You are on page 1of 21

Rasa Nyeri akibat Adanya Rangsangan pada Reseptor

Vionna Nadya V.M, Jantje Putra Mandala S, Livia Brenda Patty, Rio Yosua
Saputra, Restika Sukur, Minati Puspawardani, Vania Christy, Ega Apriliyanti

Kelompok: B6
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Abstract

The human body has receptors that allow us to feel or sensitive to external stimuli. Pain is one of
the stimuli that can be perceived by humans. Pain associated with the human nervous system
centered in our brain. The human brain and nervous system can be viewed from the macroscopic
and microscopic. Each part has its own function. The sensory nervous system is one of the
branches of the human nervous system that allows us to feel the stimuli, for example pain
mechanisms or pathways so that we can feel the pain in the presence of the receptor..

Keyword: brain, nervous, pain, receptor

Abstrak

Tubuh kita sebagai manusia memiliki reseptor-reseptor yang membuat kita dapat merasakan atau
peka terhadap rangsangan dari luar. Nyeri merupakan salah satu dari rangsangan yang dapat
dirasakan oleh manusia. Nyeri berkaitan dengan sistem saraf manusia yang berpusat di otak kita.
Otak dan sistem saraf manusia dapat ditinjau dari makroskopis dan mikroskopisnya. Tiap bagian
memiliki fungsinya sendiri. Sistem saraf sensorik merupakan salah satu cabang dari sistem saraf
manusia yang memungkinkan kita dapat merasakan rangsang, contohnya nyeri yang memiliki
mekanisme atau jalur sehingga kita dapat merasakan nyeri tersebut.

Kata kunci: otak, saraf, nyeri, reseptor.

1
Pendahuluan

Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, kita sebagai manusia tentunya melakukan kontak
dengan dunia luar. Baik dengan orang lain maupun lingkungan sekitar. Tubuh manusia memiliki
reseptor-reseptor pada kulit yang membuat kita dapat merasakan atau peka terhadap rangsangan
dari luar. Contohnya, ranngsang panas, dingin, raba, tekan, maupun nyeri.1

Seperti yang telah disebutkan, nyeri merupakan salah satu dari rangsangan yang dapat
dirasakan oleh manusia. Nyeri berebeda dari sensasi lain, yaitu bahwa nyeri memberi peringatan
bahwa ada sesuatu yang salah. Nyeri mendahului sinyal lain, dan berkaitan dengan perasaan
tidak menyenangkan. Nyeri berkaitan dengan sistem saraf manusia yang berpusat di otak kita.

Tujuan pembuatan makalah ini yaitu mempelajari mengenai struktur makroskopis dan
mikroskopis otak kita dan saraf serta membahas mengenai fungsi dan mekanisme sensorik mulai
dari jaras sensorik, reseptor-reseptor, serta pusat sensorik.

Pembahasan
Sistem saraf terdiri dari susunan / sistem saraf pusat (SSP), yang mencakup otak dan korda
spinalis, dan sistem saraf perifer, yang mencakup serat-serat saraf yang membawa informasi ke
(divisi aferen) dan dari (divisi eferen) SSP. Terdapat tiga kelas neuron: neuron aferen, neuron
eferen, dan antar neuron. Ketiga neuron ini membentuk sel sehingga dapat dirangsang pada
sistem saraf.1

Struktur Otak
Secara makroskopik, otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu otak besar (cerebrum), otak kecil
(cerebellum), batang otak (brainstem) dan sistem limbik (limbic system).

2
1. Otak Besar (Cerebrum)

Otak besar (cerebrum) adalah bagian terbesar dari otak manusia dan disebut juga cerebral
cortex, forebrain atau otak depan. Cerebrum membuat kita sebagai manusia memiliki
kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan
visual. Cerebrum terbagi menjadi empat bagian, yakni lobus frontal, lobus parietal, lobus
occipital dan lobus temporal. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan
yang menyerupai parit disebut sulcus.2

 Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari otak besar. Lobus ini
berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan,
penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku
seksual dan kemampuan bahasa.
 Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan (tekanan,
sentuhan, nyeri).
 Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran,
pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.
 Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual yang
memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh
retina mata.

Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum juga bisa dibagi menjadi dua belahan (hemisfer),
yaitu hemisfer kanan dan kiri. Kedua belahan itu terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian
bawahnya. Secara umum, hemisfer kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan hemisfer kiri
mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik,
sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikir rasional.

2. Otak Kecil (Cerebellum)


Otak kecil ini terletak di bawah lobus oksipital serebrum. Otak kecil terdiri atas dua belahan
dan permukaanya berlekuk-lekuk. Fungsi otak kecil adalah untuk mengatur sikap atau posisi
tubuh, keseimbangan dan koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar. Jika terjadi cedera
pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot.2

3. Batang Otak (brainstem)

3
Batang otak berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian dasar dan
memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur
fungsi dasar manusia termasuk pernafasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur
proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia (fight or flight). Batang otak
terdiri dari tiga bagian, yaitu:3
 Mesencephalon atau otak tengah adalah bagian teratas dari batang otak yang
menghubungkan cerebrum dan cerebellum. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol
respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan
pendengaran.
 Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju
bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol fungsi otomatis otak.
 Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama dengan
formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.

4. Sistem Limbik
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak dan membungkus batang. Komponen limbik
antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks limbik. Sistem limbik
berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa
haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka
panjang. Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang salah satu fungsinya
adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak.3,4

Struktur Makroskopik Cerebrum


Otak besar atau cortex cerebri secara mudah dapat dianggap terdiri atas dua tipe: allocortex
dan isocortex. Allocortex ditemukan predominan pada rhinencephalon atau pada bagian-bagian
yang berhubungan dengan fungsi pembau. Isocortex (neocortex) merupakan tipe yang lebih
sering dijumpai pada sebagian besar hemispherium cerebri. Tipe ini tersusun dari enam lapisan
sel yang mempunyai asal embriologi sendiri-sendiri di dalam massa substansia grisea yang
mengelilingi ventriculus:2,4

1. Lamina molecularis
 Lapisan terluar yang mengandung serabut-serabut yang datang dari dalam cortex.
2. Lamina granularis externa
4
 Lapisan yang agak padat dan tersusun dari sel-sel kecil.
3. Lamina pyramidalis externa
 Berisi sel-sel piramid yang kerapkali tersusun berbaris.
4. Lamina granularis interna
 Biasanya merupakan lapisan tipis yang mempunyai sel-sel serupa dengan sel di dalam
lamina granularis externa.
5. Lamina ganglionaris
 Pada sebagian besar daerah, mengandung sel-sel piramid yang lebih besar (meskipun
jumlahnya lebih sedikit) dari pada sel-sel piramid di dalam lamina pyramidalis externa.
6. Lamina fusiformis
 Tersusun dari sel-sel fusiformis yang tidak teratur dan axonnya memasuki substansia alba
didekatnya.

Gambar 1. Lapisan korteks cerebri.4

5
Lapisan serabut saraf bermielin, yang terdapat di antara lapisan-lapisan cortex, memberikan
gambaran garis-garis yang putih. Garis gennari di dalam area striata lobus occipitalis cukup
menyolok, dapat terlihat oleh mata dan membentuk bagian sebelah luar dari lamina granularis
interna. Garis yang sama di tempat-tempat lain pada korteks ternyata lebih tipis dikenal sebagai
garis externa dari baillarger. Garis interna dari baillarger dibentuk oleh bagian sebelah dalam
dari lamina ganglionaris.5

Pembagian dan klasifikasi cortex cerebri telah diusahakan oleh banyak peneliti berdasarkan
arsitektur sel (cytoarchitecture), dan kesimpulan mengenai struktur serta fungsi cortex cerebri
diperoleh sebagian besar dari penyelidikan pada binatang, khususnya kera dan simpanse. Sistem
yang paling sering dipergunakan ialah sistem dari von economo dan brodmann. Von economo
membedakan 5 tipe isocortex yang utama berdasarkan ciri-ciri lapisannya. Dengan memakai
angka-angka, brodmann memberikan label pada masing-masing daerah yang dianggapnya
berbeda dengan yang lain. Daerah-daerah telah dipergunakan sebagai dasar referensi bagi
penetapan lokalisasi proses-proses fisiologis dan patologis.5

Ablatio dan stimulasi, baik dengan memakai arus listrik maupun dengan berbagai bahan
kimia, sudah menghasilkan penetapan lokalisasi fungsional. Berikut ini beberapa daerah yang
penting:6

1) Lobus frontalis2
Area 4 merupakan daerah motorik yang utama. Area 6 merupakan bagian sirkuit
traktus extrapiramidalis. Area 8 berhubungan dengan pergerakan mata dan
perubahan pupil. Area 9, 10, 11, dan 12 adalah asosiasi frontalis
2) Lobus parietalis2
Area 3, 1 dan 2 merupakan daerah sensorik postcentralis yang utama. Area 5 dan 7
adalah daerah asosiasi sensorik
3) Lobus temporalis2
Area 41 adalah daerah auditorius primer. Area 42 merupakan corteks auditorius
sekunder atau asosiatif. Area 38, 40, 20, 21, dan 22 adalah daerah asosiasi
4) Lobus occipital2
Area 17 yaitu cortex striata, cortex visual yang utama. Area 18 dan 19 merupakan
daerah asosiasi visual

6
Gambar 2. Area broadmann.6

Flechsig menggunakan metode myelogenetika untuk membuat pembagian cortex cerebri yang
lebih terperinci yang lebih terperinci dengan mempelajari waktu dan pola myelinisasi serabut-
serabut didalam substansia alba yang berada tepat dibawah cortex. Pada mulanya, Flechsig
membuat 40 buah lapangan cortical; angka ini kemudian bertambah.

7
Bailey dan von Bonin telah mencoba membuat sebuah gambaran sektoral dari cortex cerebri
manusia; mereka menganggap pembagian menjadi sektor-sektor lebih masuk di akal
dibandingkan dengan pembagian yang lama menjadi lobus-lobus. Gambaran tersebut terutama
didasarkan pada distribusi serabut afferent corticothalamicus. Batas sektor-sektornya hanya
dikira-kira secara kasar, dan kepadatan penyebaran serabut saraf tidak merata di seluruh sektor.
Para penyelidik menganggao bahwa gambaran mikroskopik potongan cortex dari daerah
parietalis, temporalis dan bagian cortex frontalis yang luas, tidak dapat dibedakan satu sama lain.
Gambaran yang berwarna dan hidup dari cortex cerebri manusia, yang disusun berdasarkan
sitoasitektur cortex cerebri, menyokong pernyataan mereka bahwa “isocortex manusia lebih luar
biasa di dalam keseragamannya dari pada di dalam perbedaannya yang beranekaragam.”6

Struktur Makroskopik Cerebellum


Cortex cerebellum atau otak kecil memiliki gambaran yang agak khas. Pemeriksaan
mikroskopik memperlihatkan suatu lapisan molekuler yang paling luar dan lapisan granular yang
paling dalam. Lapisan molecular mengandung beberapa sel saraf dan pada sayatan melintang,
terlihat gambaran punctata yang halus. Sel-selnya kecil dan tersusun dalam bagian luar dan
bagian dalam. Sel-sel keranjang (basket cells) pada bagian dalam berjalan melewati lapisan
molecular pada sebuah bidang tegak lurus terhadap sumbu panjang folium dan mengeluarkan
banyak collateral dengan arborizasi di sekitar sel-sel purkinje. Sel-sel stellata serupa dengan sel-
sel keranjang, tetapi letaknya superficial. Sel-sel purkinje membentuk sehelai lapisan sel-sel
besar pada hubungan antara lapisan molecular dan granular. Serabut-serabut pemanjat (climbing
fibers) merupakan serabut saraf afferent dari nuclei olivarius inferior yang berakhir pada lapisan
molecular di dekat sel-sel purkinje. Lapisan granular mempunyai ciri khas dengan banyaknya
sel-sel granula yang kecil. Setiap sel granula mengirimkan sebuah akson ke lapisan molecular,
dimana akson ini bercabang membentuk huruf T yang kedua lengannya (serabut paralel) berjalan
lurus serta memanjang, membuat hubungan synaptik dengan pohon-pohon dendrit sel purkinje.5-7

8
Sel-sel golgi dalam lapisan sel granula memprojeksikan dendrit-dendritnya ke dalam lapisan
molecular, jadi menerima input dari serabut-serabut parallel sememntara tubuh sel golgi
menerima input dari collateral serabut-serabut pemanjat dan sel-sel purkinje. Akson-aksonnya
diroyeksikan ke dendrit sel-sel granula. Serabut-serabut mossy merupakan serabut afferent dari
nuclei batang otak dan medulla spinalis dengan tambahan (appendages) yang mirip sejenis lumut
(moss) dan berakhir secara profuse dalam lapisan granular. Serabut mossy berakhir pada dendrit
sel-sel granula dengan hubungan sinaps yang rumit dan disebut glomeruli, yang juga menerima
ujung serabut inhibisi dari sel-sel golgi.5

Gambar 3. Mikroskopis cerebellum.5

Climbing fibers menimbulkan pengaruh eksitasi yang kuat pada sel-sel purkinje saja,
sedangkan serabut mossy menerbitkan pengaruh eksitasi yang lemah pada banyak sel purkinje
melalui sel-sel granula. Sel-sel keranjang dan sel-sel stellata dirangsang oleh serabut-serabut
paralel sel granula dan menghambat implus dari sel purkinje. Sel-sel golgi dieksitasikan oleh
colateral sel purkinje dan serabut-serabut paralel, serta menghambat transmisi dari mossy fibers
ke sel-sel granula. Nuclei cerebellaris yang dalam mengalami inhibisi oleh sel-sel purkinje dan
eksitasi oleh collateral dari serabut mossy, climbing fibers dan lintasan lainnya.

9
Struktur Saraf

Jaringan saraf secara mikroskopis terdiri atas dua jenis sel yaitu sel saraf dan sel penyokong, sel
saraf selalu mempunyai tonjolan sitoplasma yang panjang dan bercabang-cabang. 7

Badan Sel

Badan sel diebut juga soma atau perikarion. Bentuk dan ukurannya sangat beragam 4-135 µm.
Bentuknya pula dapat piramid, lonjong atau bulat. Nukleus badan sel umumnya besar, bulat atau
lonjong. Ditengahnya seperti mata burung hantu. Pada sitoplasma terdapat badan nissl (RE
kasar), RE licin, kompleks golgi, mitokondria, neurofibril, neurofilamen. Pada satu sel saraf
terdapat dua processus (juluran):8

Akson

Akson merupakan prosesus badan sel yang paling panjang, dan tidak mengandung bahan nissl.
Pangkal akson disebut akson hillock. Bagian akson hillock dan segmen awal disebut sebagai
“zona pemicu” yang membangkitkan potensial aksi. Akson membawa respon dari neuron yaitu
dalam bentuk potensial aksi. Sebagian besar bagian akson adalah bermielin. Ujungnya pula
bercabang-cabang seperti ranting disebut telodendria. Pada ujung ranting aksonal terhadap
pembengkakan yang disebut “boutons terminaux”.8

Dendrit

Ia adalah bagian terbesar penerima sinyal dari neuron lain, selain badan sel dan segmen awal
akson. Denrit relative tebal, berangsur meruncing di hujungnya. Ia dapat bercabang primer,
sekunder tersier dan seterusnya. Organel yang terdapat pada dendrit adalah perikarion.8

10
Gambar 4. Struktur neuron.7

Neuron dapat dibedakan berdasarkan polaritasnya yaitu :8

1. Unipolar : Jarang pada vetebrata kecuali embrional dini


2. Bipolar : Di ganglia vestibular dan koklear, dalam epitel olfaktori hidung
3. Pseudounipolar : Ganglia kraniospinal
4. Multipolar : Kebanyakan neuron, SSP

Berdasarkan fungsi pula dapat dibagikan menjadi:8

1. Neuron motoric : Mengawasi organ efektor seperti otot dan kalenjar


2. Neuron sensorik : Menerima rangsang sensoris eksteroseptif dan introseptif
3. Neuron interneuron : Menghubungkan neuron-neuron lain1,4

Kulit
Kulit manusia terdiri dua lapisan yaitu epidermis dan dermis. Epidermis terletak lebih ke
permukaan daripada dermis. Didalam kulit terdapat beberapa reseptor yang dapat merasakan
rabaan, tekanan, panas, dingin, dan nyeri. Saraf yang menuju kulit disebut saraf kutaneus,
saraf ini mencapai daerah bagian epidermis dan dermis. Saraf sensoris yang berada di kulit
merupakan saraf yang tidak bermielin. Saraf pada kulit memiliki berbagai bentuk sesuai
dengan fungsinya.

11
Pada kulit terdapat banyak saraf sensoris sehingga kulit juga disebut sebagai reseptor.
Dalam kulit terdapat ujung-ujung saraf yang dapat menerima rangsangan, ada lima ujung
saraf yaitu ujung saraf krause, ujung saraf pacini, ujung saraf meissner, ujung saraf merkel,
dan ujung saraf ruffini. Semua ujung saraf ini menerima rangsangan yang berbeda-beda.
Ujung saraf krause untuk merasakan dingin, ujung saraf pacini untuk merasakan tekanan,
ujung saraf meissner untuk merasakan rabaan, ujung saraf merkel untuk merasakan panas,
dan ujung saraf ruffini untuk merasakan nyeri. Reseptor-reseptor ini biasa terdapat pada kulit
jari, bibir, dan relatif jarang pada tubuh. Rangsangan yang diterima reseptor akan diteruskan
ke ganglion korteks cerebrum, masuk medula spinalis, kemudian akan diteruskan ke medula
oblongata.3,4

Fungsi dan Mekanisme Sensorik

Sistem saraf berfungsi untuk mengumpulkan dan memproses berbagai informasi, memberikan
reaksi terhadap berbagai rangsangan, dan mengatur kerja berbagai sel. Pada manusia, yang
mampu melakukan berbagai tugas komplek seperti berdansa, memasak, dan megikuti kursus
psikologi system saraf yang dimiliki mengandung miliaran sel. Para ilmuwan membagi jaringan
kerja yang rumit ini ke dalam dua bagian utama, yakni system saraf pusat dan system saraf
perifer.9
System saraf perifer berfungsi menangani pesan yang masuk dan keluar dari system saraf
pusat.System saraf perifer meliputi semua bagian dari system saraf yang terletak di luar otak dan
saraf tulang belakang, sampai saraf-saraf ujung jari tangan dan kaki.System saraf perifer
mencakup semua bagian system saraf yang terletak di luar otak dan saraf tulang belakang (saraf
sensorik dan saraf motorik).
System saraf perifer terdiri dari 43 pasang saraf yang menghubungkan informasi dari dan ke
sistem saraf pusat (12 pasang saraf kranial dalam kepala memasuki otak secara langsung dan 31
pasang saraf tulang belakang masuk ke dalam tulang belakang melalui celah antara tulang
belakang tersebut). Para ilmuwan, membagi sistem saraf perifer ke dalam 2 bagian, yakni:
system saraf somatic dan system saraf otonomik. Sistem saraf motoris sering disebut juga sistem
saraf skeletal, terdiri dari saraf-saraf yang berhubungan dengan reseptor-reseptor sensorik.

12
System saraf otonomik berfungsi untuk mengatur fungsi pembuluh darah, kelenjar, dan
organ internal seperti kandung kemih, perut, dan jantung. System saraf otonomik dibagi lagi
menjadi dua bagian, yakni sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Kedua bagian ini
saling bekerja sama secara berlawanan, untuk membuat tubuh mampu menyesuaikan diri dengan
perubahan lingkungan. System saraf simpatik adalah bagian dari saraf otonomik yang
menggerakkan sumber daya dalam tubuh dan meningkatkan pengeluaran energi selama kondisi
emosi dan stress. Sedangkan sistem saraf parasimpatik adalah bagian dari saraf otonomik yang
bekerja ketika seseorang berada dalam kondisi santai; sistem saraf ini juga berfungsi
melestarikan energi.4
Sistem sensorik pada manusia berhubungan dengan kemampuan mempersepsi suatu
rangsangan. Sistem ini sangat penting karena berfungsi terutama untuk proteksi tubuh. Sistem
ini dapat juga di maknai sebagai perasaan tubuh atau sensibilitas. Dalam sensorik kita mengenal
istilah reseptor. Reseptor merupakan sel atau organ yang berfungsi menerima ransang atau
stimulus. Dengan alat ini sistem saraf mendeteksi perubahan berbagai bentuk energi di
lingkungan dalam serta luar. Setiap reseptor sensoris mempunyai kemampuan mendeteksi
stimulus dan metranduksi energi fisik ke dalam sinyal (impuls) saraf.

Menurut letaknya, reseptor di bagi menjadi exteroseptor, proprioseptor, interoseptor.


Exteroseptor adalah perasaan tubuh permukaan (kulit) seperti sensasi nyeri, suhu dan raba.
Prorioseptor merupakan perasaan tubuh dalam seperti pada otot, sendi dan tendo. Interoseptor
adalah perasaan tubuh pada alat viscera atau alat-alat dalam seperti jantung, lambung, usus.

Menurut tipe dan jenis stimulus dibagi menjadi mekanoreseptor, thermoreseptor,


nociseptor, chemoreseptor dan photoreseptor. Pada mekanoreseptor merupakan kelompok
reseptor sensorik untuk mendeteksi perubahan tekanan, memonitor tegangan pada pembuluh
darah, mendeteksi rasa raba atau sentuhan. Letaknya di kulit, otot rangka, persendian dan organ
visceral. Termoreseptor memberikan respon terhadap perubahan suhu. Chemoreseptor
merupakan reseptor sensorik untuk mendeteksi ransang kimiawi seperti bau-bauan yang di
terima oleh sel reseptor pengecap di lidah, reseptor kimiawi dalam pembuluh darah untuk
mendeteksi oksigen, osmoreseptor untuk mendeteksi perubahan osmolalitas cairan darah,
glucoreseptor di hipotalamus mendeteksi perubahan kadar gula darah.

13
Nosiseptor memberikan respons terhadap stimulus yang menyebabkan kerusakan pada
jaringan. Sedangkan reseptor elektromagnetik atau fotoreseptor yaitu seperti pada sel batang dan
sel kerucut di mata, peka terhadap perubahan intensitas dan panjang gelombang cahaya.7

Berdasarkan anatomi, ujung-ujung saraf sensorik dapat diklasifikasikan berdasarkan


struktur dasarnya, yaitu reseptor berkapsul dan tidak berkapsul. Ujung saraf berkapsul memiliki
bentuk dan ukuran yang bervarisi. Contohnya adalah coperculum pacini, meissner, dan ruffini.
Reseptor tidak berkapsul contohnya ujung saraf bebas, diskus merkel dan reseptor folikel ramut.
Reseptor yang berkaitan dengan skenario yaitu ujung saraf bebas yang tersebar luas di seluruh
tubuh.

Ujung saraf bebas dapat ditemukan di antara sel-sel epitel kulit, kornea, salura cerna dan
pada jaringan ikat. Serabut aferen dari ujung saraf bebas dapat bermielin dan tidak bermielin.
Ujung-ujung terminal tidak mempunyai selubung mielin dan tidak ada sel Schwann yang
melapisi ujungnya. Sebagian besar ujung-ujung saraf ini mendeteksi rasa nyeri, sedangkan
sisanya rasa raba kasar, tekanan, dan sensasi geli dan mungkin rasa dingin serta panas.

Pada sistem sensorik terdiri dari jaras somatosensorik yang dilalui oleh sistem sensorik.
Untuk rasa permukaan seperti rasa nyeri, raba, tekan dan juga suhu maka sinyal di terima oleh
reseptor dan di bawa ke ganglion spinale melalui radiks posterior menuju cornu posterior
medulla spinalis dan berganti menjadi neuron sensoris ke-2, lalu menyilang ke sisi lain medulla
spinalis membentuk jaras yang berjalan ke atas yaitu traktus spinotalamikus. Pada saat menuju
thalamus di otak berganti menjadi neuron sensoris ke-3 dan di lanjutkan menuju korteks
somatosensorik yang berada di girus postsentralis (lobus parientalis). Untuk rasa dalam seperti
rasa sendi, otot dan tendo maka sinyal di terima reseptor menuju ganglion spinale dan radiks
posterior medulla, lalu naik menuju funiculus grasilis dan funiculus cuneatus dan berakhir di
nukleus Goll dan berganti menjadi neuron sensoris ke-2 dan arah menyilang ke sisi lain medulla
spinalis. Ketika menuju thalamus di otak, maka berganti menjadi neuron sensoris ke-3 dan pada
akhirnya menuju somatosensorik di gyrus postsentralis (lobus parientalis).8,9

14
Mekanisme Terjadinya Nyeri
Nyeri sebenarnya adalah mekanisme protektif yang dimaksudkan untuk menimbulkan
kesadaran bahwa telah atau akan terjadi kerusakan jaringan. Nyeri disertai oleh respons perilaku
termotivasi (misalnya penarikan atau pertahanan) serta reaksi emosi (misalnya menangis atau
ketakutan). Tidak seperti sensasi lain, persepsi subjektif terhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh
pengalaman di masa lalu atau sekarang.
 Mekanisme nyeri terdiri dari:
o Transduksi, yaitu perubahan Noxios stimuli menjadi aktivitas listrik pada
saraf aferen primer.
o Transmisi, adalah penerusan rangsangan dari tempat transduksi ke spinal
cord, lalu ke thamulus dan korteks.
o Modulasi, pengontrolan aktivitas transmisi nyeri.
 Untuk merespon nyeri murni dan persepsi tidak diperlukan korteks. Dan area koteks
ini diperlukan jika merespon stimulus yang diskriminatif, eksak dan interupretasi
nyeri.
 2 sensasi nyeri:
o Nyeri cepat yaitu, nyeri yang timbul akibat stimulus yang cepat dan singkat.
Disebabkan oleh mekanik, suhu, dan kimia.
o Nyeri lambat yaitu, nyeri yang timbul akibat stimulus yang lambat dan
singkat. Disebabkan oleh sel yang rusak atau mati.
Terdapat tiga kategori reseptor nyeri, yaitu:
 Nosiseptor mekanis yang berespons terhadap kerusakan mekanis, misalnya tusukan,
benturan, atau cubitan.
 Nosiseptor termal yang berespons terhadap suhu yang berlebihan terutama panas.
 Nosiseptor polimodal yang berespons setara terhadap semua jenis rangsangan yang
merusak, termasuk iritasi zat kimia yang dikeluarkan dari jaringan yang cedera.

15
Tidak ada nosiseptor yang memiliki struktur khusus; mereka semua adalah ujung-ujung
saraf telanjang. Karena manfaatnya bagi kelangsungan hidup, nosiseptor tidak beradaptasi
terhadap rangsangan yang menetap atau repetitif. Di pihak lain, semua nosiseptor dapat
disensitisasi oleh adanya prostaglandin, yang sangat meningkatkan respons reseptor terhadap
rangsangan yang mengganggu. Prostaglandin adalah kelompok turunan asam lemak khusus yang
bekerja secara lokal setelah dikeluarkan.

Gambar 5. Mekanisme Nyeri.9


Impuls nyeri yang berasal dari nosiseptor disalurkan ke SSP melalui salah satu dari dua
jenis serat aferen. Sinyal-sinyal yang berasal dari nosieptor mekanis dan termal disalurkan
melalui serat A-delta yang berukuran besar dan bermielin dengan kecepatan sampai 30
meter/detik. Impuls dari nosiseptor polimodal diangkut oleh serat C yang kecil dan tidak
bermielin dengan kecepatan yang jauh lebih lambat sekitar 12 meter/detik. Nyeri biasanya
dipersepsikan mula-mula sebagai sensasi tertusuk yang tajam dan singkat yang mudah
ditentukan lokalisasinya. Perasaan ini diikuti oleh sensasi nyeri tumpul yang lokalisasinya tidak
jelas dan menetap lebih lama serta menimbulkan rasa tidak enak. Bradikinin dan senyawa-
senyawa terkait lainnya tidak hanya membangkitkan nyeri, mungkin melalui stimulasi terhadap
nosiseptor polimodal, tetapi juga berperan dalam respons peradangan terhadap cedera jaringan.

16
Serat-serat aferen primer bersinaps dengan antar-neuron ordo kedua di tanduk dorsal
korda spinalis. Salah satu neurotransmiter yang dikeluarkan dari ujung-ujung aferen nyeri ini
adalah substansi P, yang diperkirakan khas untuk serat-serat nyeri. Jalur nyeri asendens memiliki
tujuan di korteks somatosensorik, talamus, dan formasio retikularis. Nyeri masih dapat dirasakan
walaupun korteks tidak ada, mungkin pada tingkat talamus. Formasio retikularis meningkatkan
derajat kewaspadaan yang berkaitan dengan rangsangan yang mengganggu. Hubungan-hubungan
antara talamus dan formasio retikularis ke hipothalamus dan sistem limbik menghasilkan respons
emosi dan perilaku yang menyertai pengalaman yang menimbulkan nyeri.
Berbeda dengan nyeri yang menyertai cedera perifer, yang berfungsi sebagai mekanisme
protektif normal untuk memberi peringatan mengenai kerusakan yang sudah atau akan terjadi
pada tubuh, keadaan nyeri kronik abnormal disebabkan oleh kerusakan yang sudah atau akan
terjadi pada tubuh, keadaan nyeri kronik abnormal diperkirakan disebabkan oleh kerusakan di
dalam jalur-jalur nyeri susunan saraf perifer atau pusat. Individu merasakan nyeri karena adanya
penyampaian sinyal abnormal dalam jalur-jalur nyeri walaupun tidak terdapat cedera perifer atau
rangsangan nyeri

17
Gambar 6. Mekanisme impuls nyeri.9

Sinaps

Sususan saraf terdiri dari banyak neuron yang berhubungan satu dengan yang lain membentuk
jaras konduksi fungsional. Tempat dua neuron berdekatan satu dengan yang lain dan terjadi
komunikasi interneuron disebut sinaps. Tipe sinaps yang paling umum adalah sinaps yang
terjadi antara akson sebuah neuron dengan dendrit neuron atau badan sel neuron kedua. Pada
saat akson mendekati sinaps maka terjadi pelebaran terminal (bouton terminal) seperti yang
disebutkan diatas. Sesuai dengan letaknya, sinaps dibedakan menjadi aksondendritik,
aksosomatik atau aksoaksionik.9

18
Ada dua tipe sinaps yaitu kimiawi dan elektrik. Sebagian besar sinaps merupakan sinaps
kimiawi dengan substansi kiamia, yaitu neurotransmitter yang menyebrangi ruang sempit diatara
sel-sel neuron dan melekat pada sebuah molekul protein pada membaran pascasinaptik yang
disebut reseptor. Pada sebagian besar membrane sinaps kimiawi, terdapat beberapa
neurotransmitter. Sebuah neurotransmitter biasanya merupakan activator utama dan berperan
langsung pada membran pascasinaptik, sedangkan transmitter lain berfungsi sebagai modulator
dan memodifikasi aktivitas transmitter utama.

Neurotransmitter

Neurotransmitter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam
gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan dari akson terminal melalui
eksositosis dan juga direabsorpsi untuk daur ulang. Neurotransmitter merupakan alat
komunikasi yang digunakan antarneuron. Setiap neuron melepaskan satu transmitter. Zat-zat
kimia ini menyebabkan permebealitas sel neuron, sehingga dengan bantuan zat-zat kimia ini
makan neuron dapat lebih mudah dalam menyalurkan impuls, bergantung pada jenis euron dan
transmitter tersebut. Jenis-jenis neurotransmitter ada beberapa yaitu Acetylcholine, Dopamine,
Epinephrine, Norepinephrine, GABA, Serotonin, Glutamate, Substance P, Endorphin,
Neuropeptide, dan lainnya.9,10

Neurotransmitter Asetilkolin (ACh) merupakan neurotransmitter Monoamino yang tidak


diproduksi didalam (Catecholamine) neuron. Ditrasportasikan ke otak dan ditemukan pada
seluruh bagaian otak. Memiliki konsentrasi tinggi di basal ganglia dan cortex motorik. Fungsi
utama asetilkolin (ACh) adalah mengatur atensi, memori, rasa haus, pengaturan mood, tidur
REM, memfasilitasi perilaku sexual dan tonus otot. Dopamin (DA) berlokasi di sistem saraf
pusat dan diproduksi dalam substantia nigra. Dopamin (DA) dipindahkan dari celah sinaps oleh
enzim MAO. Fungsi utama Dopamine (DA) adalah mengatur fungsi pikiran, pengambilan
keputusan, perilaku reward-seeking, dan berperan dalam mengintegrasikan kognisi.
Norepinephrine memiliki konsentrasi tinggi di dalam locus ceruleus serta dalam konsentrasi
sekunder dalam hipokampus, amygdala, dan korteks cerebri Selain itu ditemukan juga dalam
konsentrasi tinggi di saraf simpatis. Dipindahkan dari celah sinaps dan kembali ke penyimpanan
melalui proses reuptake aktif. Fungsi Utama adalah mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian
dan orientasi; mengatur “fight-flight”dan proses pembelajaran serta memori.7

19
Epinephrine sudah mulai dicipakan secara sintetis sejak tahun 1900an. Bersama
norepinephrine dilepaskan oleh kelenjar adrenal. Meningkatkan detak jantung dan melakukan
dilatasi jalan napas untuk meningkatkan fungsi nafas dan menyempitkan pembuluh darah di
dalam usus dan kulit. Terlibat di dalam metabolisme energi dan glukosa. Kadar epinephrine
yang terlalu sedikit dihubungkan dengan depresi, sementara kadar yang terlalu banyak akan
menimbulkan perilaku kekerasan.

Fungsi utama glutamat adalah pengaturan kemampuan memori dan memelihara fungsi
otomatis. Glutamat merupakan neurotransmitter excitatory utama pada otak dimana hampir tiap
area otak berisi glutamat. Glutamat memiliki konsentrasi tinggi di corticostriatal dan di dalam
sel cerebellar. Gangguan pada neurotrasmitter ini akan berakibat gangguan atau penyakit
bipolar afektif dan epilepsi.

Gamma Amino Butyric Acid (GABA) merupakan neurotransmitter yang memegang


peranan penting dalam gejala-gejala pada gangguan jiwa. Hampir tiap-tiap area otak berisi
neuron-neuron GABA. Banyak jaras di otak menggunakan GABA dan merupakan
neurotransmitter utama untuk sel purkinje. GABA dipindahkan dari sinaps melalui katabolisme
oleh GABA transaminase. Fungsi utama adalah menurunkan arousal dan mengurangi agresi,
kecemasan dan aktif dalam fungsi eksitasi.

Endorphin termasuk dalam suatu keluarga zat kimia otak yang tergolong baru yang
menyiarkan ulang informasi: neuropeptida, suatu bahan kimia diproduksi di dalam otak dan
spinal cord yang mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan mood berperan dalam persepsi
kesenangan dan sakit. Merupakan neurotransmitter itu membebaskan rasa sakit dan
mempengaruhi senang dan bahagia. Dalam keadaan defisit adalah keluhan somatis.8-10

20
Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa nyeri yang dirasakan


berkaitan dengan adanya rangsang nyeri atau rangsang nosiseptif yang diterima oleh ujung saraf
bebas serta berkaitan dengan fungsi dan mekanisme sensorik mulai dari reseptor, jaras sensorik,
hingga ke pusat sensorik dengan adanya sinaps antar neuron dan juga dengan batuan
neurotransmitter

Daftar Pustaka

1. Ferdinand F, Ariebowo M. Praktis belajar biologi. Jakarta: Visindo; 2005. h.173.


2. Wade C, Tavris C. Psikologi. Jakarta: Erlangga;2005. h.113-4.
3. Karmana O. Cerdas belajar biologi. Jakarta:Grasindo;2007.h.261.
4. Champman, Hall. A text book of histology. Jakarta:EGC;2004. p.468-70.
5. Muttaqin A. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta:
Salemba Medika; 2004. h.4.
6. Webster RA. Neurotransmitter, drugs, and brain function. England: John wiley and sons;
2004.h.5-6.
7. Campbell WW. Dejong’s: the neurologic examination. 7th ed. USA: Lippinkott William
and Wilkins; 2013.h.113
8. Snell RS. Neuronanatomi klinik. Jakarta: EGC; 2011. h. 34-9.
9. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2005. h. 147-8.
10. Sherwood. Fisiologi manusia. Jakarta: EGC; 2011. h. 112-4.

21

You might also like