You are on page 1of 28

Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

BAB I
PENDAHULUAN

Uterus pada seorang dewasa bebentuk seperti buah advokat atau buah peer yang
sedikit gepeng. Ukuran panjang uterus adalah 7-7.5 cm, lebar ditempat yang paling lebar
5.25 cm, dan tebal 2.5 cm. Uterus terdiri dari korpus uteri (2/3 bagian atas) dan serviks
uteri (1/3 bagian bawah).
Uterus terletak di pelvis minor antara kandung kencing di sebelah depan dan
rektum di sebelah belakang. Lipatan peritoneum di sebelah depan adalah longgar yang
disebut plica vesico uterina. Di sebelah belakang lipatan peritoneum antara uterus dan
rektum membentuk kantong yang disebut cul-de-sac atau cavum douglas.

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 1


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

Uterus terdiri dari dua bagian utama yaitu cervix dan corpus, kedua bagian ini
dipisahkan oleh suatu penyempitan yang disebut isthmus. Pada waktu hamil isthmus ini,
membentuk bangunan yang disebut segmen bawah rahim. Uterus difiksasi di dalam
rongga pelvis minor oleh :
 Ligamentum cardinale uteri: ligamentum yang terpenting untuk
mencegah agar uterus tidak turun. Ligamentum ini terdiri atas jaringan
ikat tebal dan berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah lateral ke
dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan banyak pembuluh darah a v
uterina.
 Ligamentum sacro uterina : ligamentum yang juga menahan uterus
supaya tidak banyak bergerak, berjalan melengkung dari bagian
belakang serviks kiri dan kanan melalui dinding rektum ke arah os
sacrum kiri dan kanan.
 Ligamentum rotundum (lig teres uteri) : ligamentum yang menahan
uterus dalam antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan
kanan ke daerah inguinal kiri dan kanan.
 Ligamentum latum : ligamentum yang berjalan dari uterus ke arah
lateral dan tidak banyak mengandung jaringan ikat. Sebetulnya
ligamentum ini adalah bagian peritoneum visceral yang meliputi uterus
dan kedua tuba dan berbentuk sebagai lipatan. Di bagian lateral dan
belakang ligamentum ini ditemukan indung telur (ovarium sinistrum
dan dekstrum). Untuk memfiksasi uterus ligamentum ini tidak banyak
artinya.

Prolapsus alat-alat genitalia dapat disamakan dengan suatu hernia, di mana suatu organ
genitalia turun ke dalam vagina, bahkan bila mungkin ke luar dari liang vagina. Keadaan
ini dikarenakan kelemahan dari otot, fascia dan ligamentum penyokongnya. Prolapsus
genitalia ini secara umum dapat berupa prolapsus vagina dan prolapsus uteri.
Prolapsus genitalia yang sering ditemukan adalah uterosistokel, sistokel, prolapsus
uteri dan rektokel. Uretrokel saja jarang terjadi, sedangkan enterokel lebih sering
ditemukan terutama pada pasien-pasien pasca tindakan histerektomi. Kasus ini sering
terdapat pada wanita dengan paritas yang tinggi dan 40% dari mereka membutuhkan

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 2


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

tindakan pengobatan dan kasus ini jarang sekali ditemukan pada seorang wanita
nullipara.
Diperkirakan 50% dari wanita yang telah melahirkan akan menderita prolapsus
genitalia dan hampir 20% kasus ginekologi yang menjalani operasi adalah akibat kasus
prolapsus genitalia. Angka ini akan terus meningkat jumlahnya akibat usia harapan hidup
wanita Indonesia yang terus meningkat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Losif dan Bekazzy (1984) ditemukan
hampir 50% wanita terutama wanita pasca menopause yang mengalami prolapsus
genitalia mempunyai masalah urogenital akibat keadaan tersebut, akan tetapi
prevalensinya secara pasti sangat sulit di tentukan dengan tepat. Hal ini disebabkan
banyak wanita tersebut tidak mau atau merasa malu, takut atau enggan untuk
membicarakannya, bahkan tabu. Oleh karena itu, pengetahuan dan pemahaman tentang
prolapsus urogenital cukup penting sehingga setiap wanita yang mengalaminya dapat
hidup dengan layak tanpa memberikan beban yang berat pada keluarga maupun pada
masyarakat apabila ditatalaksanai dengan tepat dan benar sejak dini.
Di sisi lain perlu untuk diketahui dan dipahami bahwa tidak semua prolapsus alat
genitalia memerlukan terapi dan jika memang dibutuhkan terapi dapat dilakukan secara
konservatif ataupun operatif. Oleh karena itu pengetahuan tentang prolapsus genitalia ini
termasuk penatalaksanaanya sangatlah penting untuk diketahui sehingga menjadi alasan
yang kuat untuk membuat tulisan ini.

BAB II

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 3


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

TINJAUAN PUSTAKA

I. LATAR BELAKANG
Prolaps uteri adalah suatu penurunan atau herniasi uterus dari posisi normal di
rongga pelvis ke dalam atau keluar vagina. Uterus berada dalam kedudukan normal
oleh otot-otot, ligamen yang membentuk pelvic floor. Secara anatomis vagina dibagi
ke dalam 3 bagian yakni anterior (dinding anterior vagina), bagian tengah (cervix)
dan bagian posterior (dinding posterior vagina). Prolaps uteri timbul pada bagian
tengah vagina. 11

II. ANGKA KEJADIAN


Frekuensi prolapsus ginitalia di beberapa negara berbeda, seperti dilaporkan di
klinik d`Gynocologie et Obstetrique Geneva insidensnya 5,7% dan pada periode yang
sama di Hamburg 5,4%, Roma 6,4%. Dilaporkan di Mesir, India, dan Jepang
kejadiannya lebih tinggi, sedangkan pada orang Negro Amerika, Indonesia lebih kecil
angka kejadian pada kasus ini. Pada suku Bantu di Afrika Selatan jarang sekali
terjadi.3
Telah banyak diketahui bahwa factor predisposisi untuk terjadinya prolapsus
genitalia terutama adalah melahirkan dan pekerjaan yang menyebabkan tekanan
intraabdominal meningkat serta kelemahan dari ligamentum-ligamentum karena
hormonal pada usia lanjut. Trauma persalinan, beratnya uterus pada trauma
persalinan, beratnya uterus pada masa involusi uterus, mungkin juga sebagai
penyebab. Pada suku Bantu involusi uterus lebih cepat terjadi dari pada orang kulit
IKA APRILISIA RAIS - 07310117 4
KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

putih dan juga pulihnya otot-otot dasar panggulnya. Hampir tak pernah ditemukan
subinvolusi uteri pada suku Bantu tersebut. 3-6
Di Indonesia prolapsus genitalis lebih sering dijumpai pada wanita yang telah
melahirkan, wanita tua yang menopause dan wanita dengan pekerjaan yang cukup
berat. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dari tahun 1995-2000 telah
dirawat 240 kasus prolapsus genitalia yang mempunyai keluahan dan memerlukan
penanganan terbanyak dari penderita pada usia 60-70 tahun dengan paritas lebih dari
tiga.1 Djafar Siddik pada penyelidikan 2 tahun (1969-1970) memperoleh 63 kasus
prolapsus genitalis dari 53.372 kasus ginekologik di rumah sakit Dr. Pirngadi di
Medan, terbanyak pada grande multipara dalam masa menopause, dan 31.74% pada
wanita petani, dari 63 kasus tersebut, 69% berumur 40 tahun.3 Amir Fauzi dan K.
Anhar dalam penelitian retrospektifnya selama lima tahun (1999-2003) di RS Dr.
Mohd. Hoesin Palembang menemukan 43 kasus prolapsus uteri dengan kasus
terbanyak didapatkan pada usia antara 45-64 tahun (65%) dan usia termuda 30
tahun (92,32%) serta pada wanita yang grandemultipara 47% dengan prolapsus uteri
grade III sebanyak 77%.7

II. ETIOLOGI
Penyebab prolapsus uteri pada dasarnya disebabkan oleh kelemahan “pelvic
floor” yang terdiri dari otot-otot, fascia endopelvik dan ligamentum-ligamentum
yang menyokong terutama ligamentum transversum.2,8,9
Sebagai faktor resiko untuk terjadinya kelemahan tersebut antara lain adalah
partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan penyulit
merupakan penyebab prolapsus uteri dan memperburuk prolapsus yang sudah ada.
Pada saat partus, terjadi peregangan pelvic floor dan merupakan penyebab prolapsus
uteri paling signifikan. Selanjutnya bersamaan dengan terjadinya proses penuaan,
oleh karena kadar estrogen menurun menyebabkan jaringan pelvis kehilangan
elastisitas dan kekuatannya. 11
Faktor-faktor lain adalah akibat tarikan pada janin pada pembukaan yang belum
lengkap, perasat Crede yang berlebihan untuk mengeluarkan plasenta dan
sebagainya. Jadi, tidaklah mengherankan jika prolapsus uteri terjadi segera sesudah
partus atau dalam masa nifas. Asites dan tumor-tumor di daerah pelvis akan

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 5


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

mempermudah terjadinya prolapsus genitalia. Bila prolapsus uteri dijumpai pada


nullipara, faktor penyebab biasanya disebabkan oleh adanya kelainan bawaan berupa
kelemahan jaringan penunjang uterus.1,2,8-10
Pada wanita yang telah menopause, di samping akibat kurangnya hormon
estrogen yang dihasilkan oleh ovarium serta karena faktor umur menyebabkan otot-
otot dasar panggul seperti diafragma pelvis, diafragma urogenital dan ligamentum
serta fasia akan mengalami atrofi dan melemah. Keadaan ini akan menyebabkan
otot-otot dan fascia tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik sebagai alat
penyokong organ sehingga menyebabkan terjadinya prolapsus genitalia.3,8, 9

Pada neonatus prolaps uteri terjadi sekunder akibat kelaemahan congenital pada
otot-otot pelvis atau defek pada persyarafan. 11

III. PATOLOGI
Prolapsus uteri terdapat dalam berbagai tingkatan, dari yang paling ringan sampai
prolapsus uteri totalis. Terutama akibat persalinan, khususnya persalinan pervaginam
yang susah dan terdapatnya kelemahan-kelemahan ligamentum-ligamentum yang
tergolong dalam fascia endopelvis dan otot-otot serta fascia-fascia dasar panggul.
Juga dalam keadaan tekanan intraabdominal yang meningkat dan kronis akan
memudahkan terjadinya penurunan uterus, terutama apabila tonus otot-otot
mengurang seperti pada penderita dalam menopause.3,8-10
Serviks uteri terletak di luar vagina, akan tergeser oleh pakaian wanita tersebut
dan lambat laun akan menimbulkan ulkus yang disebut dengan ulkus dekubitus. Jika
fascia di bagian depan dinding vagina kendor biasanya akibat trauma obstetrik maka
akan terdorong oleh kandungan kencing sehingga menyebabkan penonjolan dinding
depan vagina ke belakang yang di namakan sistokel. Sistokel yang pada mulanya
hanya ringan saja, dapat menjadi besar karena persalinan berikutnya yang kurang
lancar sehingga akan menyebabkan terjadinya uretrokel. Uretrokel harus dibedakan
dari divertikulum uretra. Pada divertikulum keadaan uretra dan kandung kencing
normal, hanya di belakang uretra ada lubang yang membuat kantong antara uretra
dan vagina. 7-10

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 6


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

Kekendoran fascia di bagian belakang dinding vagina oleh trauma obstetrik


atau sebab-sebab lain dapat menyebabkan turunnya rectum ke depan dan
menyebabkan dinding belakang vagina menonjol ke lumen vagina yang dinamakan
rektokel. Enterokel adalah hernia dari kavum Douglasi. Dinding vagina atas bagian
belakang turun dan menonjol ke depan. Kantong hernia ini dapat berisi usus dan
omentum.8-12

IV. GEJALA KLINIS


Gejala-gejala prolapsus uteri sangat berbeda dan bersifat individual.
Kadangkala penderita yang satu berbeda dengan yang lainnya dan prolapsus uteri
yang cukup berat tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan
prolapsus yang ringan saja telah mempunyai banyak keluhan. Gejala klinis muncul
bila berdiri lama atau berjalan dan berkurang pada saat berbaring.
Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai:
1. Pekanan atau perasaan berat pada pelvis
2. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genitalia eksterna
3. disfungsi seksual seperti penurunan libido dan sulit mencapai orgasme
4. Rasa sakit di panggul dan pinggang (backache). Biasanya jika penderita
berbaring, keluhan menghilang atau menjadi kurang.
5. konstipasi
6. Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita waktu berjalan dan
bekerja. Gesekan porsio uteri oleh celana akan menimbulkan lecet sampai luka
dan ulkus dekubitus pada porsio uteri
7. Leukorea karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena infeksi
serta luka pada porsio uteri

V. DIAGNOSIS
Keluhan-keluhan pada penderita dan pemeriksaan ginekologik umumnya
dengan mudah dapat menegakkan diagnosis prolapsus uteri. Friedman dan Little
(1991) menganjurkan cara pemeriksaan sebagai berikut: penderita dalam posisi
jongkok lalu disuruh mengejan dan ditentukan dengan pemeriksaan dengan jari,

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 7


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

apakah porsio uteri pada posisi normal atau porsio sampai pada introitus vagina atau
apakah serviks uteri sudah keluar dari vagina. Selanjutnya dengan penderita
berbaring dalam posisi litotomi lalu ditentukan pula panjangnya serviks uteri.
Serviks uteri yang lebih panjang dari biasanya dinamakan elongasio kolli.2,5,8-10

Gambar 1. Cara pemeriksaan prolapsus genitalia


Dikutip dari Menefee5

VI. KLASIFIKASI PROLAPSUS UTERI


Mengenai istilah dan klasifikasi prolapsus uteri terdapat perbedaan pendapat
antara para ahli ginekologi. Friedman dan Little (1961) mengemukakan beberapa
macam klasifikasi yang dikenal yaitu:5
 Prolapsus uteri tingkat I, di mana serviks uteri turun sampai introitus
vagina
 Prolapsus uteri tingkat II, di mana serviks menonjol ke luar dari introitus
vagina
 Prolapsus uteri tingkat III, seluruh uterus ke luar dari vagina, prolapsus ini
sering juga dinamakan prosidensia uteri.

Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo/FK UI pembagian prolapsus uteri


sebagai berikut:
1. Prolapsus derajat I, bila serviks uteri belum melewati introitus vagina tetapi
uterus terletak di bawah kedudukan normal,

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 8


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

2. Prolapsus uteri derajat II, bila serviks sudah melewati introitus vagina,
3. Prolapsus uteri derajat III, bila seluruh uterus sudah melewati introitus vagina.

Menurut International Continence Society (ICS) Prolaps terbagi atas lima


stadium :
 Stadium 0 : tidak ada prolaps
 Stadium 1 : sebagian besar portio distal mengalami prolaps >1 cm diatas level
hymen
 Stadium 2 : sebagian besar portio distal mengalami prolaps <1cm di proksimal
atau distal level hymen
 Stadium 3 : sebagian besar portio distal mengalami prolaps >1cm di bawah level
hymen tetapi benjolan tidak lebih dari 2cm dari panjang vagina
 Stadium 4 : prolaps komplet termasuk bagian dari vagina

Staging of International Continence Society (ICS)

VIII. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat menyertai prolapsus uteri adalah:

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 9


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

1. Keratinisasi mukosa vagina dan porsio uteri. Prosidensia uteri disertai dengan
keluarnya dinding vagina (inversio), karena itu mukosa vagina dan serviks uteri
menjadi tebal serta berkerut dan berwarna keputih-putihan.
2. Dekubitus. Jika serviks uteri terus ke luar dari vagina maka ujungnya bergeser
dengan paha pada pakaian dalam, sehingga hal ini dapat menyebabkan luka dan
radang yang lambat laun dapat menjadi ulkus yang disebut ulkus dekubitus.
Dalam keadaan demikian perlu dipikirkan kemungkinan suatu keganasan, lebih-
lebih pada penderita yang berusia lanjut. Pemeriksaan sitologi biopsi perlu
dilakuakan untuk mendapatkan kepastian akan adanya proses keganasan
tersebut.
3. Hipertrofi serviks uteri dan elongasio kolli. Jika serviks uteri turun ke dalam
vagina sedangkan jaringan penahan dan penyokong uterus masih kuat maka
akibat tarikan ke bawah di bagian uterus yang turun serta karena pembendungan
pembuluh darah, maka serviks uteri mengalami hipertrofi dan menjadi panjang
pula. Hal yang terakhir ini dinamakan elongasio kolli. Hipertrofi ditentukan
dengan pemeriksaan pandang dan perabaan. Pada elongasio kolli serviks uteri
pada perabaan lebih panjang dari biasanya.
4. Gangguan miksi dan stress inkontinensia. Pada sistokel berat, miksi kadang-
kadang terhalang sehingga kandung kencing tidak dapat dikosongkan
sepenuhnya. Turunnya uterus bisa juga menyempitkan ureter sehingga bisa
menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis. Adanya sistokel dapat pula
mengubah bentuk sudut antara kandung kencing dan uretra sehingga dapat
menyebabkan stress inkontinensia.
5. Infeksi saluran kencing. Adanya retensi air kencing akan mudah menimbulkan
infeksi. Sistitis yang terjadi dapat meluas ke atas dan dapat menyebabkan pielitis
dan pielonefritis yang akhirnya keadaanl tersebut dapat menyebabkan gagal
ginjal.
6. Kemandulan, karena serviks uteri turun sampai dekat pada introitus vagina atau
sama sekali ke luar dari vagina sehingga tidak akan mudah terjadi kehamilan.

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 10


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

7. Kesulitan pada waktu persalinan. Jika wanita dengan prolapsus uteri hamil maka
pada waktu persalinan dapat menimbulkan kesulitan dikala pembukaaan
sehingga kemajuan persalinan jadi terhalang.
8. Hemoroid. Varises yang terkumpul dalam rektokel akan memudahkan terjadinya
obstipasi sehingga lambat laun akan menimbulkan hemoroid.
9. Inkarserasi usus halus. Usus halus yang masuk ke dalam enterokel dapat terjepit
sehingga kemungkinan tidak dapat direposisi lagi. Dalam hal ini perlu dilakukan
laparotomi untuk membebaskan usus yang terjepit tersebut.

IX. PENCEGAHAN
Pemendekan waktu persalinan terutama pada saat kala pengeluaran dan kalau
perlu dilakukan tindakan (ekstraksi forceps dengan kepala sudah di dasar
panggul), membuat episiotomi, memperbaiki dan mereparasi luka atau kerusakan
jalan lahir dengan baik, memimpin persalinan dengan baik agar penderita dihindari
untuk mengejan sebelum pembukaan lengkap adalah tindakan yang benar,
menghindari paksaan dalam pengeluaran plasenta (perasat Crede), mengawasi
involusi uterus paska persalinan yang tetap baik dan cepat. 12
Pada pasien dianjurkan untuk mencegah atau mengobati hal-hal yang dapat
meningkatkan tekanan itraabdominal seperti batuk-batuk yang kronis. Menghindari
mengangkat benda-benda yang berat dan menganjurkan para wanita jangan terlalu
banyak punya anak atau terlalu sering melahirkan, pada wanita yang obesitas
kurangi berat badan, hindai konstipasi dengan diet tinggi serat.
Salah satu cara efektif yang dapat dilakukan pasien untuk mengurangi resiko
adalah melatih otot-otot pada pelvic floor (senam Kegel). Cara ini dapat membantu
memelihara tonus dan kekuatan otot.

X. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanan pada prolapsus genitalia bersifat individual, terutama pada mereka
yang telah memiliki keluhan dan komplikasi, namun secara umum penatalksanan
dengan kasus ini terdiri dari dua cara yakni konservatif dan operatif.2,3-5
1. Terapi Kuratif atau Non Operatif

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 11


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

Pengobatan cara ini tidak seberapa memuaskan tetapi cukup membantu para
penderita dengan prolapsus uteri. Cara ini biasanya diberikan pada penderita prolapsus
ringan tanpa keluhan atau pada penderita yang masih ingin mendapatkan anak lagi atau
penderita yang menolak untuk melakukan tindakan operasi atau pada kondisi yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan tindakan operasi.

Tindakan yang dapat diberikan pada penderita antara lain:


1. Latihan-latihan otot dasar panggul. Latihan ini sangat berguna pada penderita
prolapsus uteri ringan terutama yang terjadi pada penderita paska persalinan yang
belum lewat enam bulan. Tujuannya untuk menguatkan otot-otot dasar panggul
dan otot-otot yang mempengaruhi miksi. Latihan ini dilakukan selama beberapa
bulan. Caranya adalah di mana penderita disuruh menguncupkan anus dan
jaringan dasar panggul seperti biasanya setelah buang air besar atau penderita
disuruh membayangkan seolah-olah sedang mengeluarkan air kencing dan tiba-
tiba menghentikannya. Latihan ini bisa menjadi lebih efektif dengan
menggunakan perineometer menurut Kegel. Alat ini terdiri atas obturator yang
dimasukkan ke dalam vagina dan dengan suatu pipa dihubungkan dengan suatu
manometer. Dengan demikian kontraksi otot-otot dasar panggul dapat diukur
kekuatannya.
2. Physiotherapy. Dilakukan pada prolaps uteri ringan sampai berat.
3. Hormone Replacement therapy (HRT). Dilakukan pada wanita dengan prolaps
uteri pada usia menopause. Terapi ini dilakukan pada prolaps uteri ringan, terapi
dilakukan bersama-sama dengan terapi lain. HRT membantu memperkuat dinding
vagina dan otot-otot pelvis dengan cara meningkatkan kadar estrogen dan kolagen
pada tubuh.
4. Stimulasi otot-otot dengan alat listrik. Kontraksi otot-otot dasar panggul dapat
pula ditimbulkan dengan alat listrik, elektrodenya dapat dipasang di dalam
pessarium yang dimasukkan ke dalam liang vagina.
5. Pengobatan dengan pessarium. Pengoabatan dengan pessarium sebetulnya hanya
bersifat paliatif saja, yakni menahan uterus ditempatnya selama alat tersebut
digunakan. Oleh karena itu jika pessarium diangkat maka timbul prolapsus

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 12


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

kembali. Prinsip pemakaian pessarium ialah bahwa alat tersebut mengadakan


tekanan pada dinding vagina bagian atas sehingga bagian dari vagina tersebut
beserta uterus tidak dapat turun dan melewati vagina bagian bawah. Jika
pessarium terlalu kecil atau dasar panggulnya terlalu lemah maka pessarium akan
jatuh dan prolapsus uteri akan timbul kembali. Pessarium yang paling baik untuk
prolapsus genitalia ialah pessarium cicic yang terbuat dari plastik. Jika dasar
panggul terlalu lemah dapat digunakan pessarium Napier. Pessarium ini terdiri
atas suatu gagang (stem) dengan dengan ujung atas suatu mangkok (cup) dengan
beberapa lobang dan diujung bawah terdapat 4 tali. Mangkok ditempatkan di
bawah serviks dan tali-tali dihubungkan dengan sabuk pinggang untuk
memberikan sokongan pada pessarium. Sebagai pedoman untuk mencari ukuran
yang cocok maka diukur dengan jari berupa jarak antara fornik vagina dengan
pinggir atas introitus vagina, kemudian ukuran tersebut dikurangi dengan 1 cm
untuk mendapatkan diameter dari pessarium yang akan digunakan. Pessarium
diberi zat pelican dan dimasukkan miring sedikit ke dalam vagina. Setelah bagian
atas masuk ke dalam vagina maka bagian tersebut ditempatkan ke forniks vagina
posterior. Kadang-kadang pemasangan pessarium dari plastik mengalami
kesukaran, akan tetapi kesukaran ini biasanya dapat diatasi oleh penderita.
Apabila pessarium tidak dapat dimasukkan sebaiknya digunakan pessarium dari
karet dengan per di dalammnya. Pessarium ini dapat dikecilkan dengan menjepit
pinggir kanan dan kiri antara 2 jari dan dengan demikian lebih mudah dimasukkan
ke dalam vagina. Untuk mengetahui setelah dipasang apakah ukurannya cocok
maka penderita disuruh batuk atau mengejan. Jika pessarium tidak keluar lalu
penderita disuruh berjalan-jalan dan apabila ia tidak merasa nyeri maka pessarium
dapat digunakan terus.

Pessarium dapat dipakai selama beberapa tahun, asalkan penderita diawasi dan diperiksa
secara teratur. Pemeriksaan ulang sebaiknya dilakukan 2-3 bulan sekali. Vagina diperiksa
secara inspekulo untuk menentukan ada tidaknya perlukaan, pessarium lalu dibersihkan
dan disterilkan lalu kemudian dipasang kembali. Pada kehamilan, reposisi prolapsus uteri
dengan memasang pessarium berbentuk cincin dan kalau perlu ditambah tampon kassa

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 13


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

serta penderita disuruh tidur mungkin sudah dapat membantu penderita. Apabila
pessarium dibiarkan di dalam vagina tanpa pengawasan yang teratur, maka dapat
menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti ulserasi, terpendamnya sebagian dari
pessarium ke dalam dinding vagina, bahkan dapat terjadi fistula vesikovaginalis atau
fistula rektovaginalis.
Kontraindikasi terhadap pemakaian pesarium ialah adanya radang pelvis akut atau
subakut serta adanya keganasan. Sedangkan indikasi penggunaan pessarium antara lain
kehamilan, hingga penderita belum siap untuk dilakukan tindakan operasi, sebagai terapi
tes untuk menyatakan bahwa operasi harus dilakukan, penderita yang menolak untuk
dilakukan tindakan operasi dan lebih suka memilih terapi konservatif serta untuk
menghilangkan keluhan yang ada sambil menunggu suatu operasi dapat dilakukan.

Gambar 2. Tipe-tipe pessarium dan posisinya di liang vagina


Dikutip dari Thakar12
Jenis-jenis pessarium

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 14


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

Pedoman pemasangan pessarium :

 Sebagai pedoman untuk mencari ukuran yang cocok, diukur dengan jari jarak
antara forniks vagina dengan pinggir atas introitus vagina, ukuran tsb dikurangi 1
cm untuk mendapat diameter pessarium yang akan di pakai

 Pessarium di beri zat pelicin dan di masukan miring sedikit kedalam vagina.
Setelah bagian atas masuk kedalam vagina, bagian tsb di tempatkan ke forniks
vagina posterior, kadang-kadang pemasangan pessarium dari plastik mengalami
kesukaran.

 Apabila pessarium tidak dapat di masukan, sebaiknya memakai pessarium dari


karet dengan per di dalamnya

 Untuk mengetahui setelah pemasangan apakah ukuran cocok, OS di suruh batuk


atau mengejan. Jika pessarium tidak keluar, OS di suruh jalan-jalan, apabila OS
tidak merasa nyeri pessarium dapat di teruskan

 Pessarium dapat dipakai selama beberapa tahun dengan syarat OS wajib kontrol
1-2 bulan sekali. Untuk kemudian diperiksa apakah ada perlukaan atau tidak
setelah mengenakan pessarium, kemudian pessarium di bersihkan dan kemudian
di pasang kembali
IKA APRILISIA RAIS - 07310117 15
KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 16


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

2. Terapi Operatif
Prolapsus uteri biasanya disertai dengan adanya prolapsus vagina, sehingga jika
dilakukan pembedahan untuk prolapsus uteri maka prolapsus vagina perlu ditangani pula
secara bersamaan. Ada kemungkinan terdapat prolapsus vagina yang membutuhkan
pembedahan, padahal tidak ada prolapsus uteri atau prolapsus uteri yang ada belum perlu
dilakukan tindakan operasi. Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus vagina
ialah jika didapatlkan adanya keluhan pada penderita.
Seperti telah diterangkan di atas bahwa indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus
uteri tergantung dari beberapa faktor, seperti umur penderita, kemungkinannya untuk
masih mendapatkan anak lagi atau untuk mempertahankan uterus, tingkatan prolapsus
uteri dan adanya keluhan yang ditemukan pada penderita. 8

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 17


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

3. Macam-macam Operasi
a. Ventrofiksasi
Pada wanita yang masih tergolong muda dan masih ingin menginginkan anak lagi,
maka dilakukan tindakan operasi untuk membuat uterus ventrofiksasi dengan
cara memendekkan ligamentum rotundum atau mengikatkan ligamentum
rotundum ke dinding perut.
b. Operasi Manchester
Pada tindakan operasi ini biasanya dilakukan amputasi serviks uteri dan dilakukan
penjahitan ligamentum kardinale yang telah dipotong di muka serviks lalu
dilakukan pula kolporafi anterior dan kolpoperineoplastik. Amputasi serviks
dilakukan untuk memendekkan servik yang memanjang (elongasio kolli).

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 18


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

Gambar 3. Teknik opersi Manchester pada kasus prolapsus uteri dan sistokel
Dikutip dari Thompson15

Tindakan ini dapat menyebabkan infertilitas, abortus, partus prematurus dan distosia
servikalis pada saat persalinan berlangsung. Bagian yang paling penting pada tindakan
operasi ini adalah penjahitan ligamentum kardinale di depan serviks karena dengan
tindakan ini ligamentum kardinale diperpendek sehingga uterus akan terletak dalam
posisi anteversiofleksi dan turunnya uterus dapat dicegah.

Gambar 4. Teknik opersi rektokel dan enterokel menurut Manchester


c. Histerektomi pervaginam
Operasi ini tepat untuk dialakukan pada prolapsus uteri dalam tingkatan yang
lebih lanjut dan pada wanita yang telah menopause. Setelah uterus diangkat,
puncak vagina digantungkan pada ligamentum rotundum kanan dan kiri, bagian
atas pada ligamentum infundebulopelvikum, kemudian tindakan operasi

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 19


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

dilanjutkan dengan melakukan kolporafi anterior dan kolpoperineorafi untuk


mencegah terjadinya prolapsus vagina dikemudian hari.

Gambar 5. Teknik operasi histerektomi pervaginam pada prolapsus uteri secara LeFort
Dikutip dari Thompson15
d. Kolpoklesis
Pada waktu obat-obat serta pemberian anestesi dan perawatan pra dan pasca
tindakan operasi belum baik untuk perempuan tua yang seksual tidak aktif lagi
dapat dilakukan operasi sederhana dengan menjahitkan dinding vagina depan
dengan dinding bagian belakang, sehingga lumen vagina tertutup dan uterus
terletak di atas vagina. Akan tetapi tindakan operasi jenis ini tidak akan
memperbaiki sistokel atau rektokel sehingga akan dapat menimbulkan
inkotinensia urin. Obstipasi serta keluhan pada prolapsus uteri lainnya juga tidak
akan hilang pada tindakan ini.
e. Sacrohysteropexy
Prosedur ini menggunakan strip mesh sintetik untuk mempertahankan uterus pada
tempat normalnya. Hanya sedikit komplikasi yang timbul dari operasi jenis ini
tapi ada resiko penggunaan mesh yakni inflamasi.

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 20


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

f. Sacrospinous fixation
Operasi ini dengan cara menjahit uterus pada salah satu ligament tanpa
menggunakan mesh. Operasi ini dilakukan pervaginam.

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 21


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

BAB III
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.P.
Umur : 63 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Melikan Lor Bantul
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Nama Suami : Bp.T
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Melikan Lor Bantul
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal Masuk : 28 mei 2014
No RM : 15 22 61

ANAMNESA
Keluhan Utama
Mengeluh adanya benjolan yang keluar dari jalan lahir

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien P4A2 usia 63 tahun datang ke poli obgyn untuk kontrol irigasi vagina dan
cuci pessarium yang telah dipasang sejak 20 januari 2014

Riwayat Penyakit Dahulu


Sejak tahun 2013, pasien sudah merasa ada benjolan yang keluar dari jalan lahir sebesar
telur ayam. Awalnya benjolan hanya keluar ketika pasien BAB. Pasien mengaku tidak
pergi berobat lalu setahun kemudian pasien mengeluhkan benjolan bertambah besar.
Pasien juga mengeluhkan benjolan terasa nyeri saat berjalan dan bergesekan dengan
pakaian serta keluar keputihan, sehingga pasien pergi berobat.
Riwayat Penyakit Jantung, Diabetes Melitus, Hipertensi, Asma & alergi obat disangkal
pasien.

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 22


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Menopouse : 15 tahun yang lalu

Riwayat perkawinan
Menikah satu kali dengan suami sekarang ketika berusia ±20thn

Riwayat Persalinan
1. Abortus
2. ♂ / 3500 gr / PSP / klinik / bidan / 36th / sehat
3. ♀ / 3800 gr / PSP / klinik / bidan / 33 th
4. Abortus
5. ♀ / 3750 gr / PSP / klinik / bidan / 30th
6. ♀ / 3600 gr / PSP / klinik / bidan / 27th

Penyakit dan Operasi yang Pernah Dialami


Tidak pernah mendapat tindakan operasi

Riwayat Keluarga Berencana


-

A. PEMERIKSAAN FISIK
Status Pasien
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign
TD : 140/90 mmHg
HR : 83x/menit
RR : 24x/menit
T : 36,3 C

BB : 45 kg
TB : 143 cm
Gizi : baik

Kulit : turgor dan elastisitas cukup

Kepala : mesochepal
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung: tidak ada epistaksis, tidak ada sekret
Mulut : bibir tidak sianosis, tidak ada epulis
Leher : JVP tidak meningkat, deformitas tidak ada

Thorax
Inspeksi : simetris, deformitas tidak ada, tidak ada ketinggalan gerak

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 23


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

Palpasi : vokal fremitus kanan=kiri, iktus kordis tak teraba


Perkusi: sonor
Auskultasi Paru: suara dasar vesikuler, tidak ada suara tambahan
COR: suara jantung I-II murni reguler, gallop dan bising tidak ada

Abdomen
Inspeksi : datar, striae, venektasi tidak ada
Auskultasi: peristaltik normal
Palpasi: supel, hepar danlien tidak teraba
Perkusi : tympani

Genetalia: perempuan

Ekstremitas
reflek fisiologis positif, reflek patologis negatif, oedema dan varises tidak ada

Status Ginekologi
1. Pemeriksaan Luar (inspekulo)
terdapat masa keluar dari osteum vagina sebesar buah alpukat, terlihat mencucu, erosi(-),
ulkus dekubitus(-), leukoria(-)

2. Pemeriksaan Dalam (VT)


Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

DIAGNOSA
Prolaps Uteri Grade III

TERAPI
Telah dilakukan cuci & pemasangan kembali pessarium jenis cincin a/i prolaps uteri
grade III oleh dr. Taufik mahdi Sp.OG

PROGNOSIS
Dubia ad bonam

FOLLOW UP POLI
Pasien rutin datang ke poli kebidanan setiap bulan untuk kontrol irigasi vagina dan cuci
pesarium.

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 24


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

BAB IV
PEMBAHASAN

Ny.P, 63 tahun, P4A2, islam, jawa, IRT i/d Tn.T, 65 tahun, islam, jawa, wiraswasta,
datang dengan keluhan utama ada benjolan keluar dari jalan lahir, datang ke poli
kebidanan untuk kontrol irigasi vagina dan cuci pesarium. Pasien merasakan gejala
tersebut kira-kira satu tahun yang lalu. Pada awalnya benjolan sering keluar hanya ketika
pasien mengejan saat BAB dan dapat dimasukkan kembali serta tidak terasa sakit ketika
berjalan. Namun setahun kemudian (pada tahun 2014) benjolan bertambah besar. Pasien
juga mengeluhkan benjolan terasa nyeri saat berjalan dan bergesekan dengan pakaian
serta keluar keputihan. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien didiagnosis mengalami
Prolapsus Uteri derajat III, kemudian dilakukan pemasangan pesarium.
Pada pasien ini, kemungkinan yang menyebabkan terjadinya prolaps uteri ialah
riwayat obstetri multipara, karena pasien pernah melahirkan sebanyak 4 kali dengan berat
badan anak-anaknya yang lumayan besar . Pada persalinan yang terjadi berkali-kali akan

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 25


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

membuat ligamen-ligamen penggantung uteri tidak sekencang saat pasien belum


melahirkan sebanyak ini. Kemungkinan penyebab dari prolapsus lainnya adalah pasien
sudah menopause, dimana pada menopause terjadi penurunan produksi hormon esrogen
yang menyebabkan berkurangnya elastisitas dari ligamentum-ligamentum dan otot-otot
panggul mengalami atrofi sehingga menyebabkan melemahnya sokongan pada rahim.
Pengobatan yang dilakukan pada pasien ini adalah pemasangan pessarium. Selain
pemasangan pesarium, pengobatan prolaps uteri juga dapat dilakukan dengan tindakan
operatif. Tindakan operatif histerektomi merupakan pengobatan paling baik dalam
mengobati prolaps uteri karena dapat menghilangkan kausa dari penyakit tersebut.
Setelah dilakukan histerektomi tidak ada terjadi prolaps uteri lagi.
Tindakan yang dilakukan pada pasien ini ialah pemasangan pessarium karena
pasien menolak untuk dioperasi. Pessarium di pasang sampai pasien menyatakan
ketersediaannya untuk operasi. Sebenarnya pemasangan pessarium hanyalah merupakan
pengobatan paliatif saja yaitu hanya mengurangi gejalanya, yang jika pessarium dilepas
maka akan kembali terjadi prolaps.
BAB V
KESIMPULAN

Prolapsus uteri adalah turunnya uterus dari tempat yang biasa oleh karena
kelemahan otot atau fascia yang dalam keadaan normal menyokongnya. Atau turunnya
uterus melalui dasar panggul atau hiatus genitalis.
. Penyebab prolapsus uteri seperti akibat persalinan, khususnya persalinan
pervaginam yang susah, dan terdapatnya kelemahan-kelemahan ligamen-ligamen yang
tergolong dalam fasia endopelvic, dan otot-otot serta fasia-fasia dasar panggul. Juga
dalam keadaan tekanan intra abdominal yang meningkat dan kronik akan memudahkan
penurunan uterus,terutama apabila tonus otot-otot mengurang seperti pada penderita
dalam menopause.
Pengobatan prolapsus uteri dibagi menjadi terapi operatif dan nonoperatif. Terapi
operatif dengan cara ventrofiksasi, hysterektomi vagina, Manchester – Fothergill,
Kolpocleisis, dan operasi transposisi dari Watkins. Sedangkan terapi non operatif dengan
cara Latihan-latihan otot dasar panggul, stimulasi otot-otot dengan alat-alat listrik, dan
pengobatan dengan Pessarium.

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 26


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

Keadaan ini dapat menyebabkan komplikasi seperti keratinisasi mukosa vagina dan
portio uteri, dekubitus, hipertrofi serviks uteri dan elongasio kolli, gangguan miksi dan
stress incontinensi, infeksi saluran kemih, kemandulan,dan kesulitan pada waktu partus.

DAFTAR PUSTAKA

Sarwono Prawirohardjo dan Wiknjosastro .2002. ilmu kandungan.FK UI, Jakarta.

Junizaf. Prolapsus alat genitalia. Dalam: Buku ajar: Uroginekologi. Jakarta Subbagian
uroginokologi rekonstruksi Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSUPN-CM, 2002;
70-76

Rivlin ME. Prolapse. In: Rivlin ME, Martin RW. Eds. Manual of clinical problems in
obstetrics and gynecology. 5th ed. Brubaker L, Bump R, Jacquetin B, Schuessler B, et all.
Pelvic Organ Prolaps. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2000:241-44

Pribakti B. Prolaps urogenital pasca menopause. Medika 2004;2:126-28

Coates KW, Shull BC. Standarization of the description of pelvic organ prolapse. In:
Bent AE, Ostergard DR, Cundiff GW. et al, eds. Ostergard’s urogynecology and pelvic
floor dysfunction. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2003:97-01

Meneffe SA, Wall LL. Incontinence, Prolapse and disorders of the pelvic floor. In: Berek
JS, ed. Novak’s Gynecology.13th ed. Lippincott Williams & Wilkins, 1996;645-93

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 27


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT
Lapkas Ginekologi : PROLAPSUS UTERI

Fauzi A, Anhar K. Kasus prolapsus uteri di Rumah Sakit dr. Mohammad Hoesin
Palembang selama lima tahun (199-2003). Naskah lengkap PIT XIV POGI di Bandung.
Bagian/Departemen Obgin FK Unsri/RSMH. Palembang,2004:1-19

Jackson S, Smith P. Forthnightly review: diagnosis and managing genitourinary


prolapse. BMJ 1997;314:875-88

Farre SA. Nonsurgical Surgical mangement of pelvic organ prolapse. In: Bent AE,
Ostergard DR, Cundiff GW, et al, eds. Ostergard’s urogynecology and pelvic floor
dysfunction. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Wiilliams & Wilkins, 2003:393-08

Thomson JD. Surgical techniques for pelvic organ prolapse. In: Bent AE, Ostergard DR,
Cundiff GW, et al, eds. Ostergard’s urogynecology and pelvic floor dysfunction. 5th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins,2003:409-32

VanRooyen JB, Cundiff GW. Surgical mangement of pelvic organ prolapse. In: Bent AE,
Ostergard DR, Cundiff GW, et al, eds. Ostergard’s urogynecology and pelvic floor
dysfunction. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Wiilliams & Wilkins, 2003:409-32

Thomas Mailhot, MD. Uterine prolaps.


http://www.emedicine.com/emerg/topic629.htm. 2006

IKA APRILISIA RAIS - 07310117 28


KKS FK Univ. Malahayati B. Lampung – RS Haji Medan Prov. SUMUT

You might also like