You are on page 1of 15

MAKALAH

BIOKIMIA
(KM 208)
JUDUL

“ADDISON’S DISEASE”

DOSEN PENGAJAR

dr. PUJA INDAH ANGGREANI

DI SUSUN OLEH

TRINOVITA SARI 15.07.0159

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN (UNISKA)


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT REGULER A
BANJARMASIN
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah berjudul “Addison’s Disease” secara umum.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Mohon maaf jika masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Banjarmasin, Juli 2016

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PEDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3. Tujuan............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Addison’s Disease ......................................................... 3
2.2. Epidemiologi Addison’s Disease ..................................................... 4
2.3. Gejala Addison’s Disease ................................................................ 5
2.4. Patomekanisme dan Patofisiologi Addison’s Disease ..................... 6
2.5. Klasifikasi dari Addison’s Disease ................................................. 7
2.1. Macam-macam pemeriksaan penunjang Addison’s Disease .......... 8
BAB IIIPENUTUP
3.1. Kesimpulan....................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ yang fungsi utamanya
adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke
dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk
mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh. Salah satu organ utama dari
sistem endokrin adalah kelenjar adrenal. Kelenjar adrenal merupakan bagian
dari suatu sistem yang rumit yang menghasilkan hormon yang saling berkaitan.
Hipotalamus menghasilkan CRH (corticotropin-releasing hormone), yang
merangsang kelenjar hipofisa utnuk melepaskan kortikotropin, yang mengatur
pembentukan kortikosteroid oleh kelenjar adrenal. Fungsi kelenjar adrenal bisa
berhenti jika hipofisa maupun hipotalamus gagal membentuk hormon yang
dibutuhkan dalam jumlah yang sesuai. Kekurangan atau kelebihan setiap
hormon kelenjar adrenal bisa menyebabkan penyakit yang serius. Salah satu
penyakit yang ditimbulkan adalah penyakit Addison.
Penyakit Addison jarang dijumpai, di Amerika Serikat tercatat 0,4 per
100.000 populasi, sedang di rumah sakit terdapat 1 dari 6.000 penderita yang
dirawat. Dari Bagian Statistik Rumah Sakit Dr.Soetomo pada tahun 1983,
Frekuensi pada laki-laki dan wanita hampir sama. Menurut Thom, laki-laki 56%,
dan wanita 44%. Penyakit Addison dapat dijumpai pada semua umur, tetapi
lebih banyak terdapat pada umur 20 – 50 tahun.
Penyakit Addison merupakan masalah kesehatan masyarakat karena
penyakit ini merupakan penyakit yang relatif langka dan masih perlu dipelajari
untuk pemahaman yang lebih baik dalam mendeteksi dan menanggulanginya
secara dini.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat diberikan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Addison’s Disease?
2. Bagaimana epidemiologi dari Addison’s Disease?

1
2

3. Apa gejala penyakit Addison’s Disease?


4. Bagaimana patomekanisme dan patofisiologi Addison’s Disease?
5. Apa klasifikasi dari Addison’s Disease?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Addison’s Disease?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Addison’s Disease.
2. Mengetahui epidemiologi Addison’s Disease.
3. Mengetahui gejala penyakit Addison’s Disease.
4. Mengetahui bagaimana patomekanisme dan patofisiologi Addison’s
Disease.
5. Mengetahui klasifikasi dari Addison’s Disease.
6. Mengetahui macam – macam pemeriksaan penunjang Addison’s
Disease.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Addison’s Disease


Penyakit Addison atau lebih dikenal dengan nama Addison’s Disease
adalah suatu hipofungsi dari adrenal1 yang timbul secara spontan dan berangsur-
angsur, dimana ketidakmemadaian adrenal, dapat menjadi penyakit yang
mengancam jiwa. Penyakit Addison adalah gangguan yang melibatkan
terganggunya fungsi dari kelenjar korteks adrenal. Hal ini menyebabkan
penurunan produksi dua bahan kimia penting (hormon) biasanya dirilis oleh
korteks adrenal: kortisol2 dan aldosteron3 (Liotta EA et all 2010).
Penyakit Addison adalah suatu kelainan endokrin atau hormon yang
terjadi pada semua kelompok umur dan menimpa pria dan wanita sama rata.
Penyakit ini dikarakteristikan oleh kehilangan berat badan, kelemahan otot,
kelelahan, tekanan darah rendah dan adakalanya penggelapan kulit pada kedua
bagian-bagian tubuh yang terbuka dan tidak terbuka.
Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak
kuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon–hormon korteks adrenal
(Soediman, 1996). Penyakit Addison adalah lesi kelenjar primer karena penyakit
destruktif atau atrofik, biasanya auto imun atau tuberkulosa. (Baroon, 1994).
Penyakit Addison terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon – hormon korteks adrenal.
(Bruner, dan Suddart Edisi 8 hal 1325). Penyakit Addison ialah kondisi yang
terjadi sebagai hasil dari kerusakan pada kelenjar adrenal (Black, 1997).

1
Kelenjar Adrenal adalah kelenjar yang terletak di kutub atas kedua ginjal. oleh karena itu, kelenjar
ini sering disebut kelenjar anak ginjal.
2
Kortisol adalah hormon steroid dari golongan glukokortikoid yang diproduksi oleh sel di dalam zona
fasikulata pada kelenjar adrenal sebagai respon terhadap stimulasi hormon ACTH yang disekresi
oleh kelenjar hipofisis
3
Aldosteron adalah hormon steroid dari golongan mineralokortikoid yang disekresi dari bagian
terluar zona glomerulosa pada bagian korteks kelenjar adrenal oleh rangsangan dari peningkatan
angiotensin II dalam darah

3
4

Penyakit Addison (juga dikenal sebagai kekurangan adrenalin kronik,


hipokortisolisme atau hipokortisisme) adalah penyakit endokrin langka dimana
kelenjar adrenalin memproduksi hormon steroid yang tidak cukup.
2.2. Epidemiologi Addison’s Disease
Penyakit Adison merupakan penyakit yang jarang terjadi di dunia. Di
Amerika Serikat tercatat 0,4 per 100.000 populasi. Frekuensi pada laki-laki dan
wanita hampir sama. laki-laki 56% dan wanita 44% penyakit Addison dapat
dijumpai pada semua umur, tetapi lebih banyak terdapat pada umur 30 – 50
tahun. 50% pasien dengan penyakit addison, kerusakan korteks adrenalnya
merupakan manifestasi dari proses autoimun.
Di Amerika Serikat, penyakit addison terjadi pada 40-60 kasus per satu
juta penduduk. Secara global, penyakit addison jarang terjadi. Bahkan hanya
negara-negara tertentu yang memiliki data prevalensi dari penyakit ini.
Prevalensi di Inggris Raya adalah 39 kasus per satu juta populasi dan di
Denmark mencapai 60 kasus per satu juta populasi.
Mortalitas/morbiditas terkait dengan penyakit addison biasanya karena
kegagalan atau keterlambatan dalam penegakkan diagnosis atau kegagalan
untuk melakukan terapi pengganti glukokortikoid dan mineralokortikoid yang
adekuat. Jika tidak tertangani dengan cepat, krisis addison akut dapat
mengakibatkan kematian. Ini mungkin terprovokasi baik secara de novo4, seperti
oleh perdarahan kelenjar adrenal, maupun keadaan yang menjadi penyerta pada
insufisiensi adenokortikal5 kronis atau yang tidak terobati secara adekuat.
Dengan onset lambat penyakit addison kronik, kadar yang rendah
signifikan, non spesifik, tapi melemahkan, maka gejala dapat terjadi. Bahkan
setelah diagnosis dan terapi, risiko kematian lebih dari 2 kali lipat lebih tinggi
dengan penyakit addison. Penyakit kardiovaskuler6, keganasan dan penyakit
infeksi bertanggung jawab atas tingginya angka kematian.

4
Dalam penggunaan umum de novo adalah ekspresi Latin yang berarti " dari awal, "atau " awal lagi.
"
5
Adrenokortikal adalah salah satu hormon, misalnya kortisol, yang dikeluarkan bukan dari medula
interna tetapi dari korteks eksterna dari kelenjar adrenokortikal bilateral.
6
Kardiovaskuler yaitu sistem peredaran darah di dalam tubuh. Sistem Kardiovaskuler terdiri dari
darah,jantung dan pembuluh darah
5

Penyakit addison predileksinya tidak berkaitan dengan ras tertentu.


Sedangkan penyakit addison idiopatik7 autoimun cenderung lebih sering pada
wanita dan anak-anak.
Usia paling sering pada penderita addison disease adalah orang dewasa
antara 30-50 tahun. Tapi, penyakit ini tidak dapat timbula lebih awal pada pasien
dengan sindroma polyglanduler autoimun, congenital adrenal hyperplasia
(CAH), atau jika onset karena kelainan metabolisme rantai panjang asam lemak.
2.3. Gejala Penyakit Addison’s Disease
Sesudah penyakit Addison terjadi, penderita biasanya merasa lemah, lelah,
dan pusing terutama jika berdiri sesudah duduk atau berbaring. Gejala penyakit
Addison mungkin berkembang secara perlahan – lahan dan tak kentara biasanya
dalam waktu beberapa bulan. Gejala umum dari penyakit Addison’s Disease,
antara lain:
1. Kelemahan dan kelelahan pada otot
2. Penurunan nafsu makan yang menyebabkan hilangnya berat badan
3. Tekanan darah rendah dan gula darah rendah
4. Mudah marah
5. Depresi
6. Diare, mual, dan / atau muntah yang menyebabkan dehidrasi
7. Kehilangan kesadaran
8. Sementara, gejala yang khas atau spesifik dari penyakit Addison’s
Disease meliputi:
a. Keinginan mengonsumsi garam
b. Kulit gelap (hiperpigmentasi)
c. Sakit di kaki, punggung bawah, dan perut
Gejala penyakit Addison kadang dapat terjadi secara tiba-tiba dan berat.
Kondisi ini disebut krisis Addisonian atau insufisiensi adrenal akut. Krisis
adrenal biasanya terjadi jika tubuh mengalami stress berat, seperti pembedahan,
cedera berat, atau infeksi hebat. Gejala – gejala yang dapat ditemukan pada krisis
Addisonian meliputi: rasa nyeri menusuk pada punggung bagian bawah, perut,

7
Idiopatik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kondisi medis yang belum dapat
terungkap jelas penyebabnya.
6

atau kaki yang tiba – tiba, muntah – muntah dan diare hebat, dehidrasi, tekanan
darah yang rendah, kadar kalium yang tinggi (hiperkalemia), dan hilangnya
kesadaran. Jika krisis Addisonian tidak ditangani, maka dapat berakibat fatal.
Pada penyakit Addison, kelenjar hipofise menghasilkan lebih banyak
kortikotropin8 sebagai usaha untuk merangsang pembentukan hormon – hormon
oleh kelenjar adrenal. Namun kortikotropin juga merangsang produksi melanin,
sehingga pada kulit dan mukosa penderita sering terbentuk pigmentasi yang
gelap (hiperpigmentasi). Kulit yang lebih gelap mungkin nampak seperti akibat
sinar matahari, tetapi terdapat pada area yang tidak merata. Hiperpigmentasi9
paling jelas terlihat pada jaringan parut kulit, lipatan – lipatan kulit, tempat –
tempat yang sering mendapat penekanan, seperti siku, lutut, ibu jari, bibir, dan
membran mukosa.
2.4. Patomekanisme dan Patofisiologi Addison’s Disease
1. Patomekanisme
Antigen adrenal spesifik yang autoantibodinya meliputi 21-hidroksilase
(CYP21A2) dan enzim pemecah rantai mungkin bertanggung jawab atas
serangkaian proses yang menyebabkan insufisiensi meskipun tidak
diketahui apakah antibody ini secara signifikan dapat menyebabkan
insufisiensi kelenjar adrenal. Beberapa antibody menyebabkan
insufisiensi adrenal dengan memblok proses pengikatan ACTH dengan
reseptornya.
2. Patofisiologi
Penyakit addison atau insufiensi adrenokortikal, terjadi bila fungsi korteks
adrenal tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon-
hormon korteks adrenal. Atrofi10 autoimun atau idiopatik pada kelenjar
adrenal merupakan penyebab pada 75% kasus penyakit addison (Stern &
Tuck, 1994). Penyebab lainnya mencakup operasi peningkatan kelenjar
adrenal atau infeksi yang paling sering di temukan dan menyebabkan

8
Kortikotropin adalah hormon stimulator hormon dari golongan kortikosteroid, dengan panjang 39
AA dan waktu paruh sekitar 10 menit.
9
Hiperpigmentasi merupakan gangguan pigmentasi kulit dimana warna kulit berubah menjadi lebih
gelap (kecoklatan, keabuan, kebiruan, atau kehitaman)
10
Atrofi adalah pengecilan atau penyusutan jaringan otot atau jaringan saraf.
7

kerusakan pada kedua kelenjar tersebut. Tuberkulosis (TB) dan


histoplasmosis11 merupakan infeksi yang paling sering ditemukan dan
menyebabkan kerusakan pada kedua kelenjar adrenal. Meskipun
kerusakan adrenal akibat proses autoimun telah menggantikan
tuberkulosis sebagai penyebab penyakit addison, namun penigkatan
tuberkulosis yang terjadi akhir-akhir ini harus mempertimbangkan
pencantuman penyakit infeksi kedalam daftar diagnosis. Sekresi ACTH
ynag tidak adekuat dari kelenjar hipofisis juga akan menimbulkan
insufisiensi adrenal akibat penurunan stimulasi korteks adrenal.
Kerusakan pada korteks adrenal mempengaruhi insufisiensi kortisol yang
menyebabkan hilangnya glukoneogenesis, glikogen hati menurun yang
mengakibatkan hipoglikemia, insufisiensi kortisol mengakibatkan ACTH
dan sehingga merangsang sekresi melanin meningkat sehingga timbul ®
MSH hiperpigmentasi. Defisiensi aldosteron dimanifestasikan dengan
peningkatan kehilangan natrium melalui ginjal dan peningkatan reabsorpsi
kalium oleh ginjal kekurangan garam dapat dikaitkan dengan kekurangan
air dan volume. Penurunan volume plasma yang bersirkulasi akan
dikaitkan dengan kekurangan air dan volume mengakibatkan hipotensi.
2.5. Klasifikasi Penyakit Addison
Penyakit Addison diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu:
1. Addison Primer
Merupakan penyakit addison yang disebabkan karena infeksi kronis
terutama infeksi jamur pada bagian kelenjar adrenal, sel kanker yang
menyebar dari bagian tubuh lain ke kelenjar adrenal, pengangkatan
kelenjar adrenal karena operasi.
2. Addison Sekunder
Merupakan penyakit Addison yang disebabkan karena tumor atau
infeksi dari area khususnya di bagian otak dan kelenjar pituitary12,

11
Histoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan karena inhalasi (menghirup) spora Histoplasma
capsulatum di udara hingga terbawa ke paru-paru dan menimbulkan infeksi awal (primer) di organ
tersebut.
12
Pituitary adalah kelenjar endokrin yang kira-kira sebesar kacang yang terletak di dasar tulang
tengkorak dan di bawah otak. Kelenjar hipofisis mengeluarkan bermacam-macam hormon, termasuk
hormon yang mempengaruhi kelenjar lainnya.
8

kehilangan aliran darah ke pituitary, radiasi untuk perawatan tumor


pituitary, operasi pengangkatan kelenjar pitutary, operasi
pengangkatan bagian hypotalamus.
3. Addison Idiopatik
Merupakan penyakit Addison yang disebabkan karena komplikasi
penyakit lain seperti TBC dan penyakit autoimun.
2.6. Macam – Macam Pemeriksaan Penunjang Addison’s Disease
Diagnosis dari penyakit Addison tergantung terutama pada tes darah dan
urin. Tes diagnostic fungsi adrenal kortikal meliputi:
1. Uji ACTH13
Pemeriksaan ini adalah tes yang paling sering dilakukan untuk
mendiagnosa insufisiensi adrenal. Pemeriksaan ini akan mengukur
kadar kortisol di dalam air kemih dan darah sebelum dan sesudah
diberikan ACTH sintetik melalui suntikan. Normalnya, setelah
mendapat suntikan ACTH, kadar kortisol di dalam air kemih dan
darah akan meningkat. Tetapi pada penyakit Addison atau insufisiensi
adrenal sekunder jangka panjang, kadar kortisol tidak atau hanya
sedikit meningkat.
2. Pemeriksaan Stimulasi CRH14
Jika pemeriksaan stimulasi ACTH memberikan hasil yang abnormal,
maka pemeriksaan stimulasi CRH dapat dilakukan untuk membantu
menentukan penyebab insufisiensi adrenal. Pada penyakit Addison,
dengan pemberian CRH sintetik akan menghasilkan ACTH yang
tinggi tetapi tanpa kortisol.
3. Tes Insulin-Induced Hypoglycemia
Dalam tes ini gula darah dan kadar kortisol diperiksa pada berbagai
interval setelah suntikan insulin diberikan. Jika kadar glukosa turun
dan terjadi peningkatan kortisol, orang tersebut dianggap sehat.

13
ACTH adalah sebuah singkatan dari hormon Adrenokortikotropik nama lain dari ACTH adalah
kortikotropin.
14
CRH adalah Kortikoliberin yaitu hormon polipeptida dan neurotransmiter dengan rantai peptida
sepanjang 41 AA hasil irisan dari prohormon sepanjang 191 AA yang disekresi oleh nukleus
paraventrikular pada kelenjar hipotalamus saat tubuh mengalami stres.
9

4. Tes Darah
Tes ini digunakan untuk mengukur tingkat potassium, kortisol
natrium, dan ACTH dalam darah. Komponen tersebut akan
memberikan indikasi awal apakah gangguan kelenjar adrenal adalah
penyebab dari tanda dan gejala yang dialami pasien. Tes ini juga
digunakan untuk mengukur antibodi yang berkaitan dengan penyakit
Addison.
5. Tes Pencitraan
Tes Computerized Tomography (CT) scan mungkin diperlukan untuk
memeriksa ukuran kelenjar adrenal serta untuk mencari adanya
kelainan untuk diagnosa lebih lanjut.
Jika diagnosis penyakit Addison telah dibuat, maka dapat dilakukan
pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi yang berkaitan
dengan penyakit Addison karena autoimun.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Penyakit Addison atau lebih dikenal dengan nama Addison’s Disease
adalah suatu hipofungsi dari adrenal yang timbul secara spontan dan berangsur-
angsur, dimana ketidakmemadaian adrenal, dapat menjadi penyakit yang
mengancam jiwa.
Penyakit Addison adalah gangguan yang melibatkan terganggunya fungsi
dari kelenjar korteks adrenal. Hal ini menyebabkan penurunan produksi dua
bahan kimia penting (hormon) biasanya dirilis oleh korteks adrenal: kortisol dan
aldosteron (Liotta EA et all 2010).
Penyakit Adison merupakan penyakit yang jarang terjadi di dunia. Di
Amerika Serikat tercatat 0,4 per 100.000 populasi. Frekuensi pada laki-laki dan
wanita hampir sama. laki-laki 56% dan wanita 44% penyakit Addison dapat
dijumpai pada semua umur, tetapi lebih banyak ter- dapat pada umur 30 – 50
tahun. 50% pasien dengan penyakit addison, kerusakan korteks adrenalnya
merupakan manifestasi dari proses autoimun.
Gejala umum yang ditimbulkan dari penyakit Addison’s Disease adalah
1. Kelemahan dan Kelelahan pada otot
2. Penurunan nafsu makan yang menyebabkan Kehilangan berat badan
3. Tekanan darah rendah dan Gula darah rendah
4. Mudah marah
5. Depresi
6. Diare, mual, dan / atau muntah yang menyebabkan dehidrasi
7. Kehilangan kesadaran
Sementara, gejala yang khas atau spesifik dari Addison’s Disease adalah:
1. Keinginan mengonsumsi garam
2. Kulit gelap
3. Sakit di kaki, punggung bawah, dan perut
Penyakit Addison diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu: Addison
Primer, Addison Sekunder, serta Addison Idiopatik.

10
Diagnosis dari penyakit Addison tergantung terutama pada tes darah dan
urin. Tes diagnostic fungsi adrenal kortikal meliputi: uji ACTH, tes Stimulasi
CRH, tes Insulin-Induced Hypoglycemia, tes darah, serta tes pencintraan.
DAFTAR PUSTAKA

Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Penyakit_Addison
Https://hellosehat.com/benh/penyakit-addison/
Http://gosehat.com/penyakit-addison

You might also like