You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Modernisasi dan perkembangan teknologi membawa perubahan tentang cara berpikir
dalam pola hidup bermasyarakat, sehingga perubahan tersebut membawa pada kosekuensi di
bidang kesehatan fisik dan bidang kesehatan jiwa.
Manusia harus selalu menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia yang selalu berubah-
ubah. Manusia sebagaimana dia ada pada suatu ruang dan waktu, merupakan hasil interaksi
antara jasmani, rohani, dan lingkungan. Ketiga unsur tersebut saling mempengaruhi satu
dengan yang lain. Dalam segala masalah, kita harus mempertimbangkan ketiganya sebagai
suatu keseluruhan (holistik) sehingga manusia disebut makhluk somato-psiko-sosial.
Setiap individu memiliki intensitas atau derajat perasaan yang berbeda walaupun
menghadapi stimulus yang sama. Perasaan dan emosi biasanya disifatkan sebagai keadaan
dari diri individu pada suatu saat, misalnya orang merasa terharu melihat banyaknya warga
masyarakat yang tertimpa musibah kebanjiran.(Drs.Sunaryo, M.Kes , 2004 : 149)
Sumber gangguan jasmani (somatik) maupun psikologis adalah stress. Penyesuaian
yang berorientasi pada tugas disebut adaptasi dan yang berorientasi pada pembelaan ego
disebut mekanisme pertahanan diri.
Pemahaman tentang stres dan akibatnya penting bagi upaya pengobatan maupun
pencegahan gangguan kesehatan jiwa. Masalah stress sering dihubungkan dengan kehidupan
modern dan nampaknya kehidupan modern merupakan sumber gangguan stress lainya. Perlu
diperhatikan bahwa kepekaan orang terhadap stress berbeda. Hal ini juga bergantung pada
kondisi tubuh individu yang turut menampilkan gangguan jiwa.
Stress merupakan gangguan kesehatan jiwa yang tidak dapat dihindari, karena
merupakan bagian dari kehidupan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apakah yang disebut emosi ?
2. Apakah yang dimaksud stress ?
3. Apakah yang dimaksud adaptasi ?
4. apakah yang dimaksud depresi ?

C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka dalam makalah ini kami hanya
membatasi seputar masalah emosi, stress, dan adaptasi.

D. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penulisan makalah ini
adalah :
1. Mengetahui pengertian emosi, komponen emosi, afek dan emosi, serta sakit mental karena
gangguan emosi.
2. Mengetahui pengertian stress, penggolongan stress, kemampuan individu menahan stress,
sumber stress psikologis, tahapan stress, reaksi-reaksi terhadap stress, dan cara
mengendalikan stress dan depresi.
3. Mengetahui pengertian adaptasi dan dimensi adaptasi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. EMOSI

a. Pengertian Emosi

Pengertian emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri
individu tentang keadaan mental dan fisik yang berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
Emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada
tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas. Kadang seseorang masih dapat mengontrol
keadaan dirinya sehingga emosi yang dialami tidak tercetus keluar dengan perubahan atau
tanda – tanda fisiknya hal ini kenal dengan sebutan display rules yang dibagi menjadi tiga
rules, yaitu masking, modulation dan simulation.

 Masking adalah keadaan seseorang yang dapat menyembunyikan atau dapat menutupi
emosi yang dialaminya. Emosi yang dialaminya tidak tercetus melalui ekspresi
fisiknya, misalnya orang yang sangat sedih karena kehilangan anggota keluarganya,
kesedihan tersebut dapat diredam atau ditutupi, dan tidak ada gejala fisik yang
menyebabkan tampaknya perasaan sedih tersebut.
 Modulation adalah keadaan seseorang yang tidak mampu meredam secara tuntas
mengenai gejala fisiknya, tetapi hanya dapat menguranginya saja, misalnya karena
sedih, ia menangis tetapi tidak terlalu kuat dan keras.
 Simulation seseorang sebenarnya tidak mengalami emosi, tetapi ia seolah-olah
mengalami emosi dengan menampakkan gejala-gejala fisik.

b. Ciri-ciri Emosi

Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri-ciri sebagai berikut :

- Lebih bersifat subyektif dari pada peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan
dan berpikir

- Bersifat fluktuatif ( tidak tetap )

- Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera

c. Pengelompokan Emosi

Emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu emosi sensoris dan emosi kejiwaan.

 Emosi Sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap
tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang dan lapar.
 Emosi Psikis, yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan. Yang termasuk
emosi jenis ini diantaranya adalah :
o Perasaan Intelektual, yaitu yang mempunyai sangkut paut dengan ruang
lingkup kebenaran. Perasaan ini diwujudkan dalam bentuk rasa yakin dan
tidak yakin terhadap suatu hasil karya ilmiah rasa gembira karena mendapat

2
suatu kebenaran dan rasa puas karena dapat menyelesaikan persoalan-
persoalan ilmiah yang harus dipecahkan
o Perasaan Sosial, yaitu perasaan yang menyangkut hubungan dengan orang
lain, baik bersifat perorangan maupun kelompok. Wujud perasaan ini seperti
rasa solidaritas, persaudaraan (ukhuwah), simpati, kasih sayang, dan
sebagainya
o Perasaan Susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai – nilai baik
dan buruk atau etika ( moral ) Contohnya : Rasa tanggung jawab (
responsibility ), rasa bersalah apabila melanggar norma, dan rasa tentram
dalam mentaati norma
o Perasaan Keindahan ( estetis ), yaitu perasaan yang berkaitan erat dengan
keindahan dari sesuatu, baik bersifat kebendaan ataupun kerohanian.
o Perasaan Ketuhanan, yaitu merupakan kelebihan manusia sebagai makluk
Tuhan, dianugrahi fitrah ( kemampuan atau perasaan ) untuk mengenal;
Tuhannya. Dengan kata lain, manusia dianugerahi insting religius ( naluri
beragama ). Karena memiliki fitrah ini, maka manusia di juluki sebagai “
Homo Divinans “ dan “ Homo Religius “ atau makluk yang berkeTuhanan
atau makhluk beragama.

d. Bentuk-bentuk reaksi emosi

 Reaksi amarah : hormon adrenalin meningkat, menyebabkan gelombang energi


yang cukup kuat untuk bertindak dahsyat, maka tangan menjadi mudah
menghantam lawan, detak jantung meningkat
 Reaksi takut : kaki akan lebih mudah diajak mengambil langkah seribu dan wajah
menjadi pucat. Hal ini disebabkan karena di pusat-pusat emosi, otak memicu
terproduksinya hormon seperti adrenalin, yang membuat tubuh waspada dan siap
bertindak.
 Reaksi kebahagiaan: perubahan utama akibat timbulnya kebahagiaan adalah
meningkatnya kegiatan di pusat otak yang menghambat perasaan negatif dan
meningkatkan energi yang ada, dan menenangkan perasaan yang menimbulkan
kerisauan.
 Reaksi perasaan cinta/kasih sayang, dan kepuasan seksual, mencakup rangsangan
parasimpatik (secara fisiologis lawan/antagonik dari aktivitas simpatik), secara
fisiologis adalah lawan mobilisasi “fight or flight” yang sama-sama dimiliki oleh
rasa takut, maupun amarah. Pola parasimpatik, yang disebut “ respon relaksasi”,
adalah serangkaian reaksi di seluruh tubuh yang membangkitkan keadaan
menenangkan dan puas, sehingga mempermudah kerja sama.
 Reaksi terkejut Naiknya alis mata ketika terkejut memungkinkan diterimanya
bidang penglihatan yang lebar dan juga cahaya yang masuk ke retina. Reaksi ini
membuka kemungkinan lebih banyak informasi tentang peristiwa tak terduga,
sehingga memmudahkan memahami apa yang sebenarnya terjadi dan menyususn
rencana tindakan yang terbaik.
 Reaksi perasaan jijik : Ungkapan ini tampak sama , dan memberi pesan yang sama
; sesuatu yang menyengat rasa atau bau. Ungkapan wajah rasa jijik ; bibir atas
mengerut ke samping sewaktu hidung sedikit berkerut.
 Reaksi perasaan sedih Kesedihan menurunkan energi dan semangat hidup untuk
melakukan kegiatan sehari-hari, terutama kegiatan penghambat waktu dan
kesenangan. Bila kesedihan semakin mendalam dan mendekati depresi, kesedihan
akan meperlambat metabolisme tubuh, sehingga mengakibatkan kehilangan energi.

3
Fungsi pokok rasa sedih adalah untuk menolong menyesuaikan diri akibat
kehilangan yang menyedihkan, seperti kematian orang-orang dekat atau
kekecewaan besar.

e. Pengaruh Emosi bagi perilaku

 Menyiapkan kita beraktivitas.

Misalnya saat marah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal, berang, tersinggung,
menyiapkan kita untuk bertindak melalui kompensasi positif atau negatif. Kompensasi positif
seperti tindakan olah raga, menyapu, membersihkan kamar mandi. Sedangkan tindakan
negatif meliputi peruasakan barang atau kata-kata kasar.

 Membentuk tingkah laku

Pada keadaan bersamaan rangsangan emosional dapat merangsang pengeluaran hormone


adrenal lainnya yaitu adrenocorticothropin (ACTH), sehingga menyebabkan peningkatan
aliran darah ke otot dan orang menjadi lebih kuat, maka tangan menjadi mudah menghantam
lawan. Kebiasaan-kebiasaan kita yang didukung oleh Reward and punishment lingkungan
akan membentuk perilaku dan kebiasaan kita saat marah. Misalnya seorang anak mempelajari
bagaimana reaksi ayahnya ketika marah, kemudian menirunya (imitation process).

 Menolong kita berinteraksi lebih dari orang lain

Suatu kondisi emosi tertentu (mis: marah) akan merangsang sistem saraf otonom (system
sarat simpatik dan parasimpatik). Pada saat marah terjadi peningkatan aktivitas system sarat
simpatik yang meningkatkan pengeluaran hormon-hormon stres seperti epineprin dan nor
epineprin sehingga menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah perifer yang akan
meningkatkan frekuensi pernafasan, denyut jantung dan tekanan darah,muka menjadi merah.
Muka merah menandakan kita marah dan lebih efektif menyampaiakan pesan sampai 60 %
dibanding lewat kata-kata. Kata-kata hanya efektif 10 %, suara 30 % dan bahasa atau ekspresi
tubuh 60 %.

f. Perkembangan Emosi

Pada saat dilahirkan seorang bayi mengeluarkan tangisnya yang pertama,sebagai suara tangis
untuk mengembangkan paru-parunya. Tangis bayi selanjutnya merupakan peristiwa emosi,
kadang-kadang dijumpai bukan hanya sekedar mengeluarkan suara tangisnya, melainkan
sering pula badannya, tangan dan kakinya turut bergerak saat menangis.

Emosi sebagai aspek psikologis, berkembang mengikuti pola-pola perkembangan :

 Perkembangan dari keadaan sederhana menuju keadaan yang matang


 Perkembangan dari yang bersifat umum ke khusus (terdiferensiasi)

g. Perkembangan Emiso pada setiap tahap usia

Perkembangan setiap masa sangatlah berbeda, perkembangan dimulai sejak manusia lahir.

4
 Masa bayi / infancy (lahir-2 tahun) Saat dilahirkan : bayi merasakan suatu kesenangan
terhadap benda-benda disekitarnya termasuk individu-idividu lain, seperti ibunya,
sanak keluarga. Pada awal kehidupan reaksi emosi masih sederhana pada umumnya
hanya rasa senang dan tidak senang, dan pada usia 2 tahun sudah terjadi differensiasi
 Anak-anak awal (2-6 tahun): Reaksi emosi sudah bervariasi, walaupun yang
seringkali ditampilkan adalah perasaan marah.
 Anak akhir (6/7-11/12 th) : Reaksi emosi semakin bervariasi dan mulai belajar
mengendalikan emosi
 Remaja (12/13 – 20/21 th) : seringkali menampilkan ketidakstabilan emosi

h. Peranan Emosi dalam Proses Berfikir

 Mengarahkan aksi dan tingkah laku


 Memungkinkan mengontrol tingkah laku
 Memberi arti terhadap pengalaman
 Menyimpan, mengorganisasi dan mengingat kembali pengalaman
 Menggagas pengalaman baru
 Memecahkan masalah
 Berpikir kreatif, selektif, logis, tidak idiosinkretik (aneh)
 Memahami kalimat lisan maupun tulisan ('rasa' bahasa)
 Memahami konsep kuantitas, waktu, ruang, sebab-akibat yang bersifat 'relatif
 Membentuk konsep diri, pengertian atas diri (dengan membandingkan perasaan
dengan situasi yang dialaminya)
 Memisahkan realitas dan fantasi
 Mengendalikan tingkatan perkembangan emosi, sosial dan intelektual

i. Peran Keluarga dan Sekolah Terhadap Perkembangan Emosi

Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan


dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta
membina hubungan dengan orang lain. Guru dan keluarga dapat mengembangkan
keterampilan kecerdasan emosional seorang anak dengan memberikan beberapa cara yaitu:

Mengenali emosi diri anak , mengenali perasaan anak sewaktu perasaan yang
dirasakan terjadi merupakan dasar kecerdassan emosional. kemampuan untuk
memantau peraaan dari waktu kewaktu merupakan hal penting bagi pemahahaman
anak.

B. STRESS

a. Pengertian Stress

1. Mengelola emosi, menangani perasan anak agar dapat terungkap dengan tepat
kemampuan untuk menghibur anak , melepasakan kecemasan kemurungan atau
ketersinggungan, atau akibat-akibat yang muncul karena kegagalan.
2. Memotivasi anak, penataan emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang
sangat penting dalam keterkaitan memberi perhatian dan kasih sayang untuk
memotivasi anak dalam melakukan kreasi secara bebas.
3. Memahami emosi anak.

5
4. Membina hubungan dengan anak, Setelah kita melakukan identifikasi kemudian kita
mampu mengenali, hal lain yang perlu dilakukan untuk dapat mengembangkan
kecerdasan emosional yaitu dengan memelihara hubungan.
5. Berkomunikasi “dengan jiwa “, Tidak hanya menjadi pembicara terkadang kita harus
memberikan waktu lawan bicara untuk berbicara juga dengan demikian posisikan diri
kita menjadi pendengar dan penanya yang baik dengan hal ini kita diharapkan mampu
membedakan antara apa yang dilakukan atau yang dikatakan anak dengan reaksi atau
penilaian.

Stress adalah reaksi fisik, mental, dan kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan,
mengejutkan, membingungkan, membahayakan, dan merisaukan seseorang sehingga dapat
mengakibatkan ganggua/faal pada organ tubuh.

b. Model Stress

 Model Stress berdasarkan stimulus

Model stimulus berdasarkan pada analogi sederhana dengan hukum elastisitas, Hooke
menjelaskan hukum elastisitas untuk menguraikan bagaimana beban dapat menimbulkan
keruksakan, jika strain yang dihasilkan oleh stres yang dibiarkan berada pada batas elestisitas
dari material tersebut akan kembali kekondisi semula, tetapi jika strain yang dihasilkan
melampaui batas elastisitasnya maka kerusakan akan terjadi.

 Kelemahan dari model stimulus ini adalah kegagalanya dalam memperhitungkan cara
orang menyatakan realita dari stimulus lingkungan terhadap respon, misalnya
beberapa perawat menyatakan bahwa bekerja dilingkungan RSJ Bandung
memberikan tantangan sementara perawat lain menyatakan hal ini merupakan
lingkungan pekerjaan yang selalu menimbulkan stress.

c. Model stress berdasarkan respon

Model ini mengidenfisikasi stres sebagai respon individu terhadap stressor yang diterima,
stres sebagai respon non-spesifik yang timbul terhadap tuntutan lingkungan, respon umum ini
disebut sebagai General adaptation Syndrome (GAS) dan dibagi dalam dua fase yaitu fase
perlawanan, dan fase keletihan. Reaksi alarm merupakan respon siaga ( fight or flight). Pada
fase ini terjadi peningkatan cortical hormone, emosi, dan ketegangan.

 Fase perlawanan ( resistance ) terjadi bila respon adaptif tidak mengurangi persepsi
terhadap ancaman, reaksi ini ditandai oleh hormone cortical yang tetap tinggi. Ushan
fisilogis untuk mengatasi stres mencapai kapasitas penuh, dan perlawanan melalui
mekanisme pertahanan diri dan strategi mengatasi stres.
 Fase keletihan yaitu perlawanan terhadap stres yang berkepanjangan mulai menurun,
fungsi otak tergantung oleh perubahan metabolisme, sistem kekebalan tubuh menjadi
kurang efisien dan penyakit yang serius mulai timbul pada saat kondisi menurun.

d. Model stress berdasarkan transaksional.

Pendekatan ini mengacu pada interaksi yang timbul antara manusia dan lingkungannya. Antar
variable lingkungan dan individu terhadap proses penilaian kognitif ( cognitive appraisal )

6
yang menjadi mediatornya. Tiga tahap dalam mengukur potensial yang mengandung stress
yaitu pengukuran suatu situasi pontesial mengandung stres yaitu :

 Pengukuran primer: menggali persepsi individu terhadap masalah saat ia menilai


tantangan atau tuntutan yang menimpanya
 Pengukuran sekunder: mengkaji kemampuan seseorang atau sumber-sumber
tersedia diarahkan untuk mengatasi masalah
 Pengukuran tersier: berfokus pada perkiraan keefektifan perilaku koping dalam
mengurangi dan menghadapi ancaman

e. Penyebab Stress dan Stresor Psikososial

Banyak faktor yang dapat menimbulkan stres, faktor-faktor yang dapat menimbulkan stress
ini disebut ”stressor”. Faktor-faktor psikososial cukup mempunyai arti bagi terjadinya stress
pada diri seseorang. Manakala tuntutan pada diri seseorang itu melampauinya, maka keadaan
demikian disebut distress.

f. Macam-macam Stresor

 Stresor yang bersumber dari pribadi: Kepribadian dan persepsi memainkan


peranan penting terhadap tinggi rendahnya stres. Saat seseorang mempersepsikan
bahwa perceraian itu adalah sesuatu yang sangat menyakitkan dan tidak ada jalan
keluarnya, maka individu akan merasakan makin stress.
 Stresor pekerjaan : Profesi-profesi tertentu ternyata mempunyai potensi lebih besar
dibandingkan profesi lainnya misalnya : polisi, pemadan kebakaran, dokter, perawat,
petani, pekerja tambang, sekretaris, masinis dll.
 Stresor Lingkungan: Beberapa lingkungan fisik dapat menimbulkan stres, seperti :
suara gaduh/bising, ribut, berantakan, tidak teratur. Kondisi penuh sesak, temperatur
ruangan yang tinggi (gerah), pencahayaan yang menyilaukan, polusi udara ,menataan
mebeuler yang tidak nyaman, polusi udara, limbah kimia dll.
 Stresor dalam presfektif Agama: Firman Allah surah Al Baqarah ayat 155 : “Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar.” Sedangkan Firman Allah surah Al-Maidah ayat 19-23 :
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir, apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali
orang-orang yang mengerjakan sholat, yang mereka itu tetap mengerjakan sholat.”
(Q.S. 70 : 19-23).
 Stresor Psikososial: Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang (anak, remaja, atau dewasa);
sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau menanggulangi stresor yang
timbul. Namun, tidak semua mampu mengadakan adaptasi dan mampu
menanggulanginya, sehingga timbulah kelluhan-keluhan kejiwaan, antara lain
depresi.Pada umumnya jenis stressor ini dapat digolonkan diantaranya adalah :
perkawinan, keluarga, hubungan interpersonal, lingkungan hidup, keuangan,
perkembangan, penyakit fisik atau cidera dan lain – lain.

g. Respon individu terhadap stress

7
Pada umumnya tubuh akan bereaksi terhadap stresor, berupa respon darurat atau respon
internal lainnya. Jika ancaman dapat diselesaikan maka respon darurat akan segera
menghilang dan keadaan fisiologis tubuh menjadi normal. Ada dua jenis respon
tubuh/fisiologis terhadap stres, respon tersebut berupa upaya tubuh untuk menyesuaikan diri
terhadap stress. Yang pertama adalah LAS : Local Adaptation Syndroma, yaitu reaksi tubuh
yang bersifat lokal/penyesuaian lokal. Misal: proses peradangan ditempat masuknya
mikroorganisme. Selanjutnya disebut GAS : General Adaptation Syndroma. yaitu adaptasi
tubuh yang terjadi secara umum.

h. Tingkatan Stres

Dari pengalaman praktek psikiatri, para ahli mencoba membagi stress tersebut dalam enam
tahapan. Setiap tahap memperlihatkan sejumlah gejala-gejala yang dirasakan oleh yang
bersangkutan, hal mana berguna bagi seseorang dalam rangka mengenali gejal stress sebelum
memeriksakannya ke dokter. Petunjuk-petunjuk tahapan stress tersebut dikemukakan oleh Dr.
Robert J. Van Amberg, psikiater sebagai berikut :

 Stres tingkat I

Merupakan tingkat stress yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan –
perasaan semangat besar, penglihatan cermat, kemampuan menyelesaikan masalah cepat.
Tahapan ini biasanya menyenangkan dan orang lalu bertambah semangat, tanpa disadari
bahwa sebenarnya cadangan energinya sedang menipis.

 Stres tingkat II

Tahapan ini dampak stress yang menyenangkan mulai menghilang dan timbul keluhan
keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Pada tahap ini timbul
keluhan seperti merasa lelah sewaktu bangun pagi, letih, terkadang timbul gangguan
pencernaan, tegang, perasaan tidak santai.

 Stres tingkat III

Pada tahap ini keluhan semakin Nampak disertai gejala gangguan perut semakin nampak,
otot terasa tegang, perasaan tegang meningkat, gangguan tidur. Pada tahap ini perlu
konsultasi ataupun berileksasi.

 Stres tingkat IV

Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk yang ditandai dengan ciriciri
sebagai berikut :

- Untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit

- Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit

- Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi

- Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan seringkali terbangun dini hari

8
- Kemampuan berkonsentrasi menurun tajam.

 Stres tingkat V

Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari tahapan IV diatas, yaitu :

- Keletihan yang mendalam (physical and psychological exhaustion).

- Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang mampu.

- Gangguan system pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sering, sukar buang air
besar atau sebaliknya feses cair dan sering ke belakang.

 Stres tingkat VI

Tahapan ini merupakan tahapan puncak yang merupakan keadaan gawat darurat. Tidak
jarang penderita dalam tahapan ini di bawa ke ICCU. Gejala-gejala pada tahapan ini cukup
mengerikan. Debar jantung terasa amat keras, hal ini disebabkan zat adrenalin yang
dikeluarkan, karena stress tersebut cukup tinggi dalam peredaran darah, Nafas sesak, megap-
megapa, Tenaga untuk hal-hal ayang ringan sekalipun tidak kuasa lagi, pingsan atau collaps

i. Hubungan antara stress dan sakit

Beberapa faktor yang saling berinteraksi di dalam tubuh dapat menyebabkan atau
memperburuk penyakit.Faktor-faktor tersebut meliputi: sistem saraf, hormonal, dan sistem
imun, dimana hal ini dapat terpacu kerjanya akibat kondisi stres dan reaksi emosional yang
negative. Pelepasan hormon stres seperti adrenalin yang terjadi dengan cepat dan berulang
kali dalam respon fight or flight pada kondisi stres akan menyebabkan organ tubuh tertentu
menjadi rusak.

Beberapa penyakit yang disebabkan oleh kondisi stress :

 Sakit kepala karena tegang, terjadi karena kontraksi otot di dahi, mata, leher dan
rahang.
 Sakit kepala migrain, disebabkan karena peningkatan aliran darah dan sekresi
biokimia ke bagian kepala. Pada sebagian kasus migrain dianggap berkaitan dengan
ketidakmampuan menyalurkan marah dan frustasi.
 Masalah di lambung (ulcus dan colitis), disebabkan oleh sekresi cairan lambung
(asam lambung) yang berlebihan yang mengikis lapisan dalam lambung dan
penyebabkan peradangan.
 Penyakit jantung koroner, ada dua faktor yang mempengaruhi : Berkaitan dengan
tekanan darah tinggi dan adanya pelepasan kortisol (hormon yang dikeluarkan oleh
kelenjar adrenal, dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah.
 Influenza, dapat disebabkan oleh kondisi stres akibat sistem imun yang melemah.

j. Penanganan Stress

Ada empat cara menangani stress :

1. Mengurangi situasi stress

9
Melalui kebiasaan, setiap orang mempunyai kebiasaan yang unik yang membantu
menyelesaikan kegiatan sehari-hari. Contoh: seorang ibu yang memutuskan berhenti
bekerja dan tinggal di rumah merawat anak. Setelah anaknya sekolah, timbul stress
karena kegiatan/kebiasaannya berubah.

2. Menghindari perubahan

Menghindari perubahan dengan membatasi perubahan yang tidak diperlukan dan yang
dapat dihindari.

3. Time blocking

Alokasi atau membatasi waktu atau menyediakan kurun waktu tertentu untuk
menfokuskan diri beradaptasi dengan stresor. Keuntungan alokasi waktu adalah
mengembangkan atau membangun klien mencapai tujuan. Klien menggunakan waktu
dan sumber lebih efektif. Misalnya setelah tertunda beberap lama laporan-laporan yang
belum selesai maka ia luangkan waktu khusus untuk menyelesaikannya.

4. Time management

Tehnik ini berguna untuk klien yang tidak dapat mengerjakan berbagai hal pada waktu
yang sama. Klien membuat daftar tugas yang harus dilaksanakan dan membuat prioritas
tugas yang lebih penting.

k. Mengurangi respon fisiologis terhadap stress

Dengan cara Latihan teratur atau olah raga yang teratur meningkatkan tonus otot, stabilitas
BB, mengurangi, ketegangan dan relaksasi. Program latihan berguna untuk mengurangi
dampak stres seperti; hipertensi, kelebihan berat badan, ketegangan, sakit kepala, kelelahan,
keletihan mental/ sensitif dan depresi.

 Diet dan pola nutrisi

Nutrisi dan latihan/olah raga sangat berhubungan. Makanan memberi tenaga untuk
melakukan kegiatan dan kegiatan/latihan meningkatkan sirkulasi dan distribusi makanan ke
jaringan. Makanan yang buruk meningkatkan respon stres.

 Relaksasi, distraksi dan Istirahat

Istirahat dan tidur diperlukan untuk menyegarkan tubuh dan bermanfaat untuk ketenangan
mental. Untuk itu klien perlu belajar relaksasi untuk dapat tertidur. Secara umum tehnik
relaksasi sangat penting untuk diketahui dan dikuasai oleh perawat agar dapat melatih klien.
Relaksasi dimulai dari pengenduran otot-otot di seluruh tubuh. Dilanjutkan dengan
pengelolaan pernafasan, selanjutnya pemberian sugesti ekdtrenal oleh perawat kepala atau
perawat senior sesuai dengan output yang dikehendaki. Outputnya dapat berupa kepasrahan,
rasa syukur, pelepasan energi negatif dan kemarahan, relaks sampai tertidur atau ekspresi
emosi sampai menangis.

10
C. ADAPTASI

a. Pengertian Adaptasi adalah suatu perubahan yang menyertai individu dalam berespons
terhadap perubahan yang ada di lingkungan dan dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik
secara fisiologis maupun psikologis yang akan menghasilkan perilaku adaptif.

b. Macam-macam Adaptasi

- Adaptasi fisiologis merupakan proses penyesuaian tubuh secara alamiah atau secara
fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan dan berbagai faktor yang menimbulkan atau
mempengaruhi keadaan menjadi tidak seimbang contohnya masuknya kuman penyakit, maka
secara fisiologis tubuh berusaha untuk mempertahankan baik dari pintu masuknya kuman
atau sudah masuk dalam tubuh. Adaptasi secara fisiologis dapat dibagi menjadi dua yaitu:
apabila kejadiannya atau proses adaptasi bersifat lokal, maka itu disebut dengan LAS (Local
Adaptation Syndroma) seperti ketika daerah tubuh atau kulit terkena infeksi, maka di daerah
kulit tersebut akan terjadi kemerahan, bengkak, nyeri, panas dan lain-lain yang sifatnya lokal
atau pada daerah sekitar yang terkena. Akan tetapi apabila reaksi lokal tidak dapat diatasi
dapat menyebabkan gangguan secara sistemik tubuh akan melakukan proses penyesuaian
seperti panas seluruh tubuh, berkeringat dan lain-lain, keadaan ini disebut sebagai GAS
(General Adaption Syndroma).

- Adaptasi psikologis merupakan proses penyesuaian secara psikologis akibat stresor yang
ada, dengan memberikan mekanisme pertahanan dari dengan harapan dapat melindungi atau
bertahan diri dari serangan atau hal-hal yang tidak menyenangkan. Dalam adaptasi secara
psikologis terdapat dua cara untuk mempertahankan diri dari berbagai stresor yaitu dengan
cara melakukan koping atau penanganan diantaranya berorientasi pada tugas (task oriented)
yang di kenal dengan problem solving strategi dan ego oriented atau mekanisme pertahanan
diri.

- Adaptasi sosial budaya merupakan cara untuk mengadakan perubahan dengan


melakukan proses penyesuaian perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat, berkumpul dalam masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan.

- Adaptasi spiritual. Proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan perilaku


yang didasarkan pada keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki sesuai dengan agama yang
dianutnya. Apabila mengalami stres, maka seseorang akan giat melakukan ibadah, seperti
rajin melakukan ibadah.

c. Tahap-tahap Adaptasi

- Adaptif

Setiap manusia tentu menginginkan agar hidupnya eksis. Untuk dapat hidup eksis ia harus
senantiasa beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungan. Dengan penyesuaian diri ia
akan mengalami perubahan-perubahan kearah yang lebih maju (modern). Sebagai makhluk
hidup, manusia memiliki daya upaya untuk dapat menyesuaikan diri, baik secara aktif
maupun pasif. Seseorang aktif melakukan penyesuaian diri bila terganggu keseimbangannya,
yaitu antara kebutuhan dan pemenuhan. Untuk itu ia akan merespon dari tidak seimbang
menjadi seimbang. Bentuk ketidakseimbangan yang dapat muncul yaitu: bimbang/ragu,
gelisah, cemas, kecewa, frustasi, pertentangan (conflict), dsb. Penyesuaian diri seseorang

11
dengan lingkungannya dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: jenis kelamin, umur,
motivasi, pengalam, serta kemampuan dalam mengatasi masalah. Dua bentuk
ketidakseimbangan yang perlu mendapat perhatian yaitu Frustasi dan konflik.

Ada beberapa faktor penyebab frustasi. Pada umumnya frustasi dapat disebabkan karena:

 Tertundanya pencapaian tujuan seseorang untuk sementara, atau untuk waktu yang
tidak menentu.
 Sesuatu yang menghambat apa yang sedang dilakukan. Faktor penghambat dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu faktor interen dan faktor eksteren. Faktor interen yaitu
semua faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, yang dapat berpengaruh positif
atau negatif. Contoh faktor interen yaitu keadaan jasmani dan rohani. Sedangkan
faktor eksteren yaitu semua faktor yang berasal dari luar dirinya, yang dapat
berpengaruh positif atau negatif. Faktor eksteren terbagi lagi menjadi tiga yaitu dari
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

- Konflik

Konflik (pertentangan) dapat muncul apabila terjadi ketidakseimbangan dalam diri individu.
Salah satu contoh: ‘Seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan yang harus dipilih satu, atau
beberapa diantaranya’. Seseorang yang mengalami konflik dan tidak segera diatasi, dapat
menimbulkan gangguan perilaku. Beberapa contoh lain untuk situasi konflik adalah sebagai
berikut.

 Approach-approach : Berhadapan dengan 2 pilihan yang menarik.


 Avoidance-avoidance : Berhadapan dengan 2 pilihan yang tidak diinginkan.
 Approach-avoidance : Satu pilihan menyenangkan dan satu pilihan tidak
menyenangkan.
 Double approach avoidance conflict : banyak konflik, dan sebagainya

Dalam menghadapi frustasi dan/atau konflik, seseorang hendaknya memiliki


kemampuan (kecakapan) untuk menganalisis setiap stimulus. Dengan kecakapan yang
dimiliki ia akan dapat menyelesaikan masalahnya. Analisis dapat dilakukan secara
bertahap, mulai dari yang sangat sederhana (ringan) menuju yang kompleks (berat).
Dengan demikian secara bertahap pula akan ditemukan keseimbangan. Hal ini dapat
dilakukan dengan penuh kesabaran. Frustasi dan/atau konflik dapat diseimbangkan
dengan berbagai cara. Trial and error (mencoba dan salah) merupakan salah satu cara
yang dapat membentuk ‘kebiasaan’ dan ‘mekanisme’. Ada bermacam-macam
mekanisme penyesuaian yang dapat dijadikan rambu-rambu sebagai berikut.

 Agresi: yaitu menyerang obyek frustasi untuk mendapatkan kepuasan.


 Menarik diri: yaitu menarik atau undur diri dari permasalahan.
 Mimpi siang hari: yaitu untuk mencapai kepuasan dengan berkhayal.
 Regresi: merupakan reaksi terhadap frustasi dan nampak pada anak-anak.
 Rasionalisasi: yaitu pembebasan atas suatu perilaku, bisa disebabkan oleh alasan
yang sebenarnya dari perilaku itu tidak diterima oleh masyarakat. Bentuk
rasionalisasi: Sougrapes, sweet lemon, kambing hitam.
 Represi: situasi yang menimbulkan rasa bersalah ketakutan dsb. Lebih baik dilupakan.

12
 Identifikasi: mendapatkan rasa harga diri dengan menempatkan diri pada tokoh yang
dikagumi. Identifikasi dapat terjadi pada kelompok/lembaga yang bisa menjadi
kebanggaannya, dapat juga di sekolah-sekolah.
 Konpensasi: konpensasi dapat bersifat positif atau negatif.
 Reaksi konversi: karena terjadi konversi ketegangan emosi kesan dari psikologis.
Seseorang yang tidak bisa mengatasi konfliknya mencoba mengatasi dengan sakit
kepala, sakit perut, dll.

- Maladaptif

Beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya maladaptif:

- Sensitif terhadap kritik: Individu tidak bias merespon secara positif terhadap koreksi,
juga tidak dapat mengkritisi diri sendiri.

- Tidak mampu kompetisi: Individu hanya mau berkompetisi dengan kawan yang jelas
dapat dikalahkan.

Adaptasi dilakukan ketika terjadi suatu disonansi dalam suatu sistem, artinya
ketidakseimbangan antara interaksi manusia dengan lingkungan, tuntutan lingkungan yang
berlebih atau kebutuhan yang tidak sesuai dengan situasi lingkungan. Dalam hal ini, adaptasi
merupakan suatu proses modifikasi kehadiran stimulus yang berkelanjutan. Semakin sering
stimulus hadir maka akan terjadi pembiasaan secara fisik yang disebut sebagai habituasi dan
terjadi pembiasaan secara psikis yang disebut adaptai. Dalam kaitannya dengan adaptasi,
proses pembiasaan ini bukan bersifat mekanistik tetapi lebih merupakan antisipatif Ketika
seseorang mengalami proses adaptasi, perilakunya diwarnai kontradiksi antara toleransi
terhadap kondisi yang menekan dan perasaan ketidakpuasan sehingga orang akan melakukan
proses pemilihan dengan dasar pertimbangan yang rasional antara lain memaksimalkan haisl
dan meminimalka biaya. Salah satu teori beban lingkungan adalah teori adaptasi stimulasi
yang optimal ada 3 dimensi hubungan perilaku lingkungan yaitu:

- Intensitas. Terlalu banyak orang atau terlalu sedikit orang disekililing kita, akan
membuat gangguan psikologis. Terlalu banyak orang meyebabkan perasaan sesak (crowding)
dan terlalu sedikit menyebabkan orang merasa terasing (socialisolation).

- Keanekaragaman. Keanekaragaman benda atau manusia berakibat terhadap


pemrosesan informasi. Terlalu beraneka membuat perasaan overload dan kekurang
anekaragaman membuat perasaan monoton.

- Keterpolaan. Keterpolaan berkaitan dengan kemampuan memprediksi. Jika suatu


setting dengan pola yang tidak jelas dan rumit menyebabkan beban dalam pemrosesan
informasi sehingga stimulus sulit diprediksi, sedangkan polapola yang sangat jelas
menyebabkan stimulus mudah diprediksi.

D. DEPRESI

a. Pengertian Depresi

Depresi adalah suatu kondisi yang lebih dari suatu kadaan sedih, bila kondisi depresi
seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas social sehari-harinya maka hal itu

13
disebut sebagai suatu gangguan depresi. Depresi dapat disebabkan oleh banyak hal seperti
trauma, sedih berkepanjangan, masalah keuangan, hingga tak memiliki pekerjaan.

b. Gangguan Depresi

- Perasaaan murung, kurang semangat dan tak berdaya

- Perasaan bersalah dan berdosa

- Nafsu makan dan berat badan menurun

- Konsentrasi dan daya ingat menurun

- Agitasi atau retardasi psikomotor

- Hilangnya rasa senang, semangat, dan kreativitas

- Pikiran buruk soal kematian

c. Gejala Depresi

Depresi merupakan salah satu penyebab utama kejadian bunuh diri. Beberapa
gejala/gangguan depresi yaitu :

- Perasaan sedih

- Rasa lelah yang berlebihan setelah beraktivitas

- Hilangnya minat dan semangat

- Malas beraktivitas

Gangguan pola tidur

d. Faktor-faktor penyebab Depresi

- Faktor Organobiologis, karena ketidak seimbangan neurotransmitter diotak terutama


serotonin.

- Faktor Psikologis, karena tekanan beban psikis dampak pembelajaran perilaku


terhadap suatu situasi sosial.

- Faktor social-lingkungan, misalnya karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan


pekerjaan, pasca bencana, dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya.

e. Rentang respon emosi dan posisi depresi

- Emosional

14
Rentang respon emosi seseorang yang normal bergerak secara dinamis. Tidak merupakan
suatu titik yang statis dan tetap. Dinamisasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
organobiologis, psikoedukatif, sosiokultural.

- Responsive

Klien lebih terbuka, menyadari perasaannya, dapat berpartisipasi dengan dunia internal
(memahami harapan dirinya) dan dunia eksternal (memahami harapan orang lain).

- Reaksi kehilangan yang wajar

Klen merasa bersedih, Kegiatan sehari hari klien berhenti (mis : bekerja, sekolah,), pikiran
dan perasaan klien lebih berfokus pada diri sendiri tetapi semua hal tersebut berlangsung
hanya sementara.

- Supresi

Merupakan tahap awal dimana coping individu termasuk maladaptif, klien menyangkal
perasaannya sendiri, klien berusaha menekan atau mengalihkan perhatiannya terhadap
lingkungan. Apabila fase ini berlangsung terus menerus (memanjang) maka hal tersebut dapat
menggangu individu.

- Depresi

Gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung,
tidak bersemangat, perasaan tak berharga, merasa kosong, putus harapan, selalu merasa
dirinya gagal, tidak berminat terhadap ADL sampai ada ide bunuh diri.

f. Hal-hal yang ikut berkonstribusi menyebabkan Depresi

- Merokok

Merokok telah lama dikaitkan dengan depresi, meski belum jelas sebenarnya apa yang jadi
penyebabnya, merokok menyebabkan depresi atau depresi menyebabkan orang cenderung
untuk merokok. Kendati demikian, zat yang ada dalam rokok atau biasanya disebut nikotin
diketahui dapat mempengaruhi aktivitas saraf dalam otak sehingga meningkatkan kadar
dopamine dan serotonin yang berperan sebagai obat anti depresan. Risikonya jika tidak
merokok tubuh akan kekurangan dopamine dan serotonin yang mengakibatkan depresi inilah
yang menjadikan rokok bersifat adaktif.

- Penyakit Tiroid

Saat tiroid, kelenjer berbentuk kupu-kupu didalam leher, tidak menghasilakn cukup hormone
tiroid (hipotiroidisme), maka seseorang bias mengalami depresi. Hormon ini sejatinya
memiliki banyak fungsi namun salah satu ungsi utamanya yaitu sebagi penghantar kadar
serotonin.

- Kebiasaan kurang tidur

15
Tidur merupakan kebutuhan penting bukan hanya untuk menjauhkan tubuh dari peradangan
tapi juga dari depresi, sebuah study menemukan orang sehat yang kurang tidur memiliki
aktivitas otak lebih besar saat melihat gambar yang membuat kesal dibandingkan mereka
yang tidak memiliki aktivitas otak yang besar saat kesal merupakan cirri dari orang yang
depresi.

- Terlalu banyak menggunakan media social

Sejumlah study menunjukkan terlalu banyak menggunakan media social berhubungan dengan
depresi terutama pada remaja. Hal ini terjadi lantaran kurangnya interaksi antara manusia
dalam kehidupan nyata dan cenderung untuk merasa depresi.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Emosi adalah suatu perasaan dengan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis
dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi sebagai gejala
kejiwaan berhubungan dengan gejala kejasmanian. Apabila individu mengalami emosi,
dalam diri individu itu akan terdapat perubahan-perubahan dalam kejasmanian.
Sedangkan stress yang terjadi pada setiap individu berbeda-beda tergantung pada
masalah yang dihadapi dan kemampuan menyelesaikan masalah tersebut. Jika masalah
tersebut dapat diselesaikan dengan baik maka individu tersebut akan senang, sedangkan jika
masalah tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan individu tersebut
marah-marah, frustasi hingga depresi.
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam
berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan
sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap stress. Ada
banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun
demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya.
Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal
menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi adalah
suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal.
Depresi adalah suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi
seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu
disebut sebagai suatu gangguan, depresi dapat disebabkan oleh banyak hal seperti : trauma,
sedih berkepanjangan, masalah keuangan hingga tak memiliki pekerjaan.

17
DAFTAR PUSTAKA

 Salam Nur (2008), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


 Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika
 Drs. Sunaryo, M.Kes (2004), Psikologi untuk Keperawatan, Jakarta : EGC
 Suliswati, Sianturi Yenni, dkk (2005), Konsep Dasar Keperwatan Kesehatan
 Jiwa, Jakarta : EGC
 Drs. Sunaryo, M.Kes (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
 Suliswati, Yenni Sianturi, dkk (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta : EGC

18

You might also like