Professional Documents
Culture Documents
Kiat
tersebut perlu kita pahami agar kalimat yang kita buat menjadi kalimat efektif. Ada tiga
kiat yang akan dibahas pada tulisan ini, antara lain :
Untuk menghasilkan sebuah kalimat yang efektif, kiat pengulangan digunakan untuk
memperlihatkan bagian yang diutamakan dalam kalimat. Dengan pengulangan tersebut
kalimat yang kita ulang menjadi lebih menonjol. Pengulangan tersebut dapat
diperlihatkan dalam sebuah kalimat seperti contoh di bawah ini :
Untuk mencapai cita-cita diperlukan semangat, semangat, dan sekali lagi semangat.
Pengulangan tidak harus dengan bentuk yang sama, pengulangan dapat dilakukan
dengan bentuk yang berbeda. Sehingga pengungkapan menjadi bentuk yang bervariasi.
Variasi bertujuan untuk lebih menonjolkan informasi, juga membuat tuturan menjadi
lebih segar. Pengulangan dapat kita lakukan dengan sinonim, juga pada untaian kata.
Menulis bukanlah pekerjaan yang sulit dilakukan. Menulis bukanlah momok, yang
membuat orang ketakutan, Menulis adalah kegiatan kreatif mengisi waktu luang.
Hal yang perlu kita perhatikan dalam penyejajaran adalah konsistensi, yang terdiri dari
konsistensi kategori dan konsistensi struktur. Konsistensi kategori ditampilkan pada
kategori kata, jika penjejajarn dilakukan pada kata kerja, selanjutnya juga dengan kata
kerja. Misal kata melirik, anggota selanjutnya adalah melihat, memperhatikan, melototi,
dan sebagainya. Konsistensi struktur dapat dilihat pada struktur bentukan. Misalnya
me-kan, kata melakukan anggota selanjutnya adalah melarikan, meletakkan, dan
sebagainya
Kalimat dalam suatu karangan bukan sekedar untaian kata yang berstruktur dan mengandung
gagasan atau pesan. Kalimat dalam karangan merupakan kalimat yang hidup yaitu kalimat yang
dapat berinteraksi dengan pembaca dan juga kalimat yang mewakili penulis. Kalimat yang
demikian disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif merupakan kalimat yang benar-benar memenuhi fungsinya sebagai mediator
antara penulis dan pembaca. Kalimat efektif membuat pembaca seolah-olah berinteraksi
langsung dengan penulis.
Ada dua pokok bahasan yang harus dipahami mengenai kalimat efektif, yakni (1)
persyaratan kalimat efektif dan (2) kiat mengembangkan kalimat efektif.
1. Persyaratan Kalimat Efektif
Menurut Widdowson (1979) ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam membuat
kalimat efektif, yakni persyaratan kebenaran strukur (correctness) dan persyaratan kecocokan
konteks (appropriacy).
a. Persyaratan Kebenaran Struktur
Kalimat efektif terikat pada kaidah struktur. Dengan keterikatan itu kalimat efektif dituntut
memiliki struktur yang benar. struktur itu dapat dilihat pada hubungan antar unsur kalimat.
Kalimat yang berstruktur benar adalah kalimat yang unsur-unsurnya memiliki hubungan yang
jelas. Dengan hubungan fungsi yang jelas itu, makna yang terkandung di dalamnya juga jelas.
Pada tataran kalimat, unsur-unsur memiliki fungsi sintaksis seperti subjek, predikat, objek,
pelengkap, dan keterangan harus jelas.
Contoh :
Kalimat tersebut terdiri atas tiga unsur fungsi, yaitu kepada hadirin, dimohon, dan berdiri.
Hubungan ketiga unsur fungsi tersebut tidak jelas karena tidak dapat dicari fungsi subjeknya,
walaupun dapat ditemukan predikatnya yaitu kata dimohon, dan berdiri. Dengan predikat itu,
unsur kepada hadirin jelas bukan fungsi subjek. Dapat dikatakan kalimat tersebut tidak logis
dengan pembuktian bahwa yang dimohon berdiri adalah kepada hadirin. Kalimat tersebut
menjadi logis jika yang dimohon berdiri adalah hadirin. kalimat yang benar adalah hadirin
dimohon berdiri atau hadirin kami mohon berdiri.
b. Persyaratan Kecocokan
Persyaratan kecocokan adalah persyaratan yang mengatur ketepatan kalimat dalam
konteks.
Contoh :
1. Belum ada hujan di daerah yang mengalami kekurangan air. Gerimis pun tak pernah ada.
2. Sudah lama tidak hujan. Gerimis pun tak pernah ada.
3. Kemungkinan akan ada hujan bulan ini. Gerimis pun tak pernah ada.
4. Pada musim kemarau hanya ada satu atau dua kali hujan. Gerimispun tak pernah ada.
Kalimat (1), (2), (3), dan (4) telah memenuhi persyaratan kebenaran, tetapi hanya kalimat (1) dan
(2) memenuhi persyaratan kecocokan. Kita dapat memanfaatkan struktur informasi dalam
melihat kecocokan tersebut. Jika dalam tuturan pendahulu ada informasi yang sudah diketahui
bersama, informasi itu harus dipahami sebagai informasi lama dan dikemukakan sebagai pangkal
tolak tuturan.