You are on page 1of 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan–perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan
makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan
hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian
itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada
kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan penyakit
misalnya penyakit gout arthritis. Gout artritis akut biasanya terjadi pada pria
sesudah lewat masa pubertas dan sesudah menopause pada wanita.
Gout Akut biasanya monoartikular dan timbulnya tiba-tiba. Tanda-
tanda awitan serangan gout adalah rasa sakit yang hebat dan peradangan lokal.
Pasien mungkin juga menderita demam dan jumlah sel darah putih meningkat.
Serangan akut mungkin didahului oleh tindakan pembedahan, trauma lokal,
obat, alkohol dan stres emosional. Meskipun yang paling sering terserang
mula-mula adalah ibu jari kaki, tetapi sendi lainnya dapat juga terserang.
Dengan semakin lanjutnya penyakit maka sendi jari, lutut, pergelangan
tangan, pergelangan kaki dan siku dapat terserang gout. Serangan gout akut
biasanya dapat sembuh sendiri. Kebanyakan gejala-gejala serangan akut akan
berkurang setelah 10-14 hari walaupun tanpa pengobatan.
Oleh karena itu, saya mengambil kasus gout artritis karena pada lansia
hampir kebanyakan warga di lansia di kampong Kanda mengalami kasus gout
artritis.

B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan meningkatkan wawasan tentang asuhan keperawatan pada
lansia
2. Mengetahui konsep penyakit pada lansia khususnya Gout Artritis.
3. Mengetahui bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada lansia.

C. Ruang Lingkup
Pada makalah ini, penyusun membatasi ruang lingkup penulisan yaitu asuhan
keperawatan pada lansia dengan gout arthritis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Lanjut Usia


1. Pengertian
Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan
dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup.
Usia tua adalah fase akhir dari rentang kehidupan (Fatimah, 2010).
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu
proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade
(Notoadmojo, 2010 )
Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang
Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun. Menurut World Health Organization
(WHO) ada beberapa batasan umur Lansia, yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) : 45 – 59 tahun
b. Usia lanjut (fiderly) : 60 – 74 tahun
c. Lansia tua (old) : 75 – 90 tahun
d. Lansia sangat tua (very old) : > 90 tahun

Menurut Depkes RI (2009), lansia dibagi atas :


a. Pralansia : Seseorang yang berusia antara 46-55 tahun.
b. Lansia : Seseorang yang berusia 56-65 tahun.
c. Lansia resiko tinggi : Seseorang yang berusia 65 tahun atau lebih

2. Proses Menua
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000)
Ada beberapa teori proses penuaan. yaitu:
a. Teori Biologi
1) Teori genetik dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokomia yang deprogram oleh molekul-kolekul/DNA dan setiap sel
pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas
adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel)
2) Pemakaian dan Rusak
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah
(terpakai)
3) Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh
Pengumpulan dari pigmen atau lemak tubuh, yang disebut Teori
Akumulasi Dari Produk Sisa. Sebagai contoh adanya pigmen
Lypofuchine di sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat pada
orang lanjut usia yang mengakibatkan menganggu fungsi sel itu
sendi
4) Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan Universitas Sumatera
Utara
5) Tidak ada perlindungan terhadap ; radiasi, penyakit, dan kekurangan
gizi
6) Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai
contoh ialah tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa
berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan autoimun (Menurut
GOLDTERIS & BROCKLEHURST, 1989). Teori ‘’Immunologi
Slow Virus’’ (Imuunology Slow Virus Theory) Sistem immune
menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke
dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh
7) Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubu.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.
8) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-
bahan organik seperti karbohidrat dan protein.Radikal ini
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
9) Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan
yang kuat, khusunya jaringan kolagen.Ikatan ini menyebabkan
kurangnya elastis, kekacauan, dan hilangnya fungsi.
10) Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.
b. Teori Kejiwaan Sosial
1) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang
sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
sosial.
2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup pada
lanjut usia.
3) Mempertahankan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil
dari usia pertengahan ke lanjut usia.
4) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjur
usi.Teori ini merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang
lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.
c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran
individu dengan individu lainnya. Pada lanjut usia pertama diajukan oleh
Cumming and Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi social lanjut
usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering
terjadi kehilangan ganda (Triple Loos), yakni :
1) Kehilangan peran (Loos of Role)
2) Hambatan kontak sosial (Restraction of Contacts and Relation Ships)
3) Berkurangnya komitmen (Reduced commitment to social Mores and
Values

3. Perubahan-perubahan fisik dan penyakit yang lazim terjadi pada


lansia
Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari
ujung rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin
bertambahnya umur. Menurut Nugroho (2000) perubahan yang terjadi
pada lansia adalah sebagai berikut:
a. Perubahan Fisik
1) Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya
cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal,
dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme
perbaikan sel.
2) Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun,
berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra
sehingga mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan
pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih
sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah,
kurang sensitive terhadap sentuhan.
3) Sistem Penglihatan.
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih
suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul
sklerosis, daya membedakan warna menurun.
4) Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi
suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-
kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani
menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
5) Sistem Cardiovaskuler.
Katup jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan
sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah: kurang efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisidari tidur
ke duduk (duduk ke berdiri)bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65mmHg dan tekanan darah meninggi akibat
meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal
±170 mmHg, diastole normal ± 95 mmHg.
6) Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi
beberapa factor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan
antara lain: Temperatur tubuh menurun, keterbatasan reflek
menggigildan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga
terjadi rendahnya aktifitas otot.
7) Sistem Respirasi.
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan
kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya
aktifitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri
tidak berganti.
8) Sistem Gastrointestinal.
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun,
pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun,
waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul
konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
9) Sistem Genitourinaria.
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun
sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering
terjadi atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas jaringan
menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse
berefek pada seks sekunder.
10) Sistem Endokrin.
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH),
penurunan sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen,
progesterone, dan testoteron.
11) Sistem Kulit.
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses
keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas
akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras
dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya,
perubahan pada bentuk sel epidermis.
12) System Muskuloskeletal.
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan
pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon
mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga
gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.

b. Perubahan Psikososial
Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang
menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu
mengancam sering bingung panic dan depresif. Hal ini disebabkan
antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi, pensiunan,
kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status, teman
atau relasi, sadar akan datangnya kematian, perubahan dalam cara
hidup, kemampuan gerak sempit, ekonomi akibat perhentian jabatan,
biaya hidup tinggi, penyakit kronis, kesepian, pengasingan dari
lingkungan social, gangguan syaraf panca indra, gizi, kehilangan teman
dan keluarga, berkurangnya kekuatan fisik.
Menurut Hernawati Ina MPH (2006) perubahan pada lansia ada 3
yaitu perubahan biologis, psikologis, sosiologis.
a. Perubahan biologis meliputi :
1) Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah
mengakibatkan jumlah cairan tubuh juga berkurang, sehingga kulit
kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul garis-
garis yang menetap
2) Penurunan indra penglihatan akibat katarak pada usia lanjut sehingga
dihubungkan dengan kekurangan vitamin A vitamin C dan asam
folat, sedangkan gangguan pada indera pengecap yang dihubungkan
dengan kekurangan kadar Zn dapat menurunkan nafsu makan,
penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran
fungsi sel syaraf pendengaran.
3) Dengan banyaknya gigi geligih yang sudah tanggal mengakibatkan
ganguan fungsi mengunyah yang berdampak pada kurangnya asupan
gizi pada usia lanjut.
4) Penurunan mobilitas usus menyebabkan gangguan pada saluran
pencernaan seperti perut kembung nyeri yang menurunkan nafsu
makan usia lanjut.
5) Penurunan mobilitas usus dapat juga menyebabkan susah buang air
besar yang dapat menyebabkan wasir .
6) Kemampuan motorik yang menurun selain menyebabkan usia lanjut
menjadi lanbat kurang aktif dan kesulitan untuk menyuap makanan
dapat mengganggu aktivitas/ kegiatan sehari-hari.
7) Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak yang menyebabkan
penurunan daya ingat jangka pendek melambatkan proses informasi,
kesulitan berbahasa kesultan mengenal benda-benda kegagalan
melakukan aktivitas bertujuan apraksia dan ganguan dalam
menyusun rencana mengatur sesuatu mengurutkan daya abstraksi
yang mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
yang disebut dimensia atau pikun.
8) Akibat penurunan kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam
jumlah besar juga berkurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran
nutrisi sampai dapat terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa
lelah.
9) Incotenensia urine diluar kesadaran merupakan salah satu masalah
kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada kelompok usia
lanjut yang mengalami IU sering kali mengurangi minum yang
mengakibatkan dehidrasi.
b. Kemunduran psikologis
Pada usia lanjut juga terjadi yaitu ketidak mampuan untuk mengadakan
penyesuaian–penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya antara lain
sindroma lepas jabatan sedih yang berkepanjangan.
c. Kemunduran sosiologi
Pada usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan
pemahaman usia lanjut itu atas dirinya sendiri. Status social seseorang
sangat penting bagi kepribadiannya di dalam pekerjaan. Perubahan status
social usia lanjut akan membawa akibat bagi yang bersangkutan dan
perlu dihadapi dengan persiapan yang baik dalam menghadapi
perubahan tersebut aspek social ini sebaiknya diketahui oleh usia lanjut
sedini mungkin sehingga dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin.

4. Masalah-masalah keperawatan yang terjadi pada lansia


Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia akibat
perubahan sistem, antara lain:
a. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem pernafasan, antara lain:
Penyakit Paru Obstruksi Kronik, Tuberkulosis, Influenza dan
Pneumonia.
b. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem kardiovaskuler, antara
lain :
Hipertensi, Penyakit Jantung Koroner, Cardiac Heart Failure.
c. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem neurologi, seperti
Cerebro Vaskuler Accident.
d. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem musculoskeletal, antara
lain :
Fraktur, Osteoarthritis, Rheumatoid Arthritis, Gout Artritis,
Osteporosis.
e. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem endokrin, seperti DM.
f. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem sensori, antara lain :
Katarak, Glaukoma, Presbikusis.
g. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem pencernaan, antara lain :
Ginggivitis / Periodontis, Gastritis, Hemoroid, Konstipasi.
h. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem reproduksi dan
perkemihan, antara lain :
Menoupause, BPH, Inkontinensia.
i. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem integumen, antara lain :
Dermatitis Seborik, Pruritus, Candidiasis, Herpes Zoster, Ulkus
Ekstremitas Bawah, Pressure Ulcers.
j. Lansia dengan masalah Kesehatan jiwa, seperti Demensia.
B. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi Penyakit
Gout arthtritis adalah sekelompok penyakit yang terjadi akibat
deposit Kristal monosodium urat di jaringan. Deposit ini berasal dari
cairan ekstra seluler yang sudah mengalami supersarurasi dari hasil akhir
metabolism purin yaitu asam urat (Aru W.Sudoyo. 2009).
Penyakit Gout adalah penyakit akibat gangguan metabolisme purin
yang itandai dengan hiperurisemia dan serangan sinivitis akut berulang-
ulang. Kelainan ini berkaitan dengan penimbunan Kristal urat monohidrat
monosodium dan pada tahap yang lebih lanjut terjadi degenerasi tulang
rawan sendi. Insiden penyakit gout sebesar 1-2%, terutama terjadi pada
usia 30-40 tahun dan 20 kali lebih sering pada pria daripada wanita.
Penyakit ini menyerang sendi tangan dan bagian metatarsofalangeal kaki
(Muttaqin, 2008).
Gout merupakan penyakit metabolic yang ditandai penumpukkan
asam urat yang menyebabkan nyeri pada sendi (Moreau, David. 2005).
Jadi dapat disimpulkan Gout Arthritis adalah suatu penyakit gangguan
metabolic dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi
penumpukkan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan
sendi.

2. Etiologi
Etiologi gout sebagai berikut:
a. Faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan
metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam
urat.
b. Jenis kelamin dan umur
Prosentase Pria : Wanita yaitu 2 : 1 pria lebih beresiko terjadinya asam
urat yaitu umur (30 tahun keatas), sedangkan wanita terjadi pada usia
menopouse (50-60 tahun).
c. Berat badan
Kelebihan berat badan meningkatkan risiko hiperurisemia dan gout
berkembang karena ada jaringan yang tersedia untuk omset atau
kerusakan, yang menyebabkan kelebihan produksi asam urat.
d. Konsumsi alkohol
Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan hiperurisemia,
karena alkohol mengganggu dengan penghapusan asam urat dari tubuh.
e. Diet
Makan makanan yang tinggi purin dapat menyebabkan atau memperburuk
gout. Misalnya makanan yang tinggi purin : kacang-kacangan, rempelo dll.
f. Obat-Obatan Tertentu
Sejumlah obat dapat menempatkan orang pada risiko untuk
mengembangkan hiperurisemia dan gout. Diantaranya golongan obat
jenis diuretik, salisilat, niasin, siklosporin, levodova.

3. Patofisiologi
Menjadi gout arthritis, asam urat harus melalui tahapan-tahapan
tertentu yang menandai perjalanan penyakit ini. Gejala awal ditandai oleh
hiperurisemia kemudian berkembang menjadi gout dan komplikasi yang
ditimbulkannya. Prosesnya berjalan cukup lama tergantung kuat atau
lemahnya faktor resiko yang dialami oleh seorang penderita hiperurisemia.
Jika hiperurisemia tidak ditangani dengan baik, cepat atau lambat
penderita akan mengalami serangan gout akut. Jika kadar asam urat tetap
tinggi selama beberapa tahun, penderita tersebut akan mengalami stadium
interkritikal. Setelah memasuki fase ini, tidak butuh waktu lama untuk
menuju fase akhir yang dinamakan dengan stadium gout kronis (Lingga,
2012).

4. Manifestasi Klinis
Biasanya, serangan gout arthritis pertama hanya menyerang satu
sendi dan berlangsung selama beberapa hari. Kemudian, gejalanya
menghilang secara bertahap, dimana sendi kembali berfungsi dan tidak
muncul gejala sehingga terjadi serangan berikutnya. Namun, gout
cenderung akan semakin memburuk, dan serangan yang tidak diobati akan
berlangsung lebih lama, lebih sering, dan menyerang beberapa sendi.
Alhasil, sendi yang terserang bisa mengalami kerusakan permanen.
Lazimnya serangan gout arthritis terjadi dikaki (monoarthritis).
Namun, 3-14% serangan juga bisa terjadi dibanyak sendi (poliarthritis).
Biasanya, urutan sendi yang terkena serangan gout (poliarthritis) berulang
adalah: ibu jari kaki (podogra), sendi tarsal kaki, pergelangan kaki, sendi
kaki belakang, pergelangan tangan, lutut, dan bursa elekranon pada siku.
Nyeri yang hebat dirasakan oleh penderita gout pada satu atau
beberapa sendi. Umunya serangan terjadi pada malam hari. Biasanya, hari
sebelum serangan gout terjadi penderita tampak sangat bugar tanpa gejala
atau keluhan, tetapi tiba-tiba tepatnya pada tengah malam menjelang pagi,
ia terbangun karena merasakan sakit yang sangat hebat serta nyeri yang
semakin memburuk dan tak tertahankan.
Sendi yang terserang gout akan membengkak dan kulit diatasnya
akan berwarna merah atau keunguan, kencang dan licin, serta terasa
hangat dan nyeri jika digerakkan, dan muncul benjolan pada sendi (yang
disebut tofus). Jika sudah agak lama (hari kelima), kulit diatasnya akan
berwarna merah kusam dan terkelupas (deskuamasi).
Gejala lainnya adalah muncul tofus di helixs telinga/ pinggir
sendi/tendon. Menyentuh kulit diatas sendi yang terserang gout bisa
memicu rasa nyeri yang luar biasa. Rasa nyeri ini akan berlangsung selama
beberapa hari hingga sekitar satu minggu, lalu menghilang. Kristal dapat
terbentuk disendi-sendi perifer karena persendian tersebut lebih dingin
dibandingkan persendian ditubuh lainya, karena asam urat cenderung
membeku pada suhu dingin. Kristal urat juga terbentuk ditelinga dan
jaringan lainya yang relatif dingin. Gout jarang terjadi pada tulang
belakang, tulang panggul, atau bahu. Gejala lain dari arthritis gout akut
adalah demam, menggigil, tidak enak badan, dan denyut jantung berdetak
dengan cepat. Serangan gout akan cenderung lebih berat pada penderita
yang berusia dibawah 30 tahun. Biasanya, gout menyerang pria usia
pertengahan dan wanita pasca-menopause.
Gout bisa menahun dan berat, yang menyebabkan kelainan bentuk
sendi. Pengendapan kristal urat didalam sendi dan tendon terus berlanjut
dan menyebabkan kerusakan yang akan membatasi pergerakan sendi.
Benjolan keras dari kristal urat (tofi) diendapkan dibawah kulit disekitar
sendi. Tofi juga bisa terbentuk didalam ginjal dan organ tubuh lainya,
dibawah kulit telinga atau disekitar siku. Jika tidak diobati, tofi pada
tangan dan kaki bisa pecah dan mengeluarkan massa kristal yang
menyerupai kapur (Junaidi, 2013).

5. Komplikasi
Komplikasi yang muncul akibatb Gout antara lain:
a. Gout kronik bertophus
b. Nefropati gout kronik
c. Nefrolitasi asam urat (batu ginjal)
d. Persendian menjadi rusak hingga menyebabkan pincang
e. Peradangan tulang, kerusakan ligament dan tendon
f. Batu ginjal (kencing batu) serta gagal ginjal

6. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk memastikan seseorang terkena gout adalah dengan dilakukan
pemeriksaan sebagai berikut :
a. Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah.
Apabila kadar asam urat dalam darah pada laki-laki lebih dari 7 mg/dl
dan pada wanita lebih dari 6 mg/dl. Maka dikatakan menderita asam
urat tinggi yang memicu terjadinya gout.
b. Pemeriksaan kadar asam urat dalam urin per 24 jam.
Kadar asam urat dalam urin berlebihan bila kadarnya lebih dari 800
mg/24 jam pada diet biasa atau lebih dari 600 mg / 24 jam.

7. Penatalaksanaan
a. Non farmakologi
1) Pembatasan makanan tinggi purin (± 100-150 mg purin/hari.
2) Cukup kalori sesuai kebutuhan yang didasarkan pada TB n BB.
3) Tinggi karbohidrat kompleks (nasi, roti, singkong, ubi) disarankan
tidak kurang dari 100 g/hari.
4) Rendah protein yang bersumber hewani.
5) Rendah lemak, baik dari nabati atau hewani.
6) Tinggi cairan. Usahakan dapat menghabiskan minuman sebanyak 2,5
ltr atau sekitar 10 gelas sehari dapat berupa air putih masak, teh,
sirop atau kopi.
7) Tanpa alkohol, termasuk tape dan brem perlu dihindari juga. Alkohol
dapat meningkatkan asam laktat plasma yang akan menghambat
pengeluaran asam urat.
b. Farmakologi
1) Pengobatan fase akut, obat yang digunakan untuk mengatasi nyeri
dan inflamasi (colchicine, indometasin, fenilbutazon, kortikostropin)
2) Pengobatan hiperurisemia, terbagi dua golongan, yaitu :
Golongan urikosurik (probenesid, sulfinpirazon, azapropazon,
benzbromaron) dan Inhibitor xantin (alopurinol ).

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas:
Umur (biasanya mengenai anak yang berumur diatas 2 tahun), jenis
kelamin, ras/ suku, pekerjaan.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama: klien mengeluh nyeri, gatal- gatal, eritema, edema,
kenaikan suhu tubuh.
2) Riwayat Penyakit Sekarang: pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh,
kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama palpebra dan bibir),
gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi teraba kecil), vesikel
(lepuhan kecil berisi cairan) , skuama (kulit yang bersisik), dan
likenifikasi (penebalan kulit).
3) Riwayat Kesehatan masa lalu:
a) Penyakit yang pernah di derita:
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada
pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien
untuk menanggulanginya.
b) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
c) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini
atau penyakit kulit lainnya.
d) Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah
sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
e) Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai
pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap
sesuatu obat
c. Pemeriksaan Fisik
1) Head to toe
a) Kepala
(1) Kepala
Inspeksi: Bentuk kepala simetris
Palpasi: Tidak ada lesi, tidak ada benjolan
(2) Rambut
Inspeksi: Kondisi rambut bersih, tidak ada ketombe, warna
rambut hitam, rambut lurus tidak rontok.
(3) Mata
Inspeksi: Warna sklera putih, tidak konjungtivis, pupil:
Normal isokor,kedua bentuk pupilnya simetris, tidak ada
sekret pada mata, kelopak mata normal warna merah muda,
pergerakan mata klien normal, serta lapang pandang normal.
Palpasi: Tidak adanya edema dan tidak ada benjolan disekitar
mata.
(4) Hidung
Inspeksi: Tidak ada deformitas pada hidung, tidak ada cuping
hidung, tidak ada sekret, tidak ada polip atau benjolan
didalam hidung, fungsi penciuman baik, kedua lubang hidung
simetris dan tidak terjadi pendarahan pada lubang hidung
(epistaksis).
(5) Mulut
Inspeksi: Tidak ada perdarahan rahang gigi, warna mukosa
mulut pucat, membran mukosa kering, tidak ada lesi, tidak
terdapat benjolan pada lidah, tidak ada karies pada gigi.
(6) Telinga
Inpeksi: Kedua telinga simetris, tidak ada lesi pada telinga,
tidak ada serumen berlebih, tidak adanya edema, ketika
diperiksa dengan otoskop tidak adanya peradangan, dan tidak
terdapat cairan pada membran timpani.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada aurikula dan membran
timpani normal.
Auskultasi: Tes rinne (+), tes wibber (+).
b) Leher
Inspeksi: Bentuk simetris, warna kulit rata sama dengan tubuh,
tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Palpasi: Tidak ada deformitas pada trakea, tidak ada benjolan
pada leher, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada peradangan.
c) Dada
(1) Paru
Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan kanan,
pola napas pendek pada istirahat dan aktivitas, frekuensi
napas pasien reguler, pergerakan otot bantu pernafasan
normal.
(2) Jantung
TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
Inspeksi: denyutan jantung normal
Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke 5
Auskultasi: Bunyi jantung normal, tidak ada pembesaran
jantung atau tidak ada kardiomegali.
Perkusi: pekak
d) Abdomen
Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit
disekitarnya, tidak ada distensi, tidak adanya bekas operasi, tidak
terdapat kolostomi.
Auskultasi: peristaltik usus normal 5-30 x/ menit
Perkusi: timpani
Palpasi: adanya nyeri tekan, tidak ada hematomegali, tidak ada
pembesaran lien (ginjal)
e) Otot
Inspeksi: Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
f) Integumen
Inspeksi: Terdapat kemerahan, edema misalnya pada muka (
terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit, eritema,
papula (lesi teraba kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi cairan),
skuama (kulit yang bersisik), dan likenifikasi (penebalan kulit).
g) Persyarafan
a) Tingkat kesadaran: composmentis
b) GCS:
(1) Eye: Membuka secara spontan 4
(2) Verbal: Orientasi baik, nilai 5
(3) Motorik: Mengikuti perintah, nilai 6
c) Total GCS: Nilai 15
(1) Reflek: Normal
(2) Tidak ada riwayat kejang
(3) Koordinasi gerak normal

2) ADL (Activitas Daily Living)


a) Pola Persepsi Kesehatan
(1)Adanya riwayat infeksi sebelumya
(2)Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
(3)Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya, vitamin;
jamu, antibiotik.
(4)Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
(5)Hygiene personal yang kurang.
(6)Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
b) Pola Nutrisi Metabolik
(1) Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan,
berapa kali sehari makan.
(2) Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
(3) Jenis makanan yang disukai.
(4) Nafsu makan menurun.
(5) Muntah-muntah.
(6) Penurunan berat badan.
(7) Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
(8) Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal,
rasa terbakar atau perih.
c) Pola Eliminasi
(1) Sering berkeringat.
(2) Tanyakan pola berkemih dan bowel.
d) Pola Aktivitas dan Latihan
(1) Pemenuhan sehari-hari terganggu.
(2) Kelemahan umum, malaise.
(3) Toleransi terhadap aktivitas rendah.
(4) Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan
(5) Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
e) Pola Tidur dan Istirahat
(1) Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
f) Pola Persepsi Kognitif
(1) Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
(2) Pengetahuan akan penyakitnya.
g) Pola Persepsi dan Konsep Diri
(1) Perasaan tidak percaya diri atau minder.
(2) Perasaan terisolasi.
h) Pola Hubungan dengan Sesama
(1) Hidup sendiri atau berkeluarga
(2) Frekuensi interaksi berkurang
(3) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
i) Pola Reproduksi Seksualitas
(1) Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
(2) Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
j) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
(1) Emosi tidak stabil
(2) Ansietas, takut akan penyakitnya
(3) Disorientasi, gelisah

2. Diagnosa Keperawtan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai,
keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses
pengumpulandata dan analisa data secara cermat, memberikan dasar
untukmenetapkan tindakan-tindakan dimana perawat
bertanggungjawabuntuk melaksanakannya (Mubarak, 2007).

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk
membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat
yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan (Gordon, 1994). Intervensi
keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat lakukan atas
nama klien. Tindakan ini termasuk intervensi yang diprakarsai oleh
perawat, dokter, atau intervensi kolaboratif (McCloskey & Bulechek,
1994).
Intervensi (perencanaan) adalah kegiatan dalam keperawatan yang
meliputi; meletakkan pusat tujuan pada klien, menetapkan hasil yang ingin
dicapai, dan memilih intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan
(Potter dan Perry, 1997).

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam
Potter & Perry, 1997).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi
memungkinkan perawat untuk memonitor “kealfaan” yang terjadi selama
tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan
(Novriadi, E).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. E DENGAN

ASAM URAT

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama : Ny.E
b. Umur : 74 tahun
c. Alamat : kanda
d. Tanggal pengkajian : 11 november 2018
e. Jenis kelamin : perempuan
f. Suku : sentani barat
g. Pendidikan : SD
h. Agama : Kristen protestan
2. Status kesehatan saat ini.
Ny.E mengatakan mata sebelah kanan tidak dapat melihat dengan baik ,
pernah di operasi katarak pada tahun 2008.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Ny.E mengatakan sering sakit pada tulang belakang saat terlalu capek, dan
mempunyai riwayat sakit lutut.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ny.E mengatakan mamanya pernah menderita penyakit asam urat.
5. Tinjauan system
a. Keadaan umum : baik
b. Tanda-tanda vital :
a) TD : 130/80 mmHg
b) Nadi : 89 x/m
c) Suhu : 36,7°c
d) Pernapasan : 20x/m
c. Antropometri
a) TB : 145 cm
b) BB : 45 kg
d. Integument
e. Kepala
I : bentuk kepala bulat, tampak besih , warna rambut putih , penyebaran
rambut merata , bentuk rambut keriting
P: tidak ada benjolan atau massa
f. Mata
I : pupil isokor, konjungtiva merah muda , sclera ikterik, ada bercak putih di
mata kiri
P : tidak ada massa atau nyeri tekan
g. Telinga
I : Tidak terdapat serumen
P : tidak teraba massa
h. Mulut dan tenggorokan
Gigi tampak kotor, gigi tampak berwarna kuning
i. Leher
Tidak ada pembesaran limfe
j. Payudara
Tidak terdapat massa
k. System pernapasan/dada
Tidak Nampak sesak, pernapasan simetris, pergerakan dada simetris, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak terdapat suara napas tambahan
l. System gastrointestinal
Tidak terdapat masalah pada system pencernaan
m. System reproduksi
Tidak terpasang kateter, tidak ada masalah pada system reproduksi
n. Perut/abdomen
Tidak membucit, tidak terdapat luka, tidak terdapat pembesaran
hepar/limfe, bising usus ≤6x/m
o. Ekstremitas
Pada ekstremitas bawah kanan dan kiri terasa sakit dan nyeri
p. Asam urat : 8,5mg/dL
q. Karakteristik nyeri
P : nyeri muncul jika jalan jauh
Q : nyeri seperti kesemutan
R : di kedua kaki
S : skala 5 dari 1-10
T : saat berjalan atau beraktivitas
6. Pengkajian psikososial, emosional, dan spiritual
a. Psikososial
Ny.E mengatakan dapat bersosialisasi dengan warga dan masyarakat
lainnya, karena dengan bersosialisasi dapat membina hubungan yang baik
dengan orang lain. Status emosi Ny.M stabil dan kooperatif saat diajak
bicara.
b. Identifikasi masalah emosional
- Pertanyaan tahap I
Ny.E mengatakan tidak ada masalah tidur maupun gelisah.
- Pertanyaan tahap II
Ny.E mengeluh selama kurang lebih 1 bulan kedua kaki dan badannya sering
terasa sakit, tetapi tidak ada masalah dalam rumah dan Ny.E tidak pernah
mengurung diri di rumah, ia selalu bersosialisasi dengan masyarakat atau di
sekitar rumah, Ny.E juga mengatakan tidak ada masakah dengan
tetangganya, Ny.E selalu baik dengan tetangga. Ny.E tidak pernah
mengalami gangguan tidur apalagi menggunakan obat tidur selama
hidupnya.
MASALAH EMOSIONAL NEGATIF (-).

c. Spiritual
Ny.E mengatakan selalu mengikuti ibadah seiap minggu, selain ibadah setiap
minggu Ny.E mengikuti ibadah keluarga setiap hari Rabu dan ibadah wanita
hari Kamis. Ny.E juga mengatakan semua urusan dan aktivitas yang di
jalaninya diserahkan semua dengan TUHAN yang menciptakannya.

7. Pengkajian fungsional klien


- KATZ Indeks
No Kegiatan Mandiri Bantuan Bantuan
sebagian penuh
1 Mandi √
2 Berpakaian √
3 Kekamar mandi √
4 Berpindah √
5 BAB/BAK √
6 Makan/minum √

Keterangan : tidak ada masalah, klien masih melakukannya secara mandiri.

- Barthel indeks
DENGAN
NO. KRITERIA MADIRI
BANTUAN
1. Makan 10
2. Minum 10
3. Berpindah dari kursi roda ke
15
tempat tidur, sebaliknya
4. Personal toilet (mencuci
muka, menyisir rambut, 5
gosok gigi)
5. Keluar masuk toilet
(membuka pakaian, menyeka 10
tubuh, menyiram)
6. Mandi 15
7. Jalan di permukaan datar 5
8. Naik turun tangga 10
DENGAN
NO. KRITERIA MADIRI
BANTUAN
9. Mengenakan pakaian 10
10. Control bowel (BAB) 10
11. Control bladder (BAK) 10
12. Olahraga/latihan 5
13. Rekreasi/pemanfaatan waktu
5
luang
Total Score 120
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 60-125 : ketergantungan sebagian
c. 55 : ketergantungan total
Interpretasi : Setelah dikaju didapatkan skor 120, dimana masuk dalam
kategori ketergantungan sebagian.

8. Pengkajian Status Mental Short Portable Mental Status Questioner


(SPSMQ)

Benar Salah No. Pertanyaan


√ 1. Tanggal berapa hari ini?
√ 2. Hari apa sekarang?
√ 3. Apa nama tempat ini?
√ 4. Dimana alamat anda?
√ 5. Berapa umur anda?
√ 6. Kapan anda lahir?
X 7. Siapa presiden Indonesia sekarang?
X 8. Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 9. Siapa nama ibu anda?
Kurangi 3 dari 20 & tetap pengurangan 3 dari setiap
X 10.
angka baru, semua secara berurutan
7 Jumlah

Total Skor: Hasil:


1. Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
2. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
3. Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
4. Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat

Interpretasi : Ny.E mampu menjawab nebar 7 dan salah 3 artinya fungsi


intelektual utuh.
10. Pengkajian Aspek Kognitif Dari Fungsi Mental

NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA


KOGNITIF MAKS. KLIEN
1. Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
 Tahun : 2018
 Musim : hujan
 Tanggal :10
 Hari : Sabtu
 Bulan : November
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang berada?
 Negara :Indonesia
 Provinsi : Papua
 Kota : Jayapura
 Kelurahan :
 RT : 01
2. Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 obyek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
obyek. Kemudian tanyakan
kepada klien ketiga obyek
tadi (untuk disebutkan)
 Obyek 1: pulpen
 Obyek 2 :kertas
 Obyek 3 :pensil
3. Perhatian dan 5 3 Minta klien untuk memulai
Kalkulasi dari angka 100 kemudian
dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat
 93 93
 86 86
 79 79
 72 73
 65 66
4. Mengingat 3 3 Meminta klien untuk
mengulangi ketiga obyek
pada no. 2 (registrasi). Bila
benar, 1 point untuk masing-
masing obyek
NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA
KOGNITIF MAKS. KLIEN
Pulpen, buku, pensil
5. Bahasa 9 9 Tunjukkan pada klien suatu
benda dan tanyakan namanya
pada klien
 pensil
 buku
Minta klien untuk mengulang
kata berikut : “tak ada jika,
dan, atau, tetapi”. Bila benar,
nilai 1 point (ada, tetapi,
dan)
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri
dari 3 langkah :
 Ambil kertas di tangan
anda
 Lipat dua
 Taruh di lantai
Perintahkan pada klien untuk
hal berikut (bila aktivitas
sesuai perintah nilai 1 point)
 “angkat tangan kanan
anda”
Perintahkan pada klien untuk
menulis satu kalimat atau
menyalin gambar
 Menulis nama
TOTAL NILAI 28

Keterangan :
>23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤ 17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

Interpretasi :
Klien mendapatkan skor 28, klien masuk dalam kategori aspek kognitif
dari fungsi mental baik
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. Data Subyektif : Makanan
- Klien mengatakan merasa Nyeri akut b/d
nyeri di bagian lutut Sekresi asam urat proses peradangan
- Karakteristik nyeri : berlebihan sendi
P : nyeri muncul jika jalan
jauh Gangguan
Q : nyeri seperti metabolism purin
kesemutan
R : di kedua kaki Pengendapan Kristal
S : skala 5 dari 1-10 urat
T : saat berjalan atau
beraktivitas Leukosit memakkan
Kristal urat
Data Objektif :
- Pemeriksaan Lab
Proses peradangan
Asam Urat : 8,5 mg/dL
- TTV
Nyeri
TD : 130/80 mmHg

Nadi : 89 x/m

Suhu : 36,7°c

RR : 20x/m

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b/d proses peradangan sendi


RENCANA KEPERAWATAN

N Diagnosa Perencanaan
Implementasi Evaluasi
o Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri akut b/d Setelah 1. Anjurkan kepada 1. Istirahat dapat 1. Menganjurkan kepada S : Klien
proses dilakukan klien untuk mengistirahatka klien untuk banyak mengatakan
peradangan asuhan banyak n pergerakan beristirahat
sendi keperawatan beristirahat sendi dan Hasil : - Akan banyak
diharapkan mengurangi Klien mengatakan beristirahat
nyeri berkurang nyeri akan mencoba untuk - Klien mengatakan
dengan kriteria: lebih banyak akan mengurangi
- Klien beristirahat makanan yang
mengataka menyebabkan
n tidak 2. Ajarkan teknik 2. Masase dan 2. Mengajarkan teknik asam urat
merasa manajemen nyeri kompres hangat manajemen nyeri O:
nyeri masase dan melancarkan masase dan kompres
- Asam urat kompres hangat peredaran darah hangat - Klien tampak
normal dan Hasil : mengerti dengan
- Skala nyeri mengurangi Klien mengerti dan penjelasan
1-2 neri yang mampu melakukan mahasiswa
- TTV dirasakan masase dan kompres - Klien mampu
normal hangat mendemonstrasuk
an cara masase
3. Berikan HE 3. Dengan HE 3. Memberikan HE dan kompres
kepada klien klien dapat kepada klien tentang hangat
N Diagnosa Perencanaan
Implementasi Evaluasi
o Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
tentang penyakit mengetahui penyakit asam urat - Klien tampak
asam urat pncegahan memegangi
asam urat kakinya

A : Masalah belum
4. Anjurkan kepada 4. Untuk 4. Menganjurkan kepada teratasi
klien untuk diberikan obat klien untuk
memeriksakan yang dapat memeriksakan diri ke
diri ke mengurangi puskesmas P : Intervensi
puskesmas asam urat Hasil : dilanjutkan
Klien mengatakan
akan ke puskesmas
besok
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan pengkajian secara meneluruh dan dilakukan


analisa didapatkan masalah yang ada pada Ny.E yaitu nyeri akut
berhubungan proses peradangan sendi.
Intervensi yang diberikan yaitu mengukur kadar asam urat,
memberikan HE, menganjurkan untuk ke puskesmas..

B. Saran
1. Diharapkan Ny.E agar menjaga pola hidup sehat
2. Diharapkan agar Ny.E rutin memeriksakan diri ke Puskesmas
3. Diharapkan Puskesmas membentuk posyandu lansia
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/88117198/asam-urat-gerontik
https://id.scribd.com/document/273137526/Askep-Gerontik-Lansia-dengan-
Hipertensi
http://dodingnadeak.blogspot.com/2014/09/askep-gerontik-dengan-gout-
arthritis.html
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media

Aesculapius.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA (North American

Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media

Action.

Syaifuddin, H. 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta : Widya


Medika.

You might also like