You are on page 1of 6

A.

Pendahuluan
Kecenderungan penyebab kematian akibat serangan jantung di dunia dan Indonesia
cenderung terus meningkat, menggeser penyebab kematian akibat penyakit infeksi dan
kecelakaan. Disisi lain terjadi perubahan standar praktik menolong korban henti nafas
akibat serangan jantung dan trauma di tingkat Internasional, dari pola ABC kepada pola
CAB (AHA, 2010).
Perubahan pola menolong korban gawat darurat akibat dari serangan jantung dan
trauma menurut pengamatan American Heart Ascosiation (AHA, 2010), memaksimalkan
pertolongan sehingga menurunkan tingkat kematian korban gawat darurat. Pemberian
bantuan hidup dasar pada korban gawat darurat dengan cara yang tepat akan mengurangi
angka kematian dan kecacatan. Bantuan hidup dasar diberikan untuk menyelamatkan
jiwa dan meminimalisir kerusakan organ pada korban gawat darurat.
Pertolongan korban gawat darurat pada penderita jantung koroner merupakan
salah satu pertolongan korban gawat darurat sehari-hari pra rumah sakit dan di rumah
sakit. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan pola makan ataupun ADL (aktifitas day
living).Apabila pertolongan korban gawat darurat sehari hari sudah tertata baik maka
pertolongan korban gawat darurat pada jantung koroner akan maksimal. Serangan
jantung koroner tidak mengenal waktu, untuk itu petugas kesehatan yg berada di lini
depan rumah sakit harus dapat memberi pertolongan sesuai standart internasional.
Untuk itu, Petugas kesehatan, terutama dokter, perawat dan bidan (petugas
kesehatan) wajib memiliki keterampilan dasar dalam menginterpretasikan EKG. Hal ini
sudah termasuk sebagai kompetensi dasar yang harus dimilki dokter, perawat, bidan (
petugas kesehatan). Pelatihan EKG ini dirancang untuk memahami gambaran EKG yang
mengancam nyawa, baik yang ada di emergensy, ICU, ICCU, bahkan diruang perawatan
biasa.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan mampu :
a. Melakukan perekaman EKG
b. Meningkatkan pemahaman tentang EKG normal dan disretmia
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu :
a. Mampu melakukan perekaman EKG
b. Mengetahui gambaran EKG normal
c. Mengetahui gambaran EKG akibat obat-obatan
d. Mengetahui gambaran EKG gangguan konduksi
e. Mengetahui gambaran EKG yang mengancam nyawa.
f. Mengetahuii gambaran EKG yang mengalami Hipertropi, MCI
g. Mengenali obat-obatan yang digunakan pada pasien kardiologi, khususnya
serangan jantung akut.
C. Pelaksanaan Kegiatan
Hari : Kamis s.d. Sabtu

Tanggal : 13 s.d 15 Oktober 2016

Waktu : 08.00 s.d. 15.00

Tempat : Aston Solo Hotel

Peserta : 5 orang

D. Rincian Biaya

Pendaftaran 2 x 3.400.000 = 6.800.000

Transportasi Berangkat

- Pesawat 2 x 348.700 = 697.400


- Batik Solo Trans 2 x 20.000 = 40.000
- Damri 2 x 40.000 = 80.000

Transportasi Pulang

- Pesawat 2 x 348.700 = 697.400


- Taksi RS Harkit-bandara 128.000
- Damri Solo 2 x 20.000 = 40.000

Akomodasi 4 x 100.000 400.000

Total 8.882.400

E. Deskripsi Kegiatan

Pelatihan ini dilaksanakan oleh Perinasia (perkumpulan Perinatologi


Indonesia) dimana Perinasia merupakan satu-satunya organisasi resmi di Indonesia
yang diperbolehkan melakukan pelatihan terkait perinatologi yang sesuai standar
oleh AAP (American Academy of Pediatric) maupun AHA (American Heart
Asociation). Terdapat 9 materi pembelajaaran yang dilatihkan dalam Pelatihan
Resusitasi Neonatus ini yaitu :
a. Gambaran Umum dan Prinsip Resusitasi
Sekitar 10% bayi baru lahir membutuhkan bantuan untuk mulai bernapas
saat lahir, dan kurang dari 1% membutuhkan tindakan resusitasi ekstensif
agar selamat. “ABC” resusitasi sebenarnya sederhana. Pastikan bahwa jalan
napas tetap terbuka dan bebas. Pastikan bahwa pernapasan berlangsung, baik
spontan maupun dengan bantuan. Pastikan bahwa sirkulasi darah yang
teroksigenasi sudah adekuat. Setelah lahir, bayi dalam keadaan basah dan
mudah kehilangan panas. Oleh sebab itu, sangat penting untuk
mempertahankan suhu tubuh bayi dalam rentang normal selama melakukan
resusitasi.
b. Langkah Awal Resusitasi
Langkah awal resusitasi merupakan hal yang sangat krusial dalam
penanganan resusitasi. 90% bayi dalam bernapas spomtan setelah dilakukan
langkah awal yang adekuat. Langkah awal tersebut yaitu: memberikan
kehangatan, membuka jalan napas dengan posisi leher bayi sedikit ekstensi,
bersihkan jalan napas (bila diperlukan), keringkan seluruh badan dengan
ganti kain basah dengan kain kering, rangsang dengan cara menyentil atau
menepuk kaki atau menggosok perut atau punggung, dan atur posisi kembali
sedikit ekstensi
c. Penggunaan Peralatan Resusitasi untuk Ventilasi Tekanan Positif
Ventilasi Tekanan Positif dilakukan ketika langkah awal belum mampu
membuat bayi bernapas spontan. Peralatan yang dibutuhkan dalam
melakukan VTP ini yaitu balon mengembang sendiri, balon tidak
mengembang sendiri, dan T piece resucitator. Masing-masing peralatan ini
memiliki kelebihan masing-masing. Dalam peralatan resusitasi untuk
ventilasi bayi baru lahir terdapat ciri penting yang mana penting untuk
keberhasilan VTP yaitu; sungkup dengan ukuran yang sesuai, kemampuan
mengalirkan oksigen dengan berbagai konsentrasi selama resusitasi,
kemampuan mengendalikan tekanan puncak;tekanan akhir ekspirasi; dan
waktu inspirasi, berbagai ukuran balon yang sesuai, alat pengaman.
d. Kompresi Dada
Kompresi dada harus dimulai jika frekuensi jantung tetap kurang dari 60
dpm meskipun telah dilakukan VTP efektif minimal 30 detik. Kompresi
dada merupakan kompresi terpaut pada tulang dada yaitu; menekan jantung
ke arah tulang belakang, meningkatkan tekanan intratorakal, memperbaiki
sirkulasi darah ke seluruh organ vital tubuh. Dalam melakukan kompresi
dada dibutuhkan tenaga 2 orang dimana yang satu melakukan kompresi dada
efektif, sementara yang satu melanjutkan ventilasi. Ada dua teknik untuk
kompresi dada yaitu teknik ibu jari dan teknik dua jari. Kompresi dada
dilakukan sebanyak 90 kali dalam 1 menit.
e. Intubasi Endotrakeal
Intubasi endotrakeal mungkin perlu dilakukan ketika bila ada mekonium dan
bayi mengalami depresi pernapasan, VTP tidak menghasilkan perbaikan,
kebutuhan VTP berlanjut setelah beberapa menit, perlunya dilakukan
kompresi dada, bila ada indikasi khusus. Dalam pelaksaan intubasi
endotrakeal dibutuhkan bilah yang sesuai yaitu bilah untuk bayi premature
dan cukup bulan. Sebelum melakukan intubasi, tenaga kesehatan harus
paham betul anatomis sistem pernapasan neonatus. Waktu yang dibutuhkan
dalam melakukan intubasi adalah maksimal 30 detik, apabila belum berhasil
maka dihentikan dan dilanjutkan VTP dengan sungkup, dan kemudian
dicoba lagi. Alternatif intubasi endotrakeal adalah penggunaan sungkup
laring.
f. Pemberian Obat
Sebagian besar pemberian obat-obatan diberikan melalui pemasangan jalur
intravena pada vena umbilikus, tetapi terdapat alternatif lain yaitu melalui
pipa endotrakeal dan akses intraosseus. Obat-obatan yang dimaksud adalah
golongan adrenalin seperti epinefrin dimana konsetrasi yang dianjurkan
1:10.000. Hal yang diharapkan setelah pemberian epinefrin adalah
meningkatnya resistensi vascular, dan karena itu tekanan darah sistemik
akan memperbaiki aliran darah ke arteria koronaria, yang selanjutnya
meningkatkan kontraktilitas otot jantung.
g. Pertimbangan Khusus
Pertimbangan khusus yang dimaksud di sini adalah penanganan pada
neonatus yang mengalami penyumbatan jalan napas dan gangguan fungsi
paru.
h. Resusitasi Bayi Prematur
Bayi yang lahir prematur mempunyai risiko komplikasi setelah kelahiran,
maka dari itu dibutuhkan tenaga terampil tambahan dan persiapan
lingkungan dan peralatan. Cara dalam menjaga kehangatan pada bayi
premature salah satunya yaitu menggunakan plastik pada bayi lahir dengan
masa gestasi kurang dari 29 minggu.

i. Etika dan Perawatan di Akhir Kehidupan


Prinsip umum yang berlaku untuk semua situasi medik meliputi
menghormati hak dan kebebasan individu untuk menentukan pilihan yang
dapat mempengaruhi hidupnya, bertindak demi kebaikan orang lain,
menghindari mencederai orang lain, dan memperlakukan semua orang
secara sama rata.

Dalam setiap kali selesai pembelajaran dilakukan tes untuk mengetahui


sejauh mana kepahaman peserta pelatihan atas materi yang baru saja di
sampaikan. Dalam pelatihan ini tak hanya materi yang disampaikan tetapi juga
terdapat praktik atau demontrasi setiap kali selesai pembelajaran materi. Semua
peserta wajib melakukan tindakan yang didemontrasikan terlebih dahulu oleh
trainer. Pelatih dari pelatihan resusitasi neonatus ini adalah dokter anak dan
dokter obgyn yang telah tergabung dalam perinasia. Video pembelajaran juga
ditampilkan dalam rangka semakin memahamkan peserta pelatihan terkait
materi yang disampaikan.

Di akhir hari pembelajaran terdapat Mega Code dimana setiap peserta akan
diberi soal oleh pendamping dan melakukan penanganan sesuai dengan soal
yang diberikan. Mega code yang dilakukan adalah dalam bentuk tim
penanganan resusitasi neonatus.

Tolok ukur keberhasilan pelatihan ini adalah ketercapaian nilai minimal dari
setiap materi serta nilai dari keberhasilan dalam Mega Code. Peserta akan
mendapat sertifikat sebagai provider atau sebagai peserta dinilai dari 2 hal
tersebut.

F. Saran
Pelatihan ini diwajibkan kepada tenaga kesehatan yang melakukan
penanganan bayi baru lahir baik dokter, bidan, maupun perawat. Pemerintah
diharapkan mampu mengupayakan pelatihan ini bisa didapatkan oleh perwakilan
dari puskesmas ataupun rumah sakit di Indonesia. Dengan hal tersebut diharapkan
angka kematian neonatus dapat berkurang serta mampu memberikan kehidupan
yang lebih baik pada neonatus di kehidupan masa depan

G. Penutup

Demikian laporan pelatihan resusitasi neonatus ini kami buat. Kami ucapkan
terima kasih kepada seluruh pihak rumah sakit uns yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk bisa mengikuti pelatihan yang luar biasa ini.
Harapanya akan lebih banyak tenaga yang akan dikirim untuk mengikuti
pelatihan ini di kesempatan mendatang sehingga lebih banyak tenaga terlatih
yang mampu melakukan penangan bayi baru lahir.

You might also like