You are on page 1of 2

Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan setiap hari untuk minum, masak, mandi,

berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat – alat dapur, mancuci pakaian dan sebagainya.
Desa Raja merupakan salah satu desa yang dilewati aliran sungai dari sumber mata air
Locolabo, Wolowea, yang mengalir menuju laut. Keadaan sungai Raja sebagian besar berbatu
dan berpasir sedangkan sebagian kecil berlumpur.
Satu – satunya sumber air untuk memenuhi semua kebutuhan masyarakat Desa Raja
adalah air di Sungai Raja. Pengambilan air untuk kebutuhan sehari - hari, biasanya tergantung
tempat tinggal. Masyarakat di dusun I, cenderung mengambil air di tempat pengambilan sampel
pertama di titik I, demikian seterusnya. Bagi masyarakat di dusun V, yang terletak di daerah
perbukitan, biasanya mengambil air di tempat mengambilan sampel tiga ( titik III ) dan empat
(titik IV). Lebih jelasnya, dapat dilihat pada denah lokasi pengambilan sampel air di belakang.
Untuk kebutuhan minum, masyarakat mengambil air pada pagi hari, dan pada saat itu, yang
tidak mempunyai jamban biasanya langsung buang air besar di pinggir sungai/di atas batu di
tengah sungai.
Menurut penelitian diketahui bahwa jumlah responden menggunakan air yang

memenuhi syarat bakteriologis dan tidak terkena diare sebanyak 4 responden (5,3 %),

sedangkan responden yang menggunakan air yang tidak memenuhi syarat bakteriologis,

dari 57 responden, 42 orang (56 %) diantaranya menderita diare. Uji stasistik dengan uji Chi

square diperoleh nilai p > α ( 0,05 ) dengan nilai p = 0,496 , sehingga Ho diterima yang

berarti tidak ada hubungan antara kualitas bakteriologis air bersih

dengan kejadian diare pada anak balita di Desa Raja.


Kejadian diare di Desa Raja, terjadi bukan hanya karena faktor air sungai saja. Walaupun
kualitas bakteriologis air bersih, tidak mempunyai pengaruh terhadap kejadian diare, namun
masih ada faktor lain yang menyebabkan kejadian diare pada anak balita misalnya pada proses
pengambilan dan penyimpanan air bersih yang salah. Hasil observasi dengan bantuan chek list,
diketahui bahwa pada umumnya masyarakat menyimpan air dalam ember/jerigen yang tidak
ditutup sehingga memungkinkan kotoran masuk dalam air tersebut. Air yang sudah dimasak
disimpan dalam wadah yang terbuka ( tidak ada tutupan ). Selain itu perilaku ibu yang tidak baik
( tidak memasak air sebelum dikonsumsi, tidak mencuci tangan, mencuci botol susu anak balita
menggunakan air mentah) sangat berpengaruh terhadap kejadian diare pada anak balita. Di
lain pihak, ibu yang anak balitanya tidak diare walaupun menggunakan air yang tidak memenuhi
syarat bakteriologis adalah air tersebut dimasak sampai mendidih sebelum dikonsumsi.
Secara kuantitas (jumlah), air minum di Desa Raja dapat memenuhi semua kebutuhan
penduduk di Desa Raja. Namun secara bakteriologis, air minum ada yang belum memenuhi
syarat, dimana dari 100 ml sampel air yang diperiksa, didapatkan kadar MPN coli sebanyak
1100 - > 2400. Pengambilan sampel dilakukan sekali yaitu pada pagi hari, karena pada pagi
masyarakat banyak mengambil air untuk kebutuhan di rumah. Gambaran mengenai tempat dan
jarak keempat sampel air yang diperiksa adalah sebagai berikut : sampel pertama ( Ngeta)
diambil dengan jarak 100 m dari sumber mata air, sampel kedua (Titu) diambil dengan jarak
300 m dari sampel pertama, sampel ketiga (Padha) diambil di tempat yang berjarak 200 m dari
titik kedua, dan sampel Pemeriksaan bakteriologis air bersih dilakukan dengan menggunakan
metode sederhana yaitu metode tabung ganda, dimana sampel air yang ada, diperiksa dalam 2
tahap yaitu tahap perkiraan dan tahap penegasan. Pemeriksaan ini menggunakan media
dengan perbandingan 3:3:3. Pemeriksaan dilakukan selama 4 hari di Laboratorium Kesehatan
Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada. Hasil pemeriksaan bakteriologis pada
menunjukan sampel pertama memenuhi syarat bakteriologis, yaitu terdapat 21 coliform.
Penyebabnya adalah sampel air diambil dekat sumber mata air, sehingga tingkat resiko
pencemaran masih kecil. Sampel yang tidak memenuhi syarat, jumlah coliform berkisar antara
1100 - > 2400. Alasannya karena, semakin ke hilir, semakin tinggi pencemaran. Pencemaran
tersebut terjadi karena masyarakat memandikan hewan (sapi, kuda dan kerbau) di sungai dan
mencuci pakaian di sungai kemudian air bilasan langsung dibuang dalam sungai.
Air untuk kebutuhan sehari – hari harus bebas dari bakteri terutama bakteri
pathogen.Permenkes416/MenKes/PER/IX/1990, menyatakan jumlah coliform yang
diperbolehkan untuk air bersih non perpipaan yaitu 50/100 ml air dan untuk air perpipaan
10/100 ml air. Bakteri golongan coli ini berasal dari usus besar ( feaces ) dan tanah.bakteri
yang mungkin ada dalam air antara lain bakteri typhsum, vibrio colerae, bakteri dystolotica,
bakteri enteritis, E. coli. Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah berkontaminasi
dengan kotoran manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaan bakteriologis, tidak langsung
diperiksa apakah air mengandung bakteri pathogen, tetapi diperiksa dengan indicator bakteri
golongan Coli.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhajirin (2007) di Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap,
dengan metode case-kontrol, diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara kualitas bakteriologis
air bersih dengan kejadian diare pada anak balita, dimana hasil uji siatistik menunjukan nilai p <
0,05 ( p = 0,042 ), tetapi karena nilai OR< 1, maka hubungannya masih belum pasti. Hal ini
terjadi karena, walaupun kualitas bakteriologis air bersih tidak memenuhi syarat, orang tua anak
balita memasak air sampai mendidih sebelum dikonsumsi, maka kualitas air tidak terlalu
berpengaruh terhadap kejadian diare pada anak balita.

You might also like