You are on page 1of 37

ABSTRAK

Peningkatan kemampuan guru PAI SD dalam penyusunan RPP Berbasis


Pendekatan Saintifik melalui Supervisi Akademik di SDN Palupi Kota Palu
Permasalahan dalam penelitian tindakan sekolah (PTS) ini adalah pemahaman
guru PAI-SD dalam penyusunan RPP kurikulum 2013 masih jauh dari harapan.
Ada beberapa hal yang menjadi kendala di antaranya : (1) Kreativitas dan guru
PAI-SD relative rendah ; (2) semua guru masih mengadopsi contoh RPP dari
KTSP 2006; dimana masih ditemukan ada standar kompetensi yang ada dalam
standar isi belum ada di dalam silabus; (3) Tujuan pembelajaran belum disusun
secara logis; (4) pada alur rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun belum
berbasis pendekatan saintifik dan belum menunjukkan tahapan yang ada pada
pendekatan saintifik seperti : mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan, sehingga RPP yang dibuat kurang
bermakna; dan (5) Rencana penilaian autentik belum Nampak, dan sebagainya.
Hal ini membutuhkan upaya- upaya peningkatan mutu, bimbingan, pemotivasian
serta arahan dari kepala sekolah dan khususnya pengawas PAI.
Penelitian ini bermaksud mendeskripsikan upaya meningkatkan kemampuan guru
PAI SDN Palupi Kota Palu dalam menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran(RPP) Berbasis Pendekatan Saintifik melalui kegiatan supervisi
akademik. Supervisi akademik merupakan suatu model pembinaan yang
dilakukan oleh kepala sekolah atau pengawas kepada guru untuk membantu
memecahkan masalah yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran agar
kualitas pembelajaran bisa di raih dengan optimal. Supervisi akademik dapat
dilaksanakan pada supervisi perencanaan pembelajaran dan supervise pelaksanaan
pembelajaran.
Penelitian tindakan sekolah (PTS) termasuk jenis penelitian kuantitatif
menggunakan Analisis Diskriptif Komparatif dengan membandingkan hasil
kondisi awal dengan hasil siklus I teknik penataran tingkat local (In House
training) dan hasil siklus II dengan teknik percakapan pribadi. Prosedur yang
dilakukan dalam penelitian ini meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi yang bersifat daur ulang atau siklus. Penelitian ini
dilakukan dalam dua siklus.
Supervisi akademik secara kelompok (In House Training) dengan hasil penelitian
siklus I RPP Berbasis Pendekatan Saintifik yang dibuat oleh guru-guru SDN
Palupi masih belum optimal maka perlu diadakan supervisi lanjut pada siklus II,
yaitu pelaksanaan tindakan supervisi secara individual (percakapan individu).
Hasil rata- rata kualitas RPP Berbasis Pendekatan Saintifik pada kondisi awal
adalah 52,77(kategori kurang). Hasil rata-rata kualitas RPP Berbasis Pendekatan
Saintifik pada siklus I adalah 75 (kategori baik). Peningkatan hasil siklus I
disbanding kondisi awal adalah 22,23%. Sedangkan hasil rata-rata kualitas RPP
Berbasis Pendekatan Saintifik pada siklus II adalah 89,66%(kategori baik).
Peningkatan hasil siklus II disbanding hasil siklus I adalah 14,66%. Dengan
demikian, supervisi akademik dapat meningkatkan kemampuan guru PAI SDN
Palupi Kota Palu dalam penyusunan RPP Berbasis Pendekatan Saintifik secara
signifikan.
Kata kunci : Supervisi Akademik, kurikulum 2013, Pembelajaran Saintifik,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Berbasis Pendekatan Saintifik.
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kurikulum 2013 sudah diberlakukan mulai 2013/2014 secara bertahap dan

terbatas, diharapkan mampu membangun sumber daya manusia Indonesia yang

lebih berkarakter. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk mewakili kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara. Selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan

tersebut disusun standar pendidikan nasional, terdiri atas : standar kompetensi

lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana dan prasarana, standar

pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar pembiayaan,

dan standar penilaian.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013

tentang Standar Proses disebutkan bahwa setiap pendidik pada satuan

pendidikan berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP)

secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan


fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan perlu

melakukan perencanaan pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran

dengan strategi yang benar untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

ketercapaian kompetensi lulusan.

Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A

Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran,

menyebutkan bahwa Strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam

menunjang terwujudnya seluruh kompetensi yang dimuat dalam Kurikulum

2013. Kurikulum memuat apa yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik,

sedangkan pembelajaran merupakan cara bagaimana apa yang diajarkan bisa di

kuasai oleh peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan

penyiapan RPP yang dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun

kelompok yang mengacu pada silabus.

Sedangkan strategi penilaian disiapkan untuk memfasilitasi guru dalam

mengembangkan pendekatan, teknik, dan instrument penilaian hasil belajar

dengan penilaian autentik. Penilaian memungkinkan para pendidik mampu

menerapkan program remedial bagi peserta didik yang tergolong pembelajar

lambat dan program pengayaaan bagi peserta didik yang termasuk kategori

pembelajar cepat.

Pemerintah telah menetapkan pelaksanaan kurkikulum 2013 secara terbatas

pada 2.598 SD di 33 provinsi pada 295 kabupaten/kota mulai tahun pelajaran

2013/2014 untuk kelas I dan IV. Kemudian di tahun pelajaran 2017/2018


pelaksanaan kurikulum 2013 sudah dilaksanakan pada 51.654 SD di 33

provinsi pada 295 kabupaten/kota dan pada provinsi Sulawesi Tengah

khususnya kota Palu terdapat 61 SD yang telah menerapkan kurikulum 2013

termasuk salah satu diantaranya adalah SDN Palupi. Untuk mendukung

implementasi pelaksanaan kurikulum tersebut pemerintah telah melatih

instruktur nasional(master teacher), guru inti, dan guru sasaran serta

menyediakan silabus, buku guru, dan buku siswa untuk mata pelajaran yang

ada di SD.

Untuk menyiapkan kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan

pembelajaran saintifik serta melakukan penilaian autentik dan menggunakan

silabus sebagai acuan, perlu penjabaran operasional antara lain dalam

mengembangkan materi pembelajaran, mengembangkan langkah pembelajaran

serta merancang dan melaksanakan penilaian autentik. Oleh karena itu

diperlukan rambu-rambu yang bisa memfasilitasi guru secara individual dan

kelompok dalam mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran dalam

berbagai modus, strategi, dan model untuk muatan dan/atau mata pelajaran

yang diampunya.

Kenyataan di lapangan, pemahaman guru PAI SD dalam penyusunan RPP

masih jauh dari harapan sebagaimana yang telah digariskan pada Kurikulum

2013, diantaranya: (1) kreativitas dan inovasi guru PAI SD relative rendah; (2)

semua guru masih mengadopsi contoh RPP dari KTSP 2006; dimana masih

ditemukan ada standar kompetensi yang ada dalam standar isi belum ada di

dalam silabus; (3) Tujuan pembelajaran belum disusun secara logis artinya
belum disusun dari yang mudah ke yang sukar dan belum menunjukkan

audience, behavior, condition, dan degree; (4) pada alur rencana pelaksanaan

pembelajaran yang disusun belum berbasis pendekatan saintifik dan belum

menunjukkan tahapan yang ada pada pendekatan saintifik seperti : mengamati,

menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan

mengkomunikasikan, sehingga RPP yang dibuat kurang bermakna; dan (5)

Rencana penilaian autentik belum Nampak, dan sebagainya.

Dengan demikian, RPP berbasis pendekatan saintifik yang dibuat oleh guru

kualitasnya masih sangat rendah sehingga membutuhkan upaya-upaya

peningkatan mutu dan butuh bimbingan, pemotivasian serta arahan dari kepala

sekolah dan khususnya pengawas PAI.

Untuk memecahkan masalah ini penulis melakukan kajian melalui kegiatan

supervisi akademik yang harus dilaksanakan oleh pengawas PAI meningkatkan

mutu RPP berbasis pendekatan saintifik yang diharapkan. Setelah pelaksanaan

supervisi ini diharapkan RPP yang dibuat oleh guru kualitasnya lebih

meningkat sehingga proses pembelajaran lebih berbobot dan hasil belajar

peserta didik lebih meningkat.

B.Identifikasi Masalah

1 Apakah supervisi secara kelompok dapat meningkatkan kualitas RPP

berbasis pendekatan saintifik ?

2 Apakah supervisi secara individual dapat meningkatkan kualitas RPP

berbasis pendekatan saintifik?


3 Apakah melalui supervisi akademik dapat meningkatkan kualitas RPP

berbasis pendekatan saintifik?

4 Bagaimana cara membuat RPP berbasis saintifik yang berkualitas?

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan idenntifikasi masalah di atas penulis

merumuskan masalah sebagai berikut : Berapa besar peningkatan kualitas RPP

berbasis saintifik melalui supervisi akademik guru-guru PAI SDN Palupi tahun

pelajaran 2017/2018 ?

D.Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus

1 Tujuan Umum :

Untuk meningkatkan kualitas implementasi kurikulum 2013

2 Tujuan Khusus :

Untuk meningkatkan kemampuan guru PAI SDN Palupi dalam penyusunan

RPP berbasis pendekatan saintifik yang berkualitas

E.Manfaat Penelitian

1 Manfaat Teoritis :

a. Mendapatkan teori baru tentang meningkatkan kualitas membuat RPP

melalui pembinaan terprogram

b. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya

2 Manfaat Praktis :

a. Bagi Siswa : Meningkatkan prestasi

b. Bagi Guru : Meningkatkan kinerja


c. Bagi Sekolah : Meningkatkan kinerja SDM

d. Bagi Pengawas : Meningkatkan kinerja

e. Bagi perpustakaan : Menambah daftar sumber belajar dan referensi


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Supervisi Akademik

Implementasi kurikulum 2013 sebagaimana diatur dalam Pemendikbud no.81A

memerlukan perhatian dan usaha yang serius untuk memastikan implementasi

tersebut dapat dilakukan sesuai yang diharapkan. Sehubungan dengan hal

tersebut sesuai dengan SK Menpan RB No. 21/2010, “tugas pokok pengawas

sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan manajerial pada

satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan,

pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional

Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesional Guru, evaluasi

hasil pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaan tugas kepengawasan

di daerah khusus.

1. Pengertian Supervisi Akademik

Pengertian supervisi menurut Ngalim Purwanto dalam administrasi dan

Supervisi Pendidikan, supervisi ialah aktivitas pembinaan yang

direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya

dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.

Pembinaan dalam penelitian ini akan membahas pembinaan yang dilakukan

oleh Pengawas PAI dalam sekolah binaannya. Menurut Peraturan Menteri

Agama No. 2 Tahun 2012 tentang pengawas madrasah dan pengawas PAI

pada sekolah bab 1 pasal 1 ayat 4 bahwa pengawas Pendidikan Agama

Islam yang selanjutnya disebut Pengawa PAI pada sekolah adalah Guru
Pada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan fungsional

pengawas pendidikan agama islam yang tugas, tanggung jawab, dan

wewenangnya melakukan pengawasan penyelenggaraan Pendidikan

Agama Islam pada sekolah.

Supervisi pengajaran disebut juga sebagai supervise akademik. Menurut

Purwanto, supervisi pengajaran ialah kegiatan-kegiatan kepengawasan

yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi baik personal maupun

material yang memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar yang

lebih baik dan terciptanya tujuan pendidikan. Supervisi akademik biasanya

dilaksanakan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah. Dalam hal ini

pengawas sekolah mengamati dari persiapan mengajarnya(RPP) sampai

pada proses pembelajarannya dengan tujuan untuk peningkatan mutu PBM.

Kompetensi supervisi akademik adalah kemampuan pengawas sekolah

dalam melaksanakan pengawasan akademik yakni membina dan menilai

guru dalam rangka mempertinggi kualitas pembelajaran yang dilaksanakan

agar berdampak pada hasil belajar peserta didik. Tampak jelas bahwa

kompetensi supervisi akademik pada intinya adalah membimbing guru

dalam menyusun perangkat dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Termasuk dalam hal ini adalah membimbing guru dalam menyusun silabus

dan RPP serta membimbing guru dalam menggunakan metode dan media

pembelajaran. Intisari pembinaan dalam pengelolaan pembelajaran adalah

menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

kemudian diaplikasikan dalam aktivitas pembelajaran dengan pemilihan


strategi, metode, tehnik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi

informasi, menilai proses dan hasil pembelajaran serta penilitian tindakan

kelas. Oleh sebab itu pengawas sekolah seyogyanya melakukan pembinaan

secara rutin agar guru lebih kreatif dalam mengelola pembelajarannya.

Dari pengertian supervise akademik di atas dapat disimpulkan bahwa

supervise akademik adalah kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh

pengawas sekolah kepada guru untuk membantu memecahkan masalah

yang berhubungan dengan proses pembelajaran agar kualitas pembelajaran

bisa lebih optimal. Supervisi akademik dapat dilaksanakan pada supervise

perencanaan pembelajaran dan supervise pelaksanaan pembelajaran.

2. Konsep Supervisi Akademik

Beberapa hadits Rasulullah SAW juga menganjurkan perlunya

melaksanakan pengawasan atau evaluasi dalam setiap pekerjaan. Ajaran

Islam sangat memperhatikan adanya bentuk pengawasan terhadap diri

terlebih dahulu sebelum melakukan pengawasan terhadap orang lain. Hal

ini antara lain berdasarkan hadits Rasulullah SAW sebagai berikut.

‫حاسبوا أنفسكم قبل أن بحاسبوا ونوا أعمالكم قبل أن توزن‬


Artinya: “Periksalah dirimu sebelum memeriksa orang lain. Lihatlah

terlebih dahulu atas kerjamu sebelum melihat kerja orang lain.” (HR.

Tirmidzi: 2383).

Supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru

mengembangkan
Supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru

mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Supervisi akademik tidak terlepas dari

penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Penilaian kinerja

guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang sebenarnya

terjadi di dalam kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa

di dalam kelas?, aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam

kelas itu yang bermakna bagi guru dan murid?, apa yang telah dilakukan

oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan

guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban

terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai

kemampuan guru dalam mengelolal pembelajaran. Namun satu hal yang

perlu ditegaskan disini, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja berarti

selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan

dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervise akademik dan

melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.

3. Tujuan Supervisi Akademik

Supervisi akademik yang dilakukan pengawas sekolah/kepala sekolah,

melalui pembinaan secara terprogram membantu guru untuk

mengembangkan situasi belajar yang lebih baik dengan memecahkan

masalah kegiatan belajar mengajar agar hasil yang dicapai bisa maksimal

sehingga otomatis prestasi dan output lebih baik.


Tujuan supervisi akademik diantaranya adalah membantu guru

mengembangkan kompetensinya, mengembangkan kurikulum,

mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian

tindakan kelas (PTK).

4. Prinsip-prinsip Supervisi Akademik

Ada beberapa prinsip-prinsip supervise akademik, diantaranya :

a. Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.

b. Sistematis, artinya sikembangkan sesuai perencanaan program supervisi

yang matang dan tujan pembelajaran.

c. Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrument.

d. Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya.

e. Antisipatif, artinya mampu mengahadapi masalah-masalah yang

mungkin akan terjadi.

f. Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru

dalam mengembangkan proses pembelajaran.

g. Kooperatif, artinya ada kerjasama yang baik antara supervisor dan guru

dalam mengembangkan pembelajaran.

h. Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh

dalam mengembangkan pembelajaran.

i. Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan

supervisi akademik.

j. Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi.


k. Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang

harmonis, terbuka, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor.

l. Berkesinambungan, artinya supervisi akademik dilakukan secara teratur

dan berkelanjutan oleh kepala sekolah dan pengawas.

m. Terpadu, artinya menyatu dengan program pendidikan.

5. Sasaran Supervisi akademik

Sasaran pembangunan profesional guru adalah kemampuan guru yang

berkenaan dengan :

a. Merencanakan KBM sesuai dengan strategi belajar aktif.

b. Mengelola KBM yang menarik.

c. Menilai kemampuan belajar siswa , memberikan umpan balik yang

bermakna, dan membuat/menggunakan alat bantu belajar mengajar.

d. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber dan media pengajaran.

e. Membimbing dan melayani siswa dalam kesulitan belajar.

f. Mengelola kelas sehingga tercipta lingkungan belajar yang

menyenangkan.

g. Menyusun dan mengelola catatan kemajuan siswa.

h. Pengelolaan dan pelaksanaan administrasi.

i. Pelaksanaan kebersihan, ketertiban.

j. Pelaksanaan ekstrakurikuler seperti UKS,Pramuka, dan sebagainya.

6. Teknik Supervisi

Ada macam-macam teknik supervisi yang dapat dilaksanakan oleh

pengawa antara lain :


a. Kunjungan kelas (Classroom Visitiation)

Kunjungan kelas untuk memperoleh gambaran tentang proses belajar

mengajar dan pengelolaan kelas yang dilaksanakan guru. Kunjungan

kelas dapat dilaksanakan dengan :

 Memberitahukan terlebih dahulu.

 Tanpa memberitahukan terlebih dahulu.

 Atas undangan guru.

Pada waktu kunjungan kelas ini, supervisor dapat melihat hasil belajar

siswa dan hal-hal yang menunjang dalam pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar menggunakan instrumenn yang telah dipersiapkan.

b. Observasi Kelas (Classroom observation)

Observasi kelas dapat dilaksanakan untuk mengetahui usaha serta

kegiatan siswa dan guru dalam proses belajar mengajar yang mencakup

penguasaan bahan, penguasaan metode, pengorganisasian kelas,

penggunaan media, dan faktor-faktor penunjang lainnya dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

c. Percakapan Pribadi (Individual Confrence)

Percakapan pribadi ini bertujuan untuk :

 Mengembangkan segi-segi positif dari kegiatan guru.

 Mendorong guru mengatasi segi-segi kelemahannya dalam

mengajar dan mengelola kelasnya.

 Mengurangi keragu-raguan guru dalam menghadapi masalah

pada waktu mengajar.


d. Kunjungan antar kelas atau antar sekolah

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk bertukar pengalaman serta

hal-hal lain yang menyangkut usaha untuk menunjang pelaksanaan

interaksi belajar mengajar. Seorang guru mengunjungi guru lain

seampu untuk menambah pengalaman mengajar atau mengamati rekan

guru lain yang sedang memberi contoh mengajar yang baik.

e. Rapat Rutin

Kegiatan ini dilakukan antara Pembina dengan para guru di sekolah.

Hal ini biasanya dilaksanakan dalam rangka menyampaikan

pembicaraan yang bersifat umum.

f. Pertemuan-pertemuan kelompok guru mata pelajaran/gugus

Pertemuan-pertemuan gugus dilaksanakan pada kelompok-kelompok

kerja seperti MGMP dan KKKS. Peretemuan-pertemuan tersebut dapat

dilaksanakan oleh masing-masing kelompok atau gabungan dari

beberapa kelompok-kelompok kerja yang bertujuan untuk

menginventarisasi dan merumuskan masalah-masalah yang ditemui

serta mencari alternative pemecahannya.

g. Kunjungan antar MGMP

Pengurus atau anggota mGMP saling mengunjungi dengan kelompok

kerja lain dengan saling tukar-menukar tutor

h. Sistem magang

Guru/Kepala Sekolah dari satu sekolah belajar dari guru/Kepala

Sekolah dari sekolah lain selama beberapa hari


i. In House Training(IHT)

Penataran mini antara 1, 2, atau 3 hari di tingkat sekolah melalui

kegiatan MGMP dengan materi sesuai kebutuhan guru untuk memenuhi

kebutuhan guru

j. Karyawisata dengan guru-guru

Mengunjungu sumber-sumber belajar, mengamat, dan disukusi untuk

menambah wawasan tentang sumber-sumber belajar sehingga dapat

dimanfaatkan dalam pelaksanaan KBM.

k. Melalui pengumuman, brosur, edaran, dan memanfaatkan media massa

seperti surat kabar, majalh, bulletin, radio, dan televisi:

Membaca,/mendengarkan dan menyebarluaskan untuk mengetahui

perkembangan dan kebijakan pendidik(Purwanto, 1995:189)

Teknik supervisi akademik yang digunakan dalam penelitian ini adalah in

house training(IHT) untuk siklus I dan Percakapan Pribadi (Individual

Confrence) untku siklus II. Peneliti memilih teknik in house training (IHT)

karena penataran ini khusus dilaksanakan untuk guru PAI di SDN Palupi

dengan materi sesuai kebutuhan khusus guru yaitu menyusun RPP berbasis

saintifik agar kualitasnya meningkat(siklus I). Pada siklus II menggunakan

teknik percakapan pribadi karena kegiatan ini memberi bantuan dan layanan

khusus untuk mmemecahkan masalah khusus. Kegiatan ini bertujuan untuk

mengembangkan segi-segi positif dari kegiatan guru dan mendorong guru

mengatasi segi-segi kelemahannya dalam membuat RPP serta mengurangi

keragu-raguan guru dalam menghadapi masalah.


B. Pembelajaran Pada Kurikulum 2013

Pembelajaran kurikulum 2013 adalah pembelajaran kompetensi dengan

memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai

kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penguatan proses

pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang

mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya,

mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan

mengkomunikasikan.

Prinsip pada pembelajaran kurikulum 2013 menekankan perubahan paradigma

: (1) peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu; (2) guru

sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber

belajar; (3) pendekatan tekstual menjadi pendekatan proses sebagai penguatan

penggunaan pendekatan ilmiah; (4) pembelajaran berbasis konten menjadi

pembelajaran berbasis kompetensi; (5) pembelajaran parsial menjadi

pembelajaran terpadu; (6) pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal

menjadi pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; (7)

pembelajaran verbalisme menjadi keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan

keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental

(softskills); (9) pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; (10)

pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberikan keteladanan

(ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso),

dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut


wuri handayani); (11) pembelajaran yang berlangsung di rumah, sekolah, dan

di masyarakat; (12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja

adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan dimana saja adalah kelas; (13)

pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi

dan efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perpaduan individual

dan latar belakang budaya peserta didik.

Penilaian auntentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif

untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output)

pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Penilaian auntentik menjadi kesiapan siswa, serta proses dan hasil belajar

secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input-proses-output)

tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik,

bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan

dampak penggiring (nurturant effect)

Pendekatan Pembelajaran Saintifik

1. Pengertian Pembelajaran Saintifik

Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi

langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode

ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan

terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “ sense of

inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Model pembelajaran yang

dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar,


bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap

itu diperoleh peserta didik.

Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau

melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan

karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific

teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan

pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah.

Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya

focus pada bagaimana mengembangkan kompetensi siswa dalam

melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung

aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya.

2. Filosofi Pembelajaran Saintifik

Allah SWT menciptakan manusia sejak dari rahim ibunya tidak

mengetahui apapun, kemudian ia anugerahi manusia dengan berbagai

fasilitas dan perangkat untuk hidup sehingga manusia mampu

mengurangi dunia ini dengan baik dan sukses. Hal ini sesuai dengan

firman Allah dalam surat an-Nahl ayat 78 :

‫ار َواأل َ ْفئِ َدة َ لَعَلَّ ُك ْم‬


َ ‫ص‬ َ َ‫ون أ ُ َّم َهاتِ ُك ْم الَ ت َ ْعلَ ُمون‬
َ ‫ش ْيئًا َو َجعَ َل لَ ُك ُم ْالس َّْم َع َواأل َ ْب‬ ِ ‫ط‬ُ ُ‫َوللاُ أَ ْخ َر َج ُكم ِمن ب‬

َ‫تَ ْش ُك ُرون‬

Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam

keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu


pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.(Q.S al-

Nahl : 78)

Ayat di atas mengarahkan umat manusia agar membiasakan diri untuk

mengamati, karena salah satu fitrah yang ia bawa sejak lahir adalah

cenderung menggunakan mata terlebih dahulu baru hati(qalbu).

Berdasarkan hal tersebut, maka proses pembelajaran harus dipandu

dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Karena pendekatan ini

bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan,

pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Proses

pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat nonilmiah, yang semata-

mata berdasarkan intuisi, akal sehat, perangkat, penemuan melalui coba-

coba, dan asal berpikir kritis.

Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai

muara akhir, namun proses pembelajaran dipandang sangat penting.

Oleh karena itu pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan

proses. Model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses

sains adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan

proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu. Model ini

menekankna pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer

pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu

dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah

seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan

belajar. Dalam model ini peserta didik diajak untuk melakukan proses
pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui

berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para

ilmuwan (scientist) dalam melakukan penyelidikan ilmiah, dengan

demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai

fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk

kehidupannya. Fokus proses pembelajaran diarahkan pada

pengembangan keterampilan siswa dalam memproses pengetahuan,

menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai

yang diperlukan.

Model ini juga tercakup penemuan makna(meaning), organisasi, dan

struktur dari idea tau gagasan, sehingga secara bertahap siswa belajar

bagaimana mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran

berbasis keterampilan proses sains menekankan pada kemampuan

peserta didik dalam menemukan sendiri (discover) pengetahuan yang

didasarkan atas pengalaman belajar, hokum-hukum, prinsip-prinsip, dan

generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi

berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dengan demikian

peserta didik lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus

berperan aktif dalam memmburu informasi dari berbagai sumber belajar,

dan guru lebih berperan sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran.

Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi

membangun kompetensi dasar hidup siswa melalui pengembangan

keterampilan proses sains, sikap ilmiah, dan proses konstruksi


pengetahuan secara bertahap. Keterampilan proses sains pada

hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk belajar (basic learning tools)

yaitu kemampuan yang berfungsi untuk membangun landasan pada

setiap individu dalam mengembangkan diri.

Dengan menggunakan pembelajaran saintifik, pada lima langkah

pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan beberapa aktivitas

pembelajaran siswa, seperti dalam tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1

Tahapan Pembelajaran Saintifik

KEGIATAN AKTIVITAS BELAJAR


Mengamati  Melihat, mengamati, membaca, mendengar,
(Observing) menyimak (tanpa dan dengan alat)
Menanya  Mengajukan pertanyaan dari yang faktual
(Questioning) sampai ke yang bersifat hipotesis
 Diawali dengan bimbingan guru sampai
dengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan)
Pengumpulan Data  Menentukan data yang diperlukan dari
(Exploring) pertanyaan yang diajukan
 Menentukan sumber data (benda, dokumen,
buku,experiment)
 Mengumpulkan data
Mengasosiasi  Menganalisis data dalam bentuk membuat
(Associating) kategori, menentukan hubungan
data/kategori
 Menyimpulkan dari hasil analisis data…
Mengkomunikasikan  Menyimpulkan hasil konseptualisasi
(Communicating) Dalam bentuk lisan, tulisan, diagram,
bagan, gambar atau media lainnya

D. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 dilaksanakan menggunakan

pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,


pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis

pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi

ajar agar peserta didik “tahun mengapa”. Ranah keterampilan menggamit

transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.

Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar

peserta didik “ tahu apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan

keseimbangan antara kemampuan untuk menajadi manusia yang baik(soft

skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup

secara layak(hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi

sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Mata pelajaran Pendidikan Agama islam dan Budi Pekerti terdiri atas empat

aspek yaitu Al Qur’an-Hadist, akidah-Akhlak, Fiqih, dan Sejarah Kebudayaan

Islam. Masing-masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait, isi

mengisi dan melengkapi. Al Qur’an Hadits merupakan sumber utama ajaran

islam, dalam arti ia merupakan sumber akidah-akhlak,

syari’ah/fikih(Ibadah,muamalah), sehingga kajiannya berada di setiap unsur

tersebut. Pendidikan Agama Islam (PAI) yang terdiri atas empat unsur tersebut

memiliki karakteristik sendiri-sendiri.

Pembelajaran PAI dengan pendekatan saintifik artinya pelaksanaan

pembelajaran PAI yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat

dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira,

khayalan , legenda, atau dongeng semata


2. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan

tepat dalam mengidnetifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan

mengaplikasikan materi pembelajaran PAI

3. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam

melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi

pelajaran PAI

4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memamhami, menerapkan,

dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam

merespon materi pelajaran PAI

5. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang

dipertanggungjawabkan

6. Tujuan pembelajaran di rumuskan secara sederhana dan jelas, namun

menarik dalam sistem penyajiannya.

Beberapa contoh penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PAI

misalnya dapat dilihat dalam tiga aspek berikut, yaitu aspek Al qur’an Hadits,

aspek akhlak/budi pekerti, dan aspek sejarah peradaban islam

1. Aspek al qur’an hadits

Materi : Surah Al Ikhlas

Kompetensi yang hendak dicapai adalah peserta didk memahami pesan-

pesan pokok Q.S.Al Falaq dan Q.S.Al Fill dengan benar dan jelas

Langka-langkah pembelajaran

Dengan materi tersebut , maka langkah-langkah pembelajaran saintifik

dapat dijabarkan sebagai berikut :


a. Mengamati, mengamati dengan seksama materi sub :Surah Al Falaq

dan Al Fill yang sedang dipelajari dalam bentuk gambar/video/slide

presentasi yang disajikan dan mencoba menginterprestasikannya

b. Menanya, mengidentifikasi dan menanyakan tentang materi surah Al

Falaq dan Al Fill

c. Mengumpulkan data, mengumpulkan data dengan mencatat semua

informasi tentang materi :Surah Al Falaq dan Al Fill yang telah

diperoleh pada buku catatan dengan tulisan yang rapi dan

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

d. Menalar/Asosiasi, menyimpulkan pesan-pesan pokok yang terkandung

dalam surah Al Falaq dan Al Fill setelah menterjemahkan surah Al

Falaq dan Al Fill

e. Mengkomunikasikan, mengkomunikasikan isi kandungan Surah Al

Falaq dan Al Fill melalui kegiatan presentasi tiap-tiap kelompok di

depan kelas dengan dituntun oleh guru

f. Membentuk jejaring, Secara bersama-sama membacakan dengan tartil

2. Aspek akhlak/budi pekerti

Materi : Mari berperilaku terpuji

Kompetensi Dasar : Meyakini bahwa sikap rendah hati sebagai cerminan dari

iman

Langka-langkah pembelajaran

Dengan materi tersebut , maka langkah-langkah pembelajaran saintifik

dapat dijabarkan sebagai berikut :


a. Mengamati, mengamati dan memberi komentar gambar atau tayangan

yang terkait dengan Sikap rendah hati untuk dapat dikembangkan

peserta didik

b. Menanya, dengan dipandu oleh guru untuk mengajukan pertanyaan

tentang cara menumbuhkan sikap rendah hati yang merupakan sebagai

cerminan dari iman

c. Mengumpulkan data, secara berkelompok mencari contoh-contoh

nyata yang terkait dengan sikap rendah hati

d. Menalar, menyimpulkan poin-poin penting yang terkait dengan sikap

rendah hati

e. Mengkomunikasikan, peserta didik berdiskusi dalam menyimpulkan

berdasarkan data yang diperoleh terkait materi sikap rendah hati

f. Membentuk jejaring, memaparkan tentang penntingnya sikap rendah

hati yang merupakan cerminan dari iman

3. Aspek sejarah peradaban islam

Materi : Kisah keteladanan Nabi Ayyub a.s.

Kompetensi dasar yang ingin dicapai : Menceritakan kisah keteladanan

Nabi Ayyub a.s.

Langka-langkah pembelajaran

Dengan materi tersebut , maka langkah-langkah pembelajaran saintifik

dapat dijabarkan sebagai berikut :


a. Mengamati, mengamati dan memberi komentar gambar atau tayangan

yang terkait dengan Kisah nabi Ayyub a.s untuk dapat dikembangkan

peserta didik

b. Menanya, dengan dipandu oleh guru untuk mengajukan pertanyaan

untuk mendapat informasi tambahan tentang kisah Nabi Ayyub a.s

c. Mengumpulkan data, secara berkelompok mencatat semua informasi

tentang materi : Kisah keteladanan Nabi Ayyub a.s.yang telah

diperoleh pada buku catatan

d. Menalar, menyimpulkan poin-poin penting yang terkait dengan Kisah

keteladanan Nabi Ayyub a.s

e. Mengkomunikasikan, peserta didik berdiskusi dalam menyimpulkan

berdasarkan data yang diperoleh terkait materi Kisah keteladanan Nabi

Ayyub a.s

f. Membentuk jejaring, memaparkan tentang Kisah keteladanan Nabi

Ayyub a.s

4. Aspek Fikih

Materi : Mari melaksanakan shalat

Kompetensi Dasar yang hendak dicapai : memaknai makna ibadah shalat

Langka-langkah pembelajaran

Dengan materi tersebut , maka langkah-langkah pembelajaran saintifik

dapat dijabarkan sebagai berikut :


a. Mengamati, mengamati dan memberi komentar gambar atau tayangan

yang terkait dengan Makna ibadah salat untuk dapat dikembangkan

peserta didik

b. Menanya, dengan dipandu oleh guru untuk mengajukan pertanyaan

untuk mendapat informasi tambahan tentang Makna ibadah salat

c. Mengumpulkan data, secara berkelompok mencatat semua informasi

tentang materi : Makna ibadah salat yang telah diperoleh pada buku

catatan

d. Menalar, menyimpulkan poin-poin penting yang terkait dengan Makna

ibadah salat

e. Mengkomunikasikan, peserta didik berdiskusi dalam menyimpulkan

berdasarkan data yang diperoleh terkait materi Makna ibadah salat

f. Membentuk jejaring, memaparkan tentang makna ibadah shalat

E. Penilaian autentik pada kurikulum 2013

Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah

(scientific approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan

kurikulum 2013. Karena penilaian semacam ini mampu menggambarkan

peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi,

menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian autentik

cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual,

memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka

yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Karenanya, penilaian


autentik sangat relevan dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran di

SD.

Penilaian autentik merupakan pendekatan dan instrument asesmen yang

memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk

menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sudah dimilikinya

dalam bentuk tugas: membaca dan meringkasnya, eksperimen, mengamati,

survey, projek, makalah, membuat multi media, membuat karangan, dan

diskusi kelas.

Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk

merencanakan program perbaikan (remedial) , pengayaan (enrichment),

atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat

digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang

memenuhi standar penilaian pendidikan.

Penilaian auntentik merupakan penilaian yang dilakukan secara

komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan

keluaran(output) pembelajaran mencakup sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Penilaian sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan

menggunakan jurnal, penilaian diri, dan/atau penilaian antar teman.

Penilaian pengetahuan melalui tes tertulis, tes lisan, dan/atau penugasan.

Penilaian keterampilan melalui tes praktik, penilaian proyek, dan

penillaian portofolio.

1. Pengamatan sikap
Penilaian sikap melalui pengamatan dapat menggunakan jurnal,

penilaian diri, dan penilaian antar teman. Jurnal adalah catatan

pendidik yang sistematis di dalam dan di luar kelas yang berisi hasil

informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta

didik berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal dapat memuat

penilaian peserta didik terhadap aspek tertentu secara kronologis.

Kriteria penilaian jurnal adalah sebagai berikut:

a. Mengukur ketercapaian kompetensi sikap yang penting

b. Sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator

c. Menggunakan format yang sederhana dan mudah diisi/digunakan

d. Dapat dibuat rekapitulasi tampilan sikap peserta didik secara

kronologis

e. Memungkinkan untuk dilakukannya pencatatan yang sistematis,

jelas, dan komunikatif

f. Format pencatatan memudahkan dalam pemaknaan terhadap

tampilan sikap peserta didik

g. Menuntun guru untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan

peserta didik

2. Tes tertulis

Penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes

tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian.

Memilih jawaban yang terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-salah,


ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri

dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.

Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu

mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan,

menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi

yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin

bersifat komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap,

keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.

3. Tes Lisan

Tes lisan adalah tes yang menuntut siswa memberikan jawaban secara

lisan. Pelaksanaan tes lisan dilakukan dengan mengadakan Tanya

jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Kriteria tes

lisan adalah sebagai berikut :

a. Tes lisan dapat digunakan jika sesuai dengan kompetensi pada taraf

pengetahuan yang hendak dinilai

b. Pertanyaan tidak boleh keluar dari bahan ajar yang ada

c. Pertanyaan diharapkan dapat mendorong siswa dalam

mengkonstruksi jawabannya sendiri

d. Disusun dari pertanyaan yang sederhana ke pertanyaan yang

kompleks

4. Penilaian melalui penugasan

Instrumen penugasan dapat berupa pekerjaan rumah dan/atau projek

yang harus dokerjakan oleh peserta didik, baik secara individu atau
kelompok, sesuai dengan karakteristik tugas. Kriteria penugasan

adalah sebagai berikut :

a. Tugas mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar

b. Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik

c. Tugas dapat dikerjakan selama proses pembelajaran atau

merupakan bagian dari pembelajaran mandiri

d. Pemberian tugas disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta

didik

e. Materi penugasan harus sesuai dengan cakupan kurikulum

f. Penugasan ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk menunjukkan kompetensi individulanya

meskipun tugas diberikan secara kelompok

g. Untuk tugas kelompok, perlu dijelaskan rinncian tugas setiap

anggota

h. Tugas harus bersifat adil( tidak membedakan gender atau latar

belakang sosio ekonomi)

i. Tampilan kualitas hasil tugas yang diharapkan disampaikan secara

jelas

j. Penugasan harus mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas

5. Tes praktik

Tes praktik dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam

melakukan sesuatu. Penilaian digunakan untuk menilai ketercapaian

kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu


seperti : praktik di laboratorium, praktik shalat, praktik olahraga,

bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi , membaca

puisi/deklamasi, dan sebagainya.

Kriteria tes praktik adalah sebagai berikut :

a. Tugas mengarahkan peserta didik untuk menunjukkan ketercapaian

hasil belajar

b. Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik

c. Mencantumkan waktu/kurun waktu pengerjaan tugas

d. Sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik

e. Sesuai dengan konten/cakupan kurikulum

k. Tugas bersifat adil(( tidak membedakan gender atau latar belakang

sosio ekonomi)

Tugas untuk Tes praktik, diperlukan penyusunan rubrik penilaian,

rubrik tersebut harus memenuhi syarat sebagai berikut :

 Rubrik dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur(valid)

 Rubrik sesuai dengan tujuan pembelajaran

 Indikator menunjukkan kemapuan yang dapat diamati(observasi)

 Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diukur

 Rubrik dapat memetakan kemampuan peserta didik

 Rubrik menilai aspek-aspek penting pada proyek peserta didik

6. Penilaian proyek

Penilaian proyek(projek assessment) merupakan kegiatan penilaian

terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut


periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa

investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan,

pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan

penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan

dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-

lain. Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik

memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan,

dan pengetahuannya. Karena itu, pada setiap penilaian proyek,

setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru.

a. Keterampilan peserta didik dalam memilih topic, mencari dan

mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna

atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan

b. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan

pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang

dibutuhkan oleh peserta didik

c. Orisinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang

dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik

7. Penilaian portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian berekelanjutan yang

didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan

perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.

Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses

pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes(bukan nilai), atau


informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan, dan

pengetahuan yang dituntut oleh topic atau mata pelajaran tertentu.

Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara

individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu.

Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta

didik sendiri.

Penilaian portofolio dilak

You might also like