Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan
keluhan gatal) (Djuanda Adhi,2005).
Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon
terhadap pengaruh fakor eksogen atau pengaruh factor endogen, menimbulkan
kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel,
skuama ) dan keluhan gatal (Djuanda, Adhi, 2007).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang
mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal
pada kulit (Widhya, 2011).
Alergi adalah suatu perubahan reaksi atau respon pertahanan tubuh yang
menolak dan tidak tahan terhadap zat zat asing yang masuk dalam tubuh (Robert
Davies, 2003). Alergi merupakan respons sistem imun yang tidak tepat dan sering
kali membahayakan terhadapa substansi yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi
alergi merupakan manifestasi cedera jaringan yang terjadi akibat interaksi antara
antigen dan antibody (Brunner & Suddarth, 2002)
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien dengan
dermatitis.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi konsep dermatitis meliputi definisi, klasifikasi, etiologi,
patofisiologi, dan manifestasi klinis.
b. Mengidentifikasi proses keperawatan pada dermatitis meliputi pengkajian,
diagnosa, intervensi dan discharge planning.
A. Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons
terhadap pengaruh factor eksogen dan atau factor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuam,
likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis.
(Djuanda Adhi, 2010)
Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( imflamasi pada kulit ) yang disertai
dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik (Brunner dan Suddart 2000).
Jadi dermatitis adalah peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal.
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang
mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal
pada kulit (Widhya, 2011).
B. Anatomi Fisiologi
Kulit merupakan pelindung tubuh beragam luas dan tebalnya.
Luas kulit orang dewasa adalah satu setengah sampai dua meter persegi. Tebalnya
antara 1,5 – 5 mm, bergantung pada letak kulit, umur, jenis kelamin, suhu, dan
keadaan gizi. Kulit paling tipis pada kelopak mata, penis, labium minor dan bagian
medial lengan atas, sedangkan kulit tebal terdapat di telapak tangan dan kaki,
punggung, bahu, dan bokong. ( Evelyn, 2002 ). Selain sebagai pelindung terhadap
cedera fisik, kekeringan, zat kimia, kuman penyakit, dan radiasi, kulit juga
berfungsi sebagai pengindra, pengatur suhu tubuh, dan ikut mengatur peredaran
darah. Pengaturan suhu dimungkinkan oleh adanya jaringan kapiler yang luas di
dermis (vasodilatasi dan vasokonstriksi), serta adanya lemak subkutan dan kelenjar
keringat. Keringat yang menguap di kulit akan melepaskan panas tubuh yang
dibawah ke permukaan oleh kapiler. Berkeringat ini juga menyebabkan tubuh
kehilangan air (insesible water loss), yang dapat mencapai beberapa liter sehari.
Faal perasa dan peraba dijalankan oleh ujung saraf sensoris Vater Paccini, Meissner,
Krause, Ruffini yang terdapat di dermis. ( Evelyn, 2002 )
Bagian-bagian Kulit Manusia
Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis atau
korium,dan jaringan subkutan atau subkutis.
1. Epidermis
Epidermis terbagi atas lima lapisan, yaitu :
C. Klasifikasi
1. Dermatitis kontak
2. Dermatitis atopik
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai
gatal dan umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi
pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang
kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, tempatnya dilipatan atau
fleksural..
3. Neurodermatitis sirkumskripta
4. Dermatitis numularis
Merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi berukuran
sebesar uang logam dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.
5. Dermatitis seboroik
Merupakan golongan kelainan kulit yang didasari oleh factor konstitusi,
hormon, kebiasaan buruk dan bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit
dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar leher, alis mata dan di belakang
telinga.
Manajemem keperawatan pada pasien Dermatitis seboroik
a. Sarankan pada pasien untuk menghindari iritasai dari luar, factor pemicu
yang menyebabkan muncul lagi dermatitis seboroik ulangan, dan
menyarankan untuk tidak sering menggaruk area yang gatal.
b. Diskusikan pada pasien untuk menghindari udara ke kulit dan selalu
menjaga kebersihan pelipatan pada kulit dan usahakan supaya tetap kering.
E. Patofisiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis
ataupun epidermis yang disebabkanoleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan. Zat
tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada
kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan
terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena
yang berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun alergen yang masuk
kedalam merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan
tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel dermis
maupun sel epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.
Adapun faktor-faktor yang ikut mendorong perkembanan dermatitis adalah
gesekan, tekanan, balutan, macerasi, panas dan dingin, tempat dan luas daerah yang
terkena dan adanya penyakit kulit lain. (Brunner dan Suddart, 2001)
Pada penderita dermatitis di temukan peningkatan IgE di dalam serum
Antigen akan ditangkap oleh fagosit kemudian akan dipresentasikan ke sel T2
Helper (Sel Th2). Sel Th2 memproduksi sitokin kemudian menaktifkan sel-sel B
untuk tumbuh dan berdiferensiasi sehingga menghasilkan Antibodi IgE. IgE
menempel di sel mast, lalu melepaskan mediator kimia berupa histamin. Histamin
di anggap sebagai zat penting yang memberi reaksi dan menyebabkan pruritus.
F. Pathway
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan penunjang :
a. Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin
1/5000).
b. Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
2. Laboratorium
a. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin
b. Urin : pemerikasaan histopatologi
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis dan keperawatan dermatitis melalui terapi yaitu :
1. Terapi sitemik Pada dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi
antihistamin, antiserotonin, antigraditinin, arit-SRS-A dan pada kasus berat
dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
2. Terapi topical Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut cukup diberi
bedak kocok bila kronik diberi saleb.
3. Diet Tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP ) Contoh : daging, susu, ikan,
kacang-kacangan, jeruk, pisang, dan lain-lain.
J. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul menurut Adhi Juanda, 2005 adalah :
1. Infeksi sekunder
2. Infeksi kulit
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, suku, agama, alamat,
pendidikan, diagnose medis, tanggal MRS dan tanggal pengkajian diambil dan juga
menanggulanginya.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit
kulit lainnya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
4. Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
5. Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau
pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat
6. Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit.
Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai
penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
1) Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi,
siang dan malam )
2) Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah,
pantangan atau alergi
3) Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
4) Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-
sayuran yang mengandung vitamin antioksidant
c. Pola eliminasi
1) Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya
2) Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
3) Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan
alat bantu untuk miksi dan defekasi.
d. Pola aktivitas/olahraga
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan reaksi inflamasi
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perasan malu terhadap penampakan
diri dan persepsi diri tentang ketidakbersihan
3. Nyeri akut berhubungan dengan lesi kulit
4. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas
C. Intervensi Keperawatan
4. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji jenis dan tingkat
dengan lesi kulit keperawatan diharapkan nyeri pasien.( tentukan
nyeri dapat berkurang apakah nyerinya kronis
dengan kriteria hasi : atau akut. Selain itu, kaji
a. Mampu mengontrol factor yang dapat
nyeri (tahu penyebab mengurangi atau
nyeri, mampu memperberat; lokasi,
menggunakan tehnik durasi, intensitas dan
nonfarmakologi untuk karakteristik nyeri; dan
mengurangi nyeri, tanda-tanda dan gejala
mencari bantuan) psikologis. Pengkajian
b. Melaporkan bahwa berkelanjutan membantu
nyeri berkurang meyakinkan bahwa
D. Discharge Planning
1. Gunakanlah kosmetik hipoalergen
2. Setelah mandi keringkan kulit dengan menepuk-menepuk bukan menggosok
3. Gunakan mild soap atau pengganti sabun
4. Jangan mandi terlalu lama karena akan membuat menjadi kering
5. Kenakan pelembab
6. Hindari penggunaan wool atau pemaparan terhadap iritan seperti ditergen dan
gunakan ditergen yang tidak mengandung bahan pemutih
7. Jangan menggaruk atau menggosok kulit
8. Penderita yang sedang menggunakan salep kortikosteroid atau krim sebaiknya
hanya mengoleskan pada bagian kulit yang membutuhkan lalu di pijat secara
perlahan
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat
kita ambil sebuah kesimpulan bahwa penyakit dermatitis merupakan peradangan
kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau
faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis pada kulit.
Kemudian asuhan keperawatan dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi
kebutuhan dasar klien dan mengembalikan kondisi klien seoptimal mungkin dengan
cara memberikan beberapa tindakan dan perawatan secara profesional.
B. Saran
1. Diharapkan selalu menjaga kebersihan tubuh untuk menghindari penyakit
dermatitis
2. Memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang mengalami penyakit
dermatitis secara profesional
3. Memberikan pendidkan kesehatan kepada masyarakat tentang kebersihan diri
dan pola diet yang baik.
Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume
2. Jakarta : EGC.
Djuanda Adhi., 2007., Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi kelima.Balai Penerbit
FKUI. Jakarta
Djuanda, Adhi. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia