You are on page 1of 32

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

KERACUNAN

OLEH :

KELOMPOK 3

KELAS IV A KEPERAWATAN

1. FAULINA

2. ELEN TRIANANDA

3. GLADYS P

4. WENY WIDYANSARI

5. SUCIAWATI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKes WIDYA NUSANTARA PALU

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Swt atas segala rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas berjudul “ASUHAN

KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN KERACUNAN “ dengan baik

dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penyusunan tugas ini adalah untuk

memenuhi tugas mata kuliah Sistem Kegawatdaruratan.

Dengan segala kerendahan hati Penulis selaku penyusun tugas ini

menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis

senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

pembaca demi kesempurnaan tugas yang serupa dimasa yang akan datang.

Demikian, Semoga segala yang tertulis di dalam tugas ini bermanfaat,

selebihnya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Palu, September 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

KATA PENGANTAR ......................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Tujuan ....................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Medis

1. Pengertian ............................................................................ 3

2. Penyebab dan jenis keracunan ............................................. 4

3. Patofisiologi ...................................................................... 16

4. Manifestasi klinis ............................................................. 17

5. Penatalaksanaan ................................................................. 18

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian ......................................................................... 20

2. Diagnosa Keperawatan ..................................................... 23

3. Intervensi ........................................................................... 24

iii
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ....................................................................... 27

B. SARAN ................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA

iv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun

haruslah dipersiapkan dengan sebaik-baikanya. Pertolongan yang keliru

atau secara berlebihan justru mendatangkan bahaya baru. Identifikasi

racun merupakan usaha untuk mengetahui bahan, zat, atau obat yang

diduga sebagai penyebab terjadi keracunan, sehingga tindakan

penganggulangannya dapat dilakukan dengan tepat, cepat dan akurat.

Dalam menghadapi peristiwa keracunan, kita berhadapan dengan keadaan

darurat yang dapat terjadi dimana dan kapan saja serta memerlukan

kecepatan untuk bertindak dengan segera dan juga mengamati efek dan

gejala keracunan yang timbul.

Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh

dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis

dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian.

Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada

kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat

menyebabkan keracunan.

Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa

tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang

sering terjadi di daerah tropis dan subtropis. Bisa gigitan ular adalah
2

kedaruratan medis, 95% gigitan ular terjadi pada anggota badan

sehingga tindakan pertolongan pertama dapat mudah dilakukan.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep kegawatdaruratan pada pasien keracunan

2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien keracunan


3

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Medis

1. Pengertian

Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel

pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif

kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.

Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik

kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang

mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar

7% dari semua pengunjung departemen kedaruratan datang karena

masalah toksik.

Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan

oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan

lain-lain. Keracunan dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan

tidak disengaja, tindakan yang disengaja seperti usaha bunuh diri

atau dengan maksud tertentu yang merupakan tindakan kriminal.

Keracunan yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh faktor

lingkungan, baik lingkungan rumah tangga maupun lingkungan kerja.


4

2. Penyebab dan jenis keracunan

Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang

mengandung bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun.

Penyebab-penyebab tersebut antara lain:

a. Makanan

Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai

untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme.

Proses pembusukan merupakan proses awal dari akibat aktivitas

mikroorganisme yang mempengaruhi langsung kepada nilai bahan

makanan tersebut untuk kepentingan manusia. Selain itu,

keracunan bahan makanan dapat juga disebabkan oleh bahan

makanannya sendiri yang beracun, terkontaminasi oleh protozoa,

parasit, bakteri yang patogen dan juga bahan kimia yang bersifat

racun.

Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering

mengakibatkan keracunan, antara lain:

1) Keracunan botolinum

Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara

anaerobik, yaitu di tempat-tempat yang tidak ada udaranya.

Kuman ini mampu melindungi dirinya dari suhu yang agak

tinggi dengan jalan membentuk spora. Karena cara hidupnya


5

yang demikian itu, kuman ini banyak dijumpai pada makanan

kaleng yang diolah secara kurang sempurna.

Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-36

jam sesudah memakan makanan yang tercemar. Gejala itu

berupa lemah badan yang kemudian disusul dengan

penglihatan yang kabur dan ganda. Kelumpuhan saraf mata

itu diikuti oleh kelumpuhan saraf-saraf otak lainnya, sehingga

penderita mengalami kesulitan berbicara dan susah menelan.

Pengobatan hanya dapat diberikan di rumah sakit dengan

penyuntikan serum antitoksin yang khas untuk botulinum.

Oleh karena itu dalam hal ini yang penting ialah pencegahan.

Pencegahan: sebelum dihidangkan, makanan kaleng dibuka

dan kemudian direbus bersama kalengnya di dalam air sampai

mendidih.

2) Keracunan jamur

Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam

sesudah makan jamur yang beracun (Amanita spp). Gejala

tersebut berupa sakit perut yang hebat, muntah, mencret,

haus, berkeringat banyak, kekacauan mental, pingsan.


6

Tindakan pertolongan: apabila tidak ada muntah-muntah,

penderita dirangsang agar muntah. Kemudian lambungnya

dibilas dengan larutan encer kalium permanganat (1 gram

dalam 2 liter air), atau dengan putih telur campur susu. Bila

perlu, berikan napas buatan dan kirim penderita ke rumah

sakit.

3) Keracunan jengkol

Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam

jengkol dalam saluran kencing. Ada beberapa hal yang diduga

mempengaruhi timbulnya keracunan, yaitu: jumlah yang

dimakan, cara penghidangan dan makanan penyerta lainnya.

Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang disertai dengan

sakit perut, nyeri sewaktu kencing, dan kristal-kristal asam

jengkol yang berwarna putih nampak keluar bersama air

kencing, kadang-kadang disertai darah.

Tindakan pertolongan: pada keracunan yang ringan, penderita

diberi minum air soda sebanyak-banyaknya. Obat-obat

penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk mengurangi

sakitnya. Pada keracunan yang lebih berat, penderita harus

dirawat di rumah sakit.


7

4) Keracunan ikan laut

Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan keracunan.

Diduga racun tersebut terbawa dari ganggang yang dimakan

oleh ikan itu. Gejala-gejala keracunan berbagai binatang laut

tersebut muncul kira-kira 20 menit sesudah memakannya.

Gejala itu berupa: mual, muntah, kesemutan di sekitar mulut,

lemah badan dan susah bernafas.

Tindakan pertolongan: usahakan agar dimuntahkan kembali

makanan yang sudah tertelan itu. Kalau mungkin lakukan

pula pembilasan lambung dan pernafasan buatan. Obat yang

khas untuk keracunan binatang-binatang laut itu tidak ada.

5) Keracunan singkong

Racun singkong ialah senyawa asam biru (cyanida). Singkong

beracun biasanya ditanam hanya untuk pembatas kebun, dan

binatang pun tidak mau memakan daunnya. Racun asam biru

tersebut bekerja sangat cepat. Dalam beberapa menit setelah

termakan racun singkong, gejala-gejala mulai timbul. Dalam

dosis besar, racun itu cepat mematikan.

b. Minyak tanah

Penyebabnya karena meminum minyak tanah. Insiden Intoksikasi

minyak tanah, terutama pada anak usia <6 tahun dan umumnya

terjadi karena kelalaian orang tua.


8

1) Tanda dan gejala

Tanda dan gejala klinis utamanya berhubungan dengan saluran

napas, pencernaan, dan CNS. Awalnya penderita akan segera

batuk, tersedak, dan mungkin muntah, meskipun jumlah yang

tertelan hanya sedikit. Sianosis, distress pernapasan, panas

badan, dan batuk persisten dapat terjadi kemudian. Pada anak

yang lebih besar mungkin mengeluh rasa panas pada lambung

dan muntah secara spontan. Gejala CNS termasuk lethargi,

koma, dan konvulsi. Pada kasus yang gawat, pembesaran

jantung, atrial fibrilasi, dan fatal ventrikular fibrilasi dapat

terjadi. Kerusakan ginjal dan sumsum tulang juga pernah

dilaporkan. Gejala lain seperti bronchopneumonia, efusi

pleura, pneumatocele, pneumomediastinum, pneumothorax, dan

subcutaneus emphysema. Tanda lain seperti rash pada kulit

dan dermatitis bila terjadi paparan pada kulit. Sedangkan pada

mata akan terjadi tanda-tanda iritasi pada mata hingga

kerusakan permanen mata.

2) Komplikasi

Efek toksis terpenting dari minyak tanah adalah pneumonitis

aspirasi. Studi pada binatang menunjukkan toksisitas pada

paru > 140 x dibanding pada saluran pencernaan. Aspirasi

umumnya terjadi akibat penderita batuk atau muntah.


9

Akibat viskositas yang rendah dan tekanan permukaan, aspirat

dapat segera menyebar secara luas pada paru. Penyebaran

melalui penetrasi pada membran mukosa, merusak epithel

jalan napas, septa alveoli, dan menurunkan jumlah surfactan

sehingga memicu terjadinya perdarahan, edema paru, ataupun

kolaps pada paru. Jumlah < 1 ml dari aspirasi pada paru

dapat menyebabkan kerusakan yang bermakna.

Kematian dapat terjadi karena aspirasi sebanyak + 2,5 ml

pada paru (pada lambung + 350 ml). Selain itu, jumlah 1

ml/kg BB minyak tanah dapat menyebabkan depresi CNS

ringan - sedang, karditis, kerusakan hepar, kelenjar adrenal,

ginjal, dan abnormalitas eritrosit. Namun efek sistemik

tersebut jarang karena tidak diabsorbsi dalam jumlah banyak

pada saluran pencernaan. Minyak tanah juga diekskresikan

lewat urine.

3) Penatalaksanaan

a) Monitor sistem respirasi

b) Inhalasi oksigen

c) Nebulisasi dengan Salbutamol : bila mulai timbul

gangguan napas

d) Antibiotika : bila telah timbul infeksi, tidak dianjurkan

sebagai profilaksis
10

e) Hidrokortison : dulu direkomendasikan, sekarang jarang

dilakukan

f) Kumbah lambung dan charcoal aktif (arang): beberapa

literatur menolak penatalaksanaan dengan kumbah

lambung, dengan alasan dapat menyebabkan aspirasi dan

kerusakan paru. Sedangkan literatur lain

memperbolehkannya, utamanya bila jumlah yang ditelan

cukup banyak, karena dikhawatirkan terjadi penguapan dari

lambung ke paru.

g) Antasida: untuk mencegah iritasi mukosa lambung

h) Pemberian susu atau bahan dilusi lain

i) Bila terjadi gagal napas, dapat dilakukan ventilasi mekanik

(Positive End Expiratory Pressure / PEEP).

c. Baygon

Baygon adalah insektisida kelas karbamat, yaitu insektisida yang

berada dalam golongan propuxur. Penanganan keracunan Baygon

dan golongan propuxur lainnya adalah sama. Contoh golongan

karbamat lain adalah carbaryl (sevin), pirimicarb (rapid, aphox),

timethacarb (landrin) dan lainnya.


11

Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare, inkontinensia

urin, miosis, fasikulasi otot, cemas dan kejang. Miosis, salvias,

lakrimasi, bronkospasme, keram otot perut, muntah,

hiperperistaltik dan letargi biasanya terlihat sejak awal. Kematian

biasanya karena depresi pernafasan.

1) General Management

a) Airways: jaga jalan nafas, bersihkan dari bronchial sekresi.

b) Breathing: beri oksigen 100% , bila tidak adekuat lakukan

intubasi

c) Circulation: pasang IV line, pantau vital sign.

2) Spesifik terapi

a) Bilas lambung ( 100-200 ml ), diikuti pemberian karbon

aktif. Direkomendasikan pada kasus yang mengancam.

b) Karbon aktif . Dosis ≥ 12 tahun : 25 – 100 gr dalam

300-800 ml.

3) Pharmacologik terapi

Atropine: ≥ 12 tahun: 2-4 mg IV setiap 5-10 menit sampai

atropinisasi. Dosis pemeliharaan 0,5 mg/30 menit atau 1 jam

atau 2 jam atau 4 jam sesuai kebutuhan. Dosis maksimal 50

mg/24 jam. Pertahankan selama 24-48 jam.

Supportif : diazepam 5-10 mg IV bila kejang dan furosemide

40-160 mg bila ronki basah basal muncul.


12

d. Bahan kimia

Keracunan bahan kimia biasanya melibatkan bahan-bahan kimia

biasa seperti bahan kimia rumah, produk pertanian, produk

tumbuhan atau produk industri. Beberapa jenis bahan kimia yang

harus diperhatikan karena berbahaya adalah:

Bahan Penjelasan Potensi Bahaya Kesehatan

Kimia

AgNO3 Senyawa ini beracun dan Dapat menyebabkan luka

korosif. Simpanlah dalam botol bakar dan kulit melepuh.

berwarna dan ruang yang gelap Gas/uapnya juga

serta jauhkan dari bahan-bahan menyebabkan hal yang sama.

yang mudah terbakar.

HCl Senyawa ini beracun dan Dapat menyebabkan luka

bersifat korosif terutama dengan bakar dan kulit melepuh.

kepekatan tinggi. Gas/uapnya juga

menyebabkan hal yang sama.

H2S Senyawa ini mudah terbakar Menghirup bahan ini dapat

dan beracun menyebabkan pingsan,

gangguan pernafasan, bahkan

kematian.

H2SO4 Senyawa ini sangat korosif, Jangan menghirup uap asam


13

higroskopis, bersifat membakar sulfat pekat karena dapat

bahan organik dan dapat menyebabkan kerusakan

merusak jaringan tubuh paru-paru, kontak dengan

Gunakan ruang asam untuk kulit menyebabkan dermatitis,

proses pengenceran dan sedangkan kontak dengan

hidupkan kipas penghisapnya. mata menyebabkan kebutaan.

NaOH Senyawa ini bersifat higroskopis Dapat merusak jaringan

dan menyerap gas CO2. tubuh.

NH3 Senyawa ini mempunyai bau Menghirup senyawa ini pada

yang khas. konsentrasi tinggi dapat

menyebabkan pembengkakan

saluran pernafasan dan sesak

nafas. Terkena amonia pada

konsentrasi 0.5% (v/v)

selama 30 menit dapat

menyebabkan kebutaan.

HCN Senyawa ini sangat beracun. Hindarkan kontak dengan

kulit. Jangan menghirup gas

ini karena dapat

menyebabkan pingsan dan

kematian.
14

HF Gas/uap maupun larutannya Dapat menyebabkan iritasi

sangat beracun. kulit, mata, dan saluran

pernafasan.

HNO3 Senyawa ini bersifat korosif. Dapat menyebabkan luka

bakar, menghirup uapnya

dapat menyebabkan kematian.

Berikut adalah beberapa alternatif obat yang dapat anda gunakan

untuk pertolongan pertama terhadap korban keracunan bahan

kimia:

Jenis Peracun Pertolongan Pertama

Asam-asam korosif seperti asam sulfat Bila tertelan berilah bubur

(H2SO4), fluoroboric acid, hydrobromic aluminium hidroksida atau milk of

acid 62%, hydrochloric acid 32%, magnesia diikuti dengan susu atau

hydrochloric acid fuming 37%, sulfur putih telur yang dikocok dengan

dioksida, dan lain-lain. Bila tertelan air.

berilah bubur aluminium hidroksida Jangan diberi dengan karbonat

atau milk of magnesia diikuti dengan atau soda kue.

susu atau putih telur yang dikocok

dengan air.

Alkali (basa) seperti amonia (NH3), Bila tertelan berilah asam asetat
15

amonium hidroksida (NH4OH), Kalium encer (1%), cuka (1:4), asam

hidroksida (KOH), Kalsium oksida sitrat (1%), atau air jeruk.

(CaO), soda abu, dan lain-lain. Lanjutkan dengan memberi susu

atau putih telur.

Kation Logam seperti Pb, Hg, Cd, Bi, Berikan antidote umum, susu,

Sn, dan lain-lain minum air kelapa, norit, suntikan

BAL, atau putih telur.

Pestisida Minum air kelapa, susu, vegeta,

norit, suntikan PAM

Garam Arsen Bila tertelan usahakan pemuntahan

dan berikan milk of magnesia.

e. Obat-obatan

Keracunan obat adalah suatu efek obat yang timbul pada pasien karena

beberapa faktor seperti miss use (salah penggunaan), miss dose (salah

dosis), salah pemberian obat, dan lain – lain yang sifatnya tidak di

sengaja atau disengaja. Sedangkan alergi obat adalah suatu reaksi yang

ditimbulkan olah tubuh akibat pemberian senyawa asing.

Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara

pemberian, apakah melalui kulit, mata, paru, lambung atau suntikan,

karena hal ini mungkin mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan
16

distribusi suatu bahan toksik, tetapi juga jenis dan kecepatan

metabolismenya. Pertimbangan lain meliputi perbedaan respons

jaringan.

Kulit muka merah, banyak keringat, tinnitus, tuli, takikardi, dan

hiperventilasi sangat mengarah pada keracunan salisilat akut (Aspirin).

Hilangnya kesadaran dengan pupil berdilatasi lebar, distensi vesika

urinaria, bising usus negatif, aritmia jantung dan gejala-gejala traktus

piramidalis sering merupakan akibat dosis berlebih obat antidepresan

trisiklik.

3. Patofisiologi

Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor

bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat

mempengaruhi vaskuler sistemik sehingga terjadi penurunan fungsi organ

– organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual,

muntah, diare, perut kembung, gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi

darah dan kerusakan hati ( sebagai akibat keracunan obat da bahan kimia

). Terjadi mual, muntah di karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL

dalam lambung meningkat . Makanan yang mengandung bahan kimia

beracun (IFO) dapat menghambat ( inktivasi ) enzim asrtikolinesterase

tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk

menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh – KhE yang


17

bersifat inakttif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan IFO-

KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di

tempat – tempat tertentu, sehingga timbul gejala – gejala rangsangan Akh

yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan

ssp ( menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP ).

4. Manifestasi klinis

Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara

pemberian, apakah melalui kulit, mata, paru, lambung, atau suntikan,

karena hal ini mungkin mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi

dan distribusi suatu bahan toksik, tetapi juga jenis dan kecepatan

metabolismenya. Pertimbangan lain meliputi perbedaan respons

jaringan. Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas

seperti adanya bau gas batu bara (saat ini jarang), pupil sangat kecil

(pinpoint), muntah, depresi, dan hilangnya pernafasan pada keracunan

akut morfin dan alkaloidnya. Pupil pinpoint merupakan satu-satunya

tanda, karena biasanya pupil berdilatasi pada pasien keracunan akut.

Kecuali pada pasien yang sangat rendah tingkat kesadaranya,

pupilnya mungkin menyempit tetapi tidak sampai berukuran pinpoint.

Kulit muka merah, banyak berkeringat, tinitus, tuli, takikardi, dan

hiperventilasi sangat mengarah pada keracunan salisilat akut (aspirin).


18

5. Penatalaksanaan

Tujuan tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-

inaktifkan racun sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan

pendukung, untuk memelihara sistem organ vital, menggunakan

antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan

tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.

Penatalaksanaan umum kedaruratan keracunan antara lain:

a. Dapatkan kontrol jalan panas, ventilasi, dan oksigenisasi. Pada

keadaan tidak ada kerusakan serebral atau ginjal, prognosis

pasien bergantung pada keberhasilan penatalaksanaan pernapasan

dan sistem sirkulasi.

b. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah,

kapan waktu tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat

kesehatan yang tepat.

c. Tangani syok yang tepat.

d. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.

e. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin

untuk menurunkan efek toksin.

f. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu

sistem saraf pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena

oksigen tidak adekuat.


19

g. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung

penghilangan zat yang ditelan, yaitu:

1) Diuresis untuk agen yang dikeluarkan lewat jalur ginjal

2) Dialisis Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit

ekstrakorporeal dan cartridge containing an adsorbent [karbon

atau resin], dimana setelah detoksifikasi darah dikembalikan

ke pasien.

h. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.

i. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.

j. Menurunkan peningkatan suhu.

k. Berikan analgesik yang sesuai untuk nyeri.

l. Bantu mendapatkan spesimen darah, urine, isi lambung dan

muntah.

m. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.

n. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung

dan kejang.

o. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukkan

tanda dan gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan

ulang.
20

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas

dan sirkulasi yang mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa, keadaan

status jantung, status kesadaran.

Riwayat kesadaran: riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan,

berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai

pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan

terjadinya.

Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih

dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah

yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei

sekunder. Tahapan kegiatan meliputi :

a. Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas

disertai control servikal

b. Breathing, mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan

agar oksigenasi adekuat

c. Circulation, mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan

d. Disability, mengecek status neurologis

e. Exposure, enviromental control, buka baju penderita, tapi cegah

hipotermia.
21

Survei primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang

mengancam nyawa pasien. Survei primer dilakukan secara sekuensial

sesuai dengan prioritas. Tetapi dalam prakteknya dilakukan secara

bersamaan dalam tempo waktu yang singkat (kurang dari 10 detik).

Apabila teridentifikasi henti nafas dan henti jantung maka resusitasi harus

segera dilakukan.

Apabila menemukan pasien dalam keadaan tidak sadar maka pertama kali

amankan lingkungan pasien atau bila memungkinkan pindahkan pasien ke

tempat yang aman. Selanjutnya posisikan pasien ke dalam posisi netral

(terlentang) untuk memudahkan pertolongan.

Penilaian airway dan breathing dapat dilakukan dengan satu gerakan

dalam waktu yang singkat dengan metode LLF (look, listen dan feel).

a. AIRWAY

Jalan nafas adalah yang pertama kali harus dinilai untuk mengkaji

kelancaran nafas. Keberhasilan jalan nafas merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi proses ventilasi (pertukaran gas antara

atmosfer dengan paru-paru. Jalan nafas seringkali mengalami

obstruksi akibat benda asing, serpihan tulang akibat fraktur pada

wajah, akumulasi sekret dan jatuhnya lidah ke belakang.

Selama memeriksa jalan nafas harus melakukan kontrol servikal,

barangkali terjadi trauma pada leher. Oleh karena itu langkah awal
22

untuk membebaskan jalan nafas adalah dengan melakukan manuver

head tilt dan chin lift.

Data yang berhubungan dengan status jalan nafas adalah :

1) Sianosis (mencerminkan hipoksemia)

2) Retraksi interkota (menandakan peningkatan upaya nafas)

3) Pernafasan cuping hidung

4) Bunyi nafas abnormal (menandakan ada sumbatan jalan nafas)

5) Tidak adanya hembusan udara (menandakan obstuksi total jalan

nafas atau henti nafas)

b. BREATHING

Kebersihan jalan nafas tidak menjamin bahwa pasien dapat bernafas

secara adekwat. Inspirasi dan eksprasi penting untuk terjadinya

pertukaran gas, terutama masuknya oksigen yang diperlukan untuk

metabolisme tubuh. Inspirasi dan ekspirasi merupakan tahap ventilasi

pada proses respirasi. Fungsi ventilasi mencerminkan fungsi paru,

dinding dada dan diafragma. Pengkajian pernafasan dilakukan dengan

mengidentifikasi :

1) Pergerakan dada

2) Adanya bunyi nafas

3) Adanya hembusan/aliran udara


23

c. CIRCULATION

Sirkulasi yang adekuat menjamin distribusi oksigen ke jaringan dan

pembuangan karbondioksida sebagai sisa metabolisme. Sirkulasi

tergantung dari fungsi sistem kardiovaskuler. Status hemodinamik

dapat dilihat dari :

1) Tingkat kesadaran

2) Nadi

3) Warna kulit

Pemeriksaan nadi dilakukan pada arteri besar seperti pada arteri

karotis dan arteri femoral.

2. Diagnosa keperawatan

a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ansietas

b. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan gangguan

metabolisme

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

aktif
24

3. Intervensi keperawatan

DIAGNOSA NOC / KRITERIA HASIL NIC / INTERVENSI KEPERAWATAN

KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola Tujuan: 1. Observasi tanda-tanda vital.

nafas berhubungan Pola napas efektif. 2. Berikan O2 sesuai anjuran dokter

dengan distress Kriteria hasil: 3. Jika pernafasan depresi ,berikan

pernafasan  Napas sesuai dengan irama oksigen(ventilator) dan lakukan suction

ventilator. 4. Berikan kenyamanan dan istirahat pada

 Volume napas adekuat. pasien dengan memberikan asuhan

 Alarm tidak berbunyi. keperawatan individual

2. Gangguan ventilasi Menunjukkan tanda vital, yang 1. pantau adanya kegagalan pernapasan yang

spontan berhubungan dibuktikan oleh indikator berikut: akan terjadi

dengan gangguan 2. Pantau adanya penurunan volume


1. Penyimpangan ekstrem
metabolisme ekshalasi dn peningkatan tekanan inspirasi
2. Sedang
25

3. Rendah pada pasien

4. Tidak ada penyimpangan dari 3. Pentau keefektifan ventilasi mekanik pada

rentang normal kondisi fisiologis dan psikologis pasien

4. Catat lokasi trakea

5. Auskultasi suara napas, catat area

penurunan atau ketiadaan ventilasi, dan

adanya suara napas tambahan

6. Tentukan kebutuhan pengisapan dengan

mengauskultasi suara ronki basah halus

dan ronki basah kasar di jalan napas besar

7. Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas,

dan tersengal-sengal

8. Pantau adanya krepitasi, jika perlu

3. Kekurangan volume Kreteria hasil : 1. Identifikasi kemungkinan penyebab


26

cairan berhubungan 1. Turgor kulit elastic ( skala 5 ) ketidakseimbangan elektrolit.

dengan kehilangan 2. Intake dan output cairan 2. Monitor adanya kehilangan cairan dan

cairan aktif seimbang ( skala 5 ) elektrolit.

3. Membrane mucus lembab ( 3. Monitor adanya mual,muntah.

skala 5 ) 4. Monitor status hidrasi ( membran mukus,

4. Vital signs klien dalam rentang tekanan ortostatik, keadekuatan denyut

normal (BP : 120/80 mmHg, nadi ).

RR : 15-20 x/menit, HR : 60- 5. Monitor keakuratan intake dan output

100 x/menit, suhu klien 36,5- cairan.

37,5
27

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kelebihan dosis terjadi apabila tubuh mengabsorbsi obat lebih dari ambang batas

kemampuannya (lethal doses). Biasanya, hal ini terjadi akibat adanya proses

toleransi tubuh terhadap obat yang terjadi terus menerus, baik yang digunakan

oleh para pemula maupun para pemakai yang kronis.Penyebab terbanyak

keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat penurunan tingkat

kesadaran dan depresi pernapasan.

B. Saran

Saran untuk askep ini yaitu kekurangan referensi karena keterbatasan buku dan

jurnal.
28

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/238210589/Askep-Overdosis-Jadi

http://www.artikelkeperawatan.info/artikel/asuhan-keperawatan-gawat-

darurat-pada-kondisi-pasien-overdosis-obat.html

http://health.detik.com/read/2012/10/04/130910/2054473/1407/pertolongan-

pertama-pada-overdosis-penyalahgunaan-obat

You might also like