You are on page 1of 15

Kasus dan Askep Sepsis pada bayi baru lahir

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sepsis pada bayi baru lahir masih merupakan masalah yang belum dapat dipecahkan dalam
perawatan dan penanganan bayi baru lahir. Di negara berkembang hampir sebagian besar bayi
baru lahir yang dirawat mempunyai kaitannya dengan sepsis. Hal yang sama ditemukan pada
negara maju yang dirawat di unit intensif bayi baru lahir. Disamping morbiditas, mortalitas
tinggi ditemukan pada penderita sepsis bayi baru lahir.
Dalam laporan WHO yang dikutip dalam Child Health Research Project Special Report :
reducing perinatal and neonatal mortality (1999) dikemukakan bahwa 40% kematian bayi baru
lahir terjadi karena berbagai bentuk infeksi seperti infeksi saluran napas, tetanus neonatorum,
sepsis dan infeksi gastrointestinal. disamping tetanus neonatorum, case fatality rate yang tinggi
ditemukan pada sepsis neonatorum. Hal ini terjadi karena banyak faktor resiko infeksi pada masa
perinatal yang belum dapat dicegah dan ditanggulangi.
Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana terdapat infeksi
oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat
berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan yang memadai bayi
dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam. Angka kejadian sepsis neonatorum masih cukup dan
merupakan penyebab kematian utama pada neonatus.Hal ini karena neonatus rentan terhadap
infeksi. Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor. (Surasmi, 2003).
B. Tujuan
1. Tujuan khusus
Untuk mengethaui konsep dan asuhan keperawatan pada anak dengan resikotinggi sepsis.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinnya defenisi dari sepsis.
b. Diketahuinnya etiologi dari sepsis.
c. Diketahuinnya faktor resiko sepsis.
d. Diketahuinnya manifestasi dari sepsis.
e. Diketahuinnya patofisiologi dari sepsis.
f. Diketahuinnya penatalaksanaan dari sepsis.
g. Diketahuinnya pemeriksaan dari sepsis.
h. Diketahuinnya komplikasi dari sepsis
i. Diketahuinnya pencegahan dari sepsis.
j. Diketahuinya asuhan keperawatan sepsis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Sepsis adalah kondisi infeksi yang sangat berat, bisa menyebabkan organ-organ tubuh
gagal berfungsi dan berujung pada kematian (Dian, 2014). Sepsis neonatorum adalah infeksi
bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis
bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005).
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama sejak dilahirkan.
Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau terlokasi hanya pada satu organ saja (seperti
paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat sebelum persalinan
(intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan dapat disebabkan karena
virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau jamur (candida) meskipun
jarang ditemui. (John Mersch, MD, FAAP, 2009).

B. Etiologi
Organisme penyebab sepsis primer berbeda dengan sepsis nosokomial (Sari Pediatri, 2009),
adalah:
1) Sepsis primer biasanya disebabkan: Streptokokus Grup B (GBS), kuman usus Gram negatif,
terutama Escherisia coli, Listeria monocytogenes, Stafilokokus, Streptokokus lainnya (termasuk
Enterokokus), kuman anaerob, dan Haemophilus influenzae.
2) Sepsis nosokomial adalah Stafilokokus (terutama Staphylococcus epidermidis), kuman Gram
negatif (Pseudomonas, Klebsiella, Serratia, dan Proteus), dan jamur.

C. Faktor Risiko untuk Terjadinya Sepsis Neonatal ialah(Sari Pediatri, 2009):


1. Prematuritas dan berat lahir rendah, disebabkan fungsi dan anatomi kulit yang masih imatur, dan
lemahnya sistem imun,
2. Ketuban pecah dini (>18 jam),
3. Ibu demam pada masa peripartum atau ibu dengan infeksi, misalnya khorioamnionitis, infeksi
saluran kencing, kolonisasi vagina oleh GBS, kolonisasi perineal dengan E. coli,
4. Cairan ketuban hijau keruh dan berbau,
5. Prosedur invasif,
6. Tindakan pemasangan alat misalnya kateter, infus, pipa endotrakheal,
7. Bayi dengan galaktosemi,
8. Terapi zat besi,
9. Perawatan di NICU (neonatal intensive care unit) yang terlalu lama,
10. Pemberian nutrisi parenteral,.

D. Manifestasi klinik
Diagnosis dini sepsis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan terapi diberikan tanpa menunggu
hasil kultur. Tanda dan gejala sepsis neonatal tidak spesifik dengan diagnosis banding yang
sangat luas, termasuk gangguan napas, penyakit metabolik, penyakit hematologik, penyakit
susunan syaraf pusat, penyakit jantung, dan proses penyakit infeksi lainnya (misalnya infeksi
TORCH = toksoplasma, rubela, sitomegalo virus, herpes). Bayi yang diduga menderita sepsis
bila terdapat gejala(Sari Pediatri, 2009):
1) Letargi, iritabel,
2) Tampak sakit,
3) Kulit berubah warna keabu-abuan, gangguan perfusi, sianosis, pucat, kulit bintik-bintik tidak
rata, petekie, ruam, sklerema atau ikterik,
4) Suhu tidak stabil demam atau hipotermi,
5) Perubahan metabolik hipoglikemi atau hiperglikemi, asidosis metabolik,
6) Gejala gangguan kardiopulmonal gangguan pernapasan (merintih, napas cuping hidung, retraksi,
takipnu), apnu dalam 24 jam pertama atau tiba-tiba, takikardi, atau hipotensi (biasanya timbul
lambat),
7) Gejala gastrointestinal: toleransi minum yang buruk, muntah, diare, kembung dengan atau tanpa
adanya bowel loop.
Namun Menurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah sebagai
berikut,
1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema
2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
3. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih, sianosis
4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardi
5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak
teratur, ubun-ubun membonjol.

E. Patofisiologi
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin oleh
bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan
oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis
yang tiba-tiba dan berat, menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah
penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated
intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa
cara (Surasmi, 2003), yaitu :
1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati
plasenta dan umpilikus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman
penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta,antara lain virus rubella, herpes,
situmegalo, koksari, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara
lain malaria, sifilis, dan toksoplasma.
2. Pada masa intranatal atau saat pesalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada
pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amnionitis dan
korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat
persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke
tyraktus digestivus dan trakus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut.
Selain melalui cara tersebut diaras infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de
entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (misalnya herpes
genitalis, candida albika, dan n.gonnorea).
3. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya
terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misalnya melalui alat-alat:
penghisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat
atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi
nosokomial.Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus.
sumber: Zaenal A.Asuhan Keperawatan Sepsis Neonatorum 2005.
F. Komplikasi
Komplikasi bervariasi berdasarkan etiologi yang mendasari. Potensi komplikasi yang mungkin
terjadi meliputi (Sari, 2009):
1. Hipoglikemia, hiperglikemia, asidosis metabolik, dan jaundice
Bayi memiliki kebutuhan glukosa meningkat sebagai akibat dari keadaan septik. Bayi mungkin
juga kurang gizi sebagai akibat dari asupan energi yang berkurang. Asidosis metabolik
disebabkan oleh konversi ke metabolisme anaerobik dengan produksi asam laktat, selain itu
ketika bayi mengalami hipotermia atau tidak disimpan dalam lingkungan termal netral, upaya
untuk mengatur suhu tubuh dapat menyebabkan asidosis metabolik. Jaundice terjadi dalam
menanggapi terlalu banyaknya bilirubin yang dilepaskan ke seluruh tubuh yang disebabkan oleh
organ hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi optimal, bahkan disfungsi hati akibat
sepsis yang terjadi dan kerusakan eritrosit yang meningkat.
2. Dehidrasi
Kekuarangan cairan terjadi dikarenakan asupan cairan pada bayi yang kurang, tidak mau
menyusu, dan terjadinya hipertermia..
3. Hiperbilirubinemia dan anemia
Hiperbilirubinemia berhubungan dengan penumpukan bilirubin yang berlebihan pada jaringan.
Bilirubin dibuat ketika tubuh melepaskan sel-sel darah merah yang sudah tua, ini merupakan
proses normal. Bilirubin merupakan zat hasil pemecahan hemoglobin (protein sel darah merah
yang memungkinkan darah mengakut oksigen). Hemoglobin terdapat pada sel darah merah yang
dalam waktu tertentu selalu mengalami destruksi (pemecahan). Namun pada bayi yang
mengalami sepsis terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh, sehingga terjadi
kerusakan sel darah merah bukanlah hal yang tidak mungkin, bayi akan kekurangan darah akibat
dari hal ini (anemia) yang disertai hiperbilirubinemia karena seringnya destruksi hemoglobin
sering terjadi.
4. Meningitis
Infeksi sepsis dapat menyebar ke meningies (selaput-selaput otak) melalui aliran darah.
5. Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC)
Kelainan perdarahan ini terjadi karena dipicu oleh bakteri gram negatif yang mengeluarkan
endotoksin ataupun bakteri gram postif yang mengeluarkan mukopoliskarida pada sepsis. Inilah
yang akan memicu pelepasan faktor pembekuan darah dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel
yang teraktivasi ini akan memicu terjadinya koagulasi yang berpotensi trombi dan emboli pada
mikrovaskular.

G. Pemeriksaan Sepsis
1) Pemeriksaan laboratorium
a. Hematologi
Darah rutin, termasuk kadar hemoglobin Hb, hematokrit Ht, leukosit dan hitung jenis, trombosit.
Pada umumnya terdapat neutropeni PMN <1800/ml, trombositopeni <150.000/ml (spesifisitas
tinggi, sensitivitas rendah), neutrofil muda meningkat >1500/ml, rasio neutrofil imatur : total
>0,2. Adanya reaktan fase akut yaitu CRP (konsentrasi tertinggi dilaporkan pada infeksi bakteri,
kenaikan sedang didapatkan pada kondisi infeksi kronik), LED, GCSF (granulocyte
colonystimulating factor), sitokin IL-1ß, IL-6 dan TNF (tumour necrosis factor).
b. Biakan darah atau cairan tubuh lainnya (cairan serebrospinalis) serta uji resistensi, pelaksanaan
pungsi lumbal masih kontroversi, dianjurkan dilakukan pada bayi yang menderita kejang,
kesadaran menurun, klinis sakit tampak makin berat dan kultur darah positif.
c. Bila ada indikasi, dapat dilakukan biakan tinja dan urin.
d. Pemeriksaan apusan Gram dari bahan darah maupun cairan liquor, serta urin.
e. Lain-lain misalnya bilirubin, gula darah, dan elektrolit (natrium, kalium).
2) Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang diperlukan ialah foto dada, abdomen atas indikasi, dan ginjal.
Pemeriksaan USG ginjal, skaning ginjal, sistouretrografi dilakukan atas indikasi.
3) Pemeriksaan Penunjang Lain
Pemeriksaan plasenta dan selaput janin dapat menunjukkan adanya korioamnionitis, yang
merupakan potensi terjadinya infeksi pada neonatus.
(Sari Pediatri, 2009)

H. Pencegahan
Sepsis neonatorum adalah penyebab kematian utama pada neonatus.tanpa pengobatan yang
memadai, gangguan ion dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Oleh karena itu,
tindakan pencegahan mempunyai arti penting karena dapat mencegah terjadinya kesakitan dan
kematian (Surasmi, 2003). Tindakan yang dapat dilakukan (Surasmi, 2003) adalah :
1. Pada masa antenatal. Pada masa antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara bekala,
imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu,asupan gizi yang memadai,
penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin, rujukan
segera ke tempat pelayanan yang memadai bila diperlukan.
2. Pada saat persalinan. Perawatan ibu selama persdalinan dilakukan secara aseptik, dalam arti
persalinan piperlakukan sebagai tindakan operasi. Tindakan intervensi pada ibu dan bayi
seminimal mungkin dilakukan (bila benar-benar diperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan janin
yang baik selama proses persalinan, melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan, dan
menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir.
3. Sesudah persalinan. Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi
normal, pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan peralatan tetap bersih, setiap
bayi menggunakan peralatan sendiri. Perawatan luka umbilikus secara steril. Tindakan infasif
harus dilakukan dengan prinsip – prinsip aseptik. Menghindari perlukaan selaput lendir dan kulit,
mencuci tangan dengan menggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah memegang
setiap bayi. Pemantauan keadaan bayi secara teliti disertai pendokumentasian data-data yang
benar dan baik. Semua personil yang menangani atau bertugas bayi harus sehat. Bayi yang
berpenyakit menular harus diisolasi. Pemberian antibiotik secara rasional, sedapat mungkin
memalui pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi.

I. Penatalaksanaan
1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v (dibagi 2
dosis untuk neonatus umur <> 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7
1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan
Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu pemberian ½ sampai 1
jam pelan-pelan).
2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap, feses
lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi lumbal dengan
analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan
CRP kuantitatif).
3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas
darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan darah dan
CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.
5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP tetap
abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan
dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas
indikasi khusus).
6. Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian antibiotika
10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21 hari.Pengobatan
suportif meliputi : Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok, koreksi
metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma, trombosit, terapi
kejang, transfusi.
(Sari Pediatri, 2009)
J. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data, yang perlu dikaji adalah
identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat perawatan antenatal,
adanya/tidaknya ketuban pecah dini,partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus). Riwayat
persalinan di kamar bersalin, ruang operasi, atau tempat lain. Ada atau tidaknya riwayat penyakit
menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea, dll). Apakah selama kehamilan dan saat
persalinan pernah menderita penyakit infeksi (mis. Toksoplasmosis,rubeola, toksemia
gravidarum, dan amnionitis). Mengkaji status sosial ekonomi keluarga.
Pada pemeriksaan fisik data yang akan ditemukan meliputi letargi (khususnya setelah 24
jam petama), tidak mau minum atau refleks mengisap lemah, regurgitasi, peka rangsang, pucat,
berat badan berkurang melebihi penurunan berat badan secara fisiologis, hipertermi/hipotermi,
tampak ikterus. Data lain yang mungkin ditemukan adalah hipertermia, pernapasan mendengkur,
takipnea, atau apnea, kulit lembab dan dingin, pucat, pengisian kembali kapiler lambat,
hipotensi, dehidrasi, sianosis. Gejala traktus gastrointestinal meliputi muntah, distensi abdomen
atau diare.
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan apnea
b. Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
c. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi atau inflamasi
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemi
f. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Intoleran terhadap makanan/minuman.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Seorang ibu bernama Ny. R ke sebuah Rumah sakit dengan keluhan anak laki-lakinya (28 hari)
demam sudah 2 hari, ibu pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami bibir membiru, demam,
menangis kurang dan menghisap lemah. Bayinya hanya minum 50 cc ASI/ 24 jam. BAK kurang
lebih 2 kali sehari, BAB kurang lebih 1x/ 2 sehari, konsistensi BAB bayinya lembek, berwarna
kuning. Ibu mengatakan saat persalinan bayi ditolong oleh dukun bayi. Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan RR: 68x/menit, T: 38oC, Nadi : 165x/menit, Kesadaran bayi pasien somnolen, kulit
terlihat ikterik, CRT > 3 detik, mata tampak anemis, mukosa kering, warna bibir kebiruan.
Dalam pemeriksaan penujang adanya reaktan fase akut yaitu CRP (konsentrasi tertinggi
dilaporkan pada infeksi bakteri)
A. Pengkajian
1) Identitas pasien:
1. Nama : An. R
2. Jenis kelamin : Laki-laki
3. Usia : 28 hari
2) Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami demam
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny. R ke sebuah Rumah sakit dengan keluhan anak laki-lakinya (28 hari) demam sudah 2 hari,
ibu pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami bibir membiru, demam, menangis kurang dan
menghisap lemah. Bayinya hanya minum 50 cc ASI/ 24 jam. BAK kurang lebih 2 kali sehari,
BAB kurang lebih 1x/ 2 sehari, konsistensi BAB bayinya lembek, berwarna kuning.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan saat persalinan bayi ditolong oleh dukun bayi.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa tidak ada dikeluarganya yang bayinya mengalami keadaan seperti
ini.
6) Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
Suhu : 38 oC
Nadi : 165x/menit
RR : 68x/menit
b. Keadaan umum
Kesadaran : somnolen
c. Kepala
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema
d. Mata
Konjungtiva tampak anemis, sclera ikterik, tidak ada edema
e. Hidung
Bentuk hidung pasien normal, simetris, tidak ada perdarahan, tidak ada nyeri tekan
f. Telinga
Bentuk normal, bersih tidak ada nyeri tekan
g. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran karotis, dan kelenjar typoid
h. Kulit
Warna : kuning (ikterik)
Turgor : kurang elastic (kering/keriput) >3 detik
i. Mulut
Mukosa kering, warna bibir kebiruan, menghisap lemah.
j. Thorax
Bentuk dada simetris, dan terlihat tarikan iga saat bernapas.
k. Abdomen
Saat dipalpasi, tidak ada nyeri tekan pada abdomen
l. Ekstermitas
Atas : tidak ada edema, tidak ada clubbing finger, terdapat sianosis, terpasang infuse pada tangan
sebelah kiri
m. Genetalia
Bersih, tidak ada darah, tidak ada gangguan.
n. Eliminasi
Urine : ± 2 kali sehari
BAB : ± 1 kali/2 hari

7) Pemeriksaan Penunjang
Dalam pemeriksaan penujang adanya reaktan fase akut yaitu CRP (konsentrasi tertinggi
dilaporkan pada infeksi bakteri).

B. Analisa data
Data Etiologi Masalah
DS: peningkatan permeabilitas kapiler Defisit volume
a. Ibu pasien mengatakan bahwa plasma cairan
anaknya mengalami demam
sudah 2 hari Input menurun
b. Ibu pasien mengatakan bayi tidak
mau minum. Dehidrasi
c. Ibu pasien mengatakan bahwa
bayinya hanya minum 50 cc ASI / Deficit volume cairan
24 jam
d. Ibu pasien mengatakan bahwa
konsistensi BAK bayinya cair
dan berwarna kekuningan, dan
konsistensi BAB bayinya lembek,
berwarna kekuningan, dengan
pola 1x/2 hari.
DO:
a. Kesadaran bayi somnolen
b. Turgor : kurang elastic
(kering/keriput) CRT >3detik
c. Mata tampak anemis
d. Mukosa kering
DS: Infeksi Hipertermi
a. Ibu pasien mengatakaan bayinya
Menghasilkan endotoksin
demam sudah 2 hari
b. ibu pasien mengatakan bahwa Bakteri&septicemia
anaknya mengalami bibir
Dianggap benda asing
membiru
Reaksi imunologi
DO:
a. Suhu : 38 oC, Nadi : 165x/menit, Hipertermi
RR : 68x/menit.
b. Keadaan bayi somnolen
DS : Infeksi Gangguan perfusi
a. ibu pasien mengatakan bahwa jaringan
anaknya mengalami bibir Menghasilkan endotoksin
membiru, demam, menangis
kurang dan menghisap lemah. System kardiovaskuler
DO:
a. Warna kulit : kuning (ikterik) Vasodilatasi pembuluh darah
b. Turgor : kurang elastic
(kering/keriput) CRT >3detik Gangguan perfusi jaringan
c. Kesadaran : Somnolen

C. Diagnosa keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler plasma
2. Hipertermi berhubungan dengan efek endotoksin, perubahan regulasi temperature, dehidrasi,
peningkatan metabolisme
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh darah.

D. Intervensi
Diagnosa keperawatan Intervensi
Tujuan/KH Aktivitas
Defisit volume cairan Setelah dilakukan asuhan
a. Monitoring tanda-tanda vital
berhubungan keperawatan 1x24 jam deficit setiap dua jam dan pantau
dengan peningkatan volume cairan dapat teratasi. warna kulit.
permeabilitas kapiler plasma. KH: b. Kaji pengisian kapiler pasien
DS: a. Anak tidak demam lagi (CRT/caffilery reffil time
a. Ibu pasien mengatakan bahwa
b. Anak sudah mau minum c. Monitoring input dan output.
anaknya mengalami demam
sudah 2 hari c. Kesadaran composmentis d. Obserasi adanya kejang dan
b. Ibu pasien mengatakan bayi
d. Kulit tidak ikterik lagi. dehidrasi.
tidak mau minum.
c. Ibu pasien mengatakan bahwa e. CRT < 3 detik e. Berikan ASI/PASI sesuai
bayinya hanya minum 50 cc
f. Turgor kembali elastis jadwal dengan jumlah
ASI / 24 jam
d. Ibu pasien mengatakan bahwa pemberian yang telah
konsistensi BAK bayinya cair
ditentukan
dan berwarna kekuningan, dan
konsistensi BAB bayinya f. Berikan pengetahuan
lembek, berwarna kekuningan,
mengenai pentingnya cairan
dengan pola 1x/2 hari.
DO: untuk mempertahankan
a. Kesadaran bayi somnolen
keseimbangan volume cairan
b. Warna kulit : kuning (ikterik)
c. Turgor : kurang elastic adekuat kepada keluarga
(kering/keriput) CRT >3detik
paien.
d. Mata tampak anemis
e. Mukosa kering g. Kolaborasi dengan tim medis
lainnya untuk pemberian IV
dan pemeriksaan laboratorium

E. Perbandingan antara teori dan kasus


Pada kasus dengan anak sepsis, Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada
bayi selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam
500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005). Dalam asuhan keperawatan terdapat
kesenjangan dengan teori dan kasus, menurut Zaenal 2005 defisit volume cairan di sebabkan
oleh pengeluaran cairan berlebihan karena diaporesis sedangkan dalam kasus defisit volume
cairan disebabkan oleh peningkatan permeabilitas plasma.

You might also like