You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan
keluhan gatal) (Djuanda Adhi,2005).
Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon
terhadap pengaruh fakor eksogen atau pengaruh factor endogen, menimbulkan
kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel,
skuama ) dan keluhan gatal (Djuanda, Adhi, 2007).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang
mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal
pada kulit (Widhya, 2011).
Alergi adalah suatu perubahan reaksi atau respon pertahanan tubuh yang
menolak dan tidak tahan terhadap zat zat asing yang masuk dalam tubuh (Robert
Davies, 2003). Alergi merupakan respons sistem imun yang tidak tepat dan sering
kali membahayakan terhadapa substansi yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi
alergi merupakan manifestasi cedera jaringan yang terjadi akibat interaksi antara
antigen dan antibody (Brunner & Suddarth, 2002)

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien dengan
dermatitis.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi konsep dermatitis meliputi definisi, klasifikasi, etiologi,
patofisiologi, dan manifestasi klinis.
b. Mengidentifikasi proses keperawatan pada dermatitis meliputi pengkajian,
diagnosa, intervensi dan discharge planning.

STIKes Widya Nusantara Palu 1


BAB II
PEBAHASAN

A. Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons
terhadap pengaruh factor eksogen dan atau factor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuam,
likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis.
(Djuanda Adhi, 2010)
Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( imflamasi pada kulit ) yang disertai
dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik (Brunner dan Suddart 2000).
Jadi dermatitis adalah peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal.
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang
mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal
pada kulit (Widhya, 2011).

B. Anatomi Fisiologi
Kulit merupakan pelindung tubuh beragam luas dan tebalnya.
Luas kulit orang dewasa adalah satu setengah sampai dua meter persegi. Tebalnya
antara 1,5 – 5 mm, bergantung pada letak kulit, umur, jenis kelamin, suhu, dan
keadaan gizi. Kulit paling tipis pada kelopak mata, penis, labium minor dan bagian
medial lengan atas, sedangkan kulit tebal terdapat di telapak tangan dan kaki,
punggung, bahu, dan bokong. ( Evelyn, 2002 ). Selain sebagai pelindung terhadap
cedera fisik, kekeringan, zat kimia, kuman penyakit, dan radiasi, kulit juga
berfungsi sebagai pengindra, pengatur suhu tubuh, dan ikut mengatur peredaran
darah. Pengaturan suhu dimungkinkan oleh adanya jaringan kapiler yang luas di
dermis (vasodilatasi dan vasokonstriksi), serta adanya lemak subkutan dan kelenjar
keringat. Keringat yang menguap di kulit akan melepaskan panas tubuh yang
dibawah ke permukaan oleh kapiler. Berkeringat ini juga menyebabkan tubuh
kehilangan air (insesible water loss), yang dapat mencapai beberapa liter sehari.
Faal perasa dan peraba dijalankan oleh ujung saraf sensoris Vater Paccini, Meissner,
Krause, Ruffini yang terdapat di dermis. ( Evelyn, 2002 )
Bagian-bagian Kulit Manusia
Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis atau
korium,dan jaringan subkutan atau subkutis.
1. Epidermis
Epidermis terbagi atas lima lapisan, yaitu :

STIKes Widya Nusantara Palu 2


a. Lapisan tanduk atau stratum korneum yaitu lapisan kulit yang paling luar
yang terdiri dari beberapa lapis sel gepeng yang mati, tidak berinti dan
protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).
b. Stratum Lusidum yaitu lapisan sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma
berubah menjadi eleidin (protein). Tampak jelas pada telapak tangan dan kaki.
c. Lapisan granular atau stratum granulosum yaitu 2 atau 3 lapisan sel gepeng
dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Mukosa
biasanya tidak memiliki lapisan ini. Tampak jelas pada telapak tangan dan kaki.
d. Lapisan malpighi atau stratum spinosum. Nama lainnya adalah pickle cell
layer (lapisan akanta). Terdiri dari beberapa lapis sel berbentuk poligonal dengan
besar berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasma jernih karena
mengandung banyak glikogen dan inti terletak ditengah-tengah. Makin dekat
letaknya ke permukaan bentuk sel semakin gepeng. Diantara sel terdapat
jembatan antar sel (intercellular bridges) terdiri dari protoplasma dan tonofibril
atau keratin. Penebalan antar jembatan membentuk penebalan bulat kecil disebut
nodus bizzozero. Diantara sel juga terdapat sel langerhans.
e. Lapisan basal atau stratum germinativium. Terdiri dari sel berbentuk kubus
tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal, berbaris seperti pagar
(palisade),mengadakan mitosis dari berbagai fungsi reproduktif dan terdiri dari :
1). Sel berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar,
dihubungkan satu dengan yang lain dengan jembatan antar sel.
2). Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell merupakan sel berwarna
muda dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap dan mengandung butiran
pigmen (melanosomes). ( Evelyn, 2002 )
2. Dermis
Dermis atau korium merupakan lapisan bawah epidermis dan diatas jaringan
subkutan. Dermis terdiri dari jaringan ikat yang dilapisan atas terjalin rapat
( pars papilaris), sedangkan dibagian bawah terjalin lebih longgar ( pars
particularis ). Lapisan pasr particularis mengandung pembuluh darah, saraf,
rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus. ( Evelyn, 2002 )
3. Jaringan Subkutan (Subkutis atau Hipodermis)
Jaringan subkutan merupakan lapisan yang langsung dibawah dermis. Batas
antara jaringan subkutan dan dermis tidak tegas. Sel sel yang terbanyak
adalah liposit yang menghasilkan banyak lemak. Jaringan subkutan
mengandung saraf, pembuluh darah dan limfe, kandungan rambut dan di
lapisan atas jaringan subkutan terdapat kelenjar keringan. Fungsi dari
jaringan subkutan adalah penyekat panas, bantalan terhadap trauma dan
tempat penumpukan energi. ( Evelyn, 2002 ).
Fisiologi Kulit :
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :
a. Pelindung atau proteksi
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan-
jaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh-
pengaruh luar seperti luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari

STIKes Widya Nusantara Palu 3


kulit ari diselubungi dengan lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit
tahan air. Kulit dapat menahan suhu tubuh,menahan,luka-luka
kecil, mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh serta
menghalau rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari
matahari. ( Evelyn, 2002 )
b. Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang
berhubungan dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan
getaran. Kulit sebagai alat perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf
sensasi. ( Evelyn, 2002 )
c. Pengatur panas atau thermoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh
kapiler serta melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf
otonom. Tubuh yang sehat memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat
Farenheit atau sekitar 36,50C. Ketika terjadi perubahan pada suhu
luar, darah dan kelenjar keringat kulit mengadakan penyesuaian
seperlunya dalam fungsinya masing-masing. Pengatur panas adalah salah
satu fungsi kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas
akan hilang dengan penguapan keringat. ( Evelyn, 2002 )
d. Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar
keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa
garam, yodium dan zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit
tidak saja disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan
air transepidermissebagai pembentukan keringat yang tidak disadari.
( Evelyn, 2002 )
e. Penyimpanan.
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak. ( Evelyn, 2002 )
f. Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut
dalam lemak dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat
pada krim muka dapat masuk melalui kulit dan mempengaruhi lapisan
kulit pada tingkatan yang sangat tipis. Penyerapan terjadi melalui
muara kandung rambut dan masuk ke dalam saluran kelenjar palit,
merembes melalui dinding pembuluh darah ke dalam peredaran darah
kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya. ( Evelyn, 2002 )
g. Penunjang penampilan
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang
tampak halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan Fungsi
lain dari kulit yaitu kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti
kulit memerah, pucat maupun konstraksi otot penegak rambut. ( Evelyn,
2002 )

C. Klasifikasi
1. Dermatitis kontak

STIKes Widya Nusantara Palu 4


Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap
paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit.
Dermatitis kontaki terbagi 2 yaitu :
a. Dermatitis kontak iritan (mekanisme non imunologik)
b. Dermatitis kontak alergik (mekanisme imunologik spesifik)
Perbedaan Dermatitis kontak iritan dan kontak alergik
No. Dermatitis kontak iritan Dermatitis kontak alergik
1. Penyebab Iritan primer Alergen kontak S.sensitizer
2. Permulaan Pada kontak pertama Pada kontak ulang
3. Penderita Semua orang Hanya orang yang alergik
4. Lesi Batas lebih jelas Batas tidak begitu jelas
Eritema sangat jelas Eritema kurang jelas
5. Uji Tempel Sesudah ditempel 24 Bila sesudah 24 jam bahan
jam, bila iritan di angkat allergen di angkat, reaksi
reaksi akan segera menetap atau meluas berhenti.

2. Dermatitis atopik
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai
gatal dan umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi
pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang
kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, tempatnya dilipatan atau
fleksural..
3. Neurodermatitis sirkumskripta
4. Dermatitis numularis
Merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi berukuran
sebesar uang logam dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.
5. Dermatitis seboroik
Merupakan golongan kelainan kulit yang didasari oleh factor konstitusi,
hormon, kebiasaan buruk dan bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit
dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar leher, alis mata dan di belakang
telinga.
Manajemem keperawatan pada pasien Dermatitis seboroik
a. Sarankan pada pasien untuk menghindari iritasai dari luar, factor pemicu
yang menyebabkan muncul lagi dermatitis seboroik ulangan, dan
menyarankan untuk tidak sering menggaruk area yang gatal.
b. Diskusikan pada pasien untuk menghindari udara ke kulit dan selalu
menjaga kebersihan pelipatan pada kulit dan usahakan supaya tetap kering.

STIKes Widya Nusantara Palu 5


c. Instruksikan untuk menggunakan shampoo dan menghindari kebiasaan
yang buruk
d. Beritahu pasien bahwa dermatitis seboroik adalah masalah yang sangat
kronik dan tidak tertutup kemungkinan untuk muncul lagi.
e. Ajarkan pada pasien menempelkan cara-cara untuk mengghindari
dermatitis. (Djuanda Adhi, 2010)
D. Etiologi
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan
respon kulit terhadap agen-agen misalnya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu
alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis. Respon tersebut dapat
berhubungan dengan alergi. (Arief Mansjoer.1998.”Kapita selekta”)
Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
1. Luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen, oli, semen, asam, basa), fisik
(sinar matahari, suhu), mikroorganisme (mikroorganisme, jamur).
2. Dalam (endogen) misalnya dermatitis atopik.

E. Patofisiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis
ataupun epidermis yang disebabkanoleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan. Zat
tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada
kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan
terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena
yang berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun alergen yang masuk
kedalam merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan
tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel dermis
maupun sel epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.
Adapun faktor-faktor yang ikut mendorong perkembanan dermatitis adalah
gesekan, tekanan, balutan, macerasi, panas dan dingin, tempat dan luas daerah yang
terkena dan adanya penyakit kulit lain. (Brunner dan Suddart, 2001)
Pada penderita dermatitis di temukan peningkatan IgE di dalam serum
Antigen akan ditangkap oleh fagosit kemudian akan dipresentasikan ke sel T2
Helper (Sel Th2). Sel Th2 memproduksi sitokin kemudian menaktifkan sel-sel B
untuk tumbuh dan berdiferensiasi sehingga menghasilkan Antibodi IgE. IgE
menempel di sel mast, lalu melepaskan mediator kimia berupa histamin. Histamin
di anggap sebagai zat penting yang memberi reaksi dan menyebabkan pruritus.

STIKes Widya Nusantara Palu 6


Histamin menghambat kemotaksis dan menekan produksi sel T sehingga terjadi
peningkatan IgE yang akan menyebabkan pruritus (rasa gatal) pada penderita. Sel
akan meningkat pada lesi dermatitis atopik kronis. Sel ini mempunyai kemampuan
melepaskan histamin. Histamin sendiri tidak dapat menyebabkan lesi ekzematosa.
Kemungkinan zat tersebut menyebabkan pruritus dan eritema, mungkin karena
garukan akibat gatal menimbulkan lesi ekzematosa. Pada pasien dermatitis atopik
kapasitas untuk menghasilkan IgE secara berlebihan di turunkan secara genetik.
Imunitas seluler dan respon terhadap reaksi hipersensitivitass tipe lambat juga
akan menurun pada 80% penderita denmatitis atopik, akibat menurunnya jumlah
limfosit T sitolitik (CD8+). Sehingga rasio limfosit T sitolitik (CD8+) terhadap
limfosit T helper (CD4+) meningkat sehingga berakibat meningkatnyakerawanan
(suseptibilitas) terhadap infeksi virus, bakteri dan jamur, lalu menimbulkan
sensitisasi terhadap reaksi hipersensitivitas tipe cepat (tipe 1).

F. Pathway

- Fisik (sinar, suhu) Faktor yang berhubungan


- Mikroorganisme Dermatitis - Genetik
(bakteri, jamur) - Lingkungan
- Farmakologik
Faktor dari luar (eksogen) Faktor dari dalam - Imunologik
(endogen)
Dermatitis kontak (sabun, Berhubungan dengan
detergen, zat kimia) Dermatitis atopik peningkatan kadar IgE
dalam serum
Asma bronchial, rhinitis,
Allergen sensitizen Iritan primer
alergik
Sel langerhans dan Mengiritasi kulit Ketidakefektifan pola
magrofag
nafas
Sel T
Peradangan kulit (lesi) Kerusakan integritas
Sensitisasi sel T oleh kulit
saluran limfe
Nyeri Akut Gangguan citra tubuh
Reaksi hipersensitivitas IV Resiko infeksi
G. Manifestasi Klinis
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut
terutama pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada
muka (terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.

STIKes Widya Nusantara Palu 7


1. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi
dan eksudasi sehingga tampak basah.
2. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi
kusta.
3. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan
likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak
awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.
Manifestasi klinis menurut klasifikasi :
1. Dermatitis kontak
a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak.
b. Untuk dermatitis kontak alergi, gejala tidak muncul sebelum 24-48 jam,
bahkan sampai 72 jam.
c. Untuk dermatitis kontak iritan, gejala terbagi dua menjadi akut dan kronis.
Saat akut dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan sampai
terasa perih bahkan lecet. Saat kronis gejala dimulai dengan kulit yang
mengering dan sedikit meradang yang akhirnya menjadi menebal.
d. Pada kasus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan tersebut.
e. Kulit terasa gatal bahkan terasa terbakar.
f. Dermatitis kontak iritan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa
dibandingkan dengan tipe alergi.
2. Dermatitis atopik (DA)
Ada 3 fase klinis DA yaitu :
a. DA infantil (2 bulan – 2 tahun)
DA paling sering muncul pada tahun pertama kehidupan yaitu pada bulan
kedua. Lesi mula-mula tampak di daerah muka (dahi-pipi) berupa eritema,
papul-vesikel pecah karena garukan sehingga lesi menjadi eksudatif dan
akhirnya terbentuk krusta. Lesi bisa meluas ke kepala, pergelangan tangan
dan tungkai. Bila anak mulai merangkak, lesi bisa di temukan di daerah
ekstensor ekstremitas. Sebagian besar penderita sembuh setelah 2 tahun
dan sebagian lagi berlanjut ke fase anak.
b. DA anak (2-10 tahun)
Dapat merupakan lanjutan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri
(denovo). Lokasi lesi dilipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan
tangan, kelopak mata dan leher. Ruam berupa papul likenifaksi, sedikit
skuama, erosi, hiperkeratosis dan mungkin infeksi sekunder. DA berat
yang lebih dari 50% permukaan tubuh dapat mengganggu pertumbuhan.
c. DA pada remaja dan dewasa

STIKes Widya Nusantara Palu 8


Lokasi lesi pada remaja adalah di lipatan siku/lutut, samping leher, dahi,
sekitar mata. Pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering
mengenai tangan, dapat pula berlokasi setempat misalnya pada bibir
(kering, pecah, bersisik), vulva, puting susu atau skalp. Kadang-kadang
lesi meluas dan paling parah di daerah lipatan, mengalami likenifikasi.
Lesi kering, agak menimbul, papul datar cenderung berkonfluens menjadi
plak likenifikasi dan sedikit skuama. Bisa didapati ekskoriasi dan eksudasi
akibat garukan dan akhirnya menjadi hiperpigmentasi. Umumnya DA
remaja dan dewasa berlangsung lama kemudian cenderung membaik
setelah usia 30 tahun, jarang sampai usia pertengahan dan sebagian kecil
sampai tua.
3. Neurodermatitis sirkumskripta
a. Kulit yang sangat gatal
b. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah, paha
atau mata kaki, kadang muncul pada alat kelamin.
c. Rasa gatal sering hilang timbul pada saat santai atau sedang tidur, akan
berkurang saat beraktifitas. Rasa gatal yang digaruk akan menambah berat
rasa gatal tersebut.
d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisik akibat
garukan atau penggosokan dan sudah terjadi bertahun-tahun.
4. Dermatitis numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat mengganggu.
b. Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel (0,3-1,0 cm), kemudian
membesar dengan cara berkonfluensi atau meluas ke samping, membentuk
satu lesi karakteristik seperti uang logam (coin), eritematosa, sedikit
edematosa, dan berbatas tegas.
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi
krusta kekuningan.
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah 5 cm atau lebih, jumlah lesi dapat
hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau simetris dengan
ukuran yang bervariasi dari miliar sampai numular, bahkan plakat.
e. Tempat predileksi biasanya terdapat di tungkai bawah, badan, lengan
termasuk punggung tangan.
5. Dermatitis statis
a. Bercak-bercak berwarna merah yang bersisik
b. Bintik-bintik berwarna merah dan bersisik
c. Borok atau bisul pada kulit
d. Kulit yang tipis pada tangan dan kaki

STIKes Widya Nusantara Palu 9


e. Luka (lesi) kulit
f. Pembengkakan pada tungkai kaki
g. Rasa gatal di sekitar daerah yang terkena
(Djuanda Adhi, 2010)

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan penunjang :
a. Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin
1/5000).
b. Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
2. Laboratorium
a. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin
b. Urin : pemerikasaan histopatologi

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis dan keperawatan dermatitis melalui terapi yaitu :
1. Terapi sitemik  Pada dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi
antihistamin, antiserotonin, antigraditinin, arit-SRS-A dan pada kasus berat
dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
2. Terapi topical  Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut cukup diberi
bedak kocok bila kronik diberi saleb.
3. Diet  Tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP ) Contoh : daging, susu, ikan,
kacang-kacangan, jeruk, pisang, dan lain-lain.

J. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul menurut Adhi Juanda, 2005 adalah :
1. Infeksi sekunder
2. Infeksi kulit

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, suku, agama, alamat,
pendidikan, diagnose medis, tanggal MRS dan tanggal pengkajian diambil dan juga

STIKes Widya Nusantara Palu 10


identitas penanggung jawab klien (nama, umur, pendidikan, suku, hubungan dengan
klien, pekerjaan dan alamat).
2. Keluhan utama
Biasanya pasian mengelu gatal
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk

menanggulanginya.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit
kulit lainnya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
4. Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
5. Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau
pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat
6. Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit.
Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai
penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
1) Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi,
siang dan malam )
2) Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah,
pantangan atau alergi
3) Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
4) Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-
sayuran yang mengandung vitamin antioksidant
c. Pola eliminasi
1) Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya
2) Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
3) Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan
alat bantu untuk miksi dan defekasi.
d. Pola aktivitas/olahraga

STIKes Widya Nusantara Palu 11


1) Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan pada
kulit.
2) Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan
ototnya karena yang terganggu adalah kulitnya
3) Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
e. Pola istirahat/tidur
1) Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
2) Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur
yang berhubungan dengan gangguan pada kulit
3) Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar
atau tidak?
f. Pola kognitif/persepsi
1) Kaji status mental klien
2) Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam
memahami sesuatu
3) Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara
klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien
4) Kaji penglihatan dan pendengaran klien
5) Kaji apakah klien mengalami vertigo
6) Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak merah pada
kulit.
g. Pola persepsi dan konsep diri
1) Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri,
apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya
2) Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas,
depresi atau takut
3) Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
h. Pola peran hubungan
1) Tanyakan apa pekerjaan pasien
2) Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti:
pasangan, teman, dll.
3) Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan
penyakit klien
i. Pola seksualitas/reproduksi
1) Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan
penyakitnya
2) Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait
dengan menopause
3) Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam
pemenuhan kebutuhan seks
j. Pola koping-toleransi stress

STIKes Widya Nusantara Palu 12


1) Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS (financial
atau perawatan diri)
2) Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi
kecemasannya (mekanisme koping klien). Apakah ada penggunaan
obat untuk penghilang stress atau klien sering berbagi masalahnya
dengan orang-orang terdekat.
k. Pola keyakinan nilai
Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam
beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang
yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan reaksi inflamasi
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perasan malu terhadap penampakan
diri dan persepsi diri tentang ketidakbersihan
3. Nyeri akut berhubungan dengan lesi kulit
4. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas

C. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa NOC NIC

2. Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan asuhan 1) Lakukan inspeksi lesi


berhubungan dengan lesi dan keperawatan, kulit klien setiap hari
reaksi inflamasi dapat kembali normal 2) Pantau adanya tanda-
dengan kriteria hasil: tanda infeksi
a. Kenyamanan pada 3) Ubah posisi pasien tiap
kulit meningkat 2-4 jam
b. Derajat pengelupasan 4) Bantu mobilitas pasien
kulit berkurang sesuai kebutuhan
c. Kemerahan berkurang 5) Pergunakan sarung
d. Lecet karena garukan tangan jika merawat
berkurang lesi
e. Penyembuhan area 6) Jaga agar alat tenun
kulit yang telah rusak selau dalam keadaan
bersih dan kering
7) Libatkan keluarga
dalam memberikan

STIKes Widya Nusantara Palu 13


bantuan pada pasien
8) Gunakan sabun yang
mengandung pelembab
atau sabun untuk kulit
sensitive
9) Oleskan/berikan salep
atau krim yang telah
diresepkan 2 atau tiga
kali per hari.

3. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan asuhan 1) Kaji adanya gangguan


berhubungan dengan perasan keperawatan diharapkan citra diri (menghindari
malu terhadap penampakan Pengembangan kontak mata,ucapan
diri dan persepsi diri tentang peningkatan penerimaan merendahkan diri
ketidakbersihan diri pada klien tercapai sendiri).
dengan kriteria hasil: 2) Identifikasi stadium
a. Mengembangkan psikososial terhadap
peningkatan kemauan perkembangan.
untuk menerima 3) Berikan kesempatan
keadaan diri. pengungkapan
b. Mengikuti dan turut perasaan.
berpartisipasi dalam 4) Nilai rasa keprihatinan
tindakan perawatan dan ketakutan klien,
diri. bantu klien yang cemas
c. Melaporkan perasaan mengembangkan
dalam pengendalian kemampuan untuk
situasi. menilai diri dan
d. Menguatkan kembali mengenali masalahnya.
dukungan positif dari 5) Dukung upaya klien
diri sendiri. untuk memperbaiki
citra diri , spt merias,
merapikan.
6) Mendorong sosialisasi
dengan orang lain.

4. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji jenis dan tingkat
dengan lesi kulit keperawatan diharapkan nyeri pasien.( tentukan
nyeri dapat berkurang apakah nyerinya kronis
dengan kriteria hasi : atau akut. Selain itu, kaji
a. Mampu mengontrol factor yang dapat
nyeri (tahu penyebab mengurangi atau
nyeri, mampu memperberat; lokasi,
menggunakan tehnik durasi, intensitas dan
nonfarmakologi untuk karakteristik nyeri; dan
mengurangi nyeri, tanda-tanda dan gejala
mencari bantuan) psikologis. Pengkajian
b. Melaporkan bahwa berkelanjutan membantu
nyeri berkurang meyakinkan bahwa

STIKes Widya Nusantara Palu 14


dengan menggunakan penanganan dapat
manajemen nyeri memenuhi kebutuhan
c. Mampu mengenali pasien dalam mengurangi
nyeri (skala, nyeri. Dokumentasikan
intensitas, frekuensi respons pasien terhadap
dan tanda nyeri pertanyaan anda dengan
d. Menyatakan rasa bahasanya sendiri untuk
nyaman setelah nyeri menghindari interprestasi
berkurang subjektif)
2. Minta pasien untuk
menggunakan sebuah skala
1 sampai 10 untuk
menjelaskan tingkat
nyerinya (dengan nilai 10
menandakan tingkat nyeri
paling berat)
3. Berikan obat yang
dianjurkan untuk
mengurangi nyeri,
bergantung pada gambaran
nyeri pasien. pantau
adanya reaksi yang tidak
diinginkan terhadap obat.
Sekitar 30 sampai 40 menit
setelah pemberian obat,
minta pasien untuk menilai
kembali nyerinya dengan
skala 1 sampai 10
4. Atur periode istirahat
tanpa terganggu
5. Bantu pasien untuk
mendapat posisi yang
nyaman, dan gunakan
bantal untuk membebat
atau menyokong daerah
yang sakit bila perlu
6. Pada saat tingkat nyeri
pasien tidak terlalu
kentara, implementasikan
tehnik mengendalikan
nyeri alternatif
5. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1) Lakukan tekni aseptic
penurunan imunitas keperawatan diharapkan dan antiseptic dalam
tidak terjadi infeksi melakukan tindakan
dengan kriteria hasil: pada pasien
a. Hasil pengukuran 2) Ukur tanda vital tiap 4-

STIKes Widya Nusantara Palu 15


tanda vital dalam 6 jam
batas normal. 3) Observasi adanya
– RR :16-20 x/menit tanda-tanda infeksi
– N : 70-82 x/menit 4) Batasi jumlah
– T : 37,5 C pengunjung
– TD : 120/85 mmHg 5) Kolaborasi dengan ahli
b. Tidak ditemukan gizi untuk pemberian
tanda-tanda infeksi diet TKTP
(kalor,dolor, rubor, 6) Libatkan peran serta
tumor, infusiolesa) keluarga dalam
c. Hasil pemeriksaan memberikan bantuan
laborat dalam batas pada klien
normal Leuksosit 7) Kolaborasi dengan
darah : 5000- dokter dalam terapi
10.000/mm3 obat

D. Discharge Planning
1. Gunakanlah kosmetik hipoalergen
2. Setelah mandi keringkan kulit dengan menepuk-menepuk bukan menggosok
3. Gunakan mild soap atau pengganti sabun
4. Jangan mandi terlalu lama karena akan membuat menjadi kering
5. Kenakan pelembab
6. Hindari penggunaan wool atau pemaparan terhadap iritan seperti ditergen dan
gunakan ditergen yang tidak mengandung bahan pemutih
7. Jangan menggaruk atau menggosok kulit
8. Penderita yang sedang menggunakan salep kortikosteroid atau krim sebaiknya
hanya mengoleskan pada bagian kulit yang membutuhkan lalu di pijat secara
perlahan

STIKes Widya Nusantara Palu 16


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat
kita ambil sebuah kesimpulan bahwa penyakit dermatitis merupakan peradangan
kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau
faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis pada kulit.
Kemudian asuhan keperawatan dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi
kebutuhan dasar klien dan mengembalikan kondisi klien seoptimal mungkin dengan
cara memberikan beberapa tindakan dan perawatan secara profesional.

B. Saran
1. Diharapkan selalu menjaga kebersihan tubuh untuk menghindari penyakit
dermatitis
2. Memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang mengalami penyakit
dermatitis secara profesional
3. Memberikan pendidkan kesehatan kepada masyarakat tentang kebersihan diri
dan pola diet yang baik.

STIKes Widya Nusantara Palu 17


DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume
2. Jakarta : EGC.

Djuanda Adhi., 2007., Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi kelima.Balai Penerbit
FKUI. Jakarta

Djuanda, Adhi. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction.
Widyaningrum, H. 2011. Kitab tanaman Obat Nusantara. Yogyakarta : Media Pressindo.

STIKes Widya Nusantara Palu 18

You might also like