Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
permasalahan manusia secara revolusioner. Salah satu yang telah diprediksi akan
menguasai arah teknologi dunia di masa yang akan datang adalah nanoteknologi.
nano, sehingga dapat memperoleh sifat dan material yang kita inginkan tanpa
dan diyakini pemenang persaingan global di masa yang akan datang adalah
atau bahan tersebut ke dalam bentuk, ukuran dan fungsi yang diinginkan.
saat ini, dimensi nanometer adalah ukuran yang kurang dari 100 nm.
kimiawi nanomaterial tersebut. Ini sangat penting karena ketika dimensi material
2
menuju nilai beberapa nanometer (kurang dari 10 nm), banyak sifat fisis maupun
sifat dan peluang memanipulasi atau menggenerasi sifat-sifat baru yang tidak
menggunakan TEM bertujuan untuk melihat struktur bagian dalam dari material
nano tersebut. TEM akan diketahui struktur atom penyusun, bentuk kristal dan
yang lainnya.
Kegiatan yang memadukan teori dengan praktek menjadi solusi untuk memenuhi
Indonesia. Sehingga tidak hanya pemahaman yang di dapat, tetapi juga keahlian
TEM?
1.3 Tujuan
TEM
1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
SEM dikembangkan pertama kali tahun 1938 oleh Manfred von Ardenne
(ilmuwan Jerman). SEM bekerja berdasarkan prinsip scan sinar elektron pada
obyek dan mengambil gambarnya dengan mendeteksi elektron yang muncul dari
permukaan obyek.
TEM dikembangkan pertama kali oleh Ernst Ruska dan Max Knoll, 2
peneliti dari Jerman pada tahun 1932. Saat itu, Ernst Ruska masih sebagai
Karena hasil penemuan yang mengejutkan dunia tersebut, Ernst Ruska mendapat
penghargaan Nobel Fisika pada tahun 1986. Mikroskop yang pertama kali
menghasilkan resolusi hingga 100 nanometer (nm) (dua kali lebih baik dari
dan sebagian lagi akan diteruskan. Jika permukaan sampel tidak rata atau
dengan jumlah dan arah yang berbeda. Interaksi antara berkas elektron dengan
dari elektron yang mempunyai energi tinggi, elektron sekunder dengan energi
struktur material. Hal ini disebabkan karena kemudahan untuk preparasi sampel
yang akan diuji, memiliki keragaman, resolusi yang baik terkait dengan besarnya
optik, yaitu pembesaran dan resolusi yang lebih baik, serta luas bidang yang
sangat besar memberikan kesan bahwa gambar yang dihasilkan lebih baik.
8
Dengan demikian, luas bidang pada mikroskop optik ketika diperbesar 1200 kali
adalah 0,08 mm, sedangkan SEM pada perbesaran 10.000 kali, luas bidang
1. Electron Gun
Electron gun terletak pada ujung dari mikroskop dimana elektron bebas
dihasilkan oleh emisi thermionic dari filament tungsten pada 2700 K. Filamen
Terdapat tiga jenis electron gun berdasarkan metode emisinya, yaitu field
emission type (FE), schottky electron gun, dan thermal electro gun.
2. Condenser Lens
3. Deflection coil
4. Objective lens
6. Display
7. Vacuum Pump
TEM adalah alat yang paling teliti digunakan untuk menentukan ukuran
material karena TEM memiliki resolusia yang sangat tinggi. TEM bekerja
informasi tentang komposisi struktur dalam sample tersebut dapat terdeteksi dari
10
analisis sifat tumbukan, pantulan maupun fase sinar elektron yang menembus
lapisan tipis tersebut. Dari sifat pantulan sinar elektron tersebut juga bisa
diketahui struktur kristal maupun arah dari struktur kristal tersebut (Oktaviana,
2009).
1. Ruang Vakum
standar mempunyai tekanan rendah, yaitu sekitar 10-4 Pa. Hal ini dimaksudkan
untuk mengurangi perbedaan tegangan antara katoda dan ground, dan juga untuk
film yang harus diganti secara teratur tiap ada objek sehingga TEM dilengkapi
2. Spesimen stages
TEM spesimen stages ini berupa jaring-jaring yang bisa kita sebut dengan ’grid’.
Ukuran grid TEM standar ditunjukkan seperti cincin berdiameter 3,05 mm,
dengan ukuran ketebalannya mulai dari 100 pM. Sampel diletakkan pada grid
dengan ukuran sekitar 2,5 mm. Grid biasanya terbuat dari tembaga,
ketebalan sekitar 100 nm, tetapi nilai ini tergantung pada tegangan percepatan.
3. Electron gun
Electron gun merupakan bagian dari TEM yang sangat penting, electron
sebuah Wehnelt cap, dan sebuah extraction anode. Elektron dapat di ekstraksi
"dipompa" dari pistol elektron ke lempeng anoda, dan kolom TEM. Pistol
dirancang untuk membuat berkas elektron keluar dari rangkaian dalam beberapa
memiliki muatan negatif lebih tinggi dari filamen itu sendiri untuk membuat
elektron keluar dari filamen dengan cara diverging. Pada operasi yang tepat, pola
4. Electron lens
memfokuskan sinar sejajar pada beberapa constant focal length. Lensa dapat
5. Apertures
cakram logam kecil yang cukup tebal. Apertures digunakan untuk mengarahkan
elektron agar dapat berjalan secara aksial. Hal ini dapat menyebabkan efek
elektron yang tersebar di berbagai sudut tinggi, yang mungkin disebabkan oleh
proses-proses yang tidak diinginkan seperti aberration, atau karena difraksi dari
disaring dari balok, yang mungkin diinginkan dalam kasus sampel balok sensitif.
Kedua, penyaringan ini menghilangkan elektron yang tersebar pada sudut tinggi,
aberration bola atau berwarna, atau karena difraksi dari interaksi dalam sampel.
13
Perbedaan mendasar dari TEM dan SEM adalah pada cara bagaimana
elektron yang ditembakkan oleh pistol elektron mengenai sampel. Pada TEM,
kemudian hasil dari tembusan elektron tersebut yang diolah menjadi gambar.
Sedangkan pada SEM sampel tidak ditembus oleh elektron sehingga hanya
pendaran hasil dari tumbukan elektron dengan sampel yang ditangkap oleh
detektor dan diolah. Skema perbandingan kedua alat ini disajikan oleh gambar
dibawah ini.
14
tidak seperti pada regresi berganda yang pendekatannya sedikit demi sedikit
(piecemeal).
2. Asumsi pengukuran yang andal dan sempurna pada regresi berganda tidak
4. Sampel yang digunakan harus bahan yang konduktif, jika tidak konduktor
sama.
2. Hanya dapat meneliti area yang sangat kecil dari bahan uji.
senyawa padatatan dan komposisi unsur yang terdapat dalam suatu senyawa dan
informasi profil permukaan benda seperti seberapa landai dan ke mana arah
kemiringan.
dengan berkas elektron di-scan ke seluruh area daerah pengamatan. Kita dapat
Berdasarkan arah pantulan berkas pada berbagai titik pengamatan maka profil
SEM memiliki resolusi yang tinggi dari pada mikroskop optik. Hal ini
Dalam SEM berkas elektron keluar dari filamen panas lalu dipercepat
energi kinetik eVK =. Dengan demikian kita dapat menulis moment on sebagai
um elektr meVp 2=, dan panjang gelombang de Brogile meVh 2/= λ. Umumnya
tegangan yang digunakan alah puluhan kilovolt. Sebagai ilutrasi, misalkan SEM
sekitar 9 × 10-12 m.
Syarat agar SEM dapat menghasilkan pada citra yang tajam permukaan
benda harus bersifat sebagai pemantul elektron atau dapat melepaskan elektron
sekunder ketika ditembak dengan berkas electron. Material yang memiliki sifat
demikian adalah logam. Jika permukaan logam diamati di bawah SEM maka
Agar profil permukaan bukan logam dapat diamati jelas dengan SEM
diilustrasikan pada Gambar. 2.9 Film tipis logam dibuat pada permukaan
18
Gambar 2.9 Permukaan isolator perlu dilapisi logam agar dapat diamati dengan
jelas di bawah SEM.
ditempatkan dalam satu ruang (chamber) dengan logam pelapis. Ruang tersebut
dapat divakumkan dan logam pelapis dapat dipanaskan hingga mendekati titik
pada permukaan logam. Ketika sampai pada permukaan material yang memiliki
suhu lebih renda, atom-atom logam terkondensasi dan membetuk lapisan film
lama waktu evaporasi. Agar proses ini dapat berlangsung efisien maka logam
pelapis yang digunakan harus yang memiliki titik lebur rendah. Logam pelapis
Gambar 2.10 Foto SEM sejumlah sampel: (a) partikel, (b) nanotube, (c) partikel
yang terorganisasi
berlangsung pada suhu rendah (suhu kamar) Permukaan logam ditembak dengan
ion gas berenergi tinggi sehingga terpental keluar dari permukaan logam dan
atom logam tersebut membentuk fase padat dalam bentuk film tipis. Ketebalan
lapisan dikontrol dengan mengatur lama waktu sputtering. Pada saat pengukuran
dengan SEM, lokasi di permukaan sample tidak boleh terlalu lama dikenai
berkas. Elektron yang berenergi tinggi pada berkas dapat mencabut atom-atom
Film tipis dipermukaan sample akan menguap dan kembali menjadi isolator.
dengan SEM. Seperti pada gambar 3 (a) tampak jelas bahwa ukuran partikel
yang dibuat tidak seragam, tetapi bervariasi. Perhatikan, setiap foto SEM
memiliki bar skala yang panjangnya sudah tertentu. Bar tersebut menjadi acuan
penentuan ukuran partikel. Contohnya ada bar yang tertulis panjangnya 0,5 µm.
20
Jika diukur dengan penggaris misalkan panjang bar tersebut adalah 1 cm maka 1
adalag 2,2 cm maka diameter riil partikel tersebut adalah (2,2 cm/1 cm) × 0,5
µm = 1,1 µm.
Agar pengukuran dapat dilakukan dengan teliti maka foto SEM difoto
copy perbesar beberapa kali lipat seperti ilustrasi pada Gambar 2.11 dlakukan
ratusan partikel kemudian membuat tabulasi misalkan seperti pada Tabel 1.1
Dari Tabel 1 kita buatkan diagram titik dengan menggunakan sumbu datar
adalah titik tengah jangkauan dan sumbu vertical adalah jumlah partikel.
yang paling dekat dengan data pengamatan. Contoh kurva tampak pada gambar
dengan jelas menggunakan TEM karena resolusinya yang sangat tinggi. Dengan
Bahkan dari analisa lebih detail, bisa diketahui deretan struktur atom dan ada
tidaknya cacat (defect) pada struktur tersebut lokasi atom-atom dalam sampel
dengan berkas elektron yang berenergi sangat tinggi (dipercepat pada tegangan
ratusan kV). Berkas electron dapat menenbus bagian yang “lunak” sample tetapi
ditahan oleh bagian keras sample (seperti partikel). Detektor yang berada di
belakang sample menangkap berkas electron yang lolos dari bagian lunak
elektron. Sampel ditempatkan di atas grid TEM yang terbuat dari tembaga atau
karbon. Jika sample berbentuk partikel, biasanya partikel didispersi di dalam zat
cair yang mudah menguap seperti etanol lalu diteteskan ke atas grid TEM. Jika
komposit tersebut harus diiris tipis (beberapa nanometer). Alat pengiris yang
Gambar 2.13 adalah contoh foto TEM sample partikel dan carbon
nanotube. Dari citra CNT tampak garis-garis adalah barisan atom-atom karbon
yang membentuk dinding multiwall carbon nanotube. Jumlah lapisan kulit dapat
ditentukan dengan mudah hanya dengan menghitung jumlah garis pada dinding.
Dengan menggunakan high resolution TEM (HR- TEM) kita dapat menentukan
lokasi atom-atom dalam sample seperti tampak pada gambar 2.14. Titik-titik
pada gambar tersebut adalah atom-atom penyusun partikel. Dari citra tersebut
maka susunan kristal partikel dapat ditentukan. Jika sample yang diamati dengan
TEM berbentuk partikel maka distribusi ukuran partikel dapat ditentukan dengan
cara yang sama dengan menentukn distribusi ukuran partikel hasil foto SEM.
Gambar 2.14 Foto TEM partikel dan multi wall carbon nanotube
karena morfologi serta diameter pori lebih jelas dan mudah diukur. Untuk
Gambar 2.16 Hasil SEM karbon aktif dengan perbesaran 5000x (a) 5 jam (b) 10
jam (c) 15 jam (d) 20 jam (e) 24 jam
terhadap struktur dan ukuran pori karbon. Semakin lama waktu aktivasi akan
semakin baik pori karbon yang dihasilkan, namun jika waktu aktivasi
ditingkatkan lagi, maka ukuran pori kembali menjadi lebih besar. Ukuran
selama proses aktivasi pelat-pelat karbon kristalit yang tidak teratur mengalami
Pada Gambar 2.17 , daerah (1) memungkinkan pelarut dan bahan yang
akan diserap dapat masuk, daerah (2) memungkinkan pelarut dan bahan yang
lebih kecil yang akan diserap dapat masuk dan daerah (3) hanya dimasuki
pelarut. Dari hasil karakterisasi SEM, ukuran diameter pori karbon terkecil
sebesar 0,57 µm sebanyak 28 pori dengan waktu aktivasi 20 jam. Semakin kecil
26
diameter pori karbon dan semakin banyak volume pori maka semakin besar
luas permukaan dan daya serap karbon tersebut (Anggun dan Astuti, 2014).
tidak terlalu jelas perbedaan bentuk mineral yang ada. Seperti pada pembahasan
sebelumnya, bahwa mineral atau partikel yang saling bertumpuk tersebut akibat
adanya fasa gelas (solid solution) dari alumina titania yang cukup tinggi.
661 1000 dapat dilihat bentuk lempengan –lempengan tidak beraturan yang
27
ukuran partikel yang dikehendaki. Data hasil distribusi ukuran partikel ditunjukkan
partikel halusnya (ukuran partikel terbanyak terdapat pada AT 361 1200, yaitu
yang berukuran ≤ 100 nm (distribusi ukuran partikel ≤ 100 nm sebanyak 100 %).
Hal ini dapat terjadi diperkirakan karena rangkaian proses masking gel
calcination serbuk alumina titania pada temperatur kalsinasi yang lebih tinggi
(1200 °C) telah mencapai fungsi efektifitas masking gel yang paling tinggi
dikenal sebagai efek isolasi kuantum (quantum confinement effect, QCE) atau
efek ukuran kuantum (quantum size effect, QSE). Prinsip dasar efek ini dapat
Alat SEM dan TEM umumnya dipakai untuk aplikasi yang cukup
dari clay minerals, steamfloods dan chemical treatments yang terjadi pada
Instrumen ini sangat cocok untuk berbagai jenis investigasi. Hal ini
mungkin untuk menyelidiki misalnya struktur serat kayu dan kertas, logam.
permukaan fraktur, produksi cacat di karet dan plastic. Detail terkecil yang dapat
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. SEM dikembangkan pertama kali tahun 1938 oleh Manfred von Ardenne
(ilmuwan Jerman). SEM bekerja berdasarkan prinsip scan sinar elektron pada
menjadi gambar dan TEM dikembangkan pertama kali oleh Ernst Ruska dan
Max Knoll, 2 peneliti dari Jerman pada tahun 1932. Saat itu, Ernst Ruska
masih sebagai seorang mahasiswa doktor dan Max Knoll adalah dosen
lagi akan diteruskan. Jika permukaan sampel tidak rata atau terdapat lubang-
lubang, maka tiap-tiap bagian akan memantulkan elektron dengan jumlah dan
3. Perbedaan mendasar dari TEM dan SEM adalah pada cara bagaimana
elektron yang ditembakkan oleh pistol elektron mengenai sampel. Pada TEM,
kemudian hasil dari tembusan elektron tersebut yang diolah menjadi gambar.
30
Sedangkan pada SEM sampel tidak ditembus oleh elektron sehingga hanya
pendaran hasil dari tumbukan elektron dengan sampel yang ditangkap oleh
kristalografi dari sampel dengan resolusi yang tinggi dan kelemahan TEM
Elektron bisa merusak atau meninggalkan jejak pada bahan uji dan
kelemahanya hanya dapat meneliti area yang sangat kecil dari bahan uji.
padatatan dan komposisi unsur yang terdapat dalam suatu senyawa dan dapat
3.2 Saran
Berdasarkan hasil yang telah dibahas dalam makalah ini saran kami
DAFTAR PUSTAKA
Anggun, p.s dan astuti., pengaruh waktu aktivasi menggunakan H3PO4 terhadap
struktur dan ukuran pori karbon berbasis arang tempurung kemiri (aleurites
moluccana), Jurnal Fisiska Unand, 3 (2).
Aseyev, S.A., Weber, P.M., and Ischenko, A.A., 2013, Ultrafast Electron
Microscopy for Chemistry, Biology and Material Science, Journal of
Analytical Sciences, Methods and Instrumentation, 3 (1).
Elena, J., dan Manea D.L., 2012, Application of X Ray Diffraction (XRD) and
Scanning Electron Microscopy (SEM) Methods to The Portland Cement
Hyration Process, Journal of Applied Engineering Science, 2 (15).
Setiati, A., Suhanda., Naili, S., dan Yoga, S., 2011, Sintesis Dan Karakterisasi
Nano Powder Alumina Titania Dengan Metode Masking Gel Calcination,
Jurnal Riset Industri, 5 (2).
Stoian, Razvan, Andrew, H., dan Tress Hariiman.2006. TEM, SEM, and AFM
of polystyrene latex and gold nanoparticles. Submission of journal
publication, 2 (2).
33
34