Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Elen Pebriyani
Preseptor
RSUP.DR.M.DJAMIL PADANG
PADANG
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustakhius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis Media Supuratif Kronik
(OMSK) atau yang biasa disebut “congek” adalah radang kronik telinga tengah
dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan
riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otore) lebih dari 2 bulan, baik terus
menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous, mukous, atau purulen.1,2,4
Otitis Media Akut (OMA) dengan perforasi membran timpani dapat menjadi
otitis media supuratif kronik apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Beberapa
faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK, antara lain: terapi yang terlambat
diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh
pasien yang rendah (gizi kurang), dan higiene yang buruk.3,4
2.2 Epidemiologi
Otitis media supuratif kronik merupakan penyakit THT yang paling banyak
ditemukan di negara sedang berkembang. Secara umum insiden OMSK dipengaruhi
oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering dijumpai pada orang
Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia dan orang kulit hitam di
Afrika Selatan.3
Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul
oleh negara-negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa
daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan
kumuh, dan status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi
dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang sedang berkembang.3
2.3 Anatomi Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan :5
Batas luar : membran timpani
Batas depan : tuba eustakhius
Batas bawah : vena jugular (bulbus jugularis)
Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
Batas atas : tegmen timpani (meningen/ otak)
Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal
kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar
(round window) dan promontorium.
5. Alergi
6. Gangguan fungsi tuba eustakhius
2.6 Patogenesis
OMSK dimulai dari episode infeksi akut terlebih dahulu. Patofisiologi dari
OMSK dimulai dari adanya iritasi dan inflamasi dari mukosa telinga tengah yang
disebabkan oleh multifaktorial, diantaranya infeksi yang dapat disebabkan oleh virus
atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh turun, lingkungan dan
sosial ekonomi. Kemungkinan penyebab terpenting mudahnya anak mendapat infeksi
telinga tengah adalah struktur tuba pada anak yang berbeda dengan dewasa dan
kekebalan tubuh yang belum berkembang sempurna sehingga bila terjadi infeksi jalan
napas atas, maka lebih mudah terjadi infeksi telinga tengah berupa OMA.1,3
Respon inflamasi yang timbul adalah berupa udem mukosa. Jika proses
inflamasi ini tetap berjalan, pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya ulkus dan
merusak epitel. Mekanisme pertahanan tubuh penderita dalam menghentikan infeksi
biasanya menyebabkan terdapatnya jaringan granulasi yang pada akhirnya dapat
berkembang menjadi polip di ruang telinga tengah. Jika lingkaran antara proses
inflamasi, ulserasi, infeksi dan terbentuknya jaringan granulasi ini berlanjut terus
akan merusak jaringan sekitarnya.1,3
Gambar 2.6 Patogenesis otitis media akut3
4) Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan
vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding
labirin oleh kolesteatom. Pada penderita yang sensitif, keluhan vertigo dapat terjadi
karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah
terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan
menyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.
Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari
telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana
mungkin berlanjut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK
dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif
pada membran timpani.1 Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna: adanya abses atau
fistel retroaurikular, jaringan granulasi atau polip di liang telinga yang berasal dari
kavum timpani, pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom), foto
rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.
2.8 Diagnosis
Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara:
1. Anamnesis (history-taking)
Penyakit telinga kronik ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita
seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang
paling sering dijumpai adalah telinga berair. Pada tipe tubotimpani sekretnya lebih
banyak dan seperti benang, tidak berbau bususk, dan intermiten. Sedangkan pada tipe
atikoantral sekretnya lebih sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan
jaringan granulasi atau polip, dan sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada
kalanya penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar
darah.1,3,6
2. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari
perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.1,3,6
3. Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri dan pembuatan audiogram nada murni untuk menilai
hantaran tulang dan udara penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan
pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur berguna
untuk menilai ‘speech reception threshold‘ pada kasus dengan tujuan untuk
memperbaiki pendengaran.1,3,6
4. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronik memiliki
nilai diagnostik yang terbatas bila dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan
audiometri. Pemeriksaan radiologi biasanya memperlihatkan mastoid yang tampak
sklerotik dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang yang
berada di daerah atik memberi kesan adanya kolesteatom. Proyeksi radiografi tyang
sekarang biasa digunakan adalah proyeksi schuller dimana pada proyeksi ini akan
memperlihatkan luasnya pnematisasi mastoid dari arah lateral dan atas.
Pada CT scan akan terlihat gambaran kerusakan tulang oleh kolesteatom, ada
atau tidaknya tulang–tulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada
kanalis semisirkularis horizontal.
5. Pemeriksaan bakteriologi
Walaupun perkembangan dari OMSK merupakan kelanjuan dari mulainya
infeksi akut, bakteri yang ditemukan pada sekret yang kronik berbeda dengan yang
ditemukan pada otitis media supuratif akut. Bakteri yang sering dijumpai pada
OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Proteus sp.
Sedangkan bakteri pada otitis media supuratif akut adalah Streptococcus pneumonie
dan H. influenza.9
Infeksi telinga biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus
paranasal, adenoid, atau faring. Dalam hal ini penyebab biasanya adalah
pneumokokus, streptokokus atau H. influenza. Akan tetapi, pada OMSK keadaan ini
agak berbeda karena adanya perforasi membran timpani maka infeksi lebih sering
berasal dari luar yang masuk melalui perforasi tadi.migrain, perbedaannya ada pada
tes nistagmus dan adanya respon jika diberikan antimigrain.2
2.9 Tatalaksana
Pada waktu pengobatan haruslah dievaluasi faktor-faktor yang menyebabkan
penyakit menjadi kronik, perubahan-perubahan anatomi yang menghalangi
penyembuhan serta menganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat di telinga.
Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat -
obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi.1,3,5,6
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luas infeksi, yang dapat
dibagi atas: konservatif dan operasi.
1. Otitis media supuratif kronik benigna
a. Otitis media supuratif kronik benigna tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan
mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan
segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan
sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk
mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.
b. Otitis media supuratif kronik benigna aktif
Prinsip pengobatan OMSK adalah :
1) Membersihkan liang telinga dan kavum timpani (toilet telinga)
Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk
perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik
bagi perkembangan mikroorganisme. Cara pembersihan liang telinga (toilet telinga):1
- Toilet telinga secara kering (dry mopping).
Telinga dibersihkan dengan kapas lidi steril, setelah dibersihkan dapat di beri
antibiotik berbentuk serbuk. Cara ini sebaiknya dilakukan di klinik atau dapat juga
dilakukan oleh anggota keluarga. Pembersihan liang telinga dapat dilakukan setiap
hari sampai telinga kering.
- Toilet telinga secara basah (syringing).
Telinga disemprot dengan cairan untuk membuang debris dan nanah,
kemudian dibersihkan dengan kapas lidi steril dan diberi serbuk antibiotik. Meskipun
cara ini sangat efektif untuk membersihkan telinga tengah, tetapi dapat
mengakibatkan penyebaran infeksi ke bagian lain dan ke mastoid. Pemberian serbuk
antibiotik dalam jangka panjang dapat menimbulkan reaksi sensitifitas pada kulit.
Dalam hal ini dapat diganti dengan serbuk antiseptik, misalnya asam boric dengan
iodine.
- Toilet telinga dengan pengisapan ( suction toilet)
Pembersihan dengan suction pada nanah dengan bantuan mikroskopis operasi
adalah metode yang paling populer saat ini. Setelah itu dilakukan pengangkatan
mukosa yang berproliferasi dan polipoid sehingga sumber infeksi dapat dihilangkan.
Akibatnya terjadi drainase yang baik dan resorbsi mukosa. Pada orang dewasa yang
kooperatif cara ini dilakukan tanpa anastesi tetapi pada anak-anak diperlukan
anestesi. Pencucian telinga dengan H2O2 3% akan mencapai sasarannya bila
dilakukan dengan “displacement methode” seperti yang dianjurkan oleh Mawson dan
Ludmann.
2) Pemberian antibiotika
a) Antibiotik topical
Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang banyak tanpa
dibersihkan dulu adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang atau tidak progresif lagi
diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Irigasi
dianjurkan dengan garam faal agar lingkungan bersifat asam yang merupakan media
yang buruk untuk tumbuhnya kuman.
b) Antibiotik sistemik
Pemilihan antibiotik sistemik untuk OMSK juga sebaiknya berdasarkan kultur
kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai
pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan
faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut.
2.10 Komplikasi
Cara penyebaran infeksi dapat dengan penyebaran hematogen, penyebaran
melalui erosi tulang, dan penyebaran melalui jalan yang sudah ada.
Komplikasi OMSK antara lain :
1) Intratemporal
- Perforasi membrane timpani
- Mastoiditis akut
- Paresis nervus fasialis
- Labirinitis
- Petrositis
2) Ekstratemporal
- Abses subperiosteal
3) Intrakranial
- abses otak
- Tromboflebitis
- Hidrosefalus otikus
2.11 Prognosis
Pasien dengan OMSK memiliki prognosis yang baik apabila dilakukan
kontrol yang baik terhadap proses infeksinya. Pemulihan dari fungsi pendengaran
bervariasi dan tergantung dari penyebab. Hilangnya fungsi pendengaran oleh
gangguan konduksi dapat dipulihkan melalui prosedur pembedahan, walaupun
hasilnya tidak sempurna.10
Keterlambatan dalam penanganan karena sifat tidak acuh dari pasien dapat
menimbulkan kematian yang merupakan komplikasi lanjut OMSK yang tidak
ditangani dengan segera. Kematian akibat OMSK terjadi pada 18,6% pasien karena
telah mengalami komplikasi intrakranial yaitu meningitis.3,10
BAB 3
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Unur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pegawai Swasta
No. MR : 01006719
Tanggal Pemeriksaan : 8 Oktober 2018
Alamat : Talamau Pasaman Barat
Status : Menikah
Nageri Asal : Indonesia
Nama Ibu Kandung : Roahni
Agama : Islam
Suku : Minang
Nomor HP : 085264181589
AUTOANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki, Tn.M berusia 30 tahun datang ke
RSUP.Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 5 Oktober 2018, dengan:
Keluhan Utama
Pusing berputar hilang timbul sejak 1 tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Pusing berputar hilang timbul sejak 1 tahun yang lalu. Pusing berputar
sering dirasakan tiba-tiba, tidak dipengaruhi posisi dan gerakan kepala.
Riwayat keluar cairan dari telinga kiri sejak ±27 tahun yang lalu. Cairan
bening, tidak berbau, dan tidak ada darah.
Rasa penuh ditelinga ada
Riwayat gatal di telinga ada
Riwayat sakit kepala ada
Riwayat telinga berdenging tidak ada
Riwayat penurunan pendengaran tidak ada
Riwayat rasa nyeri pada telinga tidak ada
Bengkak pada belakang telinga tidak ada
Riwayat trauma kepala disangkal
Riwayat sering mengorek-ngorek teringa disangkal
Riwayat demam dan baruk pilek tidak ada
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama
Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi Dan Kebiasaan
Pasien seorang swasta
Merokok
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran Umum : Komposmentis Kooperatif
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Nafas :18 kali/menit
Suhu : 36,50C
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 160cm
IMT : 21,48
Status Gizi : Normal
Pemeriksaan sistemik
1. Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Warna - Bening
Jumlah - Sedikit
Jenis - Lunak
Membran timpani
Warna Putih
Putih mengkilat
mengkilat
Bulging - -
Retraksi - -
Atrofi - -
Sklerotik - -
Jumlah
- 1
perforasi
Perforasi
Jenis - Subtotal
Pinggir -
Rinne + -
2. Hidung
Pemeriksaan Kelainan
3. Sinus paranasal
Pemeriksaan Dekstra Sinistra
5. Rinoskopi Posterior
Koana Sempit
Lapang
Adenoid Ada/tidak - -
Lokasi - -
- -
Ukuran
- -
Massa Bentuk - -
Permukaan
Jenis - -
Trismus
Edema -
Bifida -
Simetris/tidak Simetris
Permukaan licin
Ukuran T1 T1
Lokasi - -
Bentuk - -
Tumor Ukuran - -
Permukaan - -
Konsistensi - -
Gigi Karies/Radiks - -
Bentuk Normal
Lidah Deviasi +
Massa -
Bentuk - -
Warna - -
Epiglotis Edema - -
Pinggir rata/tidak - -
Massa - -
Warna - -
Ariteniod Edema - -
Massa - -
Gerakan - -
Warna - -
Massa - -
Warna - -
Pingir medial - -
Massa - -
Subglotis/trakea Massa - -
Sekret - -
Sekret - -
Valekula Massa - -
Sekret ( jenisnya ) - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Parameter Hasil
Hb 13,5 g/dl
Leukosit 5970/mm3
Trombosit 299.000/mm3
Ht 42 %
pt 11,4
aptt 38,9
GDS 156 mg/dl
Ureum 15 mg/dl
Kreatinin 0,8 mg/dl
Natrium 139 mmol/L
Kalium 3,9 mmol/L
Klorida 105 mmol/l
SGOT 19 u/l
SGPT 17 u/l
Pemeriksaana Anjuran :
- Kultur sekret telinga
DIAGNOSIS
OMSK AS susp tipe kolesteatom fase aktif
DIAGNOSA BANDING
-
Diagnosa Tambahan
- Vitiligo
- Tuli sensorineural kiri
Penatalaksanaan
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj Ceftriaxone 2x1 gr (inj)
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga
hidung tenggorok kepala dan leher. Edisi ke-7. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2016. 87-88.
2. Cruz MD. Meniere’s disease a stepwise approach. MedicineToday. 2014; 15(3): 18-26.
3. Haybach PJ. Meniere Disease. Vestibular Disorder Assosiation. 2013: 1-6.
4. Rubika J. The Meniere’s disease- A short review. Journal of Pharmaceutical Sciences and
Research. 2015; 7(6): 357-359.
5. Paulsen F, Waschke J. Sobotta atlas anatomi manusia Jilid 3: Kepala, leher dan
neuroanatomi. Edisi ke-23. Jakarta: EGC. 2013. 154.
6. Adams GL, Boies LR, Higler PA. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta:
EGC. 1997.39-45.
7. Zhang Y, Liu B, Wang R, Jia R, Gu X. Characteristics of the cochlear symptoms and
functions in meniere’s disease. Chinise Medical Journal. 2016; 129(20): 2445-2449.
8. Harcout J, Barraclough K, Bronstein AM. Meniere’s disease. The British Medical
Journal. 2014: 24-27.
9. Tabet P, Saliba I. Meniere’s disease and vestibular migraine : updates and review of the
literature. Journal of Clinical Medicine Research. 2017; 9(9): 733-744.
10. Goebel JA. 2015 equilibrium committee amendment tto the 1995 AAO-NHS guidelines
for the definition of meniere’s disease. Otolaryngology-Head and Neck Surgery. 2016;
154(3): 403-404.