You are on page 1of 9

Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012 31

APLIKASI SERAT SERABUT KELAPA BERMATRIK SAGU DAN GLISEROL


SEBAGAI PENGGANTI KEMASAN MAKANAN DARI STEROFOAM

Ahmad Dony Mutiara Bahtiar


Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin Politeknik Kediri
ayndon@yahoo.co.id

Abstrack
This research focuses on biocomposite material which is applied for food packaging to substitute
polystyrene packaging. The purpose of this research is to know the influence of coconut fiber
towards biocomposite streng tensil with sago palm matrix and glycerol. Sago palm and glycerol
is matrixes coming from biocomposite and coconut fiber as the filler. This research is using volume
glycerol fraction and sago palm, with sago palm as 10% plastisiser since the volume fraction has
the most optimum for 1.395v Mps and 70% glatinasi temperature, wherein volume biocomposite
fraction is 45% coconut fiber, 105 glycerol, and 45% sago palm has the optimum steng tensil of
4.744 Mpa. In comparison when volume fraction is 75% of coconut fiber, 10% of glycerol and
15% of sago palm, it makes the lowest average of kekuatan tarik of 1.187 MPa. Therefore,
bicomposite with sago palm matrix, glycerol, and coconut fiber still has bigger compared to
polyesterene steng tensil which is occasionally used for food packaging having 3.27 MPa.

Keywords : Biocomposite, Sago Palm, Glycerol, Coconut Fiber, Steng Tensil

PENDAHULUAN lingkungan. Dengan berkembangnya


material biokomposit diharapkan mampu
Latar Belakang menjadi salah satu material teknik yang
Alam telah mengajarkan kita mampu mempunyai sifat ringan, tahan
tentang kemasan misalnya jagung korosi, dan sifat mekanisnya baik.
terbungkus oleh selubung, dan berbagai Keistimewaan lain adalah sifatnya yang
macam buah – buahan terbungkus oleh renewable atau terbarukan. Untuk
kulitnya. Fungsi dari kemasan tersebut menghindari berbagai efek lingkungan
adalah untuk mencegah dan mengurangi inilah, maka perlu adanya bahan alternatif
kerusakan secara fisik seperti guncangan, untuk aplikasi fiber yang berpenguat serat
gesekan, benturan, dan getaran serta komposit alam yang tentunya ramah
pencemaran dari lingkungan sekitarnya, lingkungan. Sehingga mengurangi
Selain fungsi tersebut fungsi lain dari penggunaan bahan kimia dan gangguan
pengemasan adalah mempermudah kita lingkungan hidup.
dalam pengangkutan dan penyimpanan. Serat alami mempunyai banyak
Kemudian adanya rencana pelarangan kelebihan bila dibandingkan dengan serat
penggunaan kemasan sintetis dalam jangka lainnya. Kelebihan serat alami adalah dapat
waktu beberapa tahun ke depan semakin terdegradasi secara alami (biodegradability),
meningkatnya penelitian akan solusi mempunyai karakteristik yang dapat
pembuatan komposit yang ramah diperbaharui, ramah terhadap lingkungan,
lingkungan. Berbagai issue permasalahan memiliki massa jenis yang rendah, dan
limbah non organik serat sintetis yang mempunyai kekuatan spesifik dan
semakin bertambah mampu mendorong kekakuan yang tinggi daripada matriknya
perubahan trend teknologi komposit sehingga dapat memperbaiki sifat mekanik
menuju natural composit yang ramah pada komposit (Sergio N. Monteiro, 2005).
Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012 32

Melalui penelitian ini saya mencoba yang digunakan pada penelitian ini yaitu
menggunakan serat alami yaitu serabut serabut kelapa, yang mana Indonesia
kelapa sebagai filler biokomposit. merupakan penghasil tumbuhan kelapa
terbesar di dunia. Oleh karena itu, serabut
Tujuan Penelitian kelapa yang boleh disebutkan sebagai
Untuk mempengaruhi fraksi limbah dapat dijadikan nilai ekomis yang
volume serat serabut kelapa terhadap lebih tinggi .Kemudian Benny Muhandis
kekuatan tarik biokomposit bermatrik sagu Riyadie dari Universitas Diponegoro
dan gliserol. Semarang Sebelum digunakan serat kelapa
diberikan perlakuan NaOH dengan
TINJAUAN PUSTAKA konsentrasi 5%. Menurut Kuncoro Diharjo
(2006) pada komposit yang diperkuat
Indonesia merupakan salah satu dengan serat tanpa perlakuan, maka ikatan
negara penghasil kelapa terbesar di dunia, (mechanical bonding) antara serat dan UPRs
dengan total produksi diperkirakan menjadi tidak sempurna karena terhalang
sebanyak 14 milyar butir kelapa. Tanaman oleh lapisan yang menyerupai lilin di
kelapa merupakan komoditas perkebunan permukaan serat. Perlakuan NaOH ini
yang sangat potensial, disebut juga sebagai bertujuan untuk melarutkan lapisan yang
pohon kehidupan karena semua bagian menyerupai lilin di permukaan serat,
tanaman kelapa bermanfaat bagi seperti lignin, hemiselulosa, dan kotoran
kebutuhan hidup manusia. Buah kelapa lainnya. Dengan hilangnya lapisan lilin ini
dapat menghasilkan berbagai produk yang maka ikatan antara serat dan matriks
bernilai ekonomi tinggi seperti minyak, menjadi lebih kuat, sehingga kekuatan
tempurung, dan sabut. Serabut kelapa mekanik komposit menjadi lebih tinggi
merupakan hasil serat alam dari buah khususnya kekuatan tarik. Namun,
kelapa hasil samping yang terbesar dari perlakuan NaOH yang lebih lama dapat
buah kelapa, yaitu sekita 35% dari bobot menyebabkan kerusakan pada unsur
buah kelapa. Pengolahan buah kelapa selulosa. Padahal, selulosa itu sendiri
menjadi berbagai produk tersebut dapat sebagai unsur utama pendukung kekuatan
meningkatkan pendapatan petani 5-6 kali serat. Akibatnya serat yang dikenai
lipat. Menurut United Coconut Association of perlakuan alkali terlalu lama mengalami
the Philippines (UCAP), dari satu buah degradasi kekuatan yang signifikan
kelapa dapat diperoleh rata-rata 0,4 kg sehingga kekuatannya semakin rendah.
sabut yang mengandung 35% serat. Serat Adapun matrik yang akan
dapat diperoleh dari sabut kelapa dengan digunakan sebagai pengikat dalam
cara perendaman dan mekanis. Sabut biokomposit ini adalah adalah sagu
kelapa sangat kaya dengan unsur Kalium (Metroxylon sagu Rottb). Sagu merupakan
yang sangat dibutuhkan untuk tanaman asli Indonesia. Tepung sagu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. mengandung amilosa 27% dan amilopektin
Oleh karena itu apabila sabut kelapa tidak 73%. Adapun keunggulan dari tanaman
dipergunakan untuk produk-produk yang sagu adalah produktivitasnya sangat tinggi
laku dijual, maka dapat dikembalikan ke dibandingkan dengan tanaman penghasil
kebun sebagai pupuk Kalium. Serabut karbohidrat lain. Sehingga sagu yang
kelapa pada umumnya hanya dibuat sapu, dikelola dengan baik dapat mencapai 25
keset, dan sebagai bahan bakar saja. Tidak ton pati kering/ ha/tahun. Produktivitas ini
kalah alasan pentingnya dilakukan setara dengan tebu, namun lebih tinggi
penelitian ini adalah, serat alam utama dibandingkan dengan ubi kayu dan
Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012 33

kentang dengan produktivitas pati kering


10-15 t/ha/tahun. Widiarto (2005) yang
meneliti Film yang terbuat dari PVA murni
maupun pati sagu adalah jernih.
Bagaimanapun, film yang diperoleh dari Prosentase
Prosentase
campuran keduanya adalah sedikit legap,
dimungkinkan akibat daripada pemisahan
fasa.Sedangkan sagu saja kekuatan
tariknya masih kurang tanpa campuran Gliserol
Serat serabut Pati
pemlastis. Dalam penelitian ini gliserol kelapa sagu
sebagai campuran sagu sebagai pemlastis.
Muchrani Hasibuan (2009) yang meneliti
biokomposit sagu dan gliserol mempunyai Biokomposit
kekuatan tarik lebih tinggi dibandingkan
dengan kekuatan sagu tanpa campuran
gliserol. Uji tarik

Kerangka Konsep Penelitian


Analisa
Potensi Potensi Potensi
Gliserol Serabut sagu
kelapa Kesimpulan

Gambar 2. Diagram Interaksi Konsep


Prosentase Prosentase
Penelitian.

Proses Blending + Cetak +


METODOLOGI
Pengepresan
Alat yang Digunakan
Biokomposit a. Timbangan Digital
b. Blender
c. Cetakan Spesimen
Uji tarik Foto d. Mesin Pengujian Tarik
makroskopik e. Mesin Pengepres Hidrolik
f. Gelas Ukur
g. Cawan Petri
Aplikasi h. Kamera
Material i. Pisau
Gambar 1. Siklus Konsep berpikir
Bahan yang Digunakan
Bahan- bahan yang digunakan adalah
sebagai berikut
a. Sagu (Kanji)
b. Serabut Kelapa
c. Aquadest
Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012 34

d. Larutan NaOH 4. Hidupkan blender dan mulailah


e. Gliserol pengadukan dengan lama pengadukan
25 menit.
Variabel Penelitian 5.Setelah selama 25 menit, tuangkan isi dari
Variabel Bebas blender kedalam cetakan yang telah
Variabel bebas yang digunakan adalah disediakan.
perbandingan fraksi volume serabut kelapa 6. Setelah cetakan terisi penuh dan
yaitu 15%, 30%, 45%, 60%, 75%. spesimen menjadi agak dingin,
spesimen dipress dengan tekanan 10
Variabel Terikat kg selama 2 menit.
Untuk variable terikatnya adalah kekuatan 7. Kemudian biarkan spesimen dingin
tarik. dengan sendirinya dan di ambil dari
cetakan.
Parameter Terkontrol 8. Kemudian specimen dikeringkan
1. Gliserol 10 %. dengan suhu 65 C selama 24 jam di
0

2. NaOH 5%. dalam Oven, benar-benar kering siap


3.Temperatur Glatinasi 700C. untuk diuji.
4.Kecepatan Blender 30rpm.
5. Beban 10kN. Pengujian Spesimen
6. Panjang serabut 3mm Pengujian tarik menggunakan ASTM D
7.Kecepatan pembebanan 1 mm/menit. 638. dengan

Prosedur Penelitian
Mempersiapkan Serat Penguat Polimer
1. Serat serabut kelapa di jemur selama 3
hari untuk menghilangkan kadar air.
2. Kemudian serabut kelapa di masak
dengan NaOH 5% sampe keluar semua Gambar 3. Dimensi spesimen
minyak dalam serabut kelapa. Kemudian
dicuci dengan air sampai pH 7 (netral). ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3. Kemudian di keringkan lagi selama 3
hari dengan suhu 350C Hasil Pengujian
4. Serabut kelapa siap di potong sesuai Berdasarkan pengujian tarik
dengan panjangnya yaitu 3mm. menggunakan Universal Testing Machine
(Time GroupInc WDW 20 E) didapatkan
Pembuatan Spesimen Uji kekuatan tarik. Untuk pertama yaitu
1. Dilakukan penimbangan serat serabut mencari fraksi volume gliserol yang tepat
kelapa, dan sagu dengan fraksi volume supaya mendapatkan kekuatan tarik yang
yang diinginkan. Penimbangan sejumlah optimum. Maka didapatkan kekuatan tarik
massa sagu dan gliserol yang diinginkan maksimum antara gliserol dan sagu.
sesuai dengan prosentase.
2. Masukan pati sagu dalam blender dan
larutan gliserol yang sudah sesuai
dengan prosentase yang diinginkan
beserta serat serabut kelapa.
3. Seting suhu pada blender dengan suhu
700 C.
Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012 35

Tabel 1. Hasil Uji Tarik Matrik


Tabel 2. Kekuatan Tarik Rata-rata
Biokomposit

Kemudian didapatkan juga grafik


hubungan antara kekuatan tarik secara
teoritis dan actual dari biokomposit yang
terlihat pada gambar 6.

Gambar 4. Grafik Kekuatan Tarik Matrik


Sagu Dan Gliserol

Kemudian setelah mendapatkan kekuatan


tarik matrik selanjutnya didapatkan tabel
kekuatan tarik
biokomposit dengan perbandingan fraksi
volume Serat : Gliserol : Sagu
Dan didapatkan grafik hubungan kekuatan
tarik rata-rata dengan fraksi volume
sebagai berikut :
Gambar 6. Grafik Hubungan Kekuatan
Tarik Teoritis dengan Kekuatan Tari
Aktual Biokomposit

Pembahasan Kekuatan Tarik Matrik Sagu


Dan Gliserol
Dari hasil analisis gambar 5 grafik
menunjukan bahwa penggunaan 90% sagu
dan 10% gliserol memberikan kekuatan
tarik lebih tinggi yaitu sebesar 2,96 Mpa
Gambar 5. Grafik Kekuatan Tarik Rata-rata dibandingkan dengan fraksi volume yang
Biokomposit lain. Hal ini terjadi karena pada fraksi
volume 90% sagu dan 10% gliserol berada
pada campuran titik jenuh sehingga,
Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012 36

molekul-molekul pemlastis hanya kekuatan tarik untuk matrik sagu murni


terdispersi dan berinteraksi antara struktur (fraksi volumenya 100 %) sebesar 1,395
rantai polimer dan menyebabkan rantai – MPa.
rantai polimer sulit bergerak karena Pada fraksi volume 15% serabut
halangan sterik. Hal inilah yang kelapa, 10% gliserol, dan 75% sagu
menyebabkan kekuatan tarik meningkat gambar patahan spesimen yang terlihat
disamping karena adanya gaya pada gambar 7
intermolekuler antara rantai pada sagu
tersebut dan grafik mengalami kenaikan
yang signifikan.
Tetapi ketika fraksi volume gliserol
lebih dari 10% akan mengakibatkan
kekuatan tarik menurun. Hal ini terjadi
karena titik jenuh terlewati mengakibatkan
sehingga molekul – molekul pemlastis
yang berlebih berada pada fase tersendiri
yang berada di luar fase polimer dan akan
menurunkan gaya intermolekuler antara
rantai polimer sagu. Berdasarkan Gambar 7. Fraksi volume 15% serabut
pembahasan diatas dapat diakatan bahwa kelapa, 10% gliserol, dan 75% sagu
campuran antara sagu 90% dan gliserol
10% mempunyai kompatibilitas tertinggi. Apabila kekuatan ikatan melemah maka
Dari dasar itulah prosentase gliserol yang tegangan geser permukaan antara matrik
digunakan adalah 10%. sagu dengan serat menjadi kecil. Sehingga
Pada gambar 5 menunjukkan jika beban tarik diaplikasikan pada
kekuatan tarik rata-rata semakin material komposit ini, matrik tidak dapat
meningkat seiring dengan bertambahnya mendistribusikan beban tarik secara
fraksi volume serat serabut kelapa. Setelah merata ke serat. Akibatnya banyak timbul
fraksi volume serat serabut kelapa serat yang tercabut dari matrik,. Patahan
bertambah, maka kekuatan tarik rata-rata yang terjadi pada material komposit ini
dari biokomposit semakin meningkat adalah jenis patahan ulet. Patahan ulet
dengan kekuatan tarik rata-rata tertinggi ditandai dengan banyaknya deformasi
sebesar 4,744 MPa diperoleh ketika fraksi yang terbentuk pada permukaan spesimen
volume sebesar 45% : 10% : 45%. Ketika komposit ini serta memiliki bentuk yang
perbandingan fraksi volume sebesar 75% : bergerigi dan kasar dan serabut sebagian
10% : 15%, menghasilkan kekuatan tarik mungumpul pada bagian tertentu karena
rata-rata terendah yaitu 1,187 MPa. fraksi volume dari matrik lebih besar
Apabila perbandingan fraksi volume serat sehingga serabut tidak dapat merata.
serabut kelapa melebihi matrik sagu maka Kemudian fraksi volume dinaikan
kekuatan tariknya cenderung mengalami menjadi 30% : 10 % :60% .
penurunan. Hal ini terjadi karena matrik Dengan meningkatnya kekuatan
sagu sebagai pengikat kurang ikatan antara matrik sagu dengan serat
memberikan daya perekat terhadap serabut kelapa maka tegangan geser
serabut kelapa karena fraksi volumenya permukaan juga berangsur-angsur
yang kurang dari pada serabut kelapa meningkat., tetapi pada gambar melintang
sehingga, terjadi penurunan kekuatan persebaran serat masih belum merata.
tarik pada biokomposit. Sedangkan Apabila beban tarik diaplikasikan pada
Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012 37

material biokomposit ini, beban tersebut MPa. Hal ini bisa terjadi karena matrik
belum dapat didistribusikan secara merata semakin berkurang sementara gliserol
dari matrik menuju ke serat. Pada fraksi volumenya hampir sama dengan
akhirnya serat yang tercabut dari matrik fraksi volume sagu sehingga giserol
menjadi berkurang. Oleh karena itu, pada sebagai pemlastis tidak dapat mengikat
perbandingan fraksi volume ini kekuatan sagu dengan baik sehingga serabutpun
tarik material biokomposit meningkat. tidak dapat terikat oleh matrik secara
Patahan yang terjadi pada material sempurna. Gambar patahan dari spesimen
biokomposit ini adalah jenis patahan ulet dapat dilihat pada gambar 8.
sama dengan jenis patahan pada
perbandingan fraksi volume sebelumnya.
Kemudian pada perbandingan fraksi
volume 45% : 10% : 45% pada
menunjukkan tidak adanya serat serabut
kelapa yang tercabut maupun putus.
Kenaikan kekuatan tariknya mencapai
kekuatan tarik maksimum yaitu 4,744
Mpa dengan kenaikan sebesar 60%. Hal
ini menunjukkan bahwa serat serabut
kelapa tersebar merata. Matrik sagu dapat Gambar 8. Fraksi Volume 75% : 10% : 15%.
Adapun pembahasan gambar 3.3
menyelimuti serat secara menyeluruh.
dapat dilihat bahwa grafik kekuatan tarik
Sehingga daya rekat matrik dengan
menjadi baik. Akibatnya kekuatan ikatan teoritis menunjukan kenaikan. Ketika
antara matrik dengan serat menjadi baik fraksi volume serat serabut kelapa naik,
pula. Pada fraksi volume ini, kekuatan kekuatan tarik teoritis biokomposit
tarik material biokomposit mencapai mengalami kenaikan pula. Hal tersebut
kekuatan tarik tertinggi. Patahan yang dikarenakan oleh pengaruh fraksi volume
terjadi adalah jenis patahan ulet. Karena serat serabut kelapa dalam biokomposit
banyaknya terjadi deformasi pada memiliki pengaruh yang signifikan
penampang spesimen serta bentuk terhadap kekutan tarik biokomposit. Hal
permukaan yang bergerigi dan memiliki tersebut disebabkan karena perhitungan
lekukan-lekukan yang dalam. Gambar secara teoritis tidak memperhitungkan
spesimen dapat dilihat pada gambar 4.3 persebaran serat didalam matrik sagu dan
daya ikat antar serat dan matrik, tetapi
Ketikan fraksi volume 60% : 10 % : 30%
hanya memperhitungkan kekuatan tarik
mengalami penurunan secara drastis
kekuatan tariknya menjadi 2,728 MPa. Hal dan fraksi volume serat saja sehingga
ini terjadi karena matrik sebagai perekat selama kekuatan tarik serat dan jumlah
prosentasenya berkurang dan bahkan serat meningkat maka kekuatan tarik
biokomposit meningkat juga.
lebih banyak fraksi volume dari serat.
Patahan yang terjadi adalah jenis patahan Kekuatan tarik aktual, yang terjadi
ulet. Karena banyaknya terjadi deformasi justru sebaliknya yaitu kekuatan tarik
pada penampang spesimen serta bentuk aktual yang tertinggi dicapai pada
permukaan yang bergerigi dan memiliki perbandingan
lekukan-lekukan yang dalam. fraksi volume 45%:10%:45%. Hal tersebut
Sedangkan pada fraksi volume 75% : terjadi karena serat serabut kelapa lebih
merata didalam matrik sagu dan gliserol,
10% : 15% merupaka kekuatan tarik
terendah dengan kekuatan tarik 1,187 sehingga daya ikat antara matrik dan serat
menjadi kuat. Akibat tegangan geser
Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012 38

antara permukaan matrik dan serat (http://www.traditionaltree.org,


menjadi besar, sehingga baban yang diakses 2 Agustus 2008).
dibutuhkan untuk mematahkan material
Dieter, George. E. 1996. Metalurgi Mekanik.
juga besar.
Erlangga. Jakarta.

KESIMPULAN Elices, M and Llorca. J. 2002. Fiber Fracture.


Elsevier. England.
Berdasarkan penelitian tersebut maka Espert, Ana. 2003. Natural
dapat dibuat kesimpulan bahwa Fibres/Polypropylene Composites From
biokomposit yang berserat serabut kelapa Residual And Recycled Materials :
dengan matrik sagu dan gliserol Surface Modification of Cellulose Fibers,
berpotensi untuk dikembangkan lagi lebih Properties And Environmental
lanjut sebagai material alternative Degradation. KTH Fiber-och
pengganti polistierene sebagai kemasan Polymerteknologi. Sweden.
makanan. Pada fraksi volume 45%
Serabut kelapa, 10% gliserol dan, 45% Gibson, Ronald. F. 1994. Principles of
sagu mempunyai kekuatan tarik yang Composite Material Mechanics.
optimum yaitu sebesar 4,744 MPa. Nilai McGraw-Hill, Inc. New York.
ini mempunyai nilai kekuatan tarik yang Jacobs, James. A and Kilduff, Thomas. F.
lebih besar dari pada kekuatan tarik 1994. Engineering Materials Technology
polistierene sebesar 3,03 MPa. : Structure, Processing, Properties &
Selection. Prentice-Hall International,
Inc. London.
DAFTAR PUSTAKA
Jafferjee Brother. et al. 2003. Composite
Applications Using Coir Fibers in
Anonymous. 2006. Wood Technical Srilanka. Final Report. Netherlands.
Information. (Online),
(http://www.land- scapeforms.com, Mel, M. Schwartz. 1997. Composite Materials
diakses 2 Agustus 2008). : Properties, Nondestructive Testing, and
Repair. New Jersey.
Anshori, Isa. 2006. Pengaruh Ukuran Mesh
Serbuk Kayu Jati dan Temperatur Injeksi Matthew, F.L and Rawlings, R. D. 1994.
terhadap Kekuatan Tarik Komposit Composites Materials : Engineering
Plastik Pada Proses Injeksi. Unibraw. And Science. Chapman & Hall.
London.
ASTM. 1997. Annual book of ASTM
standards. Philadelphia : ASTM Mirbagheri, Jamal. et al. 2007. Prediction of
The Elastic Modulus of Wood Flour /
C. Y. Lai. et al. 2005. Mechanical and Kenaf Fibre / Polypropylene Hybrid
Electrical Properties of Coconut Coir Composites. Iranian Polymer Journal.
Fiber-Reinforced Polypropylene Iran.
Composite. Polymer-Plastics
Technology and Engineering. Monteiro, N. Sergio. et al. 2005. Mechanical
Malaysia. Strength of Polyester Matrix Composite
Reinforced with Coconut Fiber Wastes.
Chan, Edward and Elevitch, R. Craig. 2006. Revista Materia. Brazil.
Cocos Nucifera (Coconut). Species
Profiles for Pacific Island Prasetyo, Eko. 2006. Pengaruh Fraksi Volume
Agroforestry, (Online), Serbuk Kayu dan Temperatur
Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012 39

Penginjeksian Terhadap Sifat Mekanik


Komposit Plastik Serbuk Kayu Pada
Proses Injeksi. Unibraw.
Setyawati, Dina. 2003. Pengaruh Ukuran
Nisbah Serbuk Kayu Dengan Matriks,
Serta Kadar Compatibilizer Terhadap
Sifat Fisis dan Mekanis Komposit Kayu
Polipropilena Daur Ulang. Makalah
Falsafah Sains. Bogor.

You might also like