Professional Documents
Culture Documents
Asuransi Syariah
Disusun Oleh : Dina Nur Fitriana
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Hukum Klaim Asuransi
Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam membantu
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca untuk dapat memperbaiki tugas ini nantinya. Akhir kata kami
berharap semoga tugas yang telah kami buat dapat memberikan manfaat terhadap para pembaca
nantinya.
Hormat Kami,
Penulis
1
Daftar Isi
B. Tujuan ...................................................................................................................................... 3
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuransi pada dasarnya merupakan persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang yang masing-
masing menghadapi kerugian kecil sebagai sesuatu yang tidak dapat diduga. Apabila kerugian itu
menimpa salah seorang anggota dari perkumpulan tersebut, maka kerugian itu akan ditanggung
bersama. Dalam setiap kehidupan manusia senantiasa menghadapi kemungkinan terjadinya suatu
malapetaka, musibah dan bencana yang dapat melenyapkan dirinya atau berkurangnya nilai ekonomi
seseorang baik terhadap diri sendiri, keluarga, atau perusahaannya yang diakibatkan oleh meninggal
dunia, kecelakaan, sakit, ataupun lanjut usia. Kehilangn fungsi dari pada suatu benda, seperti
Masyarakat muslim sekarang sangat memerlukan asuransi untuk melindungi harta dan keluarga
mereka dari akibat musibah. Usaha yang sudah maju dan menguntungkan mungkin bisa bangkrut
dalam seketika ketika kebakaran melanda tempat usahanya. Keluarga yang terlantar ditinggal pemberi
nafkah, dan usaha yang bangkrut karena kebakaran sebenarnya tidak perlu terjadi kalau saja ada
perlindungan dari asuransi. Asuransi memang tidak bisa mencegah musibah, tapi setidaknya bisa
B. Tujuan
Tujuan penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas dari mata kuliah
Asuransi Syariah. Selain itu makalah ini dibuat untuk menambah pemahaman penulis dan warga
negara Indonesia khususnya masyarakat islam tentang asuransi syariah lebuh dalam lagi. Sehingga
3
C. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, kami sebagai penulis merasa perlu mengungkapkan berbagai hal yang ada
kaitannya dengan judul makalah yang akan dibahas pada BAB II, dimana pada rumusan masalah ini
4
BAB II
ISI
adalah suatu perjanjian, dengan nama seorang penanggung mengikat diri kepada seorang tertanggung
dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena satu kerugian, kerusakan
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa
pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan nama pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Dari beberapa diatas, dapat diketahui setidaknya ada tiga unsur yang ada di asuransi. Pertama,
bahaya yang dipertanggungkan; kedua, premi pertanggungan; ketiga sejumlah uang ganti rugi
pertanggungan.
Mayoritas ulama mengatakan bahwa praktik asuransi yang demikian hukumnya haram
1) Adanya unsur gharar, yaitu unsur ketidakpastian tentang hak pemegang polis dan sumber
2) Adanya unsur maysir, yaitu unsur judi karena dimungkinkan ada pihak yang diuntungkan
5
Asuransi dalam Islam dikenal dengan istilah takaful yang berarti saling memikul resiko
diantara sesama orang , sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas resiko
yang lainnya. Saling pikul resiko ini dilakukan atas dasar tolong menolong dalam kebaikan dimana
resiko tersebut. Takaful dalam pengertian tersebut sesuai dengan surah Al Maidah(5):2 “ Dan tolong
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, jangan tolong-menolong dalam berbuat
Asuransi syariah adalah asuransi yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Menurut Fatwa
DSN No.21/DSN-MUI/III/2002 tentang asuransi syariah, yaitu usaha saling melindungi dan tolong
menolong diantara sejumlah orang /pihak melaui investasi dalam bentuk asset/dan tabarru’/ yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang
Asuransi Syariah adalah sebuah sistem di mana para peserta mendonasikan sebagian atau
seluruh kontribusi/premi yang mereka bayar untuk digunakan membayar klaim atas musibah yang
dialami oleh sebagian peserta. Proses hubungan peserta dan perusahaan dalam mekanisme
pertanggungan pada asuransi syariah adalah sharing of risk atau “saling menanggung risiko”. Apabila
terjadi musibah, maka semua peserta asuransi syariah saling menanggung. Dengan demikian, tidak
terjadi transfer risiko (transfer of risk atau “memindahkan risiko”) dari peserta ke perusahaan seperti
pada asuransi konvensional. Peranan perusahaan asuransi pada asuransi syariah terbatas hanya
sebagai pemegang amanah dalam mengelola dan menginvestasikan dana dari kontribusi peserta.
Jadi pada asuransi syariah, perusahaan hanya bertindak sebagai pengelola operasional saja,
Tabarru’
Definisi tabarru’ adalah sumbangan atau derma (dalam definisi Islam adalah Hibah).
Sumbangan atau derma (hibah) atau dana kebajikan ini diberikan dan diikhlaskan oleh peserta
6
asuransi syariah jika sewaktu-waktu akan dipergunakan untuk membayar klaim atau manfaat asuransi
lainnya.
Dengan adanya dana tabarru’ dari para peserta asuransi syariah ini maka semua dana untuk
menanggung risiko dihimpun oleh para peserta sendiri. Dengan demikian kontrak polis pada asuransi
syariah menempatkan peserta sebagai pihak yang menanggung risiko, bukan perusahaan asuransi,
Oleh karena dana-dana yang terhimpun dan digunakan dari dan oleh peserta tersebut harus
dikelola secara baik dari segi administratif maupun investasinya, untuk itu peserta memberikan kuasa
kepada perusahaan asuransi untuk bertindak sebagai operator yang bertugas mengelola dana-dana
Jadi jelas di sini bahwa posisi perusahaan asuransi syariah hanyalah sebagai pengelola atau
operator saja dan BUKAN sebagai pemilik dana. Sebagai pengelola atau operator, fungsi perusahaan
asuransi hanya MENGELOLA dana peserta saja, dan pengelola tidak boleh menggunakan dana-dana
7
Dengan demikian maka unsur ketidakjelasan (Gharar) dan untung-untungan (Maysir) pun
1) Posisi peserta sebagai pemilik dana menjadi lebih dominan dibandingkan dengan posisi
2) Peserta akan memperoleh pembagian keuntungan dari dana tabarru’ yang terkumpul.
Hal ini tentunya sangat berbeda dengan asuransi konvensional (non-syariah) di mana
pemegang polis tidak mengetahui secara pasti berapa besar jumlah premi yang berhasil dikumpulkan
oleh perusahaan, apakah jumlahnya lebih besar atau lebih kecil daripada pembayaran klaim yang
dilakukan, karena di sini perusahaan, sebagai penanggung, bebas menggunakan dan menginvestasikan
Jadi, dasar didirikannya asuransi syariah adalah penghayatan terhadap semangat saling
terciptanya kesejahteraan umat dan masyarakat umumnya. Sebagai seorang muslim, kita wajib
percaya bahwa segala hal yang terjadi diatas tidak terlepas dari qadha dan qadhar Allah Swt terhadap
hamba-hambanya. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah Swt dalam firman-Nya yang berbunyi “Dan
tiada seorangpun dapat mengetahui dengan pasti apa yang diusahakannya esok, dan tiada seorangpun
yang mengetahui dibumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Secara historis, asuransi tidak pernah ada pada zaman Nabi Muhammad Saw, sahabat dan
tabi’in. Asuransi pertama kali terjadi pada tahun 1182 Masehi. Ketika orang-orang yahudi diusir dari
Prancis, untuk menjamin resiko barang-barang mereka yang diangkut lewat laut. Pada tahun 1680 , di
London didirikan lembaga asuransi kebakaran karena kebakaran yang terjadi pada tahun 1666 yang
Dalam Al Qur’an dan hadits terdapat tuntutan bermuamalah yang benar dan baik, yaitu
terhindar dari kesamaran (al gharar), untung-untungan (maysir), dan riba. Oleh karena itu, hukum
8
asuransi adalah boleh selama terhindar dari samar, untung-untungan, dan riba. Dengan kata lain,
Kebutuhan akan kehadiran jasa asuransi yang berdasarkan syariah diawali dengan mulai
beroperasinya bank-bank syariah. Hal tersebut sesuai dengan UU No. 7 tahun 1992 tentang
perbankkan dan ketentuan pelaksanaan bank syariah. Untuk itulah pada tanggal 27 Juli 1993, ikatan
Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) melalui Yayasan Abdi Bangsa Tugu Mandiri sepakat
memprakarsai pendirian Asuransi Takaful, dengan menyusun Tim Pembentukan asuransi Takaful
Indonesia (TEPATI).
9
D. Prinsip – Prinsip Asuransi Syariah
Perasuransian Asuransi syariah adalah Asuransi kumpulan perjanjian, yang terdiri atas perjanjian
antara perusahaan asuransi syariah dan pemegang polis dan perjanjian di antara para pemegang polis,
dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna saling menolong dan
1) Memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan,
Biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin diderita peserta Atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang
2) Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggatnya peserta atau pembayaran yang
didasarkan pada hidupnya peserta dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau
Dalam asuransi syariah (takaful) ada 9 (sembilan) prinsip utama yang digunakan sebagai
dasar beroperasinya Asuransi Syariah di Indonesia, yaitu : Tauhid (Unity), Amanah (Trust
1. Tauhid (Unity)
10
adanya 5 (lima) pengertian. Pertama, unity of Godhead, yaitu kesatuan ketuhanan. Kedua, unity of
creation, yaitu kesatuan penciptaan. Seluruh makhluk di alam semesta ini, baik yang kelihatan
maupun yang tidak, yang lahir maupun yang gaib, merupakan bagian dari ciptaan Allah. Ketiga, unity
of man¬kind, yaitu kesatuan kemanusiaan. Jadi, perbedaan warna kulit, bahasa, geo¬grafi, sejarah,
dan segala perbedaan yang melatarbelakangi keragaman umat manusia tidak boleh dijadikan alasan
untuk melakukan diskriminasi. Keempat, unity of guidance, yaitu kesatuan pedoman hidup. Bagi
orang yang beriman, hanya ada satu pedoman hidup, yakni yang datangnya dari Allah yang berupa
wahyu. Karena Allah yang menciptakan manusia, maka Allah pula yang paling tahu apa yang baik
atau buruk bagi manusia, sehingga kita betul-betul dapat mencapai kebahagiaan di dunia maupun
akhirat. Kelima, unity of the purpose of life, yaitu kesatuan tujuan hidup. Bagi orang yang beriman,
Dari pengertian Asuransi Syariah (Takaful) dan tauhid diatas jelas bahwa Tauhid (Unity)
merupakan prinsip yang harus dipegang teguh oleh setiap orang yang hidup didunia ini. Tidak
terkecuali bagi orang-orang berkecimpung dalam Asuransi Syariah (Takaful) karena pada hakekatnya
setiap manusia harus melandasi dirinya dengan tauhid dalam menjalankan segala aktivitas
kehidupannya, tidak terkecuali dalam bermuamalah. Artinya bahwa dalam setiap gerak langkah serta
Dalam mengimplementasikan prinsip tauhid dalam berasuransi jika dilihat dari sisi
perusahaan, konsep tauhid dalam berasuransi syariah bukanlah semata-mata meraih keuntungan, atau
menangkap peluang pasar yang sedang bergerak positif pada industri yang berbasiskan syariah.
Namun yang lebih mulia jika niat awalnya adalah untuk mengimplementasikan nilai-nilai syariah
dalam dunia asuransi. Sedangkan dari sisi tertanggung, berasuransi syariah adalah bertujuan untuk
bertransaksi dalam bentuk tolong-menolong sesama manusia yang berlandaskan asas syariah, dan
bukan semata-mata hanya mencari perlindungan apabila terjadi musibah. Dengan demikian, maka
11
2. Amanah (Trust Worthy/Al-Amanah)
tentunya wajib dimiliki oleh semua orang atau lembaga yang bergerak dalam industri asuransi
syariah.
objek pertanggungan. Selain itu, tertanggung juga wajib menyampaikan fakta-fakta yang benar jika
terjadi kerugian menimpa harta, benda atau jiwa yang diasuransikan tersebut.
Prinsip Amanah (Trust Worthy/Al-Amanah) ini menitikberatkan kepada perusahaan asuransi syariah
(takaful) yang sudah dipercaya untuk mengelola dana dari para peserta. Mereka harus menggunakan
kumpulan dana dari peserta dengan sebaik-baiknya serta menyampaikan secara jujur dan benar
mengenai investasi kumpulan dana, keuntungan dari investasi tersebut, pembagian yang merata antara
melalui penyajian laporan keuangan dan laporan kinerja tiap periode yang dapat diakses oleh peserta
asuransi. Laporan keuangan dan kinerja yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi harus
mencerminkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dalam bermuamalah dan melalui auditor publik.
Bagi perusahaan asuransi syariah (takaful) yang melanggar prinsip Amanah (Trust Worthy/Al-
Amanah) akan mendapatkan sanksi sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku dan akan kehilangan
12
3. Kerelaan (Al-Ridha)
Pengertian Kerelaan (Al-Ridha) Secara Bahasa Kerelaan (Al-Ridha) berasal dari bahas arab.
Memiliki arti rela, menerima dg suci hati, Secara Istilah Ridha berarti menerima dengan senang hati
apa yang diberikan oleh Allah SWT baik berupa peraturan, hukum, atau pun qadha.
keindahan akhlak (muntaha husnul al khuluq). Menurut Syeh Abdul Qadir Al-Djaelani ridha
merupakan kewajiban hamba kepada Sang Khaliq yang tidak dapat ditolak.
Dari 2 (dua) pengertian diatas, prinsip Kerelaan (Al-Ridha) wajib dimiliki oleh setiap peserta
asuransi syariah (takaful) karena dalam rangka saling melindungi dan tolong menolong antar anggota,
maka setiap anggota harus dengan rela untuk memberikan uang (premi) untuk dikumpulkan sebagai
dana sosial (tabarru) yang berfungsi untuk membantu anggota yang mengalami kerugian.
Selain itu, segala transaksi dalam asuransi syariah (takaful) yang dilakukan oleh perusahaan dan
anggota dilakukan atas dasar kerelaan antara masing-masing pihak dan didasarkan pada kesepakatan
bebas dari para pihak dan tidak boleh mengandung unsur paksaan, tekanan, dan penipuan. Asas ini
4. Tolong-Menolong (Ta’awun)
13
menolong di antara sesama manusia dalam hal kebaikan dan takwa. Dalam ajaran Islam sifat ta'awun
ini sangat diperhatikan, hanya dalam kebaikan dan takwa, dan tidak ada tolong-menolong dalam hal
dosa dan permusuhan. Oleh karena itu sifat ta'awun atau tolong-menolong termasuk akhlak terpuji
Sesuai dengan 2 (dua) pengertian diatas maka implementasi dari Prinsip Tolong-Menolong
(Ta’awun) Dalam Asuransi Syariah (Takaful) pada dasarnya ada di para peserta yang dari awal sudah
memiliki niatan awal untuk menolong peserta lain yang mengelami kerugian. Dengan niatan awal
untuk tolong menolong tersebut menjadikan ikatan persaudaraan akan semakin melekat.
Dalam sejarahnya, Praktik tolong-menolong (ta’awun) dalam asuransi adalah unsur utama
pembentukan bisnis asuransi. Namun seiring berjalannya waktu unsur tolong-menolong (ta’awun)
sudah hampir menghilang. Banyak perusahaan asuransi bekerja untuk mengejar keuntungan bisnis.
Sehingga perusahaan asuransi itu sudah kehilangan karakter utamanya. Untuk itulah Asuransi Syariah
Prinsip Kerja Sama (Cooperation) merupakan prinsip yang universal digunakan dalam setiap
perjanjian ekonomi maupun bisnis yang berlandaskan syariat islam. Begitu pula dalam prakteknya di
asuransi syariah (takaful) Kerja sama dalam bisnis asuransi dapat berwujud dalam bentuk akad yang
dijadikan acuan antara kedua belah pihak yang terlibat, yaitu antara anggota dan perusahaan asuransi.
Dalam praktek operasional perusahaan asuransi syariah (takaful) kontrak perjanjian tersebut
14
kontrak investasi para pemilik modal yaitu penyedia dana (shahibul maal/investor) atau peserta
asuransi dengan pengelola (mudharib) dalam hal ini prusahaan asuransi syariah (takaful), investor
mempercayakan modalnya kepada pengelola untuk digunakan dalam aktivitas perdagangan dalam
Mudharib dalam hal ini memberikan konstribusi pekerjaan, waktu, dan mengelola usahanya
sesuai dengan ketentuan yang disepakati dalam kontrak. Salah satunya adalah untuk mencapai
keuntungan (profit) yang nantinya akan dibagi antara investor dengan pengelola berdasarkan proporsi
yang disetujui bersama (nisbah). Jika terdapat kerugian karena risiko bisnis (bussiness risk) dan bukan
kelalaian mudharib (character risk), maka kerugian ditanggung oleh shahibul maal (penyedia modal).
Akad mudharabah ini dapat menggunakan prinsip profit and loss sharing ataupun revenue sharing,
dimana bagi hasil ini ditentukan berdasarkan ratio perhitungan bagi hasil yang telah ditentukan dalam
perjanjian. Ratio ini dikenal sebagai nisbah bagi hasil. Besarnya nisbah bagi hasil ini untuk setiap
perusahaan asuransi syariah mempunyai kebijakan tersendiri dan terkait dengan produk asuransi
syariah dalam perusahaan tersebut. Hasil investasi ini akan ditambahkan pada dana peserta
untukdigunakan sebagai biaya klaim, simpanan (dana cadangan), biaya reasuransi, biaya operasional
dan jika terjadi surplus maka akan dibagikan sesuai dengan nisbah bagi hasil tadi, namun jika
mengalami kerugian maka akan diambilkan dari rekening perusahaan dan bagian peserta tetap
dibagikan.
Hanafiyah syirkah
Musyawarah adalah suatu perjanjian antara dua pihak yang bersyarikat mengenai pokok harta
dan keuntungannya.
Malikiyah syirkah
Musyawarah adalah keizinan untuk berbuat hukum bagi kedua belah pihak, yakni masing-masing
mengizinkan pihak lainnya berbuat hukum terhadap harta milik bersama antara kedua belah
pihak, disertai dengan tetapnya hak berbuat hukum (terhadap harta tersebut) bagi masing-masing.
Praktek konsep musyarakah dalam asuransi syariah (takaful) dapat terwujud antara nasabah
dan perusahaan asuransi, jika kedua belah pihak bekerja sama dengan sama-sama menyerahkan
15
modalnya untuk diinvestasikan pada bidang-bidang yang menguntungkan. Keuntungan yang
diperoleh dari investasi tersebut dibagi sesuai dengan porsi nisbah yang disepakati sebelumnya.
6. Keadilan (Justice)
a) Adil bermakna keseimbangan dalam arti suatu masyarakat yang ingin tetap bertahan dan mapan,
maka masyarakat tersebut harus berada dalam keadaan seimbang, di mana segala sesuatu yang
ada di dalamnya harus eksis dengan kadar semestinya dan bukan dengan kadar yang sama.
Keseimbangan sosial mengharuskan kita melihat neraca kebutuhan dengan pandangan yang
relatif melalui penentuan keseimbangan yang relevan dengan menerapkan potensi yang
b) Adil adalah persamaan penafsiran terhadap perbedaan apa pun. Keadilan yang dimaksudkan
adalah memelihara persamaan ketika hak memilikinya sama, sebab keadilan mewajibkan
c) Adil adalah memelihara hak-hak individu dan memberikan hak kepada setiap orang yang berhak
menerimanya. Keadilan seperti ini adalah keadilan sosial yang harus dihormati di dalam hukum
Berdasarkan pengertian diatas Prinsip Keadilan (Justice) Dalam Asuransi Syariah (Takaful)
adalah keseimbangan posisi antara peserta dan perusahaan asuransi dimana tidak ada diantara salah
satunya memiliki posisi yang lebih tinggi dalam melakukan perjanjian asuransi. dalam arti lain bahwa
nasabah asuransi harus memposisikan diri untuk melaksanakan kewajiban untuk selalu membayar
iuran (premi) kepada perusahaan asuransi dalam jumlah tertentu kepada perusahaan asuransi dan
16
mempunyai hak untuk mendapatkan sejumlah dana santunan jika terjadi peristiwa kerugian.
perusahaan asuransi juga harus melaksanakan tugas dan kewajibanya sebagai lembaga pengelola dana
Di sisi lain, keuntungan dari hasil investasi dana nasabah atau peserta yang dilakukan oleh
perusahaan wajib dibagi sesuai dengan akad yang disepakati antara kedua belah pihak misalnya
pembagian keuntungan 30:70 (30 untuk perusahaan dan 70 untuk peserta). Maka, realita pembagian
7. Larangan Riba
Unsur riba dapat kita temukan dengan jelas dalam asuransi jiwa, dimana seseorang yang membeli
polis asuransi membayar sejumlah kecil dana/premi dengan harapan mendapatkan uang yang lebih
banyak dimasa yang akan datang, namun bisa saja dia tidak mendapatkannya. Jadi pada hakekatnya
transaksi ini adalah tukar menukar uang, dan dengan adanya tambahan dari uang yang dibayarkan,
maka ini jelas mengandung unsur riba, baik riba fadl dan riba nasi’ah.
Dalam asuransi syariah (takaful) unsur riba dapat dihilangkan dengan cara mengaplikasikan
konsep mudharabah. Sistem operasional dan pengelolaan asuransi syariah dengan konsep mudharabah
ini sangat jauh dari unsur riba, karana dana yang diperoleh dari masyarakat (peserta) akan dibagikan
kembali sesuai dengan keuntungan yang diperoleh dari hasil Investasi kumpulan dana tersebut dengan
sistem bagi hasil yang telah ditentukan pada awal perjanjian antara perusahaan dan peserta. dan ada
17
8. Larangan Maisir
menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain dengan cara mengaitkan transaksi tersebut
Dalam asuransi syariah (takaful) unsur maisir harus dihindari dari kedua belah pihak yang
melakukan perjanjian (tertanggung dan perusahaan asuransi). unsur maisir ini dapat kita temukan
dalam transaksi asuransi biasa dimana perusahaan asuransi dapat mendapatkan keuntungan besar jika
banyak tertanggung yang sudah membayar premi beberapa kali tapi tidak pernah melakukan klaim,
perusahaan juga mendapat keuntungan jika klaim dari tertanggung ditolak, sebaliknya perusahaan
akan mengalami kerugian jika banyak tertanggung yang baru pertama kali membayar premi namun
berdasakan atas berapa kali peristiwa klaim terjadi, bukan juga dari berapa kali klaim yang ditolak,
melainkan dari keuntungan perjanjian dengan konsep mudharabah, dimana uang yang terkumpul dari
tertanggung akan diinvestasikan oleh perusahaan dengan sistem bagi hasil yang telah ditentukan.
18
tidak ada objek akad, besar kecil jumlah maupun menyerahkan objek akad tersebut. Imam Al-Qarafi
mengemukakan gharar adalah suatu akad yang tidak diketahui dengan tegas, apakah efek akad akan
terlaksana atau tidak, seperti melakukan jual-beli burung yang masih terbang bebas di udara.
Dalam asuransi biasa unsur gharar dapat terjadi jika tertanggung yang sudah membayarkan premi
kepada perusahaan asuransi untuk mentransfer resiko yang mungkin terjadi pada diri atau harta
bendanya, namun dalam perjalanan waktu sampai dengan berakhirnya perjanjian tersebut tertanggung
tidak mengalami kerugian. Dalam kasus tersebut maka uang premi menjadi milik perusahaan asuransi
Sedangkan dalam asuransi syariah (takaful) uang premi/kontribusi adalah model mudharabah
yang nanitinya akan dikembalikan kepada peserta ditambah keuntungan dari hasil investasi tersebut
Perhitungan premi asuransi syariah sedikit berbeda dengan cara penghitungan premi pada
asuransi konvensional. Asuransi syariah sebenarnya merupakan lembaga keuangan syariah non bank.
Fungsi asuransi syariah hampir sama dengan lembaga keuangan syariah lainnya, yaitu mendapatkan
Cara pembagian hasil investasi dana peserta asuransi dilakukan dengan prinsip bagi hasil
(profit and loss sharing). Dalam prinsip syariah perusahaan bertindak sebagai pengelola dana yang
menerima pembayaran dari peserta untuk dikelola secara syariah. Peserta asuransi berperan sebagai
pemilik dana (shohibul maal) yang akan menerima manfaat jasa perlindungan, dan penjaminan dari
Syarat dan ketentuan mengenai pembagian hasil ditetapkan berdasarkan kesepakatan kedua
belah pihak, antara kantor asuransi dan nasabah pemilik dana. Kesepakatan yang terjadi tergantung
dari jenis asuransi, produk asuransi, dan klasifikasi premi yang disetor.
Berikut ini beberapa pengertian premi (kontribusi) dan dana tabarru’ yang dikutip
19
Premi adalah bayaran asuransi atau harga sebagai jaminan penanggung asuransi
untuk bertanggung jawab, hal itu tidak perlu dibayar lebih dahulu karena biasanya oleh
penanggung asuransi dijadikan sebagai satu isyarat yaitu perjanjian akan berlaku hanya setelah
premi dibayar. Dalam asuransi, premi mungkin mempunyai suatu nilai tanggungan untuk
tambahan kepada anggota lain dalam masyarakat yang mengalami kerugian, oleh karena itu
penanggung asuransi adalah kedua-duanya. Sebagai orang diasuransikan, dia berkewajiban untuk
membantu ahli-ahli lain dan berhak menerima premi bila terjadi kerugian atasnya.
Premi asuransi adalah sejumlah dana yang disetor tertanggung kepada penanggung,
dimana jika premi belum dibayar (lunas), maka penanggung belum terikat dalam transaksi untuk
membayar ganti rugi jika timbul risiko. Pengelolaan dana dalam asuransi syariah adalah
seluruh premi yang dibayar peserta dimasukkan ke dalam rekening “derma”, yaitu rekening
yang digunakan untuk membayar klaim kepada peserta. Besarnya nominal premi yang disetor
Tabarru’ adalah derma kebajikan atau iuran kebajikan yang telah diniatkan oleh
peserta untuk dana tolong menolong apabila ada peserta lain yang terkena musibah. Konsep ini
menjadikan semua peserta sebagai satu keluarga besar yang saling menanggung, saling
Tabarru’ dibawah kendali perusahaan asuransi syariah hanya boleh digunakan untuk
kemaslahatan pesertanya. Dengan kata lain, kumpulan dana tabarru’ hanya dapat digunakan
untuk kepentingan para peserta asuransi yang mendapat musibah. Apabila dana tabarru’ tersebut
digunakan untuk kepentingan lain, berarti melanggar syarat akad. Tabarru’ dikenakan kepada
peserta sepanjang kontrak. Besar persentase tabarru’ antara satu peserta dan peserta lain tidak
sama, bergantung pada masa perjanjian dan usia calon peserta. Makin panjang masa perjanjian
dan makin tinggi usia calon peserta, tabarru’ yang dikenakan pun semakin tinggi.
b. Prinsip Contribution
Contribution (kontribusi) menurut sudut pandang asuransi terbagi menjadi dua, yaitu
sudut pandang penanggung (perusahaan asuransi) dan sudut pandang tertanggung (pemegang
20
polis). Untuk sudut pandang penanggung, contribution adalah suatu prinsip dimana penganggung
berhak mengajak penanggung-penanggung lain yang memiliki kepentingan yang sama untuk ikut
bersama membayar ganti rugi kepada tertanggung, meskipun jumlah tanggungan masing-masing
penanggung berbeda. Adapun untuk sudut tertanggung, al-musahamah ‘kontribusi’ adalah suatu
bentuk kerjasama mutual dimana tiap-tiap peserta memberikan kontribusi dana kepada suatu
perusahaaan dan peserta tersebut berhak memperoleh kompensasi atas kontribusinya tersebut
kerjasama mutual yaitu dalam surat al-Maidah ayat 2: “Dan tolong menolonglah kamu dalam
Mekanisme pengelolaan dana yang memiliki unsur tabungan adalah setiap premi
yang dibayar oleh peserta akan dimasukkan ke dalam dua rekening yaitu rekening untuk dana
tabarru’ (sosial) dan rekening untuk dana tabungan (saving). Adapun status kepemilikan dana
tanpa rekening tabungan (saving) masih menjadi milik peserta asuransi, bukan menjadi milik
Setiap peserta wajib membayar sejumlah uang (premi) secara teratur kepada
perusahaan. Besar premi yang akan dibayarkan tergantung kepada kemampuan peserta.
Akan tetapi, perusahaan menetapkan jumlah minimum premi yang dapat dibayarkan. Setiap
peserta dapat membayar premi tersebut, melalui rekening koran, giro atau membayar
langsung. Peserta dapat memilih cara pembayaran, baik tiap bulan, kuartal, semester
maupun tahunan.
Setiap premi yang dibayar oleh peserta akan dipisah oleh perusahaan asuransi dalam
21
Rekening tabungan, yaitu kumpulan dana yang merupakan milik peserta, yang
dibayarkan bila:
- Perjanjian berakhir
Rekening tabarru’ yaitu kumpulan dana yang diniatkan oleh peserta sebagai iuran
kebajikan untuk tujuan saling tolong-menolong dan saling membantu, yang dibayarkan
bila:
Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariah Islam. Tiap
keuntungan dari hasil investasi, setelah dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi
Setiap premi yang dibayar oleh peserta, akan dimasukkan dalam rekening tabbaru’,
yaitu kumpulan dana yang diniatkan oleh peserta sebagai iuran kebajikan untuk tujuan
Kumpulan dana peserta ini akan di investasikan sesuai dengan syariah Islam.
Keuntungan dari investasi setelah dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi
reasuransi) setelah dikeluarkan zakatnya, akan dibagi antara peserta dan perusahaan menurut
menurut kesepakatan dalam suatu perbandingan (porsi bagi hasil) tetap berdasarkan
1. Premi tabungan, yaitu bagian premi yang merupakan dana tabungan pemegang polis
yang dikelola oleh perusahaan dimana pemiliknya akan mendapatkan hak sesuai
22
dengan kesepakatan dari pendapatan investasi bersih. Premi tabungan dan hak bagi
hasil investasi akan diberikan kepada peserta bila yang bersangkutan dinyatakan
2. Premi tabarru’ yaitu sejumlah dana yang dihibahkan oleh pemegang polis dan
digunakan untuk tolong menolong dalam menanggulangi musibah kematian yang akan
disantunkan kepada ahli waris bila peserta meninggal dunia sebelum masa asuransi
berakhir.
3. Premi biaya adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh peserta kepada perusahaan
dana asuransi, termasuk biaya awal, biaya lanjutan, biaya tahun berjalanm dan biaya
Penetapan besarnya tarif premi tidak ditentukan oleh pemerintah, karena diserahkan
pada mekanisme pasar yang berlaku. Namun pada dasarnya tarif premi menurut aturan
Penetapan tarif premi asuransi kerugian, perhitungan jumlah premi yang akan
a. Premi murni dihitung berdasarkan profil kerugian untuk jenis asuransi yang
2) Tarif premi harus ditetapkan pada tingkat yang mencukupi, tidak melebih dan
tidak ditetapkan secara diskriminatif. Demikian pula tidak boleh terlalu berlebihan
23
Pada asuransi jiwa, perhitungan jumlah premi yang akan memengaruhi dana klaim
1. Jenis produk asuransi yang ditawarkan, besar kecilnya premi tergantung dari
yang besar dalam waktu yang singkat, tentu jumlah premi yang dibayarkan
3. Usia peserta, makin tua usia peserta makin besar pula premi tabarru’ yang
yang lebih besar, sehingga jika peserta ingin tabungannya besar maka ia
harus membayar premi yang lebih besar daripada peserta lain yang
d. Kontribusi/Sumbangan/Premi Tabungan
1. Takaful keluarga
Kontribusi atau premi takaful bisa diangsur secara bulanan, seperempat tahun,
setengah tahun, atau tahunan. Jumlah angsuran minimal ditetapkan oleh perusahaan dihitung
sesuai dengan jangka waktu kontrak, jadwal angsuran dan jumlah pertanggungan. Adapun
kontribusi atau premi takaful yang dibayar preserta dimasukkan kedalam dua jenis rekening
yaitu rekening peserta dan rekening khusus peserta sesuai dengan porsi masing-masing yang
24
sedangkan rekening khusus peserta berfungsi sebagai sumbangan atau tabbaru’ untuk
2. Takaful umum
Kontribusi/premi takaful dibayar sekaligus pada awal untuk jangka waktu 1 tahun dan
ditetapkan oleh perusahaan dihitung sesuai dengan resiko jenis takaful yang
peserta (insurance fund) yang berfungsi sebagai investasi dan sumbangan (tabarru’) untuk
Asuransi syariah merupakan sistem pembayaran yang tepat, baik secara bulanan, triwulan,
semesteran, maupun tahunan. Artinya, pembayaran tersebut tidak menjadi mahal jika di bayar
Berbeda dengan asuransi konvensional, pembayaran premi dengan cara bulanan, triwulan,
dan semesteran lebih mahal jika dibandingkan dengan cara tahunan, dan premi yang dibayar oleh
Contoh :
Tuan A dengan usia 37 tahun, mengambil produk beasiswa pada perusahaan asuransi
konvensional dengan uang pertanggungan (UP) sebesar Rp. 20.000.000,- dengan masa perjanjian
25
17 tahun. Premi yang harus di bayarnya pertahun sebesar Rp. 2.250.000,-. Jika di bayar secara
triwulan (4 x setahun), besar premi menjadi Rp. 2.250.000,- x 26% = Rp. 585.000,- jika ia
membayar 2 x dalam setahun semesteran menjadi Rp 2.250.000,- x 51% = Rp. 1.147.500,-. Jika
tuan A memilih cara pembayaran secara triwulan, premi setahunnya menjadi Rp. 585.000,- x 4 =
Rp. 2.340.000,-. Jika di kalikan dengan masa perjanjian, Rp. 585.000,- x 4 x 17 = Rp.
39.780.000,-. Uang pertanggungan Rp. 20.000.000,-, tetapi total yang dibayarkan peserta Rp.
39.780.000,-.
Jika contoh di atas kita pakai untuk asuransi syariah maka manfaat asuransi tuan A sebesar
Rp. 2.250.000,- x 17 = Rp. 38.250.000,-. Jika ia ingin menbayar premi secara triwulan, besar
premi yang di bayar dalah Rp. 2.250.000,- / 4= Rp. 562. 500,-. Jika ia ingin membayar premi
Simpulan yang dapat diambil dari contoh di atas adalah sebagai berikut:
- Manfaat asuransi pada asuransi syariah sama dengan total jumlah premi yang dibayar
peserta.
- Manfaat asuransi pada asuransi konvensional selalu lebih kecil dari premi yang dibayar
peserta.
- Premi pada asuransi syariah, baik dibayar dengan cara bulanan, triwulan, semesteran,
- Cara bayar premi pada asuransi konvensional memengaruhi besarnya premi. Cara bayar
bulanan lebih mahal jika dibandingkan dengan cara bayar triwulan. Premi triwulan lebih
mahal jika dibandingkan dengan cara bayar semesteran. Premi semesteran lebih mahal jika
Pembayaran klaim pada asuransi syariah diambil dari dana tabarru semua peserta. Perusahaan
sebagai mudharib wajib menyelesaikan proses klaim secara cepat, tepat dan efisien sesuai dengan
amanah yang diterimanya, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat al-Anfaal : 27
َسولَ َوت َ ُخونُواْأ َ َمانَاتِ ُك ْم َوأَنت ُ ْمت َ ْعلَ ُمونَ يَاأَيُّ َهاالَّذِينَآ َمنُواْل َّ ت َ ُخونُواْاللّ َه َو
ُ الر
26
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad)
dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui”.
Dasar Hukum
“Hai orang-orang yang beriman! Penuhilah akad-akad (perjanjian-perjanjian) itu” (Al-Maidah [5] : 1)
َ َ شة
ع ْن َ ِعائ
َ ي َ ْقَالَت، صلَّى للاِ َرسُ ْو ُل قَا َل
ِ ع ْن َها للاُ َر
َ ض َ سلَّ َم
َ ُعلَ ْي ِه للا َ ع َملا أ َ َحدُ ُك ْم
َ ع ِم َل إِذَا يُحِ بُّ للاَ إِ َّن َو َ يُتْ ِقنَهُ أ َ ْن
()الطبراني رواه
Dari Aisyah ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila
Klaim asuransi adalah tuntutan dari pihak tertanggung sehubungan dengan adanya kontrak
perjanjian antara asuransi dengan pihak tertanggung yang masing – masing pihak mengikatkan diri
dimana penanggung akan menjamin pembayaran ganti rugi ketika pihak tertanggung terjadi musibah,
27
b. Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang dibayarkan.
c. Klaim atas akad tijarah sepenuhnya merupakan hak peserta dan merupakan kewajiban
d. Klaim atas akad tabarru’, merupakan hak peserta dan merupakan kewajiban perusahaan, sebatas
Tujuan dari klaim adalah untuk memberikan manfaat yang sesuai dengan ketentuan dalam
Polis Anda. Agar klaim dapat diproses dan terbayar, perhatikan berbagai ketentuan penting mengenai
pengajuan klaim.
1. Pastikan Anda memiliki manfaat yang sesuai dengan yang tercatat di Polis Anda.
3. Polis Anda tidak dalam masa tunggu. Maksudnya masa tunggu adalah masa mulai berlakunya
perlindungan asuransi Anda. Contoh : untuk perlindungan rawat inap yang disebabkan karena
sakit, seperti : diare, demam berdarah, infeksi saluran kencing, typhus, dll. Masa tunggunya
adalah 30 hari sejak diterima sebagai nasabah Asuransi. Ingat juga bahwa syarat untuk klaim
biasanya harus menjalani rawat inap, bisa minimal 1 x 24 jam atau 2 x 24 jam.
4. Klaim yang Anda ajukan bukan pengecualian yang tertera dalam Polis.
Salah satu tahapan yang sangat penting dalam asuransi syariah adalah bagaimana caranya
mengajukan klaim dan disetujui lalu mendapatkan uang pertanggungan yang telah disepakati bersama
dalam perjanjian akad. Sebab percuma jika kita rutin membayar premi bulanan tapi saat mengajukan
klaim kita kesulitan atau tidak mengetahui berbagai hal dalam mengikuti prosedur klaim. Oleh sebab
itu, pada kali ini penulis akan menjelaskan cara mengajukan klaim di asuransi syariah.
Untuk mengajukan klaim pada asuransi syariah mudah sekali ketimbang pengajuan klaim
asuransi konvensional. Hal ini dikarenakan perusahaan asuransi syariah memiliki kewajiban untuk
memproses klaim secara efektif, efisien, tepat dan cepat atas amanah yang telah diembannya. Allah
28
SWT berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah akad-akad perjanjian itu.” (Qs. Al
Maidah : 1). Dalam surat Al Anfaal ayat 27, Allah SWT berfirman: Wahai orang-orang yang beriman!
Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan janganlah engkau mengkhianati
amanat-amanat”.
Salah satu yang membedakan asuransi konvensional dan asuransi syariah adalah masalah
resiko. Asuransi konvensional yaitu mengambil alih atau memindahkan resiko dari pihak tertanggung
ke pihak perusahaan. Sedangkan asuransi syariah sebagai suatu bentuk pertolongan dalam
menanggulangi resiko bersama-sama. Dana yang dikumpulkan oleh para nasabah dikelola oleh
perusahaan asuransi untuk dijadikan aset. Pada saat seorang nasabah mengalami musibah seperti
meninggal dunia, sakit dll maka perusahaan asuransi memberikan uang pertanggungan sebagai bentuk
Kewajiban seorang nasabah untuk membayar premi asuransi setiap bulan. Sedangkan
kewajiban perusahaan asuransi membayar klaim yang diajukan nasabah secara legal. Dalam
pengurusan klaim berbagai perusahaan asuransi seperti Allianz, Takaful, dll memberikan kemudahan
bagi nasabahnya. Proses klaim bisa dilakukan secara cepat dan uang pun dapat cair dalam waktu
singkat.
Untuk lebih jelas, berikut ini prosedur awal dalam mengajukan klaim di asuransi syariah
a. Formulir Klaim diisi oleh Tertanggung / Peserta / Pemegang Polis / Ahli Waris (untuk klaim
meninggal) , dengan menyertakan surat keterangan dari dokter (untuk asuransi kesehatan).
c. njung klaim kepada perusahaan asuransi, seperti : kuitansi, hasil rekam medis, hasil
laboratorium, laporan kepolisian (jika klaim atas kecelakaan) , dan dokumen yang diperlukan
lainnya.
d. Cantumkan Nomor Polis dan Nomor Rekening Anda dengan Benar, dan Tandatangani Pengajuan
Klaim sesuai tanda tangan yang ada didalam Polis, sertakan identitas diri juga (FC KTP / SIM /
Paspor). Jadi Pastikan Anda telah mencantumkan Nomor Polis dan Nomor Rekening Pemegang
29
e. Perusahaan Asuransi akan melakukan proses validasi terhadap dokumen pelengkap dan verifikasi
kepada Pemegang Polis / Tertanggung / Ahli Waris dan Dokter atau rumah sakit bila diperlukan.
f. Apabila hasil validasi dan verifikasi oleh perusahaan asuransi sudah sesuai dengan ketentuan,
g. Manfaat asuransi akan dibayarkan / ditransfer kepada Pemegang Polis / Tertanggung / Peserta /
Ahli Waris.
30
BAB III
PENUTUP
Asuransi syariah adalah asuransi yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Menurut Fatwa
DSN No.21/DSN-MUI/III/2002 tentang asuransi syariah, yaitu usaha saling melindungi dan tolong
menolong diantara sejumlah orang /pihak melaui investasi dalam bentuk asset/dan tabarru’/ yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang
Asuransi syariah memiliki prinsip asuransi yang sesuai dengan syariat islam diantaranya
yaitu; Tauhid (Unity), 2.Amanah (Trust Worthy/Al-Amanah), Kerelaan (Al-Ridha), Tolong menolong
(Ta’awun), Kerjasama, Keadilan, Larangan Riba, Larangan Maisir, dan Larangan Gharar
(Ketidakpastian).
Pembayaran klaim pada asuransi syariah diambil dari dana tabarru semua peserta. Perusahaan
sebagai mudharib wajib menyelesaikan proses klaim secara cepat, tepat dan efisien sesuai dengan
amanah yang diterimanya, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat al-Anfaal : 27. Sesuai dengan
Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 21/DSN-MUI/X/2000 memutuskan bahwa ketentuan klaim
b. Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang dibayarkan.
c. Klaim atas akad tijarah sepenuhnya merupakan hak peserta dan merupakan kewajiban
d. Klaim atas akad tabarru’, merupakan hak peserta dan merupakan kewajiban perusahaan,
31
Daftar Pustaka
Sumber referensi :
http://m.asuransisyariah.asia/Pengertian-Asuransi-Syariah.html
http://www.sanabila.com/2015/07/prinsip-prinsip-asuransi-syariah-takaful.html
http://husnulmirza96.blogspot.co.id/2016/12/premi-dan-dana-tabarru-dalam-asuransi.html#
http://takaful94.blogspot.co.id/2011/12/klaim-pada-asuransi-syariah.html
http://www.investasiuntung.com/2017/01/cara-mendaftar-klaim-asuransi-syariah.html
32