respons pasien
terhadap ketidaknyamanan.

2 5 - 11 - 2107/ 08. 50 1. Memberikan £


informasi mengenai penyakit dan Mrs
prognosis pasien setelah menjalani
5 - 11 - 2107/ 09.00
operasi.
5 - 11 - 2107/ 09.10 2. Memantau tanda
dan gejala ansietas.
3. Mengkaji
5 - 11 - 2107/ 09.20
dukungan yang diberikan oleh
orang terdekat pasien.
4. Memberikan
informasi dan bantuan kepada
5 - 11 - 2107/ 09.30
pasien dalam membuat keputusan
yang berhubungan dengan
perawatan kesehatan.
5. Membantu pasien
untuk merasa seimbang dan
terhubung dengan Yang Maha
Kuasa

3 5 - 11 - 2107/ 09.40 1. Membantu dalam £


menerima dan mempelajari metode
Mrs
alternative agar dapat hidup dengan
penurunan kemampuan melihat.

5 - 11 - 2107/ 09.50 2. Memantau dan


memanipulasi lingkungan fisik
untuk memfasilitasi keamanan.
5 - 11 - 2107/ 10.00 3. Memberikan
materi edukasi yang berhubungan
dengan strategi dan tindakan untuk
mencegah cedera
5 - 11 - 2107/ 10.10 4. Mengorientasikan
kembali pada pasien terhadap
realitas dan lingkungan saat ini.
4 5 - 11 - 2107/ 10.20 8. Me £
mantau tanda dan gejala infeksi
5 - 11 - 2107/ 10.30 Mrs
9. Me
ngkaji faktor yang dapat

5 - 11 - 2107/ 10.40 meningkatkan kerentanan terhadap


infeksi
10. Me
5 - 11 - 2107/ 10.50 mantau hasil laboratorium (darah
lengkap, granulosit, protein serum,
albumin).
11. Me
5 - 11 - 2107/10.55 ncegah dan deteksi dini risiko atau
masalah kesehatan dengan riwayat
5- 11 - 2107/ 11.00
kesehatan, pemeriksaan kesehatan,
dan prosedur lainnya.
12. Me
5 - 11 - 2107/ 11.10
ngajarkan pasien teknik mencuci
tangan yang benar
13. Me
ngajarkan kepada pengunjung untuk
mencuci tangan sewaktu masuk dan
meninggalkan ruangan.
14. Be
rkolaborasi pemberian antibiotic

5.1 Evaluasi keperawatan (SOAP)


DAFTAR PUSTAKA

Dr. Irwan. 2016. Epidemologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta: CV Budi


Utama

Ilyas, Sidarta, dkk. 2002. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: CV. Sagung Seto

Ilyas, Sidarta. 2006. Ilmu Penyakit Mata Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI

James A.F. (2006). Manajemen . Jilid I. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat

Suzanne, C. Smeltzer. (2001). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta :


EGC
LEMBAR BIMBINGAN

Kelompok : Kelompok 1

Dosen Pembimbing : Ns.Wantiyah, M.Kep.

Hari/ Tanggal Materi Bimbingan Masukan Pembimbing Tanda


Tangan
Pembimbing

You might also like