Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan–perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan
makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan
hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian
itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada
kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan penyakit
misalnya penyakit gout arthritis. Gout artritis akut biasanya terjadi pada pria
sesudah lewat masa pubertas dan sesudah menopause pada wanita.
Gout Akut biasanya monoartikular dan timbulnya tiba-tiba. Tanda-
tanda awitan serangan gout adalah rasa sakit yang hebat dan peradangan lokal.
Pasien mungkin juga menderita demam dan jumlah sel darah putih meningkat.
Serangan akut mungkin didahului oleh tindakan pembedahan, trauma lokal,
obat, alkohol dan stres emosional. Meskipun yang paling sering terserang
mula-mula adalah ibu jari kaki, tetapi sendi lainnya dapat juga terserang.
Dengan semakin lanjutnya penyakit maka sendi jari, lutut, pergelangan
tangan, pergelangan kaki dan siku dapat terserang gout. Serangan gout akut
biasanya dapat sembuh sendiri. Kebanyakan gejala-gejala serangan akut akan
berkurang setelah 10-14 hari walaupun tanpa pengobatan.
Oleh karena itu, saya mengambil kasus gout artritis karena pada lansia
hampir kebanyakan warga di lansia di kampong Kanda mengalami kasus gout
artritis.
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan meningkatkan wawasan tentang asuhan keperawatan pada
lansia
2. Mengetahui konsep penyakit pada lansia khususnya Gout Artritis.
3. Mengetahui bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada lansia.
C. Ruang Lingkup
Pada makalah ini, penyusun membatasi ruang lingkup penulisan yaitu asuhan
keperawatan pada lansia dengan gout arthritis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. Proses Menua
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000)
Ada beberapa teori proses penuaan. yaitu:
a. Teori Biologi
1) Teori genetik dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokomia yang deprogram oleh molekul-kolekul/DNA dan setiap sel
pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas
adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel)
2) Pemakaian dan Rusak
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah
(terpakai)
3) Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh
Pengumpulan dari pigmen atau lemak tubuh, yang disebut Teori
Akumulasi Dari Produk Sisa. Sebagai contoh adanya pigmen
Lypofuchine di sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat pada
orang lanjut usia yang mengakibatkan menganggu fungsi sel itu
sendi
4) Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan Universitas Sumatera
Utara
5) Tidak ada perlindungan terhadap ; radiasi, penyakit, dan kekurangan
gizi
6) Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai
contoh ialah tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa
berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan autoimun (Menurut
GOLDTERIS & BROCKLEHURST, 1989). Teori ‘’Immunologi
Slow Virus’’ (Imuunology Slow Virus Theory) Sistem immune
menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke
dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh
7) Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubu.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.
8) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-
bahan organik seperti karbohidrat dan protein.Radikal ini
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
9) Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan
yang kuat, khusunya jaringan kolagen.Ikatan ini menyebabkan
kurangnya elastis, kekacauan, dan hilangnya fungsi.
10) Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.
b. Teori Kejiwaan Sosial
1) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang
sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
sosial.
2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup pada
lanjut usia.
3) Mempertahankan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil
dari usia pertengahan ke lanjut usia.
4) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjur
usi.Teori ini merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang
lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.
c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran
individu dengan individu lainnya. Pada lanjut usia pertama diajukan oleh
Cumming and Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi social lanjut
usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering
terjadi kehilangan ganda (Triple Loos), yakni :
1) Kehilangan peran (Loos of Role)
2) Hambatan kontak sosial (Restraction of Contacts and Relation Ships)
3) Berkurangnya komitmen (Reduced commitment to social Mores and
Values
b. Perubahan Psikososial
Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang
menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu
mengancam sering bingung panic dan depresif. Hal ini disebabkan
antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi, pensiunan,
kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status, teman
atau relasi, sadar akan datangnya kematian, perubahan dalam cara
hidup, kemampuan gerak sempit, ekonomi akibat perhentian jabatan,
biaya hidup tinggi, penyakit kronis, kesepian, pengasingan dari
lingkungan social, gangguan syaraf panca indra, gizi, kehilangan teman
dan keluarga, berkurangnya kekuatan fisik.
Menurut Hernawati Ina MPH (2006) perubahan pada lansia ada 3
yaitu perubahan biologis, psikologis, sosiologis.
a. Perubahan biologis meliputi :
1) Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah
mengakibatkan jumlah cairan tubuh juga berkurang, sehingga kulit
kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul garis-
garis yang menetap
2) Penurunan indra penglihatan akibat katarak pada usia lanjut sehingga
dihubungkan dengan kekurangan vitamin A vitamin C dan asam
folat, sedangkan gangguan pada indera pengecap yang dihubungkan
dengan kekurangan kadar Zn dapat menurunkan nafsu makan,
penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran
fungsi sel syaraf pendengaran.
3) Dengan banyaknya gigi geligih yang sudah tanggal mengakibatkan
ganguan fungsi mengunyah yang berdampak pada kurangnya asupan
gizi pada usia lanjut.
4) Penurunan mobilitas usus menyebabkan gangguan pada saluran
pencernaan seperti perut kembung nyeri yang menurunkan nafsu
makan usia lanjut.
5) Penurunan mobilitas usus dapat juga menyebabkan susah buang air
besar yang dapat menyebabkan wasir .
6) Kemampuan motorik yang menurun selain menyebabkan usia lanjut
menjadi lanbat kurang aktif dan kesulitan untuk menyuap makanan
dapat mengganggu aktivitas/ kegiatan sehari-hari.
7) Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak yang menyebabkan
penurunan daya ingat jangka pendek melambatkan proses informasi,
kesulitan berbahasa kesultan mengenal benda-benda kegagalan
melakukan aktivitas bertujuan apraksia dan ganguan dalam
menyusun rencana mengatur sesuatu mengurutkan daya abstraksi
yang mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
yang disebut dimensia atau pikun.
8) Akibat penurunan kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam
jumlah besar juga berkurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran
nutrisi sampai dapat terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa
lelah.
9) Incotenensia urine diluar kesadaran merupakan salah satu masalah
kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada kelompok usia
lanjut yang mengalami IU sering kali mengurangi minum yang
mengakibatkan dehidrasi.
b. Kemunduran psikologis
Pada usia lanjut juga terjadi yaitu ketidak mampuan untuk mengadakan
penyesuaian–penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya antara lain
sindroma lepas jabatan sedih yang berkepanjangan.
c. Kemunduran sosiologi
Pada usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan
pemahaman usia lanjut itu atas dirinya sendiri. Status social seseorang
sangat penting bagi kepribadiannya di dalam pekerjaan. Perubahan status
social usia lanjut akan membawa akibat bagi yang bersangkutan dan
perlu dihadapi dengan persiapan yang baik dalam menghadapi
perubahan tersebut aspek social ini sebaiknya diketahui oleh usia lanjut
sedini mungkin sehingga dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin.
2. Etiologi
Etiologi gout sebagai berikut:
a. Faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan
metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam
urat.
b. Jenis kelamin dan umur
Prosentase Pria : Wanita yaitu 2 : 1 pria lebih beresiko terjadinya asam
urat yaitu umur (30 tahun keatas), sedangkan wanita terjadi pada usia
menopouse (50-60 tahun).
c. Berat badan
Kelebihan berat badan meningkatkan risiko hiperurisemia dan gout
berkembang karena ada jaringan yang tersedia untuk omset atau
kerusakan, yang menyebabkan kelebihan produksi asam urat.
d. Konsumsi alkohol
Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan hiperurisemia,
karena alkohol mengganggu dengan penghapusan asam urat dari tubuh.
e. Diet
Makan makanan yang tinggi purin dapat menyebabkan atau memperburuk
gout. Misalnya makanan yang tinggi purin : kacang-kacangan, rempelo dll.
f. Obat-Obatan Tertentu
Sejumlah obat dapat menempatkan orang pada risiko untuk
mengembangkan hiperurisemia dan gout. Diantaranya golongan obat
jenis diuretik, salisilat, niasin, siklosporin, levodova.
3. Patofisiologi
Menjadi gout arthritis, asam urat harus melalui tahapan-tahapan
tertentu yang menandai perjalanan penyakit ini. Gejala awal ditandai oleh
hiperurisemia kemudian berkembang menjadi gout dan komplikasi yang
ditimbulkannya. Prosesnya berjalan cukup lama tergantung kuat atau
lemahnya faktor resiko yang dialami oleh seorang penderita hiperurisemia.
Jika hiperurisemia tidak ditangani dengan baik, cepat atau lambat
penderita akan mengalami serangan gout akut. Jika kadar asam urat tetap
tinggi selama beberapa tahun, penderita tersebut akan mengalami stadium
interkritikal. Setelah memasuki fase ini, tidak butuh waktu lama untuk
menuju fase akhir yang dinamakan dengan stadium gout kronis (Lingga,
2012).
4. Manifestasi Klinis
Biasanya, serangan gout arthritis pertama hanya menyerang satu
sendi dan berlangsung selama beberapa hari. Kemudian, gejalanya
menghilang secara bertahap, dimana sendi kembali berfungsi dan tidak
muncul gejala sehingga terjadi serangan berikutnya. Namun, gout
cenderung akan semakin memburuk, dan serangan yang tidak diobati akan
berlangsung lebih lama, lebih sering, dan menyerang beberapa sendi.
Alhasil, sendi yang terserang bisa mengalami kerusakan permanen.
Lazimnya serangan gout arthritis terjadi dikaki (monoarthritis).
Namun, 3-14% serangan juga bisa terjadi dibanyak sendi (poliarthritis).
Biasanya, urutan sendi yang terkena serangan gout (poliarthritis) berulang
adalah: ibu jari kaki (podogra), sendi tarsal kaki, pergelangan kaki, sendi
kaki belakang, pergelangan tangan, lutut, dan bursa elekranon pada siku.
Nyeri yang hebat dirasakan oleh penderita gout pada satu atau
beberapa sendi. Umunya serangan terjadi pada malam hari. Biasanya, hari
sebelum serangan gout terjadi penderita tampak sangat bugar tanpa gejala
atau keluhan, tetapi tiba-tiba tepatnya pada tengah malam menjelang pagi,
ia terbangun karena merasakan sakit yang sangat hebat serta nyeri yang
semakin memburuk dan tak tertahankan.
Sendi yang terserang gout akan membengkak dan kulit diatasnya
akan berwarna merah atau keunguan, kencang dan licin, serta terasa
hangat dan nyeri jika digerakkan, dan muncul benjolan pada sendi (yang
disebut tofus). Jika sudah agak lama (hari kelima), kulit diatasnya akan
berwarna merah kusam dan terkelupas (deskuamasi).
Gejala lainnya adalah muncul tofus di helixs telinga/ pinggir
sendi/tendon. Menyentuh kulit diatas sendi yang terserang gout bisa
memicu rasa nyeri yang luar biasa. Rasa nyeri ini akan berlangsung selama
beberapa hari hingga sekitar satu minggu, lalu menghilang. Kristal dapat
terbentuk disendi-sendi perifer karena persendian tersebut lebih dingin
dibandingkan persendian ditubuh lainya, karena asam urat cenderung
membeku pada suhu dingin. Kristal urat juga terbentuk ditelinga dan
jaringan lainya yang relatif dingin. Gout jarang terjadi pada tulang
belakang, tulang panggul, atau bahu. Gejala lain dari arthritis gout akut
adalah demam, menggigil, tidak enak badan, dan denyut jantung berdetak
dengan cepat. Serangan gout akan cenderung lebih berat pada penderita
yang berusia dibawah 30 tahun. Biasanya, gout menyerang pria usia
pertengahan dan wanita pasca-menopause.
Gout bisa menahun dan berat, yang menyebabkan kelainan bentuk
sendi. Pengendapan kristal urat didalam sendi dan tendon terus berlanjut
dan menyebabkan kerusakan yang akan membatasi pergerakan sendi.
Benjolan keras dari kristal urat (tofi) diendapkan dibawah kulit disekitar
sendi. Tofi juga bisa terbentuk didalam ginjal dan organ tubuh lainya,
dibawah kulit telinga atau disekitar siku. Jika tidak diobati, tofi pada
tangan dan kaki bisa pecah dan mengeluarkan massa kristal yang
menyerupai kapur (Junaidi, 2013).
5. Komplikasi
Komplikasi yang muncul akibatb Gout antara lain:
a. Gout kronik bertophus
b. Nefropati gout kronik
c. Nefrolitasi asam urat (batu ginjal)
d. Persendian menjadi rusak hingga menyebabkan pincang
e. Peradangan tulang, kerusakan ligament dan tendon
f. Batu ginjal (kencing batu) serta gagal ginjal
6. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk memastikan seseorang terkena gout adalah dengan dilakukan
pemeriksaan sebagai berikut :
a. Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah.
Apabila kadar asam urat dalam darah pada laki-laki lebih dari 7 mg/dl
dan pada wanita lebih dari 6 mg/dl. Maka dikatakan menderita asam
urat tinggi yang memicu terjadinya gout.
b. Pemeriksaan kadar asam urat dalam urin per 24 jam.
Kadar asam urat dalam urin berlebihan bila kadarnya lebih dari 800
mg/24 jam pada diet biasa atau lebih dari 600 mg / 24 jam.
7. Penatalaksanaan
a. Non farmakologi
1) Pembatasan makanan tinggi purin (± 100-150 mg purin/hari.
2) Cukup kalori sesuai kebutuhan yang didasarkan pada TB n BB.
3) Tinggi karbohidrat kompleks (nasi, roti, singkong, ubi) disarankan
tidak kurang dari 100 g/hari.
4) Rendah protein yang bersumber hewani.
5) Rendah lemak, baik dari nabati atau hewani.
6) Tinggi cairan. Usahakan dapat menghabiskan minuman sebanyak 2,5
ltr atau sekitar 10 gelas sehari dapat berupa air putih masak, teh,
sirop atau kopi.
7) Tanpa alkohol, termasuk tape dan brem perlu dihindari juga. Alkohol
dapat meningkatkan asam laktat plasma yang akan menghambat
pengeluaran asam urat.
b. Farmakologi
1) Pengobatan fase akut, obat yang digunakan untuk mengatasi nyeri
dan inflamasi (colchicine, indometasin, fenilbutazon, kortikostropin)
2) Pengobatan hiperurisemia, terbagi dua golongan, yaitu :
Golongan urikosurik (probenesid, sulfinpirazon, azapropazon,
benzbromaron) dan Inhibitor xantin (alopurinol ).
2. Diagnosa Keperawtan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai,
keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses
pengumpulandata dan analisa data secara cermat, memberikan dasar
untukmenetapkan tindakan-tindakan dimana perawat
bertanggungjawabuntuk melaksanakannya (Mubarak, 2007).
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk
membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat
yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan (Gordon, 1994). Intervensi
keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat lakukan atas
nama klien. Tindakan ini termasuk intervensi yang diprakarsai oleh
perawat, dokter, atau intervensi kolaboratif (McCloskey & Bulechek,
1994).
Intervensi (perencanaan) adalah kegiatan dalam keperawatan yang
meliputi; meletakkan pusat tujuan pada klien, menetapkan hasil yang ingin
dicapai, dan memilih intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan
(Potter dan Perry, 1997).
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam
Potter & Perry, 1997).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi
memungkinkan perawat untuk memonitor “kealfaan” yang terjadi selama
tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan
(Novriadi, E).
BAB III
ASAM URAT
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama : Ny.E
b. Umur : 74 tahun
c. Alamat : kanda
d. Tanggal pengkajian : 11 november 2018
e. Jenis kelamin : perempuan
f. Suku : sentani barat
g. Pendidikan : SD
h. Agama : Kristen protestan
2. Status kesehatan saat ini.
Ny.E mengatakan mata sebelah kanan tidak dapat melihat dengan baik ,
pernah di operasi katarak pada tahun 2008.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Ny.E mengatakan sering sakit pada tulang belakang saat terlalu capek, dan
mempunyai riwayat sakit lutut.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ny.E mengatakan mamanya pernah menderita penyakit asam urat.
5. Tinjauan system
a. Keadaan umum : baik
b. Tanda-tanda vital :
a) TD : 130/80 mmHg
b) Nadi : 89 x/m
c) Suhu : 36,7°c
d) Pernapasan : 20x/m
c. Antropometri
a) TB : 145 cm
b) BB : 45 kg
d. Integument
e. Kepala
I : bentuk kepala bulat, tampak besih , warna rambut putih , penyebaran
rambut merata , bentuk rambut keriting
P: tidak ada benjolan atau massa
f. Mata
I : pupil isokor, konjungtiva merah muda , sclera ikterik, ada bercak putih di
mata kiri
P : tidak ada massa atau nyeri tekan
g. Telinga
I : Tidak terdapat serumen
P : tidak teraba massa
h. Mulut dan tenggorokan
Gigi tampak kotor, gigi tampak berwarna kuning
i. Leher
Tidak ada pembesaran limfe
j. Payudara
Tidak terdapat massa
k. System pernapasan/dada
Tidak Nampak sesak, pernapasan simetris, pergerakan dada simetris, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak terdapat suara napas tambahan
l. System gastrointestinal
Tidak terdapat masalah pada system pencernaan
m. System reproduksi
Tidak terpasang kateter, tidak ada masalah pada system reproduksi
n. Perut/abdomen
Tidak membucit, tidak terdapat luka, tidak terdapat pembesaran
hepar/limfe, bising usus ≤6x/m
o. Ekstremitas
Pada ekstremitas bawah kanan dan kiri terasa sakit dan nyeri
p. Asam urat : 8,5mg/dL
q. Karakteristik nyeri
P : nyeri muncul jika jalan jauh
Q : nyeri seperti kesemutan
R : di kedua kaki
S : skala 5 dari 1-10
T : saat berjalan atau beraktivitas
6. Pengkajian psikososial, emosional, dan spiritual
a. Psikososial
Ny.E mengatakan dapat bersosialisasi dengan warga dan masyarakat
lainnya, karena dengan bersosialisasi dapat membina hubungan yang baik
dengan orang lain. Status emosi Ny.M stabil dan kooperatif saat diajak
bicara.
b. Identifikasi masalah emosional
- Pertanyaan tahap I
Ny.E mengatakan tidak ada masalah tidur maupun gelisah.
- Pertanyaan tahap II
Ny.E mengeluh selama kurang lebih 1 bulan kedua kaki dan badannya sering
terasa sakit, tetapi tidak ada masalah dalam rumah dan Ny.E tidak pernah
mengurung diri di rumah, ia selalu bersosialisasi dengan masyarakat atau di
sekitar rumah, Ny.E juga mengatakan tidak ada masakah dengan
tetangganya, Ny.E selalu baik dengan tetangga. Ny.E tidak pernah
mengalami gangguan tidur apalagi menggunakan obat tidur selama
hidupnya.
MASALAH EMOSIONAL NEGATIF (-).
c. Spiritual
Ny.E mengatakan selalu mengikuti ibadah seiap minggu, selain ibadah setiap
minggu Ny.E mengikuti ibadah keluarga setiap hari Rabu dan ibadah wanita
hari Kamis. Ny.E juga mengatakan semua urusan dan aktivitas yang di
jalaninya diserahkan semua dengan TUHAN yang menciptakannya.
- Barthel indeks
DENGAN
NO. KRITERIA MADIRI
BANTUAN
1. Makan 10
2. Minum 10
3. Berpindah dari kursi roda ke
15
tempat tidur, sebaliknya
4. Personal toilet (mencuci
muka, menyisir rambut, 5
gosok gigi)
5. Keluar masuk toilet
(membuka pakaian, menyeka 10
tubuh, menyiram)
6. Mandi 15
7. Jalan di permukaan datar 5
8. Naik turun tangga 10
DENGAN
NO. KRITERIA MADIRI
BANTUAN
9. Mengenakan pakaian 10
10. Control bowel (BAB) 10
11. Control bladder (BAK) 10
12. Olahraga/latihan 5
13. Rekreasi/pemanfaatan waktu
5
luang
Total Score 120
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 60-125 : ketergantungan sebagian
c. 55 : ketergantungan total
Interpretasi : Setelah dikaju didapatkan skor 120, dimana masuk dalam
kategori ketergantungan sebagian.
Keterangan :
>23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤ 17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
Interpretasi :
Klien mendapatkan skor 28, klien masuk dalam kategori aspek kognitif
dari fungsi mental baik
ANALISA DATA
Nadi : 89 x/m
Suhu : 36,7°c
RR : 20x/m
DIAGNOSA KEPERAWATAN
N Diagnosa Perencanaan
Implementasi Evaluasi
o Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri akut b/d Setelah 1. Anjurkan kepada 1. Istirahat dapat 1. Menganjurkan kepada S : Klien
proses dilakukan klien untuk mengistirahatka klien untuk banyak mengatakan
peradangan asuhan banyak n pergerakan beristirahat
sendi keperawatan beristirahat sendi dan Hasil : - Akan banyak
diharapkan mengurangi Klien mengatakan beristirahat
nyeri berkurang nyeri akan mencoba untuk - Klien mengatakan
dengan kriteria: lebih banyak akan mengurangi
- Klien beristirahat makanan yang
mengataka menyebabkan
n tidak 2. Ajarkan teknik 2. Masase dan 2. Mengajarkan teknik asam urat
merasa manajemen nyeri kompres hangat manajemen nyeri O:
nyeri masase dan melancarkan masase dan kompres
- Asam urat kompres hangat peredaran darah hangat - Klien tampak
normal dan Hasil : mengerti dengan
- Skala nyeri mengurangi Klien mengerti dan penjelasan
1-2 neri yang mampu melakukan mahasiswa
- TTV dirasakan masase dan kompres - Klien mampu
normal hangat mendemonstrasuk
an cara masase
3. Berikan HE 3. Dengan HE 3. Memberikan HE dan kompres
kepada klien klien dapat kepada klien tentang hangat
N Diagnosa Perencanaan
Implementasi Evaluasi
o Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
tentang penyakit mengetahui penyakit asam urat - Klien tampak
asam urat pncegahan memegangi
asam urat kakinya
A : Masalah belum
4. Anjurkan kepada 4. Untuk 4. Menganjurkan kepada teratasi
klien untuk diberikan obat klien untuk
memeriksakan yang dapat memeriksakan diri ke
diri ke mengurangi puskesmas P : Intervensi
puskesmas asam urat Hasil : dilanjutkan
Klien mengatakan
akan ke puskesmas
besok
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Diharapkan Ny.E agar menjaga pola hidup sehat
2. Diharapkan agar Ny.E rutin memeriksakan diri ke Puskesmas
3. Diharapkan Puskesmas membentuk posyandu lansia
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/88117198/asam-urat-gerontik
https://id.scribd.com/document/273137526/Askep-Gerontik-Lansia-dengan-
Hipertensi
http://dodingnadeak.blogspot.com/2014/09/askep-gerontik-dengan-gout-
arthritis.html
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA (North American
Action.