Professional Documents
Culture Documents
Abstrack
This research focuses on biocomposite material which is applied for food packaging to substitute
polystyrene packaging. The purpose of this research is to know the influence of coconut fiber
towards biocomposite streng tensil with sago palm matrix and glycerol. Sago palm and glycerol
is matrixes coming from biocomposite and coconut fiber as the filler. This research is using volume
glycerol fraction and sago palm, with sago palm as 10% plastisiser since the volume fraction has
the most optimum for 1.395v Mps and 70% glatinasi temperature, wherein volume biocomposite
fraction is 45% coconut fiber, 105 glycerol, and 45% sago palm has the optimum steng tensil of
4.744 Mpa. In comparison when volume fraction is 75% of coconut fiber, 10% of glycerol and
15% of sago palm, it makes the lowest average of kekuatan tarik of 1.187 MPa. Therefore,
bicomposite with sago palm matrix, glycerol, and coconut fiber still has bigger compared to
polyesterene steng tensil which is occasionally used for food packaging having 3.27 MPa.
Melalui penelitian ini saya mencoba yang digunakan pada penelitian ini yaitu
menggunakan serat alami yaitu serabut serabut kelapa, yang mana Indonesia
kelapa sebagai filler biokomposit. merupakan penghasil tumbuhan kelapa
terbesar di dunia. Oleh karena itu, serabut
Tujuan Penelitian kelapa yang boleh disebutkan sebagai
Untuk mempengaruhi fraksi limbah dapat dijadikan nilai ekomis yang
volume serat serabut kelapa terhadap lebih tinggi .Kemudian Benny Muhandis
kekuatan tarik biokomposit bermatrik sagu Riyadie dari Universitas Diponegoro
dan gliserol. Semarang Sebelum digunakan serat kelapa
diberikan perlakuan NaOH dengan
TINJAUAN PUSTAKA konsentrasi 5%. Menurut Kuncoro Diharjo
(2006) pada komposit yang diperkuat
Indonesia merupakan salah satu dengan serat tanpa perlakuan, maka ikatan
negara penghasil kelapa terbesar di dunia, (mechanical bonding) antara serat dan UPRs
dengan total produksi diperkirakan menjadi tidak sempurna karena terhalang
sebanyak 14 milyar butir kelapa. Tanaman oleh lapisan yang menyerupai lilin di
kelapa merupakan komoditas perkebunan permukaan serat. Perlakuan NaOH ini
yang sangat potensial, disebut juga sebagai bertujuan untuk melarutkan lapisan yang
pohon kehidupan karena semua bagian menyerupai lilin di permukaan serat,
tanaman kelapa bermanfaat bagi seperti lignin, hemiselulosa, dan kotoran
kebutuhan hidup manusia. Buah kelapa lainnya. Dengan hilangnya lapisan lilin ini
dapat menghasilkan berbagai produk yang maka ikatan antara serat dan matriks
bernilai ekonomi tinggi seperti minyak, menjadi lebih kuat, sehingga kekuatan
tempurung, dan sabut. Serabut kelapa mekanik komposit menjadi lebih tinggi
merupakan hasil serat alam dari buah khususnya kekuatan tarik. Namun,
kelapa hasil samping yang terbesar dari perlakuan NaOH yang lebih lama dapat
buah kelapa, yaitu sekita 35% dari bobot menyebabkan kerusakan pada unsur
buah kelapa. Pengolahan buah kelapa selulosa. Padahal, selulosa itu sendiri
menjadi berbagai produk tersebut dapat sebagai unsur utama pendukung kekuatan
meningkatkan pendapatan petani 5-6 kali serat. Akibatnya serat yang dikenai
lipat. Menurut United Coconut Association of perlakuan alkali terlalu lama mengalami
the Philippines (UCAP), dari satu buah degradasi kekuatan yang signifikan
kelapa dapat diperoleh rata-rata 0,4 kg sehingga kekuatannya semakin rendah.
sabut yang mengandung 35% serat. Serat Adapun matrik yang akan
dapat diperoleh dari sabut kelapa dengan digunakan sebagai pengikat dalam
cara perendaman dan mekanis. Sabut biokomposit ini adalah adalah sagu
kelapa sangat kaya dengan unsur Kalium (Metroxylon sagu Rottb). Sagu merupakan
yang sangat dibutuhkan untuk tanaman asli Indonesia. Tepung sagu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. mengandung amilosa 27% dan amilopektin
Oleh karena itu apabila sabut kelapa tidak 73%. Adapun keunggulan dari tanaman
dipergunakan untuk produk-produk yang sagu adalah produktivitasnya sangat tinggi
laku dijual, maka dapat dikembalikan ke dibandingkan dengan tanaman penghasil
kebun sebagai pupuk Kalium. Serabut karbohidrat lain. Sehingga sagu yang
kelapa pada umumnya hanya dibuat sapu, dikelola dengan baik dapat mencapai 25
keset, dan sebagai bahan bakar saja. Tidak ton pati kering/ ha/tahun. Produktivitas ini
kalah alasan pentingnya dilakukan setara dengan tebu, namun lebih tinggi
penelitian ini adalah, serat alam utama dibandingkan dengan ubi kayu dan
Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012 33
Prosedur Penelitian
Mempersiapkan Serat Penguat Polimer
1. Serat serabut kelapa di jemur selama 3
hari untuk menghilangkan kadar air.
2. Kemudian serabut kelapa di masak
dengan NaOH 5% sampe keluar semua Gambar 3. Dimensi spesimen
minyak dalam serabut kelapa. Kemudian
dicuci dengan air sampai pH 7 (netral). ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3. Kemudian di keringkan lagi selama 3
hari dengan suhu 350C Hasil Pengujian
4. Serabut kelapa siap di potong sesuai Berdasarkan pengujian tarik
dengan panjangnya yaitu 3mm. menggunakan Universal Testing Machine
(Time GroupInc WDW 20 E) didapatkan
Pembuatan Spesimen Uji kekuatan tarik. Untuk pertama yaitu
1. Dilakukan penimbangan serat serabut mencari fraksi volume gliserol yang tepat
kelapa, dan sagu dengan fraksi volume supaya mendapatkan kekuatan tarik yang
yang diinginkan. Penimbangan sejumlah optimum. Maka didapatkan kekuatan tarik
massa sagu dan gliserol yang diinginkan maksimum antara gliserol dan sagu.
sesuai dengan prosentase.
2. Masukan pati sagu dalam blender dan
larutan gliserol yang sudah sesuai
dengan prosentase yang diinginkan
beserta serat serabut kelapa.
3. Seting suhu pada blender dengan suhu
700 C.
Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012 35
material biokomposit ini, beban tersebut MPa. Hal ini bisa terjadi karena matrik
belum dapat didistribusikan secara merata semakin berkurang sementara gliserol
dari matrik menuju ke serat. Pada fraksi volumenya hampir sama dengan
akhirnya serat yang tercabut dari matrik fraksi volume sagu sehingga giserol
menjadi berkurang. Oleh karena itu, pada sebagai pemlastis tidak dapat mengikat
perbandingan fraksi volume ini kekuatan sagu dengan baik sehingga serabutpun
tarik material biokomposit meningkat. tidak dapat terikat oleh matrik secara
Patahan yang terjadi pada material sempurna. Gambar patahan dari spesimen
biokomposit ini adalah jenis patahan ulet dapat dilihat pada gambar 8.
sama dengan jenis patahan pada
perbandingan fraksi volume sebelumnya.
Kemudian pada perbandingan fraksi
volume 45% : 10% : 45% pada
menunjukkan tidak adanya serat serabut
kelapa yang tercabut maupun putus.
Kenaikan kekuatan tariknya mencapai
kekuatan tarik maksimum yaitu 4,744
Mpa dengan kenaikan sebesar 60%. Hal
ini menunjukkan bahwa serat serabut
kelapa tersebar merata. Matrik sagu dapat Gambar 8. Fraksi Volume 75% : 10% : 15%.
Adapun pembahasan gambar 3.3
menyelimuti serat secara menyeluruh.
dapat dilihat bahwa grafik kekuatan tarik
Sehingga daya rekat matrik dengan
menjadi baik. Akibatnya kekuatan ikatan teoritis menunjukan kenaikan. Ketika
antara matrik dengan serat menjadi baik fraksi volume serat serabut kelapa naik,
pula. Pada fraksi volume ini, kekuatan kekuatan tarik teoritis biokomposit
tarik material biokomposit mencapai mengalami kenaikan pula. Hal tersebut
kekuatan tarik tertinggi. Patahan yang dikarenakan oleh pengaruh fraksi volume
terjadi adalah jenis patahan ulet. Karena serat serabut kelapa dalam biokomposit
banyaknya terjadi deformasi pada memiliki pengaruh yang signifikan
penampang spesimen serta bentuk terhadap kekutan tarik biokomposit. Hal
permukaan yang bergerigi dan memiliki tersebut disebabkan karena perhitungan
lekukan-lekukan yang dalam. Gambar secara teoritis tidak memperhitungkan
spesimen dapat dilihat pada gambar 4.3 persebaran serat didalam matrik sagu dan
daya ikat antar serat dan matrik, tetapi
Ketikan fraksi volume 60% : 10 % : 30%
hanya memperhitungkan kekuatan tarik
mengalami penurunan secara drastis
kekuatan tariknya menjadi 2,728 MPa. Hal dan fraksi volume serat saja sehingga
ini terjadi karena matrik sebagai perekat selama kekuatan tarik serat dan jumlah
prosentasenya berkurang dan bahkan serat meningkat maka kekuatan tarik
biokomposit meningkat juga.
lebih banyak fraksi volume dari serat.
Patahan yang terjadi adalah jenis patahan Kekuatan tarik aktual, yang terjadi
ulet. Karena banyaknya terjadi deformasi justru sebaliknya yaitu kekuatan tarik
pada penampang spesimen serta bentuk aktual yang tertinggi dicapai pada
permukaan yang bergerigi dan memiliki perbandingan
lekukan-lekukan yang dalam. fraksi volume 45%:10%:45%. Hal tersebut
Sedangkan pada fraksi volume 75% : terjadi karena serat serabut kelapa lebih
merata didalam matrik sagu dan gliserol,
10% : 15% merupaka kekuatan tarik
terendah dengan kekuatan tarik 1,187 sehingga daya ikat antara matrik dan serat
menjadi kuat. Akibat tegangan geser
Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012 38