You are on page 1of 8

BAB I

DESKRIPSI PRODUK

1.1 Bimoli Minyak Goreng Spesial Non Kolesterol

Minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia.
Konsumsi minyak goreng sawit diperkirakan akan terus meningkat dalam setiap tahunnya. Hal ini
disebabkan karena ketersediaan CPO (Crude Palm Oil) sebagai bahan baku yang melimpah di
Indonesia, yang akan ditunjang dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian di
Indonesia. Salah satunya yaitu minyak goreng Bimoli (Sastri, 2003).

Minyak goreng Bimoli merupakan minyak goreng yang berkualitas tinggi dan juga merupakan
sumber beta-karoten (pro-vitamin A) tinggi serta vitamin E selain itu juga bebas kolesterol dan
diproses secara higienis. Kegunaannya yaitu
cocok untuk memasak, menggoreng dan menumis. Selain itu pengemasanya dibuat dan dikemas di
bawah pengawasan ketat sesuai standar international guna untuk kebersihan dan kualitas produk.
Dalam hal penyimpanan dan umur produk,
penyusunan maksimum adalah lima karton, dijauhkan dari panas dan sinar matahari dan dapat
disimpan selama 24 bulan.

Minyak goreng Bimoli ini dapat menyempurnakan proses produksinya dengan tahap Pemurnian
Multi Proses (PMP). Melalui enam tahap pemrosesan, PMP dapat mempertahankan secara optimum
zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan minyak goreng yang
unggul sehingga dapat memuaskan kebutuhan konsumen dari segala segi. Proses pemurnian Bimoli
terbukti dapat mempertahankan kebaikan dari Omega 9. Selain itu, Omega 9 juga tahan terhadap
panas tinggi. Saat dilakukan pengujian pada suhu 180ºC, masih ada sekitar 30% Omega 9 dalam
Bimoli. Omega 9 merupakan bagian dari keluarga Omega yang memiliki asam lemak tak jenuh
tunggal atau Mono Unsaturated Fatty Acid (MUFA). Menurut para ahli internasional, MUFA memiliki
khasiat untuk menurunkan kolesterol LDL dan menaikkan kolesterol HDL.

Bimoli kini mengeluarkan produk baru, New Bimoli Spesial. Sebagai produk minyak sawit murni, New
Bimoli Spesial memiliki keunggulan, antara lain merupakan minyak alami non kolesterol dengan
asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang. Titik bekunya relatif rendah hanya 80C. Dengan
kegunaan yang luas, serta kinerja untuk memasak dan menggoreng paling unggul, New Bimoli
Spesial lebih ekonomis. Diolah dengan metode pemurnian multi proses. New Bimoli Spesial dikemas
dalam botol PET dengan sistim bottle forming and filling, serta shelflife kemasan botol dan jerigen
dua tahun, dan pouch dua tahun.

New Bimoli Spesial merupakan minyak goreng sempurna karena mengandung Omega-9 kadar tinggi,
disertai kandungan vitamin E, dan asam lemak tak jenuh tunggal yang berkhasiat menurunkan
kolesterol jahat atau LDL (low density lipoprotein) dan meningkatkan kolesterol baik atau HDL (high
density lipoprotein), sehingga mampu menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah. Kandungan
Palmitatnya yang berkadar tinggi meningkatkan ketahanan minyak terhadap panas
tinggi. Kandungan komponen bioaktif yang tak kalah penting adalah Alfa Karoten (anti kanker), Beta
Karoten (anti kebutaan), Alfa Tokoferol (anti oksidan), Alfa Tokotrienol (anti penuaan dini), Beta
Tokotrienol (anti radikal bebas) dan Isoflavon (engatur ketahanan tubuh). New Bimoli Spesial
dikemas dalam botol dan wadah transparan, kejernihan Bimoli Spesial menjadi bukti khasiat dan
manfaatnya bagi kesehatan.

Adapun bahan dan spesifikasinya, yaitu:

100% minyak sawit, antioxidant TBHQ

Color Lov. 5 ¼ :1.6 R max. (for bottles)


Color Lov. 5 ¼ :2.7 R max. (for jerry cans)
FFA :0.08% max.
Kelembaban :0.1% max.
Nilai Iodine :58.5 min.
Cloud Point :8.0ºC max.

Informasi Nilai Gizi:

Takaran saji 4g.

Jumlah sajian per kemasan 450.

Jumlah per saji:

Energi 35kkal.

Energi dari lemak 35kkal.

%AKG*

Lemak Total 4g 7%

Lemak Jenuh 1.75g 8.7%

Kolesterol 0mg 0%

Karbohidrat Total 0mg 0%

Protein 0g 0%

Natrium 0mg 0%

JUMLAH PER
UKURAN PAK BERAT BERSIH / PAK BERAT BERSIH / KARTON
KARTON

PET Botol – 250 ml 0.23 kg 48 Botol 10.8 kg 38.2 x 28.5 x 17.5 cm³

PET Botol – 620 ml 0.56 kg 24 Botol 13.4 kg 38.0 x 25.0 x 23.0 cm³
PET Botol – 1 liter 0.90 kg 12 Botol 10.8 kg 30.2 x 22.5 x 26.0 cm³

PET Botol – 2 liter 1.80 kg 6 Botol 10.8 kg 30.5 x 20.4 x 31.7 cm³

Jerigen – 5 liter 4.50 kg 4 Jerigen 18.0 kg 38.5 x 26.5 x 34.5 cm³

Untuk mempertahankan market leadership, Bimoli terus melakukan aktifitas promosi baik
berupa advertising, brand activation maupun sales promotion. Tema komunikasi Bimoli adalah
‘Simbol Kesempurnaan Minyak Goreng’ (symbol of cooking oil perfection). Bimoli menggunakan TV
commercial, print ad, editorial dan event-event untuk mengedukasi konsumen mengenai teknologi
pemrosesan PMP (Pemurnian Multi Proses), kandungan Omega 9 dan benefit lain dari Bimoli. Event
yang rutin dilakukan sebagai brand activation Bimoli seperti lomba masak, demo masak, bazaar dan
sponsorship. Beberapa kegiatan ini dilakukan melalui kerjasama dengan berbagai media, baik off air
maupun on air. Penghargaan-penghargaan yang berhasil diraih dan terus dipertahankan oleh Bimoli
sampai tahun 2008, antara lain (Anonim, 2008):

– Diamond ICSA (Indonesian Customer Satisfaction Award), untuk tahun yang ke-9.

– Platinum Brand Award – IBBA (Indonesia Best Brand Award), untuk tahun yang ke-6.

– Top Brand Award untuk tahun yang ke-2.

– Superbrand Award.

BAB II

PENYIMPANGAN PRODUK

2.1 Perubahan Produk Secara Mekanis

Minyak goreng merupakan zat yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain
itu minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan
protein. Minyak, khususnya minyak nabati, mengandung asam-asam lemak esensial seperti asam
linolenat, lenolenat dan arakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat
penumpukan kolesterol. Minyak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-vitamin A,
D, E dan K. Seringkali ditemukan penggunaan minyak goreng yang terlalu lama sehingga
menyebabkan terjadinya perubahan warna, bau dan sifat-sifat fisika maupun kimia lainnya dari
minyak goreng itu sendiri. Perubahan sifat fisika dan kimia dari minyak goreng akibat lamanya
penggunaan ini tentu saja berpengaruh terhadap nilai gizi yang terkandung di dalam minyak goreng
itu sendiri, dan secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi sistem kesehatan tubuh kita
yang mengkonsumsi minyak goreng tersebut. Parameter kualitas minyak meliputi sifat fisika dan
sifat kimia. Sifat fisika meliputi warna, bau, kelarutan, titik cair dan polimorphism, titik didih, titik
pelunakan, slipping point, shot melting point, bobot jenis, viskositas, indeks bias, titik kekeruhan
(turbidity point), titik asap, titik nyala dan titik api ( Ketaren, 1986).

Telah dilakukan studi awal tentang minyak goreng (Widyastuti, 2009) dengan parameter perubahan
sudut polarisasi. Dari hasil penelitian dengan menggunakan minyak goreng, didapatkan bahwa
minyak sebelum dipanaskan mengalami perubahan sudut polarisasi lebih kecil daripada minyak
setelah dipanaskan.

2.2 Perubahan Produk Secara Kimiawi

Minyak goreng yang belum digunakan tersusun atas asam lemak tidak jenuh atau asam lemak
yang mengandung ikatan rangkap. Derajat ketidakjenuhan minyak berkurang seiring bertambahnya
suhu bahkan pemanasan dapat menyebabkan rantai-rantai asam lemak putus menjadi radikal-
radikal bebas yang berbahaya bagi kesehatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pemanasan
pada minyak selama 30 menit dengan suhu di atas 1250C dapat menyebabkan munculnya senyawa-
senyawa baru yang beracun bagi tubuh dari pemutusan rantai-rantai asam lemak. Salah satu
senyawa yang beracun yaitu trans 2-hidroksil oktenal (HNE). Senyawa ini sangat berbahaya karena
mudah diserap oleh tubuh dan bersifar racun (toksit) terhadap biomolekul-biomolekul di dalam
tubuh seperti DNA dan protein. Selain itu pemanasan terus menerus terhadapat minyak dapat
menghasilkan pula beberapa senyawa lain yang bersifat toksit terhadap tubuh yakni 4-
hifroksihekseksal, 4-hidroksioktenal dan hepta 2,4-dienal (Seran, 2010).

Penggunaan minyak goreng berulang kali pada suhu tinggi akan mengakibatkan hidrolis lemak
menjadi asam lemak bebas yang mudah teroksidasi, sehingga minyak menjadi tengik dan
membentuk asam lemak trans yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan yang berhubungan
dengan metabolisme kolesterol yang berujung pada penyakit tekanan darah tinggi dan jantung serta
akan membentuk akrolein yaitu suatu senyawa yang menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan dan
menimbulkan batuk. Selain itu, pengonsumsi minyak ini juga beresiko terkena penyumbatan
pembuluh darah dan jantung koroner. Dan yang tak kalah berbahaya, minyak ini juga bersifat
karsinogen sehingga bisa menyebabkan kanker (Fessenden, 1982).

2.3 Perubahan Produk Secara Biokimiawi

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat
dan protein. Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat dan
protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Minyak atau lemak, khususnya minyak nabati,
mengandung asam-asam lemak esensial seperti asam lnoleatr, lenolenat, dan arakidonat yang dapat
mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol. Dalam pengolahan bahan
pangan, minyak dan lemak berfungsi sebagai media penghantar panas, seperti minyak
goreng, shortening (mentega putih), lemak (gajih), mentega, dan margarin. Penambahan lemak juga
dimaksudkan untuk menambah kalori, serta memperbaiki tekstur dan cita rasa bahan pangan.

Sebab-sebab kerusakan lemak atau minyak:


Penyerapan bau

Lemak bersifat mudah menyerap bau. Apabila bahan pembungkus atau pengemas dapat menyerap
lemak, maka lemak yang terserap ini akan teroksidasi oleh udara sehingga rusak dan berbau. Bau
dari bagian lemak yang rusak ini akan diserap oleh lemak yang ada dalam bungkusan yang
menyebabkan seluruh lemak menjadi rusak.

Hidrolisis

Dengan adanya air, lemak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Reaksi ini dipercepat
oleh basa, asam, dan enzim-enzim. Dalam teknologi makanan, hidrolisis oleh enzim lipase sangat
penting karena enzim tersebut terdapat pada semua jaringan yang mengandung minyak. Dengan
adanya lipase, lemak akan diuraikan sehingga kadar asam lemak bebas lebih dari 10%. Hidrolisis
sangat menurunkan mutu minyak goreng, Selama penyimpanan dan pengolahan minyak atau lemak,
asam lemak bebas bertambah dan harus dihilangkan dengan proses pemurnian dan deodorisasi
untuk menghasilkan minyak yang lebih baik mutunya.

Oksidasi dan ketengikan

Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan.
Hal ini disebabkan oleh proses otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam minyak.
Otooksidasi dimulai dengan pembentukan faktor-faktor yang dapat mempercepat reaksi seperti
cahaya, panas, peroksida lemak atau hidroperoksida, logam-logam berat, dan enzim-enzim
lipoksidase.

2.4 Perubahan Produk Secara Mikrobiologis

Menurut Sparringa (2000), kerusakan mikrobiologis dapat terjadi pada bahan baku, produk
setengah jadi atau produk jadi, salah satunya yaitu pada minyak goreng. Penyebab utama kerusakan
mikrobiologis adalah bakteri, kapang dan khamir. Cara perusakannya adalah dengan cara
menghidrolisis atau merusak jaringan atau makromolekul penyusun bahan menjadi molekul-molekul
kecil missal karbohidrat menjadi gula sederhana atau asam organik; protein menjadi peptida, asam
amino dan gas amonia; lemak menjadi gliserol dan asam lemak. Terurainya makromolekul ini
menyebabkan penurunan pH, penyimpangan bau dan rasa bahkan dapat menghasilkan toksin/racun
yang berbahaya bagi manusia seperti racun yang dihasilkan mikroba patogen antara lain Salmonella,
Clostridium botulinum, Listeria dan lain-lain.

i) Bakteri

Tumbuh kembang bakteri memerlukan aktivitas air (Aw) lebih tinggi dari pada kapang dan khamir
(ragi) yaitu 0,86 sampai mendekati 1.

Tabel 1. Aw terendah untuk beberapa bakteri

Jenis Bakteri Aw terendah


PSEUDOMONAS 0,97

Eschericia colli 0,96

Staphylococcus aureus 0,86

Bacillus cereus 0,92

Clostridium botulinum 0,95

Clostridium perfringens 0,97

Salmonella 0,96

ii) Kapang

Pertumbuhan kapang memerlukan aktivitas air (Aw) optimum dan kisaran Aw untuk spora-spora
bergerminasi adalah berbeda untuk setiap jenis kapang. Aw berkorelasi dengan kadar air, oleh sebab
itu dengan pengeringan tertentu dan pengaturan Aw, pangan dapat terhindar dari pertumbuhan
kapang.

Tabel 2. Aw germinasi spora&pertumbuhan kapang

Jenis Kapang Aw germinasi Aw Pertumbuhan

Aspergilius sp 0,93 0,98

Rhizopus sp 0,93 0,96

Penicillium sp 0,93 0,99

Aw di bawah 0,62, kapang tidak tumbuh

BAB III

PENUTUP

Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar panas, penambah rasa gurih, dan penambah nilai
kalori bahan pangan. Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik asapnya, yaitu suhu pemanasan
minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak diinginkan dan dapat menimbulkan rasa gatal pada
tenggorokan. Makin tinggi titik asap, makin baik mutu minyak goreng tersebut. Titik asap suatu
minyak goreng tergantung dari kadar gliserol bebas.
Penyimpanan minyak yang baik adalah dalam tempat tertutup yang gelap dan dingin. Wadah lebih
baik terbuat dari aluminium atau stainless steel, lemak harus dihindarkan dari logam besi atau
tembaga. Adanya antioksidan dalam lemak akan mengurangi kecepatan proses oksidasi.

Pengemasan merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk melindungi bahan pangan dari
penyebab-penyebab kerusakan baik fisik, kimia, biokimia, biologis maupun mekanis sehingga dapat
sampai ke tangan konsumen dalam keadaan baik dan menarik. Pengemasan bukan merupakan
proses yang tersendiri, yang terpisah dari proses pengolahan makanan, tetapi merupakan bagian
dalam proses pengolahan dari awal sampai akhir. Misalnya pengemasan dengan plastik polietilen
tebal dan diseal dapat memperkecil kemungkinan masuknya udara luar. Dengan menggunakan
kemasan yang lebih baik/kedap udara dapat mengurangi kenaikan kadar air yang akan
mempengaruhi kandungan pada minyak. Oleh karena itu, prinsip-prinsip pengolahan perlu kita
ketahui, sehingga dapat diterapkan baik cara dan penggunaan bahan kemasan yang sesuai dengan
produk olahannya. Dengan demikian usaha pengemasan akan dapat membantu menyelamatkan
produksi pangan dan sekaligus menyelamatkan konsumen.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Bimoli Kesempurnaan Minyak Goreng. PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Semarang.

Fessenden, R. J. 1982. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta.

Ketaren. 1986. Pengantar Minyak dan Lemak Pangan. UI Press. Jakarta.

Sastri, P. 2003. Kajian Perilaku Konsumen Minyak Goreng Bimoli dan Implikasinya Terhadap Strategi
Pemasaran Produk Bimoli. PT. Intiboga Sejahtera. Jakarta.

Seran, E. 2010. Bahaya Minyak Goreng yang Dipakai Berulang Kali. Erlangga. Jakarta.

Sparringa, R. 2000. Pangan Tercemar. Pusat Pengkajian dan Penerapan Bioteknologi Industri dan
Pertanian. Tangerang.

Widyastuti, N. 2009. Pengamatan Perubahan Sudut Polarisasi Cahaya akibat Pemberian Medan
Listrik Statis pada Minyak Goreng. Skripsi. Jurusan Fisika FMIPA UNDIP.

You might also like