You are on page 1of 10

LAPORAN ANALISA TINDAKAN

Analisis Sintesis Tindakan Pemberian Tranfusi Darah pada Ny. S


Di Ruang 909 E RSUD Dr.Moewardi Surakarta

Hari : kamis
Tanggal : 8 November 2018
Jam : 20.00 WIB

A. Keluhan Utama
Ny. S mengatakan lemas
B. Diagnosis Medis
Hidronefrisis
C. Diagnosis Keperawatan
Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin darah
D. Data yang Mendukung Diagnosis Keperawatan
DS : klien mengatakan badannya lemas
DO : klien hanya tiduran ditempat tidur
Klien terlihat pucat
Konjungtiva terlihat anemis
TD : 130/70 mmHg, HR : 78x/menit, S: 36,7 C
Hasil lab : hemoglobin 6,2 g/ dL, eritrosit 2,39 jt/ul, hematokrit 21%
Hasil urin : kreatinin 4,2 mg/ dL, ureum 121 dL
E. Dasar Pemikiran
Hidronefrosis adalah pembesaran ginjal akibat tekanan balik terhadap ginjal
karena aliran air kemih tersumbat. Hidronefrosis adalah obstruksi saluran
kemih proksimal terhadap kandung kemih yang mengakibatkan penimbunan
cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter serta atrofi pada parenkim
ginjal. Pada pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kadar urea
meningkat pada pasien hidronefrosis karena ginjal tidak mampu membuang
limbah metabolik. Pada jurnal Radityamurti (2013) yang berjudul “Hubungan
Kadar Hemoglobin Dengan Kadar Kratinin Darah Pada Pasien Obstruksi Batu
Ureter Bilateral” didapatkan bahwa terdapat resiko pasien yang mempunyai
kadar kreatinin tinggi untuk mengalami anemia. Untuk meningkatkan kadar
hemoglobin dalam darah maka dilakukan tranfusi darah sejumlah 4 kolf.

F. Prinsip Tindakan Keperawatan


Tahap preinteraksi
1. Membaca program tindakan
2. Menyiapkan alat
a. Standar infuse  
b. Cairan steril sesuai instruksi
c. Tranfusi set steril
d. IV kateter sesuai ukuran (18)
e. Bidai atau ( k/p pada anak )
f. Perlak dan pengalas
g. Tourniquet
h. Instrumens steril ( pinset, gunting dan com )
i. Kapas alcohol  
j. Bengkok
k. Tempat sampah
l. Kasa steril
m. Sarung tangan
n. Salf antibiotic
o. Plester  
p. Darah atau plasma
q. Obat antihistamin
r. Tensimeter dan thermometer
s. Formulir observasi khusus dan alat tulis

3. Memasang sampiran
4. Mencuci tangan
5. Mendekatkan alat kepasien

Tahap orientasi
1. Memberi salam
2. Menanyakan adanya keluhan
3. Menjelaskan prosedur tindakan kepasien atau keluarga
4. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya

Tahap kerja
1. Menggunakan sarung tangan
2. Mengukur tanda vital
3. Membebaskan lengan pasien dari baju
4. Meletakan perlak dan pengalas di bawah lengan pasien
5. Menyiapkan larutan NaCl 0,9 % dengan tranfusi set
6. Memasang infus NaCl 0,9 %
7. Mengatasi tetesan tetap lancar
8. Memastikan tidak ada udara didalam selang infus
9. Mengontrol kembali darah yang akan diberikan kembali kepada pasien
a.Wanita  b.Identitas c. Jenis dan golongan darah d. Nomor kantong darah
e. Tanggal kadaliarsa f. Hasil cross test dan jumlah darah
10. Mengganti cairan NaCl 0,9 % dengan darah setelah 15 menit
11. Mengatur tetesan darah

D. Tahap terminasi
 
1. Mengganti adanya reaksi transfusi dan komplikasi
2. Mengevaluasi perasaan pasien
3. Menyimpulkan hasil kegiatan
4. Melakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
5. Mengakhiri kegiatan
6. Merapikan alat
7. Melepas sarung tangan
8. Mencuci tangan
9. Mengukur tanda vital tiap 5 menit untuk 15 menit pertama, tiap 15 menit
untuk jam  berikutnya dan tiap 1 jam sampai dengan tranfusi selesai
E. Dokumentasi
Mendokumentasikan setiap tindakan : waktu pemberian, dosis, jenis transfusi yang
diberikan, reaksi transfusi atau komplikasi.

G. Analisa Tindakan
Klien mengatakan lemas dan kadar hemoglobin rendah

Diberikan tranfusi darah + NaCl

Perfusi jaringan stabil dan kadar hemoglobin normal

H. Bahaya dilakukannya tindakan


Bahaya dilakukanya tindakan pemberian tranfusi darah yang tidak benar
yaitu:
a. Golongan darah yang tidak cocok :
1). Reaksi hemolitik akut (acute reaction), pada umumnya terjadi segera pada
waktu transfusi sedang berlangsung dan 50 cc darah dari golongan yang tidak
cocok sudah dapat menimbulkan reaksi.
Gejala :
(a) Rasa panas sepanjang Vena lengan menjalar ke ketiak
(b) Nyeri pinggang yang khas
(c) Nyeri tertekan pada dada
(d) Sakit kepala, temperatur agak naik
2). Reaksi hemolitik terlambat (delayed reaction), pada umumnya terjadipada
penderita yang sering mendapat transfusi (multitransfusi ) atau pernah
melahirkan. Reaksi terjadi beberapa jam atau beberapa hari setelah transfusi.
Gejala : Hampir sama, tetapi yang jelas adalah sakit kepala dan sakit
Pinggang
b. Bukan karena ketidakcocokan golongan darah. Reaksi hemolitik dapat
disebabkan faktor-faktor lain :
1). Transfusi diberikan bersama-sama dengan larutan hypotonis, misalnya
Dextrose 5% hingga eri yang masuk langsung hemolisis.
2). Pemberian darah yang sudah hemolisis karena :
a) Pemanasan mendadak dimasukan dalam air panas melebihintemperatur
tubuh.
b) Frozen blood karena salah penyimpanan ( -4º Celsius) eritrosit bengkak
dan hancur.
c) Kontaminasi bakteri yang mencernakan eritrosit sebagai
makanannya.
3). Transfusi dengan tetesan cepat, kadang-kadang dipompa hingga eritrosit
hancur dalam jarum giving set yang kecil.
4). Khusus penderita PNH ( Puraxysmal Nacturnal Hematuria ) pemberian
whole blood memperburuk keadaan karena plasma donor mengandung
active komponen yang menyebabkan hemolisis.
5). Kesalahan petugas rumah sakit/BDRS karena salah memberikan cap
golongan darah, label pada labu darah tertukar, salah mengambil labu
darah karena nama hampir sama. Pada keadaan ini tidak ada free Hb,
tidak ada methemealbumin hanya bilirubinaemia.

2. Reaksi non Hemolitik


a. Reaksi alergi disebabkan karena pemindahan alegin donor pada
penderita atau reaksi penderita pada plasma donor.
b. Febris disebabkan karena pembuatan larutan anticoagulans dan set yang
kurang steril atau reaksi antibody terhadap leukosit dan trombosit.Gejala
terjadi pada waktu transfusi : panas, menggigil, sakit kepala, nyeri seluruh
badan.
c. Reaksi kontaminasi bakteri : terjadi pada waktu pengambilan darah atau
terlalu lama dalam suhu kamar gram negative, dapat berbiak pada 4
derajat Celsius atau akibat menyuntikkan sesuatu dalam labu darah.
Gejala : Terjadi pada waktu transfusi atau beberapa hari sesudahnya,
panas tinggi, nyeri kepala, menggigil, vomit, nyeri perut, buang air darah.
d. Reaksi overloading : Akibat massive transfusi yaitu lebih dari 1,5 liter
dalam waktu singkat dengan tetesan cepat atau dapat pula terjadi pada
waktu pemberian satu labu bagi penderita dengan penyakit jantung.
e. Cardiac Arrest : terjadi tiba-tiba, dapat disebabkan karena :
1) Pemberian ice-cold blood yang segera dimasukkan dalam tubuh
penderita tanpa kesempatan adaptasi dengan suhu kamar dahulu dan
diberikan dengan tetesan cepat.
2) Karena keracunan kalium bila darah yang dipakai telah disimpan
lebih dari satu minggu, hingga kadar kalium plasma tersebut telah
meninggi dan pemberian transfusi masif cepat.
3) Keracunan citras. volume citras yang ditransfusikan banyak dalam
satu waktu dan ada gangguan fungsi hati biasanya gejala disertai
adanya tremor dan gangguan ECG.
f. Acidosis : Pada penderita dengan kadar normal, pemberian darah yang
berumur lebih dari satu minggu dalam ACD, hampir tidak menimbulkan
pengaruh apa-apa, tetapi untuk penderita yang sudah mempunyai tendensi
untuk Acidosis seperti penyakit ginjal dan rehidrasi, maka pemberian
darah semacam ini akan memperburuk keadaan, karena kadar lacticacid
meningkatakibat metabolisme eri yang menyebabkan penurunan PH.
g. Keracunan kalium : Penyimpanan lebih dari 10 hari menyebabkan kadar
meningkat karena ion exchanges dengan Natrium. Bahayanya, karena
dapat terjadi Cardiac Arrest dan memperburuk kondisi penderita dengan
gangguan ginjal.
h. Keracunan citras : Akibat massive transfusi lebih 2 liter pada penderita
dengan gangguan hati dan terjadi hypocalcemia karena citras mengikat
Ca++ darah.
i. Emboli darah : Karena kesalahan teknik terjadi hypotensi hingga
Syncope dan Cyanosis.[ Analisis Hukum Terhadap Pemberian Transfusi
Darah Di Rumah Sakit Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun
2009 Tentang Rumah Sakit oleh Sri Ratna Suminar FH.UNISBA. VOL.
XIII. NO. 3 November 2011]

I. Tindakan keperawatan lain yang dilakukan


1. Monitor adanya paretese
2. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lsi atau
laserasi
3. Gunakan sarun tangan untuk proteksi
4. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
5. Monitor kemampuan BAB
6. Kolaborasi pemberian analgetik
7. Monitor adanya tromboplebitis

J. Hasil yang didapatkan setelah diakukan tindakan


S : Klien mengatakan masih lemas
O : Klien terlihat pucat
Konjungtiva masih terlihat anemis
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

K. Evaluasi diri
Sudah dilakukan tindakan pemberian tranfusi darah melalui selang infuse
dengan benar/ sesuai dengan identitas pasien, kadaluwarsa dan periksa adanya
kebekuan

L. Daftar pustaka
Herlman, T. Heather, dkk. 2018. NANDA International Diagnosis
Keperawatan : Definisi dan  Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria M, et al. 2016. Nursing Intervensi Classification. Jakarta :
CV. Mocomedia. Edisi keenam. Diterjemahkan oleh Intansari
Nurjannah
Radityamurti, Fahmi, 2013. Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Kadar
Kratinin Darah Pada Pasien Obstruksi Batu Ureter Bilateral. FK.
Kedokteran UI
Suminar ,Sri Ratna.2011. Analisis Hukum Terhadap Pemberian Transfusi
Darah Di Rumah Sakit Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun
2009 Tentang Rumah Sakit FH.UNISBA. VOL. XIII. NO. 3
November 2011
LAPORAN ANALISA TINDAKAN

Disusun Oleh :

Nama : Erizka Aprilia P.L

NIM : SN181055

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2018

You might also like