You are on page 1of 4

FAKTOR RISIKO

Kebanyakkan orang mengembangkan penyakit TBC segera setelah terinfeksi dalam beberapa
minggu, sebelum sistem kekebalan tubuh dapat melawan bakteri TBC. Ada sebagian orang sakit
setelah beberapa tahun dimana waktu sistem kekebalan tubuh menurun. Secara keseluruhan 5
sampai 10% orang yang terinfeksi tidak memerlukan pengobatan untuk fase TBC dalam
kehidupan mereka. Kepada orang yang mempunyai imun yang rendah terutama yang menhidap
penyakit HIV, risiko TBC mengembang lebih besar dari orang dengan system imun yang
normal.1

Biasanya orang dengan risiko tinggi TBC akan jatuh kepada 2 kategori ini :1

 Seseorang yang telah terinfeksi dengan bakteri TBC


 Seseorang dengan kondisi penurunan imun

Karakteristik utama yang mempengaruhi risiko seseorang yang terkena infeksi atau penyakit
TBC:2

1) Kondisi Imunosupresif
Koinfeksi HIV memperparah tingkat keparahan penyakit TB sementara juga koinfeksi
TB mempercepat replikasi HIV pada organ yang terkena dampak termasuk paru-paru dan
pleura. Imunitas yang dimediasi sel adalah komponen penting dalam pertahanan bakteri
M. tuberkulosis yang dilemahkan oleh infeksi HIV yang mengakibatkan peningkatan
risiko reaktivasi TB.
2) Malnutrisi
Penelitian telah menunjukkan bahwa kekurangan gizi (kekurangan mikro dan makro)
meningkatkan risiko TB karena respon imun yang terganggu. Penyakit TB itu sendiri
dapat menyebabkan kekurangan gizi karena menurunnya nafsu makan dan perubahan
proses metabolism.
3) Usia Muda
Anak-anak berisiko tinggi terkena infeksi penyakit TB. Mayoritas anak yang berusia
kurang dari 2 tahun terinfeksi dari kasus sumber rumah tangga, sedangkan dengan anak-
anak berusia di atas 2 tahun, sebagian besar terinfeksi di masyarakat. Kasus sumber
positif sputum rumah tangga adalah faktor risiko tunggal yang paling penting untuk anak-
anak dan tetap merupakan penyumbang penting infeksi hingga usia 5-10 tahun.
4) Diabetes
Sebuah tinjauan sistematis yang membandingkan 13 penelitian yang meneliti hubungan
antara diabetes dan TB menemukan bahwa pasien diabetes memiliki sekitar tiga kali lipat
peningkatan risiko pengembangan TB bila dibandingkan dengan mereka yang tidak
menderita diabetes. Bukti biologis mendukung teori bahwa diabetes secara langsung
mengganggu respons imun bawaan dan adaptif, sehingga mempercepat proliferasi TB.
Penelitian pada hewan menunjukkan adanya beban bakteri yang lebih tinggi di antara
tikus diabetes yang secara eksperimen terinfeksi M. tuberculosis.
5) Pegawai Kesehatan
Pegawai kesehatan berisiko tinggi untuk terkena TB. Sebuah tinjauan oleh Seidler dkk.
menunjukkan bahwa, di antara petugas kesehatan di negara-negara penghasilan tinggi,
keseluruhan kejadian penyakit TBC pada populasi umum dan petugas kesehatan asli lahir
kurang dari 10 dan 25 per 100.000 per tahun.
6) Sosial Ekonomi dan Faktor Perilaku
Beban TB mengikuti gradien sosio-ekonomi yang kuat antara dan di dalam negara-negara
dengan penduduk miskin yang memiliki risiko tertinggi. Orang denga sosioekonomi
rendah terkena beberapa faktor risiko termasuk kekurangan gizi, polusi udara dalam
ruangan, alkohol, dll yang meningkatkan risiko TB mereka. Orang dengan sosioekonoi
yang lebih rendah memiliki kemungkinan lebih tinggi terkena tempat yang padat, kurang
berventilasi dan memiliki fasilitas memasak memasak yang aman. Populasi marjinal
termasuk narapidana memiliki kesempatan lebih tinggi untuk terinfeksi TB kebanyakan
karena kondisi kehidupan yang padat dan koinfeksi dengan HIV dan penyalahgunaan
obat injeksi.
7) Merokok
Hubungan antara merokok dan TB telah diteliti dalam beberapa tinjauan sistematis.
Dalam meta-analisis terhadap 24 penelitian tentang efek merokok terhadap TB,
menunjukkan bahwa risiko relatif penyakit TB (RR = 2,3-2,7) tinggi di antara perokok
dibandingkan dengan bukan perokok dan ada bukti nyata bahwa penyebab merokok tetap
merupakan faktor risiko untuk infeksi dan penyakit TB, dengan risiko kematian pada
orang dengan TB aktif.
8) Alkohol
Alkohol telah diakui sebagai faktor risiko yang kuat untuk penyakit TBC , dan sebuah
meta-analisis baru-baru ini terhadap studi epidemiologi molekuler telah menetapkan
alkohol sebagai faktor risiko untuk pengelompokan (atau transmisi TB terakhir) pada
keduanya tinggi- (OR = 2.6 , CI = 2,13-3,3) dan negara dengan kejadian rendah (OR =
1,4, CI = 1,1-1,9). Peningkatkan risiko termasuk perubahan dalam sistem kekebalan
tubuh, khususnya untuk mengubah molekul pensinyalan yang bertanggung jawab untuk
produksi sitokin.
9) Polusi udara dalam ruangan
Di negara berkembang, persentase penggunaan bahan bakar padat untuk memasak lebih
dari 80%. Asap kayu bakar atau biomassa sebelumnya telah dikenal sebagai faktor risiko
independen untuk penyakit TBC dalam kasus studi kontrol yang dilakukan di India dan
Brasil. Asap biomass akan menyebabkan penyakit paru kronis terjadi. Penelitian pada
hewan telah menunjukkan bahwa fungsi asap phagocytic makrofag akut, kepatuhan
permukaan, dan pembersihan bakteri. Juga pembakaran biomassa diperlihatkan untuk
melepaskan partikel besar (PM) seperti karbon monoksida (CO), nitrogen oksida,
formaldehida, dan hidrokarbon polyaromatik yang dapat menyimpan jauh ke dalam
alveoli dan dapat menyebabkan kerusakan yang cukup besar.
Gambar 1 : Faktor Resiko Tuberkolosis Infeksi dan Penyakit

Daftar Pustaka :

1. Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2016. Division of Tuberculosis
Elimination. USA.
2. N. Padmanesan et al, 2013. Risk Factors for Tuberculosis. Journal Pulmonary Medicine,
Volume 2013. Hindawi. India.

You might also like