Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Menurut penelitian yang dilakukan WHO tentang pola formasi keluarga dan kesehatan
ditemukan kejadian prolapsus uteri lebih tinggi pada wanita yang mempunyai anak lebih dari tujuh
daripada wanita yang mempunyai satu atau dua anak. Prolapsus uteri lebih berpengaruh pada
perempuan di negara-negara berkembang yang perkawinan dan kelahiran anaknya dimulai pada usia
muda dan saat fertilitasnya masih tinggi. Peneliti WHO menemukan bahwa laporan kasus prolapsus
uteri jumlahnya jauh lebih rendah daripada kasus-kasus yang dapat dideteksi dalam pemeriksaan
medik.2 Penentuan letak uterus normal dan kelainan dalam letak alat genital bertambah penting
artinya karena diagnosis yang tepat perlu sekali guna penatalaksanaan yang baik sehingga tidak
timbul kembali penyulit pasca operasi di kemudian hari.3
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Losif dan Bekazzy (1984) ditemukan hampir 50%
wanita terutama wanita pasca menopause yang mengalami prolapsus genitalia mempunyai masalah
urogenital akibat keadaan tersebut, akan tetapi prevalensinya secara pasti sangat sulit di tentukan
dengan tepat. Hal ini disebabkan banyak wanita tersebut tidak mau atau merasa malu, takut atau
enggan untuk membicarakannya, bahkan tabu. Oleh karena itu, pengetahuan dan pemahaman tentang
prolapsus urogenital cukup penting sehingga setiap wanita yang mengalaminya dapat hidup dengan
layak tanpa memberikan beban yang berat pada keluarga maupun pada masyarakat apabila
ditatalaksanai dengan tepat dan benar sejak dini.
1
Bab II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Prolapsus uteri adalah turunnya uterus dari tempat yang biasa oleh karena kelemahan otot
atau fascia yang dalam keadaan normal menyokongnya. Atau turunnya uterus melalui dasar
panggul atau hiatus genitalis. Atau Penurunan atau herniasi uterus dari posisi normal di rongga
pelvis kedalam atau keluar vagina.4
2.2 Frekuensi
Prolaspsus uteri lebih sering dijumpai pada wanita yang telah melahirkan, wanita tua dan
wanita dengan pekerjaan yang berat. Djafar Siddik pada penyelidikan selama 2 tahun (1969-
1971) memperoleh 63 kasus prolaps dari 5.372 kasus ginekologi di RS Dr. Pirngadi, Medan.
Terbanyak pada grande multipara dalam masa menopause. Dari 63 kasus tersebut, 69 %
berumur 40 tahun. Walaupun jarang sekali prolapsus uteri juga ditemukan pada seorang
nullipara.
2
Kehamilan pada prolapsus total sangat jarang terjadi, mengingat proses koitusnya sukar
berhasil, namun kehamilan pada uterus yang mengalami prolapsus parsial lebih sering
ditemukan.
2.3 Etiologi
3
Proses melahirkan
1. Persalinan lama dan sulit
2. Partus yang berulang dan terjadi terlampau sering
3. Meneran sebelum pembukaan lengkap
4. Laserasi dinding vagina bawah pada kala dua
5. Penatalaksanaan pengeluaran plasenta
6. Reparasi otot-otot dasar panggul yang tak baik
Proses menopause
Hormon estrogen berkurang sehingga otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah
Tekanan abdominal yang meninggi karena ascites, tumor, batuk yang kronis atau
mengejan (obstipasi atau strictur dari tractus urinalis).
Bila prolapsus uteri dijumpai pada nullipara berarti faktor penyebabnya berupa
kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang uterus
4
2.4 Klasifikasi
2. 5 Patofisiologi
Sebagaimana telah diterangkan prolapsus uteri terdapat dalam berbagai tingkat dari
yang paling ringan sampai prolapsus uteri totalis. Terutama akibat persalinan khususnya
persalinan pervaginam yang susah, terdapatnya kelemahan ligamen-ligamen yang tergolong
dalam fasia endopelvik dan otot-otot dasa serta fasia panggul. Juga dalam keadaan tekanan
intraabdominal yang meningkat dan kronik akan memudahkan penurunan uterus terutama
apabila tonus otot-otot mengurang seperti pada penderita menopause.
5
Persalinan Spontan Tekanan intraabdominal Tonus otot mengurang
Pervaginam susah meningkat dan kronik (menopause)
Ligamen melemah
Prolapsus Uteri
Gejala sangat berbeda-beda dan bersifat individual. Kadangkala penderita yang satu dengan
prolaps cukup berat tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan
prolaps ringan mempunyai banyak keluhan. Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai:
1. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genitalia eksterna
2. Rasa sakit di panggul dan pinggang, biasanya jika penderita berbaring keluhan
menghilang atau berkurang
3. Mengganggu penderita waktu berjalan dan bekerja
4. Gesekan porsio uteri dengan celana menimbulkan lecet sampai luka dan dekubitus
pada porsio uteri
5. Leukorea karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena infeksi serta
luka pada porsio uteri
6
2.7 Diagnosis3
2.8 Komplikasi
7
Haemorrhoid
Faeses yang terkumpul dalam rektokel memudahkan adanya obstipasi dan timbul
haemorrhoid
Kemandulan
Karena serviks uteri turun sampai dekat pada introitus vaginae atau sama sekali keluar
dari vagina maka tidak mudah terjadi kehamilan
2.9 Penatalaksanaan
Pengobatan cara ini tidak seberapa memuaskan tetapi cukup menbantu. Cara ini dilakukan
pada prolapsus ringan tanpa keluhan, penderita yang masih ingin mempunyai anak lagi,
penderita yang menolak untuk dioperasi dan kondisinya tidak mengizinkan untuk dilakukan
operasi.5
Latihan ini sangat berguna pada prolapsus ringan terutama yang terjadi pada pasca
persalinan yang belum lewat 6 bulan. Tujuannya untuk menguatkan otot-otot dasar
panggul dan otot-otot yang mempengaruhi miksi. Laihan ini dilakukan Selama
beberapa bulan.
Kontraksi otot-otot dasar panggul dapat pula ditimbulkan dengan alat listrik,
elektrodanya dapat dipasang dalam pessarium yang dimasukkan ke dalam vagina.
8
pessarium adanya radang pelvis akut atau subakut dan karsinoma. Indikasi
pemasangan pessarium antara lain, kehamilan, penderita belum siap operasi, terapi
tes, penderita menolak untuk operasi, dan untuk menghilangkan symptom yang ada
sambil menunngu waktu operasi dilakukan.
9
II.Terapi operatif
Seperti yang telah diterangkan, indikasi untuk mealkukan operasi pada prolapsus uteri
tergantung dari beberapa faktor, seperti umur penderita, keinginanya untuk masih mendapat
anak atau untuk mempertahankan uterus, tingkat prolapsus dan adanya keluhan.
Macam-macam operasinya :
Ventrofiksasi
Pada wanita yang tergolong masih muda dan masih menginginkan anak dilakukan
operasi ini untuk membuat uterus ventofiksasi dengan cara memendekkan
ligamentum rotundum atau mengikatkan ligamentum rotundum ke dinding perut atau
dengan cara operasi Purandare
10
Manchester – Fothergill
Dasarnya ialah memendekkan ligamentum kardinale. Disamping itu dasar panggul
diperkuat ( Perineoplasty ) dan karena sering ada elongasio coli dilakukan amputasi dari
portio.
Histerektomi vaginal
Operasi ini tepat dilakukan pada prolapsus uteri dalam tingkat lanjut dan pada wanita
yang telah menopause. Setelah uterus diangkat, puncak vagina digantungkan pada
ligamentum rotundum kanan kiri, atas pada ligamentum infundibulo pelvikum,
kemudian operasi akan dilanjutkan dengan kolporafi anterior dan kolpoperineorafi
untuk mencegah prolaps vagina di kemudian hari.
11
Bab III
PENUTUP
Di Indonesia sejak zaman dahulu telah lama dikenal istilah peranakan turun dan peranakan
terbalik.Prolapsus uteri adalah keadaan yang sangat jarang terjadi. Frekuensi kejadian prolapsus uteri
sendri di Indonesia hanya 1,5% saja. Kebanyakan terjadi pada usia tua dan pada usia muda. Hal ini
disebabkan oleh kelemahan dari otot dan struktur fascia pada usia yang lebih lanjut.
Faktor penyebab prolapsus uteri adalah, kelemahan ligamen endopelvik, fasia dan otot-otot
panggul, proses melahirkan,asites dan tumor-tumor di daerah pelvis, dan bila prolapsus uteri
dijumpai pada nullipara berarti faktor penyebabnya berupa kelainan bawaan berupa kelemahan
jaringan penunjang uterus.
1. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genitalia eksterna.
2. Rasa sakit di panggul dan pinggang, biasanya jika penderita berbaring keluhan
menghilang atau berkurang.
3. Mengganggu penderita waktu berjalan dan bekerja.
4. Gesekan porsio uteri dengan celana menimbulkan lecet sampai luka dan dekubitus
pada porsio uteri.
5. Leukorea karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena infeksi serta
luka pada porsio uteri.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.drdidispog.com/2008/11/prolapsus uteri.html
2. Koblinsky, M, dkk, Kesehatan Wanita Sebuah Perspektif Global, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta, 2001
3. Prawirohardjo, Sarwono, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta, , 2005
4. Saunders, W.B, Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29, EGC, Jakarta, 2002
5. www.google.com
13