You are on page 1of 126

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan proses reproduksi yang memerlukan

perawatan khusus karena menyangkut kehidupan ibu dan janin, agar dapat

melewati masa kehamailan. Masa kehamilan sendiri dimulai dari konsepsi

sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu

atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Oleh karena itu

diharapkan ibu mau melakukan pemerikasaan kehamilan minimal 4 kali

selama kehamilan untuk memonitoring dan mendukung kesehatan ibu hamil

dan janin selama di dalam kandungan, serta untuk mendeteksi dini adanya

kehamilan resiko tinggi(World Health Organitation 2014).

Setelah masa kehamilan dibutuhkan asuhan berlanjut pada ibu

bersalin.Melahirkan merupakan perjalanan hidup yang akan dilakukan oleh

seorang perempuan, akan tetapi persalinan sering membuat takut para ibu

yang akan mengalami proses persalinan. Salah satu hal yang paling banyak

ditakuti pada ibu hamil saat proses melahirkan adalah episiotomi. Robekan

perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga

terjadi pada persalinan berikutnya. Perineum adalah merupakan bagian

permukaan pintu bawah panggul, yang terletak antara vulva dan anus.

Perineumterdiri dari otot dan fascia urogenitalis serta diafragma

pelvis(Campion Bascom 2011).

1
2

Di seluruh dunia pada tahun 2011 terjadi 2,7 juta kasus robekan

(ruptur) perineum pada ibu bersalin. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3

juta pada tahun 2020, seiring dengan bidan yang tidak mengetahui asuhan

kebidanan dengan baik dan kurang pengetahuan ibu tentang perawatan

mandiri ibu di rumah (HilmiBascom, 2010). Di Amerika dari 26 juta ibu

bersalin, terdapat 40% mengalami rupturperineum (Heimburger Bascom,

2011). Di Asia masalah robekan perineum cukup banyak dalam masyarakat,

50% dari kejadian robekan perineum di dunia terjadi di Asia. Prevalensi ibu

bersalin yang mengalami robekan perineum di Indonesia pada golongan

umur 25-30 tahun yaitu 24%, dan pada ibu umur 32-39 tahun sebesar 62%

(Campion Bascom, 2011).

Pada masa nifas seorang ibu juga membutuhkan pengetahuan atau

informasi mengenai perawatan masa nifas karena masih banyak ibu post

partum yang masih kurang mengetahui dan masih bingung tentang perawatan

masa nifas yang baik apalagi ibu nifas yang baru pertama kali melahirkan

terkadang ibu yang baru pertama kali melahirkan akan sangat bergantung

kepada tenaga kesehatan ataupun keluarga untuk melakukan sebuah

perawatan pada dirinya seperti perawatan payudara, defekasi, melakukan

perawatan pada luka perineum, ibu post partum yang masih takut untuk

buang air kecil karena adanya luka jahitan pada perineum, dan lain-lain.

(Chapter2015).

Asuhan secara komprehensif itu sendiri tak hanya berfokus pada ibu

hamil, bersalin dan ibu nifas namun disamping itu juga harus difokuskan
3

kepada asuhan bayi baru lahir yang juga membutuhkan pemantauan yang

ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal ini dapat

dikatakan periode yang paling kritis. Penelitian telah menunjukan bahwa

lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam

bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang

lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan

cacat seumur hidup, bahkan kematian (Mandriani, Maida2014).

Jumlah pelayanan pemeriksaan Januari – Mei 2018 sebanyak 420

pelayanan, jumlah pelayanan ANC pada kehamilan Trimester III sebanyak

70 ibu hamil.Jumlah persalinan sebanyak 60 pelayanan dengan normal dan

semua persalinan yang terdapat di Bidan Rapmauli mendapatkan rupture

perineum, 2 pelayanan dengan adanya komplikasi dan di rujuk. Jumlah

pelayanan Bayi Baru Lahir nomal sebanyak 60 pelayanan dan jumlah ibu

Nifas sebanyak 70 pelayanan.Data tersebut di dapat pada buku rekam medik

di BPS Bidan Rapmauli pada tahun 2018.

Hasil penelitian (Kurnianingtyas, 2013) menyatakan bahwa tingkat

penyembuhan luka perineum sedang yaitu 92,8% sembuh di hari ke 6, dan

ada hubungan yang signifikan antara perilaku responden melakukan vulva

hygiene dengan tingkat penyembuhan luka perineum pada ibu nifas. Hal ini

di dukung oleh hasil penelitian (Mariyatul, 2015) bahwa kecepatan

penyembuhan luka perineum dapat di pengaruhi oleh tingkat pengetahuan

ibu nifas.
4

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik mengambil judul “Asuhan

Kebidanan Komprehensif pada Ny. S umur 25 Tahun G1P0A0 pada

persalinan normal dengan rupture perineum grade I di BPS Bidan Rapmauli”

Penulis Berharap Studi Kasus ini mampu memberikan asuhan Komprehensif

pada Kehamilan trimester III, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Diharapakan dapat memeberikan pelayanan asuhan

Kebidanan secara komprehensif pada kehamilan trimester III,

persalinan, nifas dan BBL di BPS Bidan Rapmauli.

1.2.2 Tujun Khusus

a. Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan komprehensif

pada Ibu Hamil Trimester III di BPS Bidan Rapmauli.

b. Mahasiswa dapat melakukan asuhan komprehensif pada Ibu

Bersalin di BPS Bidan Rapmauli.

c. Mahasiswa dapat melakukan asuhan komprehensif pada Ibu Nifas

di BPS Bidan Rapmauli.

d. Mahasiswa dapat melakukan asuhan komprehensif pada Bayi

Baru Lahir di BPS Bidan Rapmauli.

e. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian secara SOAP.


5

1.3 Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dari laporan tugas akhir ini untuk melakukan

asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. S 25 tahun yang dimulai dari usia

kehamilan 37 minggu 6 hari sampai dengan nifas 2 minggu. Pelayanan ini

dilakukan di BPS Bidan Rapmauli, karena BPS ini adalah salah satu tempat

yang melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif. Dalam hal ini

penulis mengambil kasus pada ibu hamil trimester III, persalinan, nifas, dan

BBL di BPS Bidan Rapmauli RT 05 RW 05 Sukatani, Depok. Asuhan ini

dilakukan pada tanggal 09 Mei – 28 Juni 2018 dengan menggunakan

pendekatan secara Varney dan dilakukan secara SOAP.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi BPS Bidan Rapmauli

Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

yaitumeningkatkan mutu pelayanandalam memberikan asuhan pada

ibu hamil trimester III, ibu bersalin, nifas dan bayi baru lahir sesuai

dengan standar pelayanan kebidanan.

1.4.2 Bagi Mahasiswa

Dengan adanya penulisan studi kasus ini dapat menambah

pengetahuan dan wawasan manajemen pada ibu hamil trimester III,

bersalin, nifas dan BBL serta dapat menerapkan ilmu pengetahuan

yang di peroleh di pendidikan dengan situasi di lahan pendidik

yangnyata. Dapat meningkatkan kemampuan dalam menganalisa data


6

yang di kumpulkan sehingga dapat menegakan diagnosa yang tepat di

sertai pula interprestasi data dalam bentuk studi kasus.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan Universitas MH. Thamrin

Hasil penulisan studi kasus ini di harapkan dapat di jadikan

sebagai bahan masukanyaitu dapatmemberikan keterampilan melalui

bimbingan pengetahuankepadamahasiswa yangkesehatan nantinya.

Diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan dan menambah

buku refrensi tentang kehamilan, persalinan, nifas dan BBL di

perpustakaan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Kehamilan Trimester III

Adalah kehamilan dengan usia 27-40 minggu, masa ini merupakan

suatu yang lebih berorientasi pada realistis untuk menjadi orang tua yang

menanti kelahiran anak dimana ikatan antara orang tua dan janin yang

berkembang pada trimester III (Mochtar,2012).

Kehamilan trimester III adalah kehamilan yang berlangsung selama

13 minggu, mulai dari minggu ke 28-40.Pada trimester ketiga, organ tubuh

janin sudah terbentuk.Sehingga pada minggu ke 40 pertumbuhan dan

perkembangan utuh telah dicapai (Manuaba 2010).

2.2.1 Ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester III dan cara

mengatasinya

Dalam proses kehamilan terjadi perubahan sistem dalam tubuh

ibu, yang semuanya membutuhkan adaptasi, baik fisik maupun

psikologis. Meskipun normal, tetap perlu diberikan pencegahan

danperawatan.

Tabel Ketidaknyamanan pada Trimester III

No Ketidaknyamanan Cara mengatasi


1. Sering buang air kecil a. Ibu hamil trimester III disarankan untuk
tidak minum saat 2-3 jam sebelumtidur.
b. Kosongkan kandungkemih sesaat
sebelumtidur.

7
8

No Ketidaknyamanan Cara mengatasi


c. Agar kebutuhan air pada ibu hamil trimester
IIItetap terpenuhi, sebaiknya minum
lebihbanyak pada siang hari.
2. Pegal-pegal a. Sempatkan untuk berolahraga atau
beraktivitas ringan.
b. Senam hamil.
c. Mengkonsumsi susu dan makanan yang
kayakalsium.
d. Janganberdiri/duduk/bergerak terlalu lama.
e. Anjurkan istirahat tiap 30 menit.
3. Hemoroid a. Hindari konstipasi
b. Makan makanan yang berserat dan banyak
minum.
c. Gunakan kompres es atau air hangat.
d. Bila mungkin gunakan jari untuk
memasukan kembali hemoroid kedalam
anus dengan pelan- pelan.
e. Bersihkan anus dengan hati- hati sesudah
defekasi.
f. Usahakan BAB dengan teratur.
g. Ajarkan ibu tidur dengan posisi knee chest
15 menit/hari.
h. Senam kegel untuk menguatkan perineum
dan mencegah hemoroid.
i. Konsul ke dokter sebelum menggunakan
obat hemoroid.
4. Kram dan nyeri pada a. Lemaskan bagiantubuh yang kram dengan
kaki cara mengurut.
b. Pada saat bangun tidur, jari kaki ditegakkan
9

No Ketidaknyamanan Cara mengatasi


sejajar tumit untuk mencegah kram
mendadak.
c. Meningkatkan asupan kalsium.
d. Meningkatkan asupan air putih.
e. Melakukan senam ringan.
f. Istirahat cukup.
5. Gangguan pernafasan a. Latihan nafas melalui senam hamil.
b. Tidur dengan bantal yang tinggi.
c. Makan tidak terlalu banyak.
d. Konsultasi ke dokter bila ada kelainan asma
dan lain-lain.
6. Oedema a. Meningkatkan periode istirahat dan
berbaring pada posisi miring kiri.
b. Meninggikan kaki bila duduk.
c. Meningkatkan asupan protein.
d. Menganjurkan untuk minum 6-8 gelas
cairan sehari untuk membantu diuresis
natural.
e. Menganjurkan ibu untuk cukup berolahraga.
7. Perubahan libido a. Informasikan pada pasangan bahwa masalah
ini normal dan disebabkan oleh pengaruh
hormon estrogen dan/atau kondisi
psikologis.
b. Menjelaskan pada ibu dan suami untuk
mengurangi frekuensi hubungan seksual
selama masa kritis.
c. Menjelaskan pada keluarga perlu
pendekatan dengan memberikan kasih
sayang pada ibu.
Sumber : Hutahaean. Serri, 2013.
10

2.2.2 Jadwal pemeriksaan kehamilan pada Trimester III

Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 4 kali, yaitu 1 kali

pemeriksaan pada trimester I dan II serta 2 kali pemeriksaan pada

trimester III (Hutahaean, Serri2013).

Pemeriksaan kehamilan keempat merupakan pemeriksaan

yang terakhir dan dilakukan pada usia kehamilan antara 32-36 minggu.

Pada pemeriksaan ini akan dilakukan:

a. Mengetahui keluhan-keluhan yang muncul.

b. Mengetahui pergerakan janin.

c. Mengetahui tipe kontraksi rahim.

d. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi.

e. Mengenali tanda-tanda persalinan.

f. Memantapkan rencana persalinan.

(Hutahaean, Serri 2013).

2.2.3 Tanda bahaya kehamilan pada trimester III

Kehamilan merupakan hal yang fisiologis. Namun kehamilan

yang normal dapat berubah menjadi patologis. (Walyani, Elisabeth Siwi

2015).

Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal

dan hanya 10-12% kehamilan yang disertai dengan penyulit atau

berkembang menjadi kehamilan patologis.

Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan

merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang


11

serius terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil trimester III

(Prawirohardjo, 2014).

Tanda bahaya kehamilan :

a. Perdarahan pervaginam

b. Sakit kepala hebat

c. Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, kabur senja)

d. Nyeri abdomen yang hebat

e. Bengkak pada muka dan tangan

f. Bayi kurang gerak seperti biasa

(Rukiyah, Ai yeyeh.dkk 2009).

2.2.4 Pelayanan Asuhan Mininimal

Pelayanan Asuhan Minimal “10 T”

1. Timbang Badan

2. Ukur Tinggi Badan

3. Ukur Tekanan darah

4. Nilai status gizi (ukurLILA)

5. Skrining Status Imunisasi TT (dan pemberian imunisasiTT)

6. Ukur Tinggi fundusuteri

7. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin.

8. Pemberian Tablet besi (90 tablet selama kehamilan)

9. Temu wicara (KIE Interpersonal dan konseling)


12

10. Test lab sederhana (Hb, Protein urine) dan atau berdasarkan

indikasi (HbsAg, Sifilis, HIV, Malaria, TBC)

(Sari, Anggrita, dkk 2015).

2.2.5 Senam Hamil

a. Pengertian

Pada ibu hamil sangat dibutuhkan tubuh yang sehat

dan bugar, di upayakan dengan makan dan tidur, cukup,

istirahat dan olah tubuh sesuai takaran. Dengan tubuh bugar

dan sehat, ibu hamil dapat menjalankan tugas rutin sehari–

hari, menurunkan stress akibat rasa cemas yang dihadapi

menjelang persalinan.

Jenis olah tubuh yang paling sesuai untuk ibu hamil adalah

senam hamil. Gerakan senam hamil disesuaikan dengan

banyaknya perubahan fisik seperti pada organ genital, perut

tambah membesar, dan lain lain. Dengan mengikuti senam

hamil secara teratur dan intensif, ibu hamil dapat mengikuti

dapat menjaga kesehatan tubuh dan janin yang dikandung

secara optimal. Aktif berolahraga senam kehamilan, jalan pagi

atau sore selama kehamilan akan membantu seorang wanita

hamil merasa lebih mudah melalui masa–masa 9 bulan

kehamilannya dan membantu melancarkan saat proses

persalinan (Ayu, Sekar, 2012).


13

Senam hamil adalah program kebugaran yang

diperuntukkan bagi ibu hamil. Senam hamil merupakan suatu

usaha untuk mencapai kondisi yang optimal dalam

mempersiapkan proses persalinan dengan cara dirancang

latihan–latihan bagi ibu hamil (Mufdlilah, 2009, p. 55;

Maryunani dan Sukarti, 2011, p. 47).

b. Alasan Senam Hamil

Senam hamil sebaiknya dilakukan oleh ibu hamil dengan

alasan antara lain:

1) Senam hamil merupakan salah satu cara untuk membuat

ibu hamil nyaman dan mudah dalam persalinan.

2) Senam hamil mengakibatkan peningkatan norepinefrin di

dalam otak, sehingga meningkatkan daya kerja dan

mengurangi rasa tegang (Maryunani dan Sukarti, 2011,

p.49).

c. Tujuan

1. Persalinan yang fisiologis (alami) dengan ibu dan

bayisehat.

2. Persiapan mental dan fisik untuk ibu hamil.

3. Kontraksi dengan baik, ritmis dan kuat pada segmen

bawah rahim, serviks, otot–otot dasar panggul.

4. Relaksasi.

5. Informasi kesehatan (termasuk) tentang kehamilan kepada


14

ibu, suami, keluarga atau masyarakat (Mufdlilah, 2015).

d. Manfaat Senam Hamil

Berikut ini adalah beberapa manfaat Senam Hamil antara

lain:

1) Menyesuaikan tubuh agar lebih baik dalam menyangga

beban kehamilan.

2) Memperkuat otot untuk menopang tekanan tambahan.

3) Membangun daya tahan tubuh.

4) Memperbaiki sirkulasi dan respirasi.

5) Menyesuaikan dengan adanya pertambahan berat badan

dan perubahan keseimbangan.

6) Meredakan ketegangan dan membantu relaks.

7) Membentuk kebiasaan bernafas yang baik.

8) Memperoleh kepercayaan dan sikap mental yang baik

(Maryunani dan Sukarti, 2011).

e. Indikasi

1) Semua kasus kehamilan yang sehat.

2) Usia kehamilan 4–6 bulan dan keluhan–keluhan sudah

berkurang atau hilang. Tidak dimulai saat hamil lebih dari 8

bulan (kurang bermanfaat).

3) Senam hamil yang aman yang sekarang di ajarkan adalah

senam pilates dengan teknik pernapasan (Mufdlilah, 2011).


15

f. Kontraindikasi

1) Anemia gravidarum.

2) Hyperemesis gravidarum.

3) Kehamilan ganda.

4) Sesak nafas.

5) Tekanan darah tinggi.

6) Nyeri pinggang, pubis,dada.

7) Tidak tahan dengan tempat panas atau lembab.

8) Molahydatidosa.

9) Perdarahan pada kehamilan.

10) Kelainan jantung.

11) PEB (Pre eklamsia berat)

(Mufdlilah, 2013).

g. Peralatan

1) Kaset.

2) Taperecorder.

3) Alas/matras.

4) Bajusenam.

5) Ruangan aman nyaman.

h. Persyaratan

1) Setiap kelas di ikuti 6–12 orang dengan umur kehamilan

yang sama.

2) Jauh dari keramaian.


16

3) Tenang, bersih, dan warna cat yang terang.

4) Ventilasi cukup.

5) Dekat kamar mandi.

6) Ruang dilengkapi cermin.

7) Ada tiang besi yang kuat tertanam di tembok setinggi

panggul ibu.

8) Terdapat gambar yang berhubungan dengan kehamilan,

persalinan, menyusui, perkembangan janin,dsb.

9) Besar ruangan sesuai keadaan, jarak antara kasur 0,5m.

10) Ukuran kasur 80 x 200 m.

11) Bantal tipis dan selimut (kalau perlu).

12) Pakaian senam: longgar dan tertutup.

i. Lama Senam

Pelaksanaan senam hamil sedikitnya seminggu sekali dalam

waktu sekitar 30–60 menit. (Jannah, 2012).

j. Metode Senam Hamil

Berikut ini adalah tahapan–tahapan Latihan Senam Hamil

yakni:

1) Latihan I

a) Duduk rileks dan badan ditopang tangan di belakang.

b) Kaki diluruskan dengan sedikit terbuka.

c) Gerakan latihan

(1) Gerakan kaki kanan dan kaki kiri kedepan dan


17

kebelakang.

(2) Putar persendian kaki melingkar kedalam dan

keluar.

(3) Bila mungkin angkat bokong dengan bantuan

kedua tangan dan ujung kedua telapakkaki.

(4) Kembangkan dan kempiskan otot dinding perut.

(5) Kerutkan dan kendorkan otot dubur.

d) Lakukan gerakan ini sedikitnya 8–10 kali setiap

gerakan.

2) Latihan II

a) Sikap duduk tegak dengan badan disangga oleh

tangan dibelakang badan.

b) Kedua tungkai bawah lurus dalam posisi rapat.

c) Tujuan latihan:

(1) Melatih otot dasar panggul agar dapat berfungsi

optimal saat persalinan.

(2) Meningkatkan peredaran darah alat kelamin

bagian dalam sehingga sirkulasi menuju plasenta

makin sempurna.

d) Bentuk latihan:

(1) Tempatkan tungkai kanan di atas tungkai bawah

kiri, silih bergantian.

(2) Kembangkan dan kempeskan otot dinding perut


18

bagian bawah.

(3) Kerutkan dan kendorkan otot liang dubur.

(4) Lakukan gerakan ini sedikitnya 8–10 kali.

3) Latihan III

a) Sikap duduk bersila dengan tegak.

b) Tangan di atas bahu sedangkan siku disamping badan.

c) Tujuan latihan:

(1) Melatih otot perut bagian atas.

(2) Meningkatkan kemampuan sekat rongga badan

untuk membantu persalinan.

d) Bentuk latihan:

(1) Lengan diletakkan didepan(dada).

(2) Putar keatas dan kesamping, kebelakang dan

selanjutnya kembali kedepan badan (dada).

(3) Lakukan latihan ini sedikitnya 8–10 kali.

4) Latihan IV

a) Sikap duduk bersila dengan tumit bersekatan satu

sama lain.

b) Badan tegak rileks dan paha lemas.

c) Kedua tangan di persendian lutut.

d) Tujuan latihan:

(1) Melatih otot punggung agar berfungsi dengan baik.

(2) Meningkatkan peredaran darah kealat kelamin


19

bagian dalam.

(3) Melatih agar persendian tulang punggung jangan

kaku.

e) Bentuk latihan:

(1) Tekanlah persendian lutut dengan berat badan

sekitar 20 kali.

(2) Badan diturunkan kedepan semaksimal mungkin.

5) Latihann V

a) Sikap latihan tidur di atas tempat tidur datar.

b) Tangan di samping badan.

c) Tungkai bawah di tekuk pada persendian lutut dengan

sudut tungkai bawah bagian bawah sekitar 80–90

derajat.

d) Tujuan latihan:

(1) Melatih persendian tulang punggung bagian atas.

(2) Melatih otot perut dan otot tulang belakang.

e) Bentuk latihan:

(1) Angkat badan dengan topangan pada ujung

telapak kedua kaki dan bahu.

(2) Pertahankan selama mungkin di atas dan

selanjutnya turunkan perlahan–lahan.

6) LatihanVI

a) Sikap tidur terlentang di tempat tidur mendatar.


20

b) Badan seluruhnya rileks.

c) Tangan dan tungkai bawah lurus dengan rileks.

d) Tujuan latihan:

(1) Melatih persendian tulang punggung dan pinggul.

(2) Meningkatkan peredaran darah menuju alat

kelamin bagian dalam.

(3) Meningkatkan peredaran darah menuju janin

melalui plasenta.

e) Bentuk latihan:

(1) Badan dilemaskan pada tempat tidur.

(2) Tangan dan tungkai bawah membujur lurus.

(3) Pinggul di angkat kekanan dan kekiri sambil

melatih otot liang dubur.

(4) Kembang dan kempeskan otot bagian bawah.

(5) Lakukan latihan ini sedikitnya 10–15 kali.

k. Latihan Pernapasan

1. Sikap tubuh tidur terlentang di tempat tidur yang datar.

2. Kedua tangan di samping badan dan tungkai bawah

ditekuk pada lutut dan santai.

3. Satu tangan di letakkan di atas perut.

4. Tujuan latihan pernapasan:

a. Meningkatkan penerimaan konsumsi oksigen ibu

dan janin.
21

b. Menghilangkan rasa takut dan tertekan.

c. Mengurangi nyeri saat kontraksi.

5. Bentuk latihan:

a) Tarik nafas perlahan dari hidung serta

pertahankan dalam paru beberapa saat.

b) Bersamaan dengan tarikan nafas tersebut, tangan

yang berada di atas perut ikut serta di angkat

mencapai kepala.

c) Keluarkan napas melalui mulut perlahan.

d) Tangan yang diangkat ikut serta diturunkan.

e) Lakukan gerakan latihan ini sekitar 8–10 kali

dengan tangan silih berganti.

6. Bentuk gerakan lain:

a) Tangan yang berada di atas perut di biarkan

mengikuti gerak saat di lakukan tarikan dan saat

mengeluarkannya.

b) Tangan tersebut seolah–olah memberikan

pemberat pada perut untuk memperkuat diafragma

(sekat rongga badan).

l. Latihan Relaksasi

Latihan relaksasi dapat dilakukan bersamaan dengan

latihan otot tulang belakang, otot dinding perut dan otot liang
22

dubur atau sama sekali relaksasi total.

1) Latihan Relaksasi Kombinasi

a) Sikap tubuh seperti merangkak.

b) Bersikap tenang dan rileks.

c) Badan disangga pada persendian bahu dan tulang

belakang.

d) Tujuan latihan kombinasi:

(1) Melatih melemaskan persendian pinggul dan

persendian tulang paha.


3
6
(2) Melatih otot tulang belakang, otot dinding perut,

dan otot liang dubur.

e) Bentuk latihan:

(1) Badan disangga persendian bahu dan tulang paha.

(2) Lengkukan dan kendorkan tulang belakang.

(3) Kembangkan dan kempiskan otot dinding perut.

(4) Kerutkan dan kendorkan otot liang dubur.

(5) Lakukan latihan ini 8–10kali.

f) Bentuk latihan yang lain:

(1) Tidur miring dengan kaki membujur.

(2) Telentang dengan disangga bantal pada bagian

bawahlutut.

(3) Tidur terlentang dengan kakiditekuk.

(4) Tidur miring dengan kaki ditekuk.


23

2) Latihan Relaksasi dengan Posisi Duduk Telungkup

a) Sikap tubuh duduk menghadap sandaran kursi.

b) Kedua tangan disandaran kursi.

c) Kepala diletakkan di atas tangan.

d) Tujuan relaksasi:

(1) Meningkatkan ketenangan.

(2) Mengurangi pengaruh yang berasal dari luar.

(3) Mengendalikan dan mengurangi rasa nyeri.

(4) Latihan ini dapat dilakukan pada kala

pertama (masa pembukaan pada proses

persalinan) sehingga mengurangi nyeri.

e) Bentuk latihan:

(1) Tarik napas dalam dan perlahan.

(2) Dilakukan pada kala pertama.

3) Latihan Menurunkan dan Memasukkan Kepala Janin ke

Pintu Atas Panggul.

Untuk mengusahakan agar kepala janin masuk pintu atas

panggul dapat dilakukan latihan sebagai berikut:

a) Sikap badan berdiri tegak dan jongkok.

b) Berdiri dengan berpegangan pada sandaran tempat

tidur atau kursi dan jongkok.

c) Tujuan latihan:

(1) Dengan jongkok selama beberapa waku


24

diharapkan tulang panggul melengkung, sehingga

rahim tertekan.

(2) Sekat rongga badan menekan rahim sehingga

kepala janin dapat masuk pintu atas panggul.

d) Bentuk latihan:

(1) Lakukan berdiri dan jongkok, tahan beberapa saat

sehingga tekanan pada rahim mencapai maksimal

untuk memasukkan kepala janin ke pintu atas

panggul.

e) Bentuk latihan lain:

(1) Membersihkan lantai dengan tangan sambil

bergerak sehingga tekanan sekat rongga badan

dan tulang belakang menyebabkan masukknya

kepala janin kedalam pintu atas panggul.

4) Latihan Koordinasi Persalinan Urutan latihan adalah:

a) Sikap badan dengan dagu diletakkan kearah dada

sampai menyentuhnya.

b) Tulang punggung dilengkungkan.

c) Pinggul ditarik keatas.

d) Paha ditarik kearah badan dengan jalan menarik

persendian lutut dengan tangan mencapai siku.

e) Badan melengkung demikian rupa sehingga terjadi

hasil akhir kekuatan his untuk mengejan.


25

5) Latihan Anti Sungsang

a) Tujuan: Agar letak bayi normal, yaitu letak bayi

dengan kepala di bawah dan kaki diatas.

b) Posisi: ibu hamil merangkak

c) Kegiatan:

(1) Kepala diletakkan di antara kedua telapak tangan

melihat ke samping.

(2) Siku diturunkan dibawah dan bergeser sejauh

mungkin kesamping sehingga dada menyentuh

kasur selama setengah menit.

d) Anjuran: buatlah 6 kali gerak dalam satu kali latihan

dalam sehari.

m. Metode Senam Pilates

Senam kehamilan sangat bermanfaat untuk menjaga

dan meningkatkan kebugaran anda. Kebugaran ini dapat

diperoleh karena latihan senam pilates melatih napas,

merilekskan pikiran, dan melancarkan peredaran darah.

Prinsip senam kehamilan ini pertama kali dirumuskan oleh

Joseph Pilates pada tahun 1920 dengan metode pengontrolan

kosentrasi dan kebugaran tubuh. Pilates memadukan gerakan

yoga dan senam. Banyak ibu hamil yang memilih olahraga.

Dengan latihan pilates tubuh akan menjadi lebih kuat dan

segar, karena olahraga ini memang melatih otot–otot tubuh


26

serta elastisitas (Subakti dan Anggrani, 2010).

n. Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan

1) Gerakan senam jangan dipaksakan tetapi sesuai dengan

kemampuan klien.

2) Setelah senam klien di anjurkan untuk minum air putih.

(Maryunani dan Sukaryati, 2011).

2.2 Persalinan

2.2.1 Definisi Persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan

janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal

adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup

bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang

kepala tanpa komplikasi baik ibu dan janin (Dwi, dkk, 2012: 1).

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan

pengeluaran bayi yang cukup bulan (37-42 minggu), atau hampir

cukup bulan di susul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin

dari tubuh ibu atau persalinan adalah proses pengeluaran produk

konsepsi yang variabel melalui jalan lahir biasa (Setiawati, Dewi.

2013:53).

Dari kesimpulan di atas dapat di kemukakan bahwa persalinan

normal adalah proses pengeluaran janin yang cukup bulan, lahir secara

spontan dengan presentasi belakang kepala, di susul dengan


27

pengeluaran plasenta dan selaput ketuban dari tubuh ibu, tanpa

komplikasi baik ibu maupun janin,

a. Bentuk persalinan berdasarkan tekhnik:

1) Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan

kekuatan ibu sendiri melalui jalan lahir.

2) Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar

dengan ekstraksi forceps, ekstraksi vakum dan sectionsesaria.

3) Persalinan anjuran, yaitu persalinan tidak dimulai dengan

sendirinya tetapi berlangsung setelah memecahkan ketuban,

pemberian pitocin prostaglandin (Rukiyah, Ai yeyeh, dkk,

2014: 2).

2.2.2 Patofisiologi Persalinan

a. Tanda – Tanda Persalinan Sudah Dekat

Sebelum terjadi persalinan, beberapa minggu sebelumnya wanita

memasuki “bulannya” atau “minggunya” atau “harinya” yang di

sebut dengan kala pendahuluan. Ini memberikan tanda-tanda

sebagai berikut :

1) Lightening

Pada minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan

fundus karena kepala bayi sudah memasuki pintu atas panggul

yang disebabkan oleh : Kontraksi braxton hicks, ketegangan

otot, ketegangan ligamentum rotundum dan gaya berat janin

kepala kearah bawah.


28

2) Terjadinya his permulaan

Makin tua usia kehamilan pengeluaran progesterone dan

estrogen semakin berkurang sehingga oksitosin dapat

menimbulkan kontraksi, yang lebih sering yang disebut his

palsu, sifat his palsu yaitu rasa nyeri ringan dibagian bawah,

datanganya tidak teratur, tidak ada perubahan serviks,

durasinya pendek, tidak bertambah jika beraktivitas (Nursiah,

Ai, dkk, 2014: 6).

b. Tanda – Tanda Persalinan

1) Timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan sifat-

sifatnya sebagai berikut : Nyeri melingkar dari punggung

memancar ke perut bagian depan, teratur, makin lama makin

pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya, jika dibawa

berjalan bertambah kuat, dan mempunyai pengaruh pada

pendataran atau pembukaan serviks (Setiawati, Dewi.

2013:54).

2) Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui

vagina)

Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang

menimbulkan pendataran dan pembukaan, lendir yang

terdapat di kanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh darah

pecah, yang menjadikan darah sedikit (Nursiah, Ai dkk. 2014:

7).
29

3) Dengan pendataran dan pembukaan

Lendir dari canalis servikalis keluar di sertai dengan sedikit

darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabnya karena lepasnya

selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga

beberapa kapiler terputus (Setiawati, Dewi. 2013: 54).

4) Pengeluaran cairan

Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek.

Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan

lengkap tetapi kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil,

hal ini di sebut dengan ketuban pecah dini (Setiawati, Dewi.

2013:54).

2.2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Keberhasilan proses persalinan dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu faktor ibu (power, passage, psikologis), faktor janin,

plasenta dan air ketuban (passenger), dan faktor penolong persalinan.

Hal ini sangat penting, mengingat beberapa kasus kematian ibu dan

bayi yang disebabkan oleh tidak terdeteksinya secara dini adanya salah

satu dari factor-faktor tersebut.

a. Power (Tenaga/Kekuatan)

1. His (Kontraksi Uterus)

Merupakan kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot

polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna. Sifat his yang

baik adalah kontraksi simetris, fundus dominial, terkordinasi


30

dan relaksasi. Kontraksi ini bersifat involunter karena berada

dibawah saraf intrinsic.

2. Tenaga mengedan

Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah atau

dipecahkan, serta sebagaian presentasi sudah berada di dasar

panggul, sifat kontraksinya berubah, yakni bersifat mendorong

keluar dibantu dengan keinginan ibu untuk mengedan atau

usaha volunteer. Keinginan mengedan ini di sebabkan karena,

kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan

peninggian tekanan intra abdominial dan tekanan ini menekan

uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan untuk

mendorong keluar, tenaga ini serupa dengan tenaga mengedan

sewaktu buang air besar (BAB) tapi jauh lebih kuat, saat kepala

sampai kedasar panggul timbul reflex yang mengakibatkan ibu

menutup glotisnya, mengkontraksikan otot-otot perut dan

menekan diafragmanya kebawah, tenaga mengejan ini hanya

dapat berhasil bila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif

sewaktu ada his dan tanpa tenaga mengedan bayi tidak akan

lahir (Nursiah,Ai dkk, 2014: 31-32).

b. Passage (JalanLahir)

Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri

dari rongga panggul, dasar panggul, serviks, dan vagina. Syarat


31

agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada

rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal (Widia,

2015:16).

c. Passenger (Janin, Plasenta, dan Air Ketuban)

1. Janin

Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir

merupakan akibat interaksi beberaapa faktor, yakni kepala

janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin (Nursiah, Ai dkk,

2014:39).

2. Plasenta

Plasenta juga harus melewati jalan lahir maka dia di

anggab sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin.

Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan normal

(Widia, 2015: 29).

3. Air ketuban

Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu

membran yang kuat dan ulet tetapi lentur. Amnion adalah

jaringan yang menentukan hampir semua kekuatan regangan

membran janin, dengan demikian pembentukan

komponenamnion yang mencegah ruptur atau robekan.

Penurunan ini terjadi atas 3 kekuatan yaitu salah satunya

adalah tekanan dari cairan amnion dan juga saat terjadinya

dilatasi serviks atau pelebaran muara dan saluran serviks yang


32

terjadi di awal persalinan, dapat juga karena tekanan yang

ditimbulkan oleh cairan amnion selama ketuban masih utuh

(Widia, 2015: 29).

d. Faktor Psikis (Psikologi)

Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat

itulah benar-benar terjadi realitas, “kewanitaan sejati” yaitu

munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau memproduksi anak.

1) Psikologis meliputi : Kondisi psikologis ibu sendiri, emosi dan

persiapan intelektual, pengalaman melahirkan bayi

sebelumnya, kebiasaan adat, dan dukungan dari orang terdekat

pada kehidupan ibu.

2) Sikap negative terhadap persalinan di pengaruhi oleh :

Persalinan semacam ancaman terhadap keamanan, persalinan

semacam ancaman pada self-image, medikasi persalinan, dan

nyeri persalinan dan kelahiran (Widia, 2015:29-30).

e. Pysician (Penolong)

Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah

bidan, yang mengantisipasi dan menangani komplikasi yang

mungkin terjadi pada ibu dan janin (Widia, 2015: 30). Tidak hanya

aspek tindakan yang di berikan, tetapi aspek konseling dan

meberikan informasi yang jelas dibutuhkan oleh ibu bersalin untuk

mengurangi tingkat kecemasan ibu dan keluarga (Nursiah, Ai dkk

2014:48).
33

2.2.4 Tahapan Persalinan

Persalinan dibagi atas empat tahap. Pada kala I disebut juga

kala pembukaan, kala II disebut dengan tahapan pengeluaran, kala III

disebut kala uri, kala IV adalah 2 jam setelah plasenta keluar.

1. Kala I (Pembukaan)

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus

yang teratur dan ibu telah mengeluarkan lender yang bersemu

darah (bloddy show).

Kala I persalinan terdiri dari dua fase yaitu :

a. Fase Laten

1) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan

penipisan dan pembukaan serviks bertahap.

2) Berlangsung hingga serviks membuka sampai 3 cm atau

kurang dari 4 cm.

3) Pada umumnya fase ini berlangsung lebih kurang 8jam.

4) Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya diantara 20-30 detik.

b. Fase Aktif

1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara

bertahap dimana terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10

menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Dari

pembukaan 4 cm mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm

akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam pada

nulipara atau primigravida atau lebih dari 1 cm atau 2 cm


34

pada multipara.

2) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

Dalam fase aktif ini masih dibagi menjadi 3 fase yaitu :

1) Fase aklerasi : pembukaan dari 3 cm menjadi 4 cm,

berlangsung selama 2 jam.

2) Fase dilatasi maksimal : pembukaan dari 4 cm

menjadi 9 cm berlangsung cepat yaitu selama 2jam.

3) Fase deselerasi : dari pembukaan 9 cm sampai 10

cm berlangsung selama 2 jam.

2. Kala II (Kala Persalinan)

Dimulai dari pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi lahir.

Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada

multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan cepat.

Dalam kondisi yang normal pada kala ini kepala janin sudah masuk

dalam rang panggul, maka pada saat itu his dirasakan tekanan pada

otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa

ingin mengedan.

Kemudian pereinium mulai menonjol dan menjadi lebar

dengan membukanya anus. Labia mulai membuka dan tidak lama

lagi kepala janin tampak dalam vulva pada saat ada his. Dengan

kekuatan his dan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan

dengan suboksiput di bawa simfilis dan dahi, muka dan dagu

melewati perineum. Setelah his istirahat sebentar, maka his akan


35

mulai lagi untuk mengeluarkan anggota badan bayi.

3. Kala III (Kala Uri)

Dimulai segera setelah bayi baru lahir sampai lahirnya

plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi

lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat.

Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk

melepaskan plasenta dari dindingnya. Plasenta lepas biasanya

dalam waktu 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir spontan dengan

tekanan pada fundus uteri dan keluar yang disertai darah.

4. Kala IV (Dimula dari lepasnya plasenta selama 1 jam)

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post-

partum. Observasi yang harus dilakukan pada kala ini adalah :

1) Tingkat kesadaran ibu

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital

3) Kontraksi uterus

4) Jumlah perdarahan

(Rahayu, Sri 2017).

2.2.5 Mekanisme Persalinan Normal

Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin dalam

menyesuaikan ukuran dirinya dengan ukuran panggul saat kepala

melewati panggul.

Adapun gerakan-gerakan janin dalam persalinan sebagai berikut :


36

1. Engagement

Engagement adalah peristiwa ketika diameter biparietal

melewati pintu atas panggul dengan sutura sagitalis

melintang/oblig di dalam jalan lahir dan fleksi. Engagement pada

primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan, sedangkan

pada multigravida dapat terjadi pada awal persalinan.

2. Penurunan

Dimulai sebelum proses persalinan/inpartu, penurunan

kepala terjadi bersamaan dengan mekanisme lainnya. Kekuatan

yang mendukung antara lain :

a. Tekanan cairan amnion

b. Tekanan langsung fundus dan bokong

c. Kontraksi dan otot-otot abdomen

d. Ekstensi dan penurunan badan janin atau tulang belakang.

3. Fleksi

Dengan adanya fleksi maka diameter oksipito-frontalis

berubah menjadi sub oksipito-breghmatika, dan posisi dagu

bergeser ke arah dada janin.

4. Rotasi dalam

Rotasi dalam atau putaran paksi dalam adalah pemutaran

bagian terendah janin dari posisi sebelumnya ke arah depan

sampah ke bawah simfisis. Gerakan ini adalah upaya kepala janin

untuk menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir yaitu bidang


37

tengah dan pintu bawah panggul. Rotasi ini terjadi setelah kepala

melewati bidang Hodge III atau setelah di dasar panggul.

5. Ekstensi

Gerakan ini merupakan gerakan dimana oksiput berhimpit

langsung pada margo inferior simfisis pubis. Penyebabnya

dikarenakan sumbu jalan lahir pada pintu bagian bawah panggul

mengarah ke depan dan atas, sehingga kepala menyesuaikan

dengan cara ekstensi agar dapat melaluinya.

6. Rotasi luar

Merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil kearah

punggung janin, bagian belakang kepala berhadapan dengan tuber

ischiadikum kanan atau kiri, sedangkan muka janin menghadap

salah satu paha ibu.

7. Ekspulsi

Merupakan pengeluaran janin dengan memegang

biparietal bayi degan kedua tangan, maka dapat dilahirkan bahu

depan terlebih dahulu kemudian bahu belakang.

(Rahayu,Sri2017).

2.2.6 Penggunaan Partograf

1. Definisi

Partograf merupakan alat untuk memantau kemajuan kala

satu, mencatat informasi pada observasi/riwayat dan pemeriksaan

fisik ibu dalam proses persalinan serta merupakan alat utama


38

dalam mengambil keputusan klinik khususnya pada persalinan

kala satu. Partograf harus digunakan untuk semua ibu dalam fase

akif dan memberikan asuhan persalinan pada ibu di semua

tempatpada waktu menolong persalinan.

2. Tujuan penggunaan partograf

a. Menilai penurunan bagian terbawah janin melalui

pemeriksaan persalinan suprasimfisis.

b. Mencatat hasil observasi dan memantau kemajuan persalinan

(dilatasi serviks)

c. Mendeteksi proses persalinan berjalan secara normal (kondisi

ibu dan janin pada fase aktif kala I.

d. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,

kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan

mendikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,

membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang

diberikan. Semuanya dicatat secara rinci pada status atau

rekam medic ibu bersalin dan bayi baru lahir.

3. Bagian-Bagian Partograf

a. Kemajuan persalinan

1) Pembukaan serviks.

2) Obat dan cairan.

3) Turunnya bagian terendah dan kepala janin.

4) Kontraksi uterus.
39

b. Kondisi janin

1) Denyut jantung janin (DJJ).

2) Warna dan volume air ketuban.

3) Moulase kepala janin.

c. Kondisi ibu

1) Tekanan darah, nadi dan suhu badan.

2) Volume urine.

3) Obat dan cairan.

d. Cara mencatat temuan pada partograf

Observasi dimulai sejak ibu datang, apabila ibu datang

masih dalam fase laten, maka hasil observasi ditulis di lembar

observasi bukan pada partograf. Karena partograf dipakai

setelah ibu masuk fase aktif yang meliputi:

1) Identifikasi ibu

Lengkapi bagian awal atau bagian atas lembar partograf

secara teliti pada saat mulai asuhan persalinan yang

meliputi nama, umur, gravid, para, abortus, nomor rekam

medis/nomor klinik, tanggal dan waktu mulai dirawat,

waktu pecahnya selaput ketuban.

2) Kondisi janin

Kolom jalur dan skala angka pada partograf bagian atas

adalah untuk pencatatan:

a) Denyut jantung janin


40

DJJ dinilai setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-

tanda gawat janin). Kisaran normal DJJ terpapar pada

partograf diantara garis tebal angka 180 dan 100, nilai

normal sekitar 120 s/d 160, apabila ditemukan DJJ

dibawah 120 dan diatas 160, maka penolong harus

waspada.

b) Warna dan adanya air ketuban

Nilai air ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan

dalam dengan menggunakan lambing sebagai berikut.

U: Jika ketuban Utuh belum pecah

J: Jika ketuban sudah pecah dan air ketuban Jernih M:

Jika ketuban sudah pecah dan air ketubanbercampur

dengan Mekoneum.

D: Jika ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur dengan Darah.

K: Jika ketuban sudah pecah dan air ketuban Kering.

c) Penyusupan/molase kepala janin

Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan

kepala janin dengan menggunakan lambing sebagai

berikut:

0 : Tualng-tulang kepala janin terpisah, sutura

dengan mudah dapatdiraba.

1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling


41

bersentuhan

2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang

tindih, tetapi masih bisa dipisahkan.

3 : Tulang-tulang kepala janint umpang tindih dan

tidak dapat dipisahkan.

d) Kemajuan Serviks

1) Dilatasi Serviks

Pada kolom dan lajur kedua dari partograf untuk

pencatatan kemajuan persalinan.Angka 0-10

yangtertera pada tepi kolom kiri adalah besarnya

dilatasi serviks. Kotak diatasnya menunjukkan

penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Pada pertama

kali menulis pembesaran dilatasi serviks harus

ditulis tepat pada garis waspada.

Cara pencatatan dengan memberikan tanda silang

(X) pada garis waspada sesuai hasil periksa

dalam/VT. Hasil pemeriksaan dalam/ VT

selanjutnya dituliskan sesuai dengan waktu

pemeriksaan dan di hubungkan dengan garis lurus

dengan hasil sebelumnya.

Apabila dilatasi serviks melewati garis waspada,

perlu diperhatikan apa penyebabnya dan penolong

harus menyiapkan ibu untuk dirujuk.


42

2) Penurunan bagian terendah janin

Skala 0 s/d 5 pada garis tepi sebelah kiri keatas,

juga menunjukkan beberapa jauh penurunan kepala

janin kedalam panggul. Dibawah lajur kotak

dilatasi serviks dan penurunan kepala

menunjukkan waktu/jam dimulainya fase aktif,

tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual

saat pemeriksaan fase aktif dimulai, setiap kotak

menunjukkan 30 menit.

3) Kontraksi uterus/his

Dibawah lajur waktu pada partograf terdapat lima

kotak dengan tulisan “kontraksi” tiap 10 menit di

sebelah luar kolom. Setiap kotak untuk sekali

kontraksi.Jumlah kotak yang diisi kea rah atas

menunjukkan frekuensi kontraksi dalam 10 menit.

Setiap 30 menit, periksa dan dokumentasikan

frekuensi kontraksi yang datang dalam 10 menit

dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Adapun

cara dokumentasi lama kontraksi:

- Buatlah titik-titik pada kotak bila lama kontraksi

kurang dari 20 detik

- Buatlah arsiran garis pada kotak bila lama

kontraksi kurang 20-40 detik


43

- Isi penuh kotak yang sesuai untuk mennyatakan

lamanya kontraksi lebih dari 40 detik.

4) Obat-obatan dan cairan yang diberikan

Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus

tersedia lajur kotak untuk mencatat obat-obatan

dan cairan yang diberikan.

e) Kondisi ibu.

Bagian akhir pada lembar partograf berkaitan

dengan kondisi ibu yang meliputi : nadi, tekanan

darah, temperatur tubuh, urine

(volume,aceton,protein) (Rahayu,Sri 2017).

2.3 Bayi Baru Lahir

2.3.1 Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir dari kehamilan yang

aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000 gram.

Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan pada bayi tersebut selama jam

pertama setelah kelahiran (Prawirohardjo, Sarwono. 2013).

Bayi baru lahir adalah bayi yang mengalami proses kelahiran

dan menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri ke ekstra uteri

( Rukiyah,Ai Yeyeh, dkk,2010).

2.3.2 Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir Normal

1. Berat badan 2500 – 4000 gram.

2. Panjang badan 48 – 52 cm.


44

3. Lingkar dada 30 – 38 cm.

4. Lingkar kepala 33 – 35 cm.

5. Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit.

6. Pernafasan ± - 60 40 kali/menit.

7. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup.

8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna.

9. Kuku agak panjang dan lemas.

10. Genitalia :

Perempuan labiya mayora sudah menutup labiya minora.

Laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.

11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.

13. Reflex graps atau menggengam sudah baik.

14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,

mekonium berwarna hitam kecoklatan(Sondakh,2013).

2.3.3 Kunjungan Neonatal

Adalah pelayanan kesehatan pada Neonatus sedikit tiga kali,

yaitu :

a. Kunjungan Neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam

setelah lahir.

b. Kunjungan Neonatal II (KN2) pada hari ke 3 sampai dengan hari

ke 7 setelah lahir.
45

Kunjungan Neonatal III (KN3) pada hari ke 8 sampai dengan hari ke

28 setelah lahir.

Kunjungan Penatalaksanaan
Kunjungan Neonatal ke- 1. Mempertahankan suhu tubuh bayi
1 (KN 1) dilakukan Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya enam jam dan
dalam kurun waktu 6-48 hanya setelah itu jika tidak terjadi masalah medis dan jika
jam setelah bayi lahir. suhunya 36.5 Bungkus bayi dengan kain yang kering dan
hangat, kepala bayi harus tertutup.
2. Pemeriksaan fisik bayi
3. Dilakukan pemeriksaan fisik
a. Gunakan tempat tidur yang hangat dan bersih untuk
pemeriksaan
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan lakukan
pemeriksaan
c. Telinga : Periksa dalam hubungan letak dengan mata dan
kepala
d. Mata :. Tanda-tanda infeksi
e. Hidung dan mulut : Bibir dan langitanPeriksa adanya
sumbing Refleks hisap, dilihat pada saat menyusu
f. Leher :Pembekakan,Gumpalan
g. Dada : Bentuk,Puting,Bunyi nafas,Bunyi jantung
h. Bahu lengan dan tangan :Gerakan Normal,
Jumlah Jari
i. System syaraf : Adanya reflek moro
j. Perut : Bentuk, Penonjolan sekitar tali pusat pada saat
menangis, Pendarahan tali pusat ? tiga pembuluh, Lembek
(pada saat tidak menangis), Tonjolan
k. Kelamin laki-laki : Testis berada dalam skrotum, Penis
berlubang pada letak ujung lubang
46

l. Kelamin perempuan :Vagina berlubang,Uretra berlubang,


Labia minor dan labia mayor
m. Tungkai dan kaki : Gerak normal, Tampak normal, Jumlah
jari
n. Punggung dan Anus: Pembekakan atau cekungan, Ada anus
atau lubang
o. Kulit : Verniks, Warna, Pembekakan atau bercak hitam,
Tanda-Tanda lahir
p. Konseling : Jaga kehangatan, Pemberian ASI, Perawatan
tali pusat, Agar ibu mengawasi tanda-tanda bahaya
4. Tanda-tanda bahaya yang harus dikenali oleh ibu : Pemberian
ASI sulit, sulit menghisap atau lemah hisapan, Kesulitan
bernafas yaitu pernafasan cepat > 60 x/m atau menggunakan
otot tambahan, Letargi –bayi terus menerus tidur tanpa bangun
untuk makan,Warna kulit abnormal – kulit biru (sianosis) atau
kuning, Suhu-terlalu panas (febris) atau terlalu dingin
(hipotermi), Tanda dan perilaku abnormal atau tidak biasa,
Ganggguan gastro internal misalnya tidak bertinja selama 3
hari, muntah terus-menerus, perut membengkak, tinja hijau tua
dan darah berlendir, Mata bengkak atau mengeluarkan cairan
5. Lakukan perawatan tali pusat Pertahankan sisa tali pusat dalam
keadaan terbuka agar terkena udara dan dengan kain bersih
secara longgar, Lipatlah popok di bawah tali pusat ,Jika tali
pusat terkena kotoran tinja, cuci dengan sabun dan air bersih
dan keringkan dengan benar Gunakan tempat yang hangat dan
bersih
6. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan
7. Memberikan Imunisasi HB-0
Kunjungan Neonatal ke- 1. Menjaga tali pusat dalam keadaaan bersih dan kering
2 (KN 2) dilakukan pada 2. Menjaga kebersihan bayi
kurun waktu hari ke-3 3. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,
47

sampai dengan hari ke 7 ikterus, diare, berat badan rendah dan Masalah pemberian ASI
setelah bayi lahir. 4. Memberikan ASI Bayi harus disusukan minimal 10-15 kali
dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca persalinan
5. Menjaga keamanan bayi
6. Menjaga suhu tubuh bayi
7. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
ekslutif pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan
bayi baru lahir dirumah dengan menggunakan Buku KIA
8. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan
Kunjungan Neonatal 1. Pemeriksaan fisik
ke-3 (KN-3) dilakukan 2. Menjaga kebersihan bayi
pada kurun waktu hari 3. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya Bayi baru lahir
ke-8 sampai dengan 4. Memberikan ASIBayi harus disusukan minimal 10-15 kali
hari ke-28 setelah lahir. dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca persalinan.
5. Menjaga keamanan bayi
6. Menjaga suhu tubuh bayi
7. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
ekslutif pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan
bayi baru lahir dirumah dengan menggunakan Buku KIA
8. Memberitahu ibu tentang Imunisasi BCG
9. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan

2.3.4 Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir

Setelah bayi lahir, BBL harus mampu beradaptasi dari keadaan

yang sangat tergantung (plasenta) menjadi mandiri secara fisiologis.

Setelah lahir, bayi harus mendapatkan oksigen melalui system sirkulasi

pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi per oral untuk

mempertahankan kadar gula darah yang cukup, mengatur suhu tubuh,

dan melawan setiap penyakit/infeksi.


48

Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi yaitu dari

kehidupan di dalam rahim ke kehidupan diluar rahim. Periode ini

berlangsung sampai 1 bulan atau lebih.

1. Adaptasi Pernapasan

Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran

gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus

melalui paru- paru.

a. Perkembangan paru-paru

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx

yang bercabang, dan kemudian bercabang kembali membentuk

struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjut sampai

usia sekitar 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveoulus

sepenuhnya berkembang, walaupun jannin memperlihatkan

adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III.

Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan

hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena

keterlambatan permukaan alveolus, ketidak matangan system

kapiler paru-paru, dan tidak tercukupinya jumlahsurfaktan.

b. Awal adanya napas

Factor-faktor yang berperan dalam rangsangan napas pertama

bayi adalah:

1) Hipoksia pada akhir prsalinan dan rangsangan fisik

lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernapasan


49

diotak.

2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena

kompresi paru-paru selama persalinan, yang merangsang

masuknya udara ke dalam paru-paru secara mekanis,

interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler, dan

susunan syaraf pusat menimbulkan pernapasan yang

teratur dan berkesinambungan serta denyut yang

diperlukan untukkehidupan.

3) Penimbunan karbon dioksida (CO2)

Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan

akan merangsang pernapasan. Berkurangnya O2 akan

mengurangi gerakan pernapasan janin, tetapi sebaliknya

kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat

gerakan pernapasan janin.

4) Perubahan suhu

Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.

c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas

Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk:

a) Mengeluarkan cairan dari dalam paru-paru.

b) Mengembangkan jaringan alveolus untuk pertama kali.

d. Dari cairan menuju udara

Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada

saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar


50

sepertiga caira ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi

yang dilahirkan secara section cesaria kehilangan keuntungan

dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru

basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali

tarikan yang pertama udara memenuhi ruangan trachea dan

bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dan diserap oleh

pembuluh limfe dan darah.

e. Fungsi sitem pernafasan dan kaitannya dengan fungsi

kardiovaskuler

Oksigen yang memadai merupakan faktor yang sagat penting

dalam mempertahankan keckupan pertukaran udara. Jika

terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami

vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh

darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam

alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan,

yang akan memperburuk hipoksia.

Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar

pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu

menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan

sirkulasi janin menjadi sirkulai luarrahim

2. Adaptasi system peredaran darah

Setelah lahir, darah BBL harus melewati paru untuk

mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna


51

mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang

baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar:

a. Penutupan firamen ovale pada atrium jantung

b. Perubahan duktus anteriosus antara paru-paru dan aorta.

Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada

seluruh system pembuluh. Oksigen menyebabkan system

pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau

meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.

Peristiwa yang meubah tekanan dalam system pembuluh darah:

1) Pemotongan tali pusat, aliran darah dari plasenta melalui

vena cava inferior dan foramen ovaleke atrium kiri terhenti.

2) Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah

paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan.

3) Dengan pernapasan, kadar oksigen dalam darah meningkat

yang menyebabkan duktus arteriosus mengalami kontriksi

dan menutup (Tando, Naomy Marie 2013).

3. Adaptasi suhu

Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi

baru lahir kehilangan panas tubuhya.

a. Konduksi

Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang

kontak langsung dengan tubuhh bayi (pemindahan panas dari

tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung). Sebagai


52

contoh, konduksi bias terjadi ketika meninmbang bayi tanpa

alas timbangan, memegang bayi saat tangan dingin, dan

menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL.

b. Konveksi

Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang

bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan

dan suhu udara). Sebgai contoh, konveksi dapat terjadi ketika

membiarkan atau menempatkan BBL dekat jendela, atau

membiarkan BBL diruangan yang terpasang kipas angin.

c. Radiasi

Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke lingkungan

yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang

mempunyai suhu berbeda). Sebgai contoh, membiarkan BBL

dalam ruangan AC tanpa diberikan pemanas (radiant warmer),

membiarkan BBL dalam keadaan telanjang, atau menidurkan

BBL berdekatan dengan ruangan dingin (dekat tembok).

d. Evaporasi

Panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung pada

kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas dengan

cara mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi ini dipengaruhi

oleh jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembapan udara, dan

aliran udara yang melewati. Apabila BBL dibiarkan dalam

suhu kamar 25C, maka bayi akan kehilangan panas melalui


53

konveksi, radiasi, dan evaporasi yang besarnya 200 kg/BB,

sedangkan yang di bentuksaja. Agar dapat mencegah terjadinya

kehilangan panas pada bayi, maka lakukan halberikut.

a) Keringkan bayi secara seksama

b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang kering

dan hangat

c) Tutup bagian kepala bayi

d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayi nya

e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru

lahir.

f) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.

(Nanny, Vivian.2010)

2.3.5 IMD (Inisiasi Menyusu Dini)

Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin,

eksklusif selama 6 bulan diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan

pendamping ASI sejak usia 6 bulan. Pemberian ASI juga

meningkatkan ikatan kasih saying (asih), memberikan nutrisi terbaik

(asuh) dan melatih reflex dan motorik bayi (asah). (Kemenkes RI.

2010)

Langkah Inisiasi Menyusu Dini :

1. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit pada ibunya

segera setelah lahir minimal satujam.

2. Bayi harus dibiarkan untuk melakukan IMD dan ibu dapat


54

mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta member

bantuan jika diperlukan.

3. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada

BBL, hingga inisiasi menyusui selesai dilakukan, prosedur tersebut

seperti : pemberian salep/tetes mata, pemberian vitamin K1,

menimbang dan lain-lain.

Keuntungan IMD untuk ibu

Merangsang produksi oksitosindan prolaktin pada ibu.

1. Pengaruh oksitosin:

a) Membantu kontraksi uterus sehingga menurunkan risiko

perdarahan pasca persalinan.

b) Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan

produksi ASI.

c) Membantu ibu mengatasi stress sehingga ibu merasa lebih

tenang dan tidak nyeri pada saat plasenta lahir dan prosedur

pasca persalinan lainnya.

2. Pengaruh prolaktin:

a) Meningkatkan produksiASI.

b) Menundaovulasi

Keuntungan IMD untuk bayi

1. Mempercepat keluarnya kolostrum yaitu makanan dengan kualitas

dan kuantitas optimal untuk kebutuhan bayi.


55

2. Mengurangi infeksi dengan kekebalan pasif (melalui kolostrum)

maupun aktif.

3. Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari kebawah.

4. Meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif dan

lamanya bayi disusui membantu bayi mengkoordinasikan

kemampuan isap, telan dan napas. Refleks menghisap awal pada

bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir.

5. Meningkatkan jalinan kasih sayang dengan bayi.

6. Mencegah kehilangan panas.

2.3.6 Rawat Gabung

Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang menyatukan

ibu beserta bayinya dalam satu ruangan, kamar, atau suatu tempat

secara bersama-sama dan tidak dipisahkan selama 24 jam penuh dalam

seharinya (Nanny, Vivian 2013).

Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24 jam.

Idealnya BBL ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya.

Ini adalahcara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap

hangat, mendorong ibu segera menyusui bayinya dan mencegah

paparan infeksi pada bayi (KemenkesRI 2010).

Tujuan dilakukannya rawat gabung adalah:

a. Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap saat atau

kapan saja saat dibutuhkan.


56

b. Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar

seperti yang dilakukan oleh petugas.

c. Ibu mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam

merawat bayi nya.

d. Suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk

mendukung dan membantu ibu dalam menyusui dan merawat

bayinya secara baik dan benar.

e. Ibu dan bayi mendapat kehangatan dan emosional.

(Nanny Vivian,2013).

Manfaat dilakukannya rawat gabung memungkinkan ayah dan

ibu bayi diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman cara

merawat bayinya segera sesudah melahirkan.

Manfaat rawat gabung antara lain :

a. Fisik

Bila bayi dekat dengan bayi, maka ibu akan mudah untuk

melakukan perawatan sendiri. Dengan perawatan sendiri dan

pemberian ASI sedini mungkin, maka akan mengurangi

kemungkinan terjadinya infeksi silang dari pasien lain atau pun

petugas kesehatan (Nanny, Vivian2013).

b. Fisiologis

Bila ibu dekat dengan bayinya akan segera di susui dan

frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologi


57

yang alami, dimana bayi mendapat nutrisi alami yang paling

sesuai dan baik. Bagi ibu yang menyusui akan timbul reflek

oksitosin yang dapat membantu proses fisiologi involusi rahim

(Nanny, Vivian2013).

c. Psikologis

Dari segi psikologis akan segera terjadi proses lekat akibat

sentuhan badan antara ibu dan bayi. Hal tersebut akan

berpengaruh besar terhadap pertumbuhan psikologi bayi. Selain

itu, kehangatan tubuh ibu merupakan stimulus mental yang

mutlak dibutuhkan oleh bayi(Nanny, Vivian2013).

d. Edukatif

Ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna sehingga

mampu menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari rumah

sakit. Selama di RS ibu akan melihat, belajar, dan mendapat

bimbingan mengenai cara menyusui secara benar, cara merawat

payudara, tali pusat, memandikan bayi, dan sebagainya.

Keterampilan ini di harapkan dapat menjadi modal bagi ibu untuk

merawat bayi dan dirinya sendiri setelah pulang dari RS (Nanny,

Vivian 2013).

e. Ekonomi

Pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin. Bagi

rumah sakit, terutama rumah sakit pemerintah terhadap anggaran

pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol susu, dot, serta


58

peralatan lain yang di butuhkan. Beban perawat menjadi lebih

ringan karena ibu berperan besar dalam merawat bayinya sendiri

sehingga waktu luang dapat di manfaatkan untuk kegiatan lain

(Nanny, Vivian 2013).

f. Medis

Secara medis pelaksanaan rawat gabung dapat

menurunkan terjadinya infeksi nosokomial pada bayi, serta

menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayi

(Nanny, Vivian 2013).

2.3.7 Tahapan – Tahapan Bounding Attechment

Berikut ini tahap-tahap terjadinya ikatan batin (Bounding

Attachment)antara orang tua dan bayi :

1. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata,

menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah

mengenal bayinya.

2. Bounding (keterikatan).

3. Attachment,perasaan saying yang mengikat individu dengan

individu lainnya.

(Muslihatun, Wafi Nur 2010).

2.3.8 Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir

1. Membersihkan jalan nafas

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir.


59

Bila bayi baru lahir segera menangis spontan atau segera

menangis, hindari melakukan penghisapan secara rutin pada jalan

nafasnya karena penghisapan pada jalan nafas yang tidak

dilakukan secara hati-hati dapat menyebabkan perlukaan pada

jalan nafas hingga terjadi infeksi, serta dapat merangsang

terjadinya gangguan denyut jantung dan spasme (gerakan involuter

dan tidak terkendali pada otot, gerakan tersebut diluar kontrol

otak). Pada laring dan tenggorokan bayi.Bayi normal akan segera

menangis segera setelah lahir. Apabila tidak langsung menangis

maka lakukan:

a. Letakkan bayi pada posisi telentang di tempat yang keras dan

hangat.

b. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah kebelakang.

c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan

jari tangan yang dibungkus kassa steril.

d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 3 kali atau gosok

kulit bayi dengan kain kering dan kasar agar bayi segera

menangis.

2. Memotong dan merawat tali pusat

Setelah bayi lahir, tali pusat dipotong 5 cm dari dinding

perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril.

Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan perawatan terbuka

tanpa dibubuhi apapun.


60

3. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Cegah terjadinya kehilangan panas dengan mengeringkan

tubuh bayi dengan handuk atau kain bersih kemudian selimuti

tubuh bayi dengan selimut atau kain yang hangat, kering, dan

bersih. Tutupi bagian kepala bayi dengan topi dan anjurkan ibu

untuk memeluk dan menyusui bayinya serta jangan segera

menimbang atau memandikan bayi baru lahir karena bayi baru

lahir mudah kehilangan panas tubuhnya.

4. Pemberian vitamin K

Kejadian perdarahan karena defisiensi Vitamin K pada bayi

baru lahir dilaporkan cukup tinggi, sekitar 0,25 – 0,5 %. Untuk

mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir

normal dan cukup bulan perlu diberi Vitamin K peroral 1 mg/hari

selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi Vitamin K

perenteral dengan dosis 0,5-1 mgIM.

5. Upaya profilaksis terhadap gangguan mata.

Pemberian obat salep mata Tetrasiklin 1% dianjurkan untuk

pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular

seksual).

Tetes mata / salep antibiotik tersebut harus diberikan dalam

waktu 1 jam pertama setelah kelahiran. Upaya profilaksis untuk

gangguan pada mata tidak akan efektif jika tidak diberikan dalam

1 jam pertama kehidupannya (Liana, Merry. 2015).


61

2.4 Nifas

2.4.1 Pengertian

Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketik alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari,

namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Masa nifas

atau post partum disebut juga purperieum yang berasal dari Bahasa

latin yaitu dari kata “puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti

melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab

melahirkan atau setelah melahirkan.Waktu masa nifas paling lama

pada wanita umumnya adaalah 40 hari, dimulai sejak melahirkan atau

sebelum melahirkan (yang disertai tanda-tanda melahirkan)

(Sari, puspita Eka,2014).

2.4.2 Tujuan Asuhan Pada Masa Nifas

Tujuan dari pemberian asuhan masa nifas adalah untuk :

a. Menjaga kesehatan ibu dna bayinya, baik fisik maupun psikologis.

b. Melaksanakan skrining secara kompehensif, deteksi dini,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayi.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi,

serta perawatan bayi sehari-hari.

d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.


62

e. Mendapatkan kesehatan emosional.

(Sari puspita Eka,2014).

2.4.3 Tahapan Dalam Masa Nifas

Dalam masa nifas terdapat tiga periode yaitu :

1. Periode Immediate postpartum atau Puerperium Dini adalah masa

segera setelah plasenta lahirsampai dengan 24 jam. Pada masa ini

sering terdpat masalah, misalnya perdarahan karena atonia uter.

Oleh sebab itu, bidan harus dengan teratur melakukan pemeriksaan

kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah dan suhu.

2. Periode Intermedial atau Early Postpartum (24 jam – 1 minggu). Di

fase ini bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan normal,

tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak ada demam,

ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat

menyusui bayinya dengan baik.

3. Periode late postpartum (1-5 minggu). Di periode ini bidan tetap

melakukan perawatan dan permeriksaan sehari-hari serta konseling

KB (Shaleha,2012).

2.4.4 Tanda Bahaya Masa Nifas

Ada beberapa tanda bahaya yang harus diperhatikan oleh bidan/tenaga

kesehatan atau ibu sendiri, yaitu :

1. Demam > 37,5C

2. Perdarahan aktif dari jalan lahir:


63

a. Dalam hal ini, perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba

bertambahbanyak.

b. Perdarahan yang lebih dari perdarahan haid biasa atau bila

memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam setegahjam.

c. Bekuan darah yangbanyak.

3. Muntah

4. Rasa sakit waktu buang airkecil/berkemih

5. Pusing/sakit kepala yang terus menerus atau masalah penglihatan

kabur.

6. Lochea berbau, yakni pengeluaran vagina yang baunya menusuk

7. Sulit dalam menyusui atau payudara yang berubah menadi merah,

panas, dan atau terasasakit

8. Sakit perut yang hebat/rasa sakit dibagian bawah abdomen atau

punggung dan nyeri uluhati

9. Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah

10. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya

atau diri sendiri

11. Pembengkakan

a. Pembengkakan di wajah atau dilengan

b. Rasa sakit, merah, lunak dan atau pembegkakan dikaki.

Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.

(Maryunani, Anik 2015).


64

2.4.5 Rupture Perineum

1. Pengertian

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan

pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan

perineum umumnya terjadi digaris tengah dan biasa menjadi

menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus

pubis lebih kecil dari pada biasa sehingga kepala janin terpaksa

lahir lebih kebelakang daripada biasa, kepala janin melewati pintu

bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari pada

sikumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak dilahirkan

dengan pembedahan vaginal ( Prawirohardjo, Sarwono. 2010).

2. Tingkatan Rupture Perineum

a. Tingkat I : Bila perlukaan hanya terbatas pada

mukosa vagina atau kulit perineum.

b. Tingkat II : Adanya perlukaan yang lebih dalam dan luas

kevagina dan perineum dengan melukai fasia

serta otot-otot diafragma urogenitale.

c. Tingkat III : Perlukaan yang lebih luas dan lebih dalam yang

menyebabkan muskulus sfingter ani ekternus

terputus didepan .

d. Tingkat IV : Robekan mengenai perineum sampai dengan

otot spinter ani dan mukosa rektum.

( Miles, 2011).
65

3. Prinsip melakukan jahitan pada robekan perineum

a. Reparasi mula-mula dari titik pangkal robekan sebelah

dalam/proksimal ke arah luar / distal. Jahitan dilakukan lapis

demi lapis, dari lapis dalam kemudian lapis luar.

b. Robekan perineum tingkat I : tidak perlu dijahit jika tidak ada

perdarahan dan aposisi luka baik, namun jika terjadi

perdarahan segera dijahit dengan menggunakan benang catgut

secara jelujur atau dengan cara angka delapan.

c. Robekan perineum tingkat II : untuk laserasi derajat I atau II

jika ditemukan robekan tidak rata atau bergerigi harus

diratakan terlebih dahulu sebelum dilakukan penjahitan.

Pertama otot dijahit dengan catgut kemudian selaput lendir.

Vagina dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur.

Penjahitan mukosa vagina dimulai dari puncak robekan. Kulit

perineum dijahit dengan benang catgut secara jelujur.

d. Robekan perineum tingkat III : penjahitan yang pertama pada

dinding depan rektum yang robek, kemudian fasia perirektal

dan fasia septum rektovaginal dijahit dengan catgut kromik

sehingga bertemu kembali.

e. Robekan perineum tingkat IV : ujung-ujung otot sfingter ani

yang terpisah karena robekan diklem dengan klem pean lurus,

kemudian dijahit antara 2-3 jahitan catgut kromik sehingga


66

bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis

seperti menjahit robekan perineum tingkat I.

2.4.6 Perubahan Sistem Reproduksi

Alat-alat genetalia interna maupun eksterna, berangsur-angsur

akan pulih kembali seperti keadaan seelum hamil, hal ini disebut

dengan Involus.

Involusi uteri merupakan proses kembalinya alat kandungan

atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan higga mencapai

keadaan seperti sebelum hamil (Maryunani, Anik2015).

Proses involusi uterus adalah:

1. Autolysis

Merupakan proses penghancuran diri otot uterin. Enzim

proteoloitik akan mengecilkan jaringan otot yang telah sempat

mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar

dari semua selama kehamilan.

2. Terdapat polimorph phagolitik dan macrophages didalam system

vaskuler dan system limpatik.

3. Efek oksitosin

Penyebab kontraksi dan retraksi otot rahim sehingga akan

mengompres pembuluh darah yang menyebabkan akan mengurangi

suplai darah ke uterus, proses ini akan mengakibatkan ukuran

rahim semakin berkurang.


67

Tabel Proses involusi uteri

Diameter
Tinggi bekas
Berat
Involusi uteri Fundus melekat Keadaan serviks
uterus (gr)
Uteri plasenta
(cm)
Bayi lahir Setinggi pusat 1000gram
Plasenta 2 jari di bawah 750
12,5 c Lembek
lahir pusat gram
Pertengahan Beberapa hari
1 minggu 500 gram 7,5cm
Simfisis Setelah post partum
Tidak teraba di Dapat dilalui 2 jari,
2 minggu 350 gram 3-4 cm
atas simfisis akhir minggu
Pertama dapat
6 minggu Bertambah kecil 50-60 gram 1-2 cm
dimasuki
8 minggu Sebesar normal 30 1 jari
(Maryunani, Anik 2015)

Tabel Tinggi fundus uteri dan involusi uterus

Involusi Tinggi fundus Berat uterus


Plasenta lahir Sepusat 1000 gram
Pertengahan pusat-
7 hari (1 minggu) 500 gram
Simpisis
14 hari (2 minggu) Tak teraba 350 gram
Sebesar hamil 2
42 hari (6 minggu) 50 gram
Minggu
56 hari (8 minggu) Normal 30 gram
(Maryunani, Anik2015).

2.4.7 Pengeluaran Lochea

Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan

mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organism

berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina

normal (Maryunani, Anik2015).


68

Lockhea yaitu kotoran yang keluar dari liang senggama

(vagina) dan terdiri dari jaringan mati dan lender berasal dari rahim

dan liang senggama (vagina) (Maryunani, Anik2015).

Pengeluaran lockhea dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya,

diantaranya yaitu sebagai berikut:

1. Lockhea rubra (kruenta)

Lockhea yang terjadi pada hari ke 1-3 setelah persalinan, warna

merah terang sampai dengan merah tua yang mengandung desidua.

Cairan rubra ini berupa cairan yang bercampur darah dan sisa-sisa

selaput ketuban, berbau amis. (Maryunani, Anik 2015).

2. Lochkea sanguinolenta

Lockhea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lender karena

pengaruh plasma darah, pengeluarannya pada hari ke 3-5 hari post

partum.

3. Lockhea serosa

Pengeluaran secret berwarna merah muda sampai kecoklatan

terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-9 pasca persalinan, yang

mengandung cairan serosa, jaringan desidua, leukosit, daneritrosit.

4. Lockhea alba

Lockhea ini muncul lebih dari hari ke-10 post partum. Warnanya

lebih pucat, putih kekuningan, serta lebih banyakmengandung

leukosit,selaput lender serviks, dan serabut jaringan yang mati

(Maryunani, Anik 2015).


69

5. Lochea Parulenta

Lochea Parulenta dijelaskan oleh rilis, misalnya, debit dan bau.

Teratur, hal ini terjadi karena penyakit dengan tujuan bahwa

sementara menghadapi lochea Parulenta seharusnya untuk segera

melihat seorang spesialis.

6. Lochiotosis

Lochiotosis adalah nama umum dimanfaatkan oleh kelompok

terapi ketika lochea tidak berubah denganmudah(Maryunani, Anik

2015).

2.4.8 Program Nasional dan Kebijakan Teknis Pada Masa Nifas

Kunjungan dalam masa nifas bertujuan untuk menilai status ibu

dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi serta menangani

masalah (Sari Puspita,Eka2014).

Tabel Jadwal Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6-8 jam a. Mencegah pendarahan karena atonia uteri
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
pendarahan,rujuk bila pendarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu dan salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi
70

Kunjungan Waktu Tujuan


g. Jika petugas kesehatan yang menolong persalinan
harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2
jam pertama setelah kelahiran sampai ibu dan bayi
dalam keadaan stabil.
2 6 hari a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus
setelah berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidakada
persalinan perdarahan abnormal, tidak adabau.
b. Menilai adanya tanda-tanda infeksi, demam,infeksi,
dan pendarahanabnormal
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,cairan,
dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
e. Memeberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi dan cara merawat tali pusat, serta menjaga
bayi tetap hangat.
3 2 minggu Sama dengan atas (6 hari setelah persalinan)
setelah
peralianan
4 6 minggu Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia
setelah atau bayi alami dan Memberikan konseling KB secara
persalinan dini.
(Maryunani, Anik2015).

2.4.9 Kebutuhan Masa Nifas

1. Nutrisi dan Cairan

a. Mengkonsumsi makanan 5 kalori tiap hari

b. Makanan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral dan vitamin yang cukup.


71

c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari

d. Tablet fe harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya

selama 40 hari pasca persalinan.

e. Minum kapsul vit A (200.000) agar bias memberikan vit A

kepada bayinya melalui ASInya.

f. Untuk meningkatkan produksi ASI

g. Mempercepat proses pemulihan.

h. Makanan berserat untuk memperlancar BAB dan meningkatkan

tonus otot.

2. Ambulasi/mobilisasi

Mobilisasi sangat bervariasi tergantung pada komplikasi

persalinan, nifas/sembuhnya luka jika ada luka, jika tidak ada

kelainan, maka lakukan mobilisasi sedini mungkin yaitu 2 jam

setelah persalinan normal.

3. Eliminasi

a) BAK

Miksi hendaknya dapat dilaksanakan sendiri secepatnya dalam

6 jam post partum. Bila 8 jam post partum belum miksi maka

lakukan kateterisasi.

b) BAB

Konstipasi pada hari ke1-2 post partum adalah normal, bila

konstipasi hari ke 3 post partum beri supositoria. Konstipasi

bias terjadi karena ketakutan akan rasa sakit jahitan dan


72

hemoroid.

4. Kebersihan diri/perineum

a) Jaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari

infeksi, baik pada luka jahitan maupunkulit.

b) Menggunakan pakaian yang mudah menyerapkeringat.

c) Perineum dijagakebersihannya.

d) Keringkan sebelum memakai pembalut untuk mengurangi rasa

tidak nyaman.

e) Lakukan kompres dingin lalu kompres hangat.

5. Istirahat

Setelah menghadapi ketegangan dan kelelahan saat

melahirkan. Usahkan untuk rileks dan istirahat yang cukup saat

bayi sedang tidur. Bila ibu kurang istirahat akan mempengaruhi :

a) Mengurangi produksi ASI

b) Memperlambat proses involusi uterus dan dapat

memperbanyak perdarahan.

c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat

bayi dan dirinya.

6. Seksual

a) Secara seksual aman untuk memulai hubungan suami istri

begitu darah merahberhenti.

b) Begitu darah berhenti dan ibu sudah nyaman serta dapat

memulai hubungan seksual.


73

c) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan

sampai waktu tertentu setelah 40 hari/6 minggu setelah

persalinan dan keputusan pada yangbersangkutan.

7. Latihan senam nifas

a) sangat penting untuk mengembalikan otot-otot perut dan

panggul agar kembalinormal.

b) Ibu akan lebih kuat dan otot perut juga menjadi kuat sehingga

mengurangi rasa sakit padapunggung.

(Maryunani, Anik. 2015)


BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

3.1.1 Kunjungan ANC I (Tanggal 9 Mei 2018 pukul 16.00 WIB)

Pasien datang ke BPS Bidan Rapmauliuntuk memeriksakan

kehamilannya. Dari awal kehamilan Ny. S sudah melakukan 8 kali

pemeriksaan di BPS Bidan Rapmauli dengan hasil pemeriksaan dalam

batas normal dan tidak ditemukannya tanda-tanda bahaya pada

kehamilan.

Ini merupakan kontrak pertama dengan penulis. Melakukan

anamnesa, didapatkan data sebagai berikut : Ny. S berusia 25 tahun

ibu mengatakan tidak ada keluhan, suku betawi, agama islam,

pendidikan Perguruan Tinggi, ibu sebagai ibu rumah tangga dan suami

Tn. H berusia 27 tahun , suku betawi, agama islam, pendidikan

Perguruan Tinggi, pekerjaan pegawai swasta, beralamat di Pelita II

RT 04 RW 19 Tapos, Depok.

Hari pertama haid terakhir tanggal 17 Agustus 2017 dan

taksiran persalinan pada tanggal 24 Mei 2018, lamanya menstruasi 7

hari banyaknya 2-3 kali ganti pembalut, siklus 28 hari, sifat darah cair,

ibu tidak mengalami dismenore.

Ibu makan 3x sehari dengan mengkonsumsi gizi seimbang,

meliputi, nasi, lauk pauk, sayur, dan susu. Pada kehamilan ini ibu

74
75

tidak mengalami perubahan makanan selama kehamilan. BAB 1 kali

sehari konsistensi lunak,warna kuning kecoklatan , bau khas, tidak ada

keluhan dan BAK kurang lebih 5-7 kali sehari. Pada siang hari ibu

beristirahat selama 2 jam dan pada malam hari selama 7 jam, ibu tidur

nyenyak dan tidak ada masalah.

Seksualitas ibu tidak ada masalah. Selama kehamilan ibu

melakukan pekerjaan sehari-hari seperti menyapu, mencuci dan

memasak.Imunisasi pada TT kehamilan ini TT 1 : 2 Oktober 2017, TT

2 : 2 November 2017, Riwayat keluarga berencana ibu belum pernah

menggunakan, Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu ibu

mengatakan ini kehamilan pertama.

Saat ini ibu hamil anak pertama dan tidak sedang menderita

penyakit menular atau penyakit kronis lainnya. Ibu hanya

mengkonsumsi obat-obatan yang di dapat dari tenaga kesehatan.Ibu

tidak merokok dan tidak makan sirih. Ibu tidak pernah melakukan

irigasi vagina dan ibu mengganti pakaian dalam 3x sehari atau jika

pakaian dalam terasa lembab, riwayat sosial baik, ibu dan

keluargamenerima kehamilan dengan senang. Riwayat kesehatan

keluarga baik. Tidak ada penyakit keturunan dalam keluarga.

Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum baik, kesadaran

composmentis, tekanan darah 100/70 mmHg, Suhu 36,5C,

pernafasan 21 x/menit, nadi 80 x/menit, tinggi badan 168 cm, berat

badan sekarang 72 kg, kenaikan berat badan selama hami 10 kg,


76

rambut panjang, hitam, bersih, tidak rontok dan tidak berketombe.

Muka bersih, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik, kelopak

mata tidak edema, hidung tidak ada polip, gigi tidak ada caries, gusi

tidak ada stomatitis.Leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan

tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Pada pemeriksaan dada,

payudara membesar kanan dan kiri, putting susu menonjol keluar,

simetris kanan dan kiri. Posisi tulang belakang lordosis-fisiologi, tidak

ada nyeri ketuk pada pinggang. Ekstremitas tungkai simetris kanan

dan kiri, reflex patella positif kanan dan kiri. Edema tidak ada.

Pemeriksaan khusus obstetric pada inspeksi abdomen tidak

ada bekas luka operasi, pada palpasi TFU 30 cm, Leopold I teraba 1

bagian bulat lunak, tidak melenting. Leopold II sebelah kanan teraba

bagian-bagian kecil janin, sebelah kiri teraba keras dan memanjang.

Leopold III teraba keras, bulat dan sulit digerakan.Leopold IV

divergen. TBBJ (30-11) x 155 = 2945 gram, DJJ positif frekuensi 140

x/menit secara teratur, punctum maksimum terdengar jelas pada satu

titik. Hasil pemeriksaan laboraturium pada tanggal 17 April 2018

didapatkan hasil 11,2 gr% golongan darah B.

Berdasarkan data diatas penulis menegakan diagnosa ibu

G1P0A0 hamil 37 minggu 6 hari, janin tunggal, hidup, intra uteri,

presentasi kepala.

Berdasarkan hasil pemeriksaan penulis merencanakan dan

melaksanakan asuhan tindakan diantaranya :


77

Menjelaskan kepada ibu dan keluarga usia kehamilan ibu 37

minggu 6 hari, keadaan ibu dan janin baik. Ibu senang mengenai

keadaan dirinya dan senang mendengar keadaan janinnya.

Memberitahu ibu tentang kebutuhan ibu hamil seperti personal

hygine, perawatan payudara. Ibu mengerti dan akan melakukan.

Memberitahu ibu tanda – tanda persalinan yaitu keluar lendir

bercampur darah, merasakan mules – mules yang sering dan kuat,

keluar air – air yang tidak bisa di tahan. Bila terdapat tanda-tanda

tersebut segera untuk datang periksa ke bidan atau fasilitas kesehatan.

Ibu mengerti. Memberitahu ibu ketidaknyamanan saat hamil trimester

ke tiga yaitu sakit kepala, sering BAK, nyeri bagian bawah perut, ibu

mengerti. Merencanakan kunjungan ulang 1 minggu kemudian tanggal

16 Mei 2018 atau jika ada keluhan. Ibu mengetahui jadwal kunjungan.

Mendokumentasikan hasil pemeriksaan, dan hasil pemeriksaan telah

didokumentasikan.

3.1.2 Kunjungan ANC II (Tanggal 13 Mei 2018 pukul 16.00 WIB)

Mahasiswa datang ke rumah Ny. S untuk kunjungan ulang

pemeriksaan kehamilan, ibu mengatakan keluhan sakit bagian

pinggang. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum baik, kesadaran

komposmentis, keadaan emosiolan stabil. Tekanan darah 100/70

mmHg, Suhu 36,5C, pernafasan 21 x/menit, nadi 80 x/menit, BB 73

kg. Kelopak mata tidak edema, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak

ikterik, reflek patella positif kanan kiri, pada pemeriksaan kebidanan


78

TFU 30 cm, letak memanjang, puki, presentasi kepala, penurunan

kepala 3/5 bagian TBBJ (30-11) x 155 = 2945 gram, DJJ positif

frekuensi 140 x/menit secara teratur, punctum maksimum

terdengarjelas di kuadran kiri 3 jari di bawah pusat.

Berdasarkan tanda-tanda di atas maka diagnosa yang di dapat

adalah G1P0A0 hamil 38 minggu 3 hari, janin tunggal, hidup, intra

uteri, presentasi kepala.

Berdasarkan data subjektif ibu mengatakan gerakan janinnya

aktif, hasil palpasi TFU 30 cm, Leopold I teraba satu bagian besar,

lunak tidak melenting yaitu bokong, Leopold II kanan eraba bagian

kecil-kecil dari janin yaitu ekstremitas kiri teraba satu bagian besar,

lebar memanjang seperti papan yaitu punggung, Leopold III teraba

satu bagian besar, keras, bulat, tidak melenting yaitu kepala, Leopold

IV bagian terendah janin sudah masuk pintu atas panggul (divergen),

masalah tidak ada, kebutuhan penyuluhan kesehatan tentang tanda-

tanda persalinan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, penulis memberikan asuhan

sebagai berikut, yaitu menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa saat ini

usia kehamilan ibu 38 minggu 3 hari, keadaan ibu dan janin baik, ibu

senang mendengar keadaan janinnya.Menjelaskankepada ibu bahwa

keluhan yang dirasakan adalah hal normal karena beban kehamilan

yang bertambah, Ibu mengerti. Menganjurkan ibu untuk menggunakan

bantal yang empuk dibawah punggung saat tidur untuk mengurangi


79

rasa sakit, ibu bersedia melakukannya. Menganjurkan ibu untuk tidak

mengangkat benda – benda yang berat, ibu mengerti dan mau

melakukannya. Menganjurkan pada ibu untuk memeriksakan kembali

kehamilannya sesuai jadwal yang sudah di berikan pada saat di BPS

pada tanggal 16 Mei 2018 atau jika ada keluhan. Ibu mengerti dan

akan melakukannya. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan hasil

pemeriksaan telah didokumentasikan.

3.1.3 Kunjungan ANC III (Tanggal 17 Mei 2018 pukul 19.00 WIB)

Ibu datang kembali ke BPS Bidan Rapmauli untuk

pemeriksaan rutin kehamilan dan pemeriksaan USG, ibu mengeluh

pada saat ini sedikit pusing, obat penambah darah habis, pergerakan

janin dalam 24 jam lebih dari 10 kali. Dilakukan pemeriksaan fisik

dengan hasil keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan

emosional stabil, tekanan darah 110/70 mmHg Suhu 36,5C,

pernafasan 21 x/menit, nadi 80 x/menit, BB 74 kg. pada pemeriksaan

kebidanan TFU 31 cm Leopold I teraba satu bagian besar, lunak tidak

melenting yaitu bokong, Leopold II kanan eraba bagian kecil-kecil

dari janin yaitu ekstremitas kiri teraba satu bagian besar, lebar

memanjang seperti papan yaitu punggung, Leopold III teraba satu

bagian besar, keras, bulat, tidak melenting yaitu kepala, Leopold IV

bagian terendah janin sudah masuk pintu atas panggul (divergen)

penurunan kepala 3/5 bagian TBBJ (31-11) x 155 = 3100 gram, DJJ
80

positif frekuensi 145 x/menit secara teratur, punctum maksimum kiri

bawah, 3 jari di bawah pusat.

Maka diperoleh diagnosa Ny. S G1P0A0 hamil 39 minggu,

janin tunggal, hidup, intra uteri, presentasi kepala. Masalah sedikit

pusing kebutuhan pendidikan kesehatan tentang istirahat yang cukup

dan gizi yang baik dalam kehamilan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, penulis merencanakan dan

melaksanakan asuhan, yaitu memberikan informasi pada ibu tentang

kehamilannya bahwa usia kehamilan ibu sekarang 39 minggu,

keadaan ibu dan janin baik, ibu senang dengan keadaan janinnya.

Menganjurkan ibu untuk beristirahat yang cukup dan kurangi aktifitas

atau mengangkat barang yang berat. Ibu mengerti dan akan

melakukannya.Memberitahu tentang bahaya kehamilan trimester

ketiga seperti bengkak pada muka dan bagian kaki serta tangan,

perdarahan yang disertai nyeri, keluar cairan yang banyak dari jalan

lahir, berat badan turun dengan bertambahnya usia kehamilan. Ibu

mengerti tentang tanda bahaya kehamilan. Memberikan penyuluhan

tentang seksualitas pada trimester ke tiga, karena dengan melakukan

hubungan seksualitas akan membuat kontraksi secara alamiah agar

bayi cepat lahir. ibu mengerti. Menganjurkan ibu untuk meneruskan

meminum vitamin yang sudah di berikan, ibu mengerti dan akan

meminumnya. Menganjurkan ibu untuk memerikskan kehamilannya 1

minggu tanggal 24 Mei 2018 atau jika ada keluhan berupa tanda
81

bahaya pada kehamilan seperti sakit kepala yang berat, pandangan

kabur, bengkak pada muka, tangan, dan kaki, pergerakan janin

berkurang, serta keluar darah atau cairan pervaginam, ibu mengerti.

Mendokumentasi hasil pemeriksaan, dan hasil pemeriksaan sudah di

dokumentasikan.

3.1.4 Kunjungan ANC IV (Tanggal 18 Mei 2018 pukul 12.30 WIB)

Ibu datang kembali untuk memeriksakan kehamilannya dan

ibu mengatakan sudah mulai merasakan mulas, perut kencang-

kencang.

Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum ibu baik, kesadaran

composmentis keadaan emosional stabil, tekanan darah 100/70

mmHg, suhu 36C nadi 82 x/menit, pernafasan 21 x/menit, berat

badan sekarang 74 kg, konjungtiva tidak pucat, dilakukan

pemeriksaan abdomen, TFU 30 cm Leopold I teraba satu bagian

besar, lunak tidak melenting yaitu bokong, Leopold II kanan eraba

bagian kecil-kecil dari janin yaitu ekstremitas kiri teraba satu bagian

besar, lebar memanjang seperti papan yaitu punggung, Leopold III

teraba satu bagian besar, keras, bulat, tidak melenting yaitu kepala,

Leopold IV bagian terendah janin sudah masuk pintu atas panggul

(divergen) penurunan 3/5 bagian, TBBJ (30-11) x 155 = 2945 gram,

DJJ positif frekuensi 134 x/menit secara teratur, punctum maksimum

kiri bawah, 3 jari di bawah pusat.


82

Maka diperoleh diagnosa Ny. S G1P0A0 hamil 39 minggu 1

hari, janin tunggal, hidup, intra uteri, presentasi kepala.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, penulis merencanakan asuhan,

yaitu menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa saat ini usia kehamilan

ibu 39 minggu 1 hari, keadaan ibu dan janin baik, ibu senang

mendengar keadaan janinnya. Menjelaskan pada ibu bahwa mulas dan

perut merasa kencang-kencang yang ibu alami masih dalam keadaan

normal, ibu mengerti. Menjelaskan tanda – tanda bersalin yaitu keluar

lendir bercampur darah, keluar air yang tidak bisa ditahan, ibu

merasakan mules – mules yang semakin kuat, teratur, dan sering, ibu

mengerti penjelasan yang diberikan. Mengingatkan ibu untuk

mempersiapkan persalinan seperti tempat bersalin, transportasi, biaya,

pakaian ibu dan bayi, memilih tenaga kesehatan dan pengambilan

keputusan. Ibu sudah mempersiapkan dan memilih tempat persalinan

yaitu di BPS Bidan Rapmauli. Anjurkan ibu untuk segera kembali

atau datang bila merasakan mules – mules yang semakin kuat dan ada

tanda – tanda bersalin, ibu mengerti dan akan melalukan.

Mendokumentasikan hasil pemeriksaan, dan hasil pemeriksaan telah

di dokumentasikan.

3.2 Intranatal Care (Tanggal 18 Mei 2018 pukul 23.50 WIB)

3.2.1 Kala 1

Ny. S datang ke BPS Bidan Rapmauli diantar keluarga,

dengan keluhan mulas-mulas sejak pukul 15.00 WIB, keluar lendir


83

bercampur darah sejak pukul 23.00 WIB, ibu tidak merasakan sakit

kepala yang hebat, nyeri epigastrium, mual dan pandangan kabur,

makan terakhir pukul 18.00 WIB, BAB terakhir pukul 16.00 WIB,

BAK terakhir pukul 23.00 WIB, pergerakan fetus dalam 12 jam

terakhir sedang aktif.

Dari hasil pemeriksaan didapatkan, Keadaan umum ibu baik,

kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil, tanda-tanda vital

yaitu tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 81 x/menit, suhu 36,5C, dan

pernafasan 24 x/menit.

Pada pemeriksaaan fisik, muka : kelopak mata tidak edema,

konjungtiva tidak pucat dan sclera tidak ikterik. Pada ektremitas atas

tidak edema, dan tidak sianosis, dan ekstremitas bawah tidak edema

dan tidak ada varises, kekuatan sendi baik, reflex patella positif kanan

dan kiri.

Pada palpasi uterus Leopold 1 yaitu TFU 31 cm, tiga jari

dibawah px. Leopold 1 teraba bulat lunak, tidak melenting.Leopold II

kanan teraba bagian-bagian kecil janin, Leopold II kiri teraba panjang

keras seperti papan.Leopold III teraba bulat, keras melenting.Leopold

IV divergen teraba 3/5 bagian.His 4 x dalam 10 menit lamanya 31

detik kekuatan sedang, relaksasi baik. TBBJ (31-11) x 155 = 3.100

gram dan taksiran persalinan pada tanggal 24 Mei 2018. Terdapat satu

titik punctum maksimum, dengan DJJ 136 x/menit teratur.


84

Pada pemeriksaaan anogenetal secara inspeksi, tidak edema,

tidak ada kondiloma akuminata dan tidak ada varises.Sedangkan

pemeriksaan anogenital secara perabaan tidak ada pembesaran

kelenjar bartolin dan sken.

Pemeriksaan dalam atas indikasi mulas untuk menentukan

diagnose pada pukul 00.00 WIB didapatkan hasil, dinding vulva

vagina tidak ada kelainan, portio tebal lunak, ketuban utuh, presentasi

kepala, UUK kanan depan,penurunan H II, tidak ada molase

pembukaan 5 cm.

Berdasarkan data diatas diagnosa didapatkan, G1P0A0 Hamil

39 minggu 2 hari inpartu kala satu fase aktif. Janin tunggal hidup

intrauteri presentasi kepala.

Berdasarkan hasil pemeriksaan penulis merencanakan dan

melaksanakan asuhan tindakan diantaranya : menjelaskan hasil

pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu dan bayi saat

ini baik, pembukaan 5 cm, ibu dan keluarga mengerti. Menganjurkan

ibu untuk makan dan minum untuk menambah tenaga pada saat

persalinan, ibu bersedia. Mengajarkan ibu untuk melakukan teknik

relaksasi jika ibu merasakan mules, ibu mengerti dan bersedia.

Meminta ibu untuk tidak meneran sebelum ada aba-aba dari bidan, ibu

mengeti dan besedia. Menyiapkan partus set. Sudah disiapkan.

Memasang cairan RL dengan 20 TPM untuk pencegahan resiko

komplikasi persalinan.Sudah dilakukan. Melakukan pemantaauan


85

kemajuan persalinan meliputi TTV, His, DJJ, VT 4 jam kemudian

atau jika ada indikasi. Melakukan pendokumentasian,

pendokumentasian sudah dilakukan.

Hasil Observasi DJJ, His, dan Nadi

No Tanggal/ TD N S RR HIS DJJ Kemajuan Infus


Waktu Persalinan
1 19-05-18 110/70 81x/ 36,5C 24x/ 4x10’31 136x/ VT  RL
00.00 mmHg menit menit Detik menit Dinding 20TPM
WIB Vagina :
T.a.k, Portio
: Tebal
lunak,
Pembukaan :
5 cm
Ketuban :
(+),
Presentasi :
kepala
Penurunan :
H II
Posisi : UUK
depan kanan
Kepala
Molase :
Tidak ada

2 00.30 74x/ 4x10’35 139x/ 20 TPM


WIB menit Detik menit
3 01.00 80x/ 4x10’40 139x/ 20 TPM
WIB menit Detik menit
4 01.30 81x/ 5x10’42 140x/ 20 TPM
WIB menit Detik menit
5 02.00 130/70 81x/ 36,5C 20x/ 5x10’45 145x/ 20 TPM
WIB mmHg menit menit Detik menit
6 02.30 76x/ 5x10’45 130x/ 20 TPM
WIB menit Detik menit
86

No Tanggal/ TD N S RR HIS DJJ Kemajuan Infus


Waktu Persalinan
7 03.00 81x/ 5x10’45 135x/ VT  20 TPM
WIB menit detik menit Dinding sisanya
Vagina : ± 250 ml
T.a.k, Portio
: Tidak
teraba
Pembukaan :
10 cm
Ketuban :
(+),
Presentasi :
Kepala
Penurunan :
H III
Posisi : UUK
depan
Molase :
Tidak ada

3.2.2 Kala II ( Tanggal 19 Mei 2018 Pukul 03.00)

Ibu mengatakan mulas semakin sering, rasa ingin meneran

seperti ingin BAB.

Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, keadaan

emosional stabil. Cairan infuse RL 20 TPM sisanya ± 250

ml,Tekanan Darah 110/80 mmHg, Nadi 81x/menit, Suhu 36,5C,

Pernafasan 20 x/menit, His 5x10’45 detik, DJJ 135 x/menit. Kandung

kemih kosong, perineum menonjol, vulva membuka, dilakukan

pemeriksaan dalam, dinding vagina licin, portio tidak teraba,

pembukaan lengkap, ketuban (+), presentasi kepala, penurunan

kepala H III, UUK depan kanan tidak ada molase, tidak ada

presentasi majemuk.
87

Berdasarkan data diatas diagnose yang didapatkan G1P0A0

Hamil 39 minggu 2 hari inpartu kala II. Janin tunggal hidup intra

uterin presentasi kepala.

Menjelakan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa

keadaan ibu dan janin saat ini baik dan pembukaan sudah lengkap,

ibu dan keluarga mengerti.Meminta ibu untuk mengatur posisi

persalinan, ibu memilih posisi setengah duduk. Mendekatkan partus

set dan menggunakan APD, partus set telah di dekatkan dan APD

telah digunakan. Ketuban pecah pukul 03.15 WIB.Meminta ibu untuk

mengejan jika ibu merasakan mulas, ibu mengerti.Memimpin

persalinan pervaginam, telah dilakukan.Bayi lahir pukul 03.30 WIB.

Menangis kuat, tonus otot baik, warna kulit kemerahan.Melakukan

IMD agar terjalin ikatan antara ibu dan bayi, dan agar bayi bisa

mengenal ASI lebih awal, IMD telah dilakukanbayi dapat mencapai

putting susu ibu dalam waktu 30 menit, tetapi kemudian ibu meminta

untuk dipisahkan. Pendokumentasian hasil pemeriksaan, sudah

dilakukan.

3.2.3 Kala III ( Tanggal 19 Mei 2018 Pukul 03.30 WIB)

Ibu mengatakan masih merasa mulas.

Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, keadaan

emosional stabil. Terpasang infuse RL 20 TPM sisanya ± 200 ml.

Tekanan Darah 130/80 mmHg, Nadi 84 x/menit, Suhu 37,0C, RR

24x/menit, TFU : Sepusat, kontraksi uterus baik, palpasi tidak ada


88

janin ke dua, jumlah perdarahan yang keluar ± 100 cc, kandung

kemih kosong.

Berdasarkan data di atas diagnose yang di dapatkan, P1A0

Partus kala III.

Memberitahu ibu bahwa plasenta akan dilahirkan, ibu

mengerti dan bersedia. Melakukan manajemen aktif kala III

(menyuntikkan oksitosin 10 UI IM dalam waktu satu menit setelah

bayi lahir dan setelah pemeriksaan janin kedua, memindahkan klem

tali pusat ± 5-10 cm depan vulva, melakukan PTT dan menilai tanda-

tanda pelepasan plasenta seperti, tali pusat bertambah panjang dan

ada semburan darah tiba-tiba). Plasenta lahir pukul 03.40

WIB.Massase fundus uteri setelah plasenta lahir, selama 15 detik,

massase telah dilakukan kontraksi baik. Menilai kelengkapan

kelengkapan plasenta, plasenta lengkap, selaput dan kotiledon

lengkap, panjang tali pusat ± 50 cm, tebal ± 2,5 cm, diameter ± 20

cm, insersi centralis, kontraksi baik, , kandung kemih kosong

perdarahan normal. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan, sudah

dilakukan.

3.2.4 Kala IV (Tanggal 19 Mei 2018 Pukul 03.40 WIB)

Ibu mengatakan masih merasa sedikit mulas dan lemas.

Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, keadaan

emosional stabil. Terpassang infuse RL 18 TPM sisanya ± 200 ml.

Tekanan Darah 120/70 mmHg, Nadi 84 x/menit, Suhu 36,8C, RR 20


89

x/menit, palpasi TFU sepusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih

penuh, pendarahan pervaginam ± 50 cc, laserasi perineum Grade I.

Berdasarkan data diatas dignosa yang di dapatkan, P1A0

Partus kala IV dengan rupture perineum grade I.

Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu

mengalami robekan pada perineum dan perlu dilakukan jahitan. Ibu

bersedia. Melakukan pengosongan kandung kemih dengan pispot,

pengosongan kandung kemih telah dilakukan. Mendekatkan alat

heacting dan melakukan tindakan heacting pada perineum grade I,

alat heacting set telah didekatkan dan tindakan heacting telah

dilakukan. Memberitahukan hasil pemeriksaan, ibu mengerti.

Menganjurkan untuk melakukan perawatan luka perineum seperti

menjaga kebersihan vagina bersihkan dengan air mengalir dan sabun

setiap BAB ataupun BAK, jangan takut untuk menyentuh luka

perineum saat membersihkannya, jangan biarkan daerah vagina dan

luka menjadi lembab dan sering mengganti pakaian dalam minimal 3

kali sehari. Mengobservasi kala IV selama 2 jam, terdiri dari TTV,

TFU, Kontraksi Uteri, Kandung Kemih dan Perdarahan yaitu 1 jam

pertama setiap 15 menit dan 1 jam ke 2 setiap 30 menit sekali.

Merendam alat-alat dalam klorin 0,5% selama 10 menit, alat telah

direndam. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan, dokumentasi telah

dilakukan.
90

3.3 Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

3.3.1 BBL Usia 1 jam ( Tanggal 19 Mei 2018 Pukul 04.30 WIB)

Nama Bayi : By. Ny. S lahir hari sabtu tanggal 19 Mei 2018

jam lahir 03.30 WIB, jenis kelamin laki-laki, berat badan 3200 gram

PB 46 cm riwayat bayi waktu lahir spontan, menangis kuat, warna

kuli kemerahan dan tonus otot baik.

Keadaan umum baik, suhu 36,7C, axilla, pernapasan

48x/menit teratur, heartrate 142 x/menit teratur, lingkar kepala 32 cm.

LD 30 cm, LP 31 cm, UUB datar, penyusupan tidak ada, muka tidak

downsindrome, simetris kanan kiri, mata tidak ada pendarahan,

konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, telinga simetris kanan

kiri, daun teling elastic jika di tekuk cepat kembali lagi, terdapat

lubang telinga, hidung normal, terdapat sekat, mulut bibir warna

kemerahan (normal), tidak ada labioskiziz, reflek rooting (+) sucking

(+) swallowing (+), leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,

reflek tonikneck positif.Dada simetris kanan kiri, tidak ada retraksi

dinding dada, tidak ada fraktur os clavikula, ekstremitas atas tidak

ada fraktur os humerus, simetris kanan kiri, jari jemari lengkap tidak

ada kelainan, reflek grasping positif.Abdomen tidak ada kelainan,

tidak ada pendarahan pada tali pusat, genitalia testis sudah turun,

skrotum sudah ada, ada lubang uretra anus positif (terdapat lubang

anus). Ekstremitas bawah bentuk kaki normal simetris kanan kiri,

pergelangan kaki CTEV (congenital talips exuinovarus) tidak ada,


91

reflek babynsky, punggung Os vertebrae tidak skeleosis, spina bifida

tidak ada BB 3200 gram, PB 46 cm.

Berdasarkan data diatas diagnosa yang didapatkan, NCB-

SMK Usia 1 jam.

Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa

pada saat ini bayi dalam keadaan baik, ibu telah mengerti.Menjaga

kehangatan bayi, bayi sudah dijaga kehangatannya ibu mengerti.

Memberikan vit. K dengan dosis 1 mg secara IM di 1/3 pada paha kiri

1 jam setelah bayi lahir dan HB0 1 jam setelah pemberian Vit. K

dipaha kanan. Sudah dilakukan. Melakukan perawatan tali pusat agar

tetap bersih dan kering, perawatan tali pusat telah dilakukan.

Menjelaskan tanda-tanda bahaya pada bayi, seperti tidak mau

menyusu, demam tinggi, nafas megap megap gerakan tidak aktif,

mulut mencucu, bibir biru, kulit kuning, tali pusat membusuk atau

mengalami perdarahan segera beritahukan tenaga kesehatan, ibu

mengerti apa yang telah dijelaskan. Menjelaskan pada ibu bagaimana

cara menyusui dengan benar, sudah dilakukan dan ibu mengerti.

Menganjurkan ibu memberikan ASI Esklusif kepada bayinya, hanya

memberikan ASI saja selam 6 bulan tanpa ada makanan pendamping

apapun, ibu mengerti. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan,

pendokumentasian hasil pemeriksaan telah dilakukan.


92

3.3.2 Kunjungan Hari Ke 7 (Tanggal 26 Mei 2018 Pukul 16.00 WIB)

Ibu mengatakan bayinya dalam keadaan baik dan mengihisap

ASI dengan kuat.Ibu mengatakan tali pusat sudah puput.

Dilakukan pemeriksaan fisik keadaan umum bayi baik, Nadi

120 x/menit teratur, Pernafasan 40x/menit teratur, Suhu 36,5C, tidak

ikerik, turgor baik, tali pusat sudah puput, gerakan aktif.

Berdasarkan data diatas diagnosa yang didapatkan, NCB-

SMK Usia 7 hari.

Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa bayi dalam

keadaan baik, ibu mengerti.Mengingatkan ibu agar ibu menjemur

bayinya pada pagi hari selama 1 jam mulai pukul 07.00 – 08.00 WIB,

ibu telah mengerti dan sudah melakukannya.Mengingatkan kembali

untuk memberi ASI Esklusif, ibu masih mengingatnya dan masih

memberikan ASI pada bayinya. Mengingatkan kembali tentang

tanda-tanda bahaya pada bayi seperti bayi sulit bernafas, warna kulit

kuning, bayi demam, menangis terus menerus, ataupun kejang, bayi

tidak mau menyusu dan menganjurkan ibu untuk segera

memeriksakan bayinya ke tenaga kesehatan apabila terdapat salah

satu tanda bahaya pada bayi seperti yang telah dilaskan, ibu telah

mengerti dan bersedia untuk melakukannya. Memberitahu ibu agar

selalu menjaga kebersihan bayi dengan memandikan dengan air

hangat, mengganti popok basah/kotor serta menjaga kehangatan bayi,

ibu telah mengerti. Menganjurkan ibu untuk tidak mengunakan bedak


93

pada badan bayi atau bagian bokong dan lipatan lipatan paha bayi,

untuk mengurangi resiko terjadinya alergi ataupun iritasi terhadap

bedak, ibu mengerti.Melakukan pendokumentasian hasil

pemeriksaan, pendokumentasian telah dilakukan.

3.3.3 Kunjungan Hari Ke 14 (Tanggal 3 Juni 2018 Pukul 08.00 WIB)

Ibu mengatakan bayinya baik-baik saja dan mau menyusu

dengan kuat.

Keadaan umum baik, Nadi 126x/menit, Suhu 36,5C,

Pernafasan 35 x/menit, warna tubuh kemerahan, tidak ikterik dan

tidak ada tarikan dinding dada kedalam, gerakan aktif.

Berdasarkan data diatas didapatkan diagnosa, NCB-SMK

usia 14 hari.

Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga

yaitu bahwa keadaan bayinya pada saat ini baik, ibu sudah

mengetahui hasil pemeriksaan. Memberitahu kepada ibu agar tetap

melanjutkan pemberian ASI Esklusif, ibu mengerti dan sampai saat

ini masih terus memberi ASI. Memberitahukan kepada ibu untuk

melakukan pemberian imunisasi BCG kepada bayi setelah bayi

berusia 30 hari atau 1 bulan dan di pusat pelayanan kesehatan

terdekat, ibu bersedia untuk membawa bayi ke BPS Bidan Rapmauli

agar bayi bisa diberikan imunisasi BCG. Melakukan

pendokumetasian hasil pemeriksaaan, pendokumentasian hasil

pemeriksaan telah dilakukan.


94

3.3.4 Kunjungan Hari Ke 40 (Tanggal 28 Juni 2018 Pukul 10.00 WIB)

Ibu mengatakan bayi nya baik-baik saja dan sudah melakukan

imunisasi pada saat usia bayi 1 bulan.

Keadaan umum baik,Nadi 126 x/menit, Suhu 36,5C,

Pernafasan 35 x/menit, warna tubuh kemerahan (normal), tidak

ikterik dan tidak ada tarikan dinding dada kedalam, gerakan aktif.

Berdasarkan data diatas didapatkan diagnosa, NCB-SMK usia

40 hari.

Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga

bahwa keadaan bayinya pada saat ini baik, ibu sudah mengetahui

hasil pemeriksaan. Memberitahu kepada ibu agar tetap melanjutkan

pemberian ASI Esklusif, ibu mengerti dan sampai saat ini masih terus

memberi ASI. Memberitahukan kepada ibu untuk melakukan

pemberian imunisasi DPT, ibu akan melakukannya. Melakukan

pendokumentasian hasil pemeriksaan, pendokumentasian telah

dilakukan.

3.4 Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

3.4.1 Nifas 6 Jam ( Tanggal 19 Mei 2018 Pukul 09.30 WIB)

Ibu mengatakan masih merasa sedikit mulas. Ibu sudah BAK

dan sudah BAB, mobilisasi 6 jam postpartum ibu sudah bisa berjalan

ke kamar mandi. Nutrisi, ibu sudah makan dan minum (2x

menggunakan nasi, sayur, lauk dan telur rebus).Aktivitas sehari-hari

belum dilakukan.
95

Keadaan umum Ny. S baik, keadaan emosional stabil, pada

pemeriksaan tanda tanda vital TD 110/80 mmHg, N 84 x/menit, S

36,5C, R 18 x/menit,konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik,

leher tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, payudara simetris

kanan kiri, puting susu bersih, menonjol, areola hiperpigmentasi, ASI

(+) tidak ada benjolan, tidak bengkak dan tidak nyeri. Abdomen TFU

3 jari dibawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong.Genitalia

lochea rubra, perineum terdapat luka heacting, anus tidak ada

hemoroid. Ekstremitas tidak edema, tidak ada varises, reflek fatella +

kanan kiri, dan tidak ada kemerahan.

Berdasarkan data diatas diagnosa yang didapatkan, PIA0

postpartum 6 jam dengan luka jahitan perineum.

Menjelaskan dan memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa

keadaan ibu pada saat ini dalam keadaan baik, ibu telah mengerti.

Menjelaskan kepada ibu tentang perawatan luka jahitan dengan

membersihkan daerah kemaluannya sesudah BAB ataupun BAK

menggunakan sabun dan segera di lap kering menggunakan handuk

bersih, dan sesering mungkin mengganti pakaian dalamnya jangan

tunggu sampai lembab, ibu telah mengerti dan bersedia

melakukannya. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap mengkonsumsi

nutrisi yang baik dengan menu seimbang dan berprotein tinggi,

seperti nasi, sayur sayuran hijau, ayam, daging, telur rebus, ikan dan

buah buahan, dan meminta ibu untuk tidak melakukan pantangan


96

makanan agar luka perineum cepat kering dan membaik, ibu telah

mengerti dan bersedia melakukannya. Memberikan terapi obat per

oral pada ibu yaitu, paracetamol 500 gram 3x1, dan amoxilin 500

gram 3x sehari, ibu telah mengerti dan bersedia untuk meminumnya.

Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara ondemande

(sesuai kebutuhann bayi) dengan ASI Ekslusif selama 6 bulan tanpa

diberikan makanan ataupun minuman tambahan apapun agar bayi

mendapatkan kekebalan tubuh secara alami dan kebutuhan nutrisi

yang tercukupi untuk bayi, ibu telah mengerti dan bersedia untuk

melakukannya. Memberitahu ibu untuk di periksa kembali pada

tanggal 26 Mei 2018 atau jika adakeluhan tanda-tanda bahaya pada

ibu nifas seperti adanya perdarahan yang hebat keluarnya cairan yang

berbau, pandangan kabur, rasa pusing yang hebat, menetap dan tidak

hilang jika di bawa istirahat, ibu telah mengerti dan bersedia untuk

datang ke tenaga kesehatan. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan,

pendokumentasian hasil pemeriksaan telah dilakukan.

3.4.2 Nifas Hari Ke 7 (Tanggal 26 Mei 2018 Pukul 16.00 WIB)

Ibu mengatakan tidak ada keluhan, dan senang merawat

bayinya.

Pada pemeriksaan keadaan umum baik, kesadaran

composmentis, keadaan emosional stabil. TD 110/80 mmHg, Suhu

36,5C, Nadi 82 x/menit, RR 18 x/menit.


97

Pada payudara terdapat pengeluaran ASI ibu dapat menyusui

bayinya dengan baik, TFU pertengahan pusat – simfisis, kontraksi

uterus baik, pengeluaran lochea berwarna agak kecoklatan

(sanguinolenta). BAK dan BAB normal, jahitan baik, masih sedikit

basah dan tidak berbau.

Berdasarkan data diatas diagnosa yang didapatkan, PIA0

postpartum 7 hari dengan luka jahitan perineum.

Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga

bahwa keadaan ibu baik, ibu telah mengerti. Mengingatkan kembali

kepada ibu tentang perwatan luka dan daerah kemaluan dengan

membersihkan daerah kemaluannya sesudah BAB ataupun BAK, ibu

telah mengerti dan bersedia melakukannya. Mengingatkan ibu untuk

tetap mengkonsumsi makanan seimbang dan berprotein tinggi bukan

hanya bermanfaat untuk ibu dalam proses penyembuhan luka jahitan

tetapi juga sangat bermanfaat untuk bayi, ibu masih mengingatnya

dan masih terus mengkonsumsi makanan sesuai anjuran bidan.

Menganjurkan ibu untuk istirahat apabila bayi tidur, ibu telah

mengerti dan bersedia untuk melakukannya. Menganjurkan kepada

ibu untuk tetap menyusui bayinya, apabila bayinya tidur lebih dari 2

jam segera bangunkan dan susui bayi, ibu mengerti dan bersedia

melakukannya. Mengajarkan ibu tentang perawatan payudara dengan

membersihkannya setiap pagi dan sore hari menggunakan baby oil,

mengompres dengan air hangatdan melakukan sedikit pijatan lembut


98

jika ibu merasakan payudaranya mulai membengak, ibu mengerti dan

mau melakukannya. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan

pemeriksaan kunjungan ke rumah yaitu pada tanggal 3 Juni 2018

untuk jadwal ku jungan ulang, ibu telah mengerti. Melakukan

pendokumentasian hasil pemeriksaan, pendokumentasian hasil

pemeriksaan telah dilakukan.

3.4.3 Nifas Hari Ke 14 (Tanggal 3 Juni 2018 Pukul 08.00 WIB)

Ibu mengatakan tidak ada keluhan, ibu senang merawat

bayinya, luka jahitan sudah kering dan benang yang di luar sudah

tidak terasa lagi, masih menyusui bayinya tarus tanpa tambahan

apapun.

Pada pemeriksaan keadaan umum baik, kesadaran

composmentis, keadaan emosional stabil. TD 120/70 mmHg, Suhu

36,5C, Nadi 78 x/menit, RR 16 x/menit.

Pada payudara terdapat pengeluaran ASI ibu dapat menyusui

bayinya dengan baik, TFU tidak teraba diatas simfisis, pengeluaran

lochea berwarna putih (lochea alba). BAK dan BAB normal, jahitan

sudah kering.

Berdasarkan data diatas diagnosa yang didapatkan P1A0

Postpartum14 hari dengan luka jahitan perineum.

Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga

yaitu bahwa keadaan ibu baik, ibu telah mengerti.Mengingatkan

kepada ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi, ibu


99

mengerti. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk istirahat apabila

bayi tidur, ibu masih mengingatnya dan bersedia untuk

melakukannya. Mengingatkan kepada ibu untuk tetap menyusui

bayinya, ibu masih mengingatnya dan masih melakukan semua

anjuran bidan. Melakukan konseling KB agar setelah masa nifas

berakhir, ibu bisa langsung menggunakan alat kontrasepsi yang

sesuai dengan kebutuhan, jika ibu masih menyusui secara baik dan

tersu menerus, ibu tidak perlu menggunakan KB karena sudah masuk

ke dalam kategori kontrasepssi MAL, karena dengan menyusui

sesering mungkin bisa menekan kesuburan, tetapi jika ibu sudah

mendapatkan haid setelah persalinan metode ini sudah tidak bisa di

gunakan lagi, ibu bisa menggunakan KB yang tidak mengandung

hormone agar tidak menggangu produksi ASI seperti KB suntik 3

bulan, IUD ataupun Kondom, ibu mengerti dengan penjelasan bidan.

Memberitahu ibu akan dilakukan kunjungan rumah kempali pada

tanggal 28 Juni 2018, ibu mengerti.Melakukan pendokumentasian

hasil pemeriksaan, pendokumentasian hasil pemeriksaan telah

dilakukan.

3.4.4 Nifas Hari Ke 40 (Tanggal 28 Juni 2018 Pukul 10.00 WIB)

Ibu mengatakan tidak ada keluhan, luka jahitan sudah kering.

Pada pemeriksaan keadaan umum baik, kesadaran

composmentis, keadaan emosional stabil. TD 110/70 mmHg, Suhu

36,5C, Nadi 74 x/menit, RR 19 x/menit.Pada payudara terdapat


100

pengeluaran ASI ibu dapat menyusui bayinya dengan baik, TFU tidak

teraba, tidak ada pengeluaran lochea BAK dan BAB normal, bekas

jahitan sudah kering.

Berdasarkan data diatas diagnosa yang didapatkan P1A0

postpartum 40 hari.

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadan ibu saat ini

dalam batas normal, Ibu mengerti. Menganjurkan kepada ibu untuk

tetap mengkonsumsi nutrisi yang baik dengan menu seimbang dan

berprotein tinggi, seperti nasi, sayur-sayuran hijau, lauk pauk dan

buah-buahan, ibu mengerti dan bersedia melakukannya. Menjelaskan

kepada ibu untuk menjaga kebersihan daerah kewanitaanya sesudah

BAB dan BAK menggunakan sabun dan segera di lap kering

menggunakan handuk bersih, dan sesering mungkin untuk mengganti

pakaian dalamnya jangan tunggu sampai lembab, ibu telah mengerti

dan bersedia melakukannya. Menjelaskan kepada ibu kapan boleh

melakukan hubungan seksual dilakukan setelah darah berhenti dan ibu

dapatmemasukan 2 atau 1 jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri, ibu

mengerti. Menjelaskan kembali pentingnya ber KB untuk mengatur

jarak kehamilan dan jenis KB yang sesuai dengan ibu menyusui. Ibu

menegerti, dan sudah memilih KB yang akan digunakan.

Mendokumentasikan hasil pemeriksaan, pendokumentasian hasil

pemeriksaan telah dilakukan.


BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang manajemen asuhan

kebidanan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan bayi baru lahir di BPS

Bidan Rapmauli.

Penulis ingin membandingkan teori dengan manajemen asuhan kebidanan

yang dilakukan oleh bidan guna untuk mencari kesesuaian atau kesenjangan yang

mungkin saja terjadi seperti kurangnya sarana, tenaga dan pengetahuan bidan.

Dimulai pada tanggal 09 Mei – 28 Juni 2018.

4.1 Pada Masa Kehamilan Trimester III

Pada tanggal 09 Mei 2018, penulis bertemu dengan Ny. S G1P0A0

sebagai objek untuk pengambilan studi kasus yang sedang berkunjung ANC di

BPS Bidan Rapmauli. Ibu melakukan pemeriksaan sebanyak 4 kali selama

kehamilan ini, yaitu pada usia kehamilan 37 minggu 6 hari, 38 minggu 5 hari,

39 minggu dan 39 minggu 1 hari. Pemeriksaan antenatal care dilakukan

minimal sebaanyak 4 kali selama kehamilan yaitu 1 kali pada triwulan

pertama, 1 kali pada triwulan kedua, 2 kali pada triwulan ketiga

(Saifudin,2009).

Dari jumlah kunjungan ANC pada Ny. S sehingga dapat disimpulkan

bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek dalam hal

pemeriksaan kehamilan yang telah dilakukan Ny. S.

101
102

Ny. S selama hamil tidak lakukan senam hamil. Senam hamil

merupakan terapi latihan gerak untuk menjaga stamina dan kebugaran ibu

selama kehamilan dan memperisapkan ibu secara fisik maupun mentak untuk

menghadapi persalinan dengan optimal.

Senam hamil merupakan terapi latihan gerakan untuk menjaga stamina

dan kebugaran ibu selama kehamilan dan mempersiapkan ibu secara fisik

maupun mental untuk menghadapi persalinan dengan optimal (Prawirohardjo,

2014).

Selama kehamilan ibu tidak melakukan senam hamil dikarenakan dari

pihak BPS Bidan R tidak menyelenggarakan kegiatan senam hamil, jadi

selama masa kehamilan ibu tidak melakukan senam hamil.

Kenaikan berat badan yang dialami Ny. S pada kehamilan pada

Trimester I-Trimester III yaitu 62 kg sampai 74 kg kenaikan berat badan

selama hamil 12 kg.

Berat badan di timbang setiap ibu datang atau berkunjung untuk

mengetahui kenaikan berat badan dan penurunan berat badan. Kenaikan berat

badan ibu normal rata-rata antara 6,5 kg sampai 16 kg (Saryono, 2010).

Ternyata Ny.S mengalami kenaikan berat badan dalam batas normal

dengan rekomendasi kenaikan berat badan yang dibutuhkan selama kehamilan

6,5-16 kg selama masa kehamilan, dan tidak ada kesenjangan dengan teori.
103

Tinggi Fundus Uteri pada Ny. S adalah 30 cm, sedangkan pada

kunjungan kedua saat usia kehamilan 38 minggu 5 hari tidak terjadi

penambahan didapatkan Tinggi Fundus Uteri menjadi 30 cm, saat kunjungan

ketiga terdapat Tinggi Fundus Uteri menjadi 31 cm sampai kunjungan ke

empat.

Menurut Mc. Donald, Tinggi Fundus Uteri (TFU) 22-28 minggu yaitu

24-25 cm di atas simfisis, 28 minggu yaitu 26,7 cm di atas simfisis, 30 minggu

yaitu 29,5-30 cm di atas simfisis, 34 minggu yaitu 31 cm di atas simfisis, 36

minggu yaitu 32 cm di atas simfisis, 38 minggu yaitu 33 cm di atas simfisis,

40 minggu yaitu 37,7 cm di atas simfisis.

Hal ini tidak menjadi masalah dikarenakan TFU pada Ny. S dari

kunjungan awal kehamilan hingga kunjungan akhir masih dalam batas normal

sesuai dengan masa kehamilannya dan tidak ada kesenjangan dengan teori.

4.2 Masa Persalinan

4.2.1 Kala I

Pada Ny. S kala I berlangsung selama 12 jam dihitung dari ibu

merasakan mules sejak pukul 15.00 WIB, keluar lendir sejak pukul

23.00 WIB, pergerakan petus dalam 12 jam terakhir aktif dan hasil

pemeriksaan TTV tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 81 x/menit,

suhu 36,5C, dan pernafasan 24 x/menit. Pembukaan lengkap pada

pukul 03.00 WIB.


104

Menurut (Prawirohardjo,2010) pada primigravida kala I

berlangsung selama ± 13 jam. Menurut (DepKes,2010) tanda

persalinan kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi (frekuensi dan

kekuatannya) sampai pembukaan lengkap. Menurut (DepKes,2010)

tanda persalinan kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi (frekuensi

dan kekuatannya) sampai pembukaan lengkap.

Dari hasil pemantauan pada Ny. S menurut teori dan praktek

tidak ada perbedaan, dikarenakan pada kala I his Ny. S secara adekuat

dan dipantau melalui partograf dan tidak melewati garis waspada.

4.2.2 Kala II

Proses kala II yang dialami Ny.S mulai dari pembukaan

lengkap hingga ketuban pecah dengan spontan dalam waktu 15 menit

sampai bayi lahir selama 30 menit, dilakukn persalinan dengan

menggunakan 58 APN, APD yang tidak digunakan penolong yaitu

sepatu booth. Hasil pemeriksaan menunjukan tanda-tanda persalinan

normal dan keadaan ibu dan bayi dalam batas normal. Bayi telah lahir

spontan, cukup bulan, menangis kuat. Dilakukan inisiasi menyusui

dini selama 30 menit dalam waktu 30 menit bayi sudah mencapai

putting ibu tanpa dibantu oleh penolong persalinan.

Menurut teori (Depkes 2010) pemakaian sepatu pelindung

bertujuan untuk melindungi petugas dari tumpahan atau percikan darah

atau cairan tubuh lainnya dan mencegah dari kemungkinan tertusuk

benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan. Sepatu harus menutupi


105

seluruh ujung dan telapak kaki dan tidak dianjurkan untuk

menggunakan sandal atau sepatu terbuka. Sepatu khusus sebaiknya

terbuat dari bahan yang mudah dicuci dan tahan tusukan misalnya

karet, kulit atau plastik. Sepatu khusus digunakan oleh petugas di

ruangan tertentu misalnya ruangan bedah, laboraturium, ICU, ruang

isolasi, ruang pemulasaran zenajah dan petugas sanitasi. Sepatu hanya

di pakai diruangan tersebut dan tidak boleh ke ruangan lainnya.

Dari hasil pemeriksaan Kala II terdapat kesenjangan

berdasarkan praktek yang dilakukan di Bidan Rapmauli dengan teori.

Pada saat praktek tidak memakain sepatu pelindung dikarenakan dari

pihak Bidan Rapmaui tidak menyediakannya.

4.2.3 Kala III

Proses persalinan kala tiga pada Ny. S selama 10 menit. Tidak

ada janin kedua. Terjadi tanda-tanda pelepas plasenta. Plasenta lahir

spontan dan lengkap, kontaksi uterus baik, kondung kemih kosong,

tinggi fundus uteri normal, perdarahan dalam batas normal,terdapat

robekan jalan lahir grade I. Tidak terjadi perdarahan karena atonia

uteri. Keadaan ibu dan bayi dalam batas normal.

Manajemen aktif kala III dilakukan setelah bayi lahir dan

setelah dilakukan pengecekan adanya janin kedua, memberikan

oksitosin 10 IU, peregangan tali pusat terkendali saat adanya tanda-

tanda pelepasan plasenta, masase uterus segera setelah plasenta lahir

selama 15 detik (Saifuddin,2010).


106

Bahwa dapat disimplkan kala tiga Ny.s selama 10 menit.

Plasenta lahir spontan dan lengkap, perdarahan dalam batas normal.

Tidak ada tanda-tanda bahaya seperti perdarahan karena atonia uteri

dan penyebab rupture perineum. Keadaan ibu dan bayi dalam batas

normal.

4.2.4 Kala IV

Pada kala IV setelah lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama

postpartum serta mengobservasi TTV, kontraksi, TFU, kandung

kemih, dan perdarahan pada 1 jam pertama pemantauan dilakukan

setiap 15 menit sekali, pada 1 jam berikutnya dilakukan setiap 30

menit sekali. Pada kala IV ibu mengalami laserasi jalan lahi grade I

dikarenakan penahanan perineum pada perineum kurang kuat dan

selama kehamilan tidak pernah senam hamil yang bertujuan untuk ke

elastisan otot – otot dasar panggul, agar proses persalinan berjalan

dengan lancar, maka dilakukan penjahitan.

Menurut (Winkjosastro, 2010) pada perlukaan grade I bila

hanya ada luka lecet, tidak diperlukan penjahitan.

Berdasarkan luka perineum yang terdapat pada Ny. S hal ini

tidak sesuai dengan teori di karenakan pihak BPS Bidan Rapmauli

memutuskan untuk melakukan penjahitan dengan pertimbangan untuk

mencegahan terjadinya perdarahan akibat perlukaan perineum.


107

4.3 Masa Nifas

Pada masa nifas 6 jam Ny.S diberikan asuhan pemeriksaan

fisik, tanda-tanda vital dalam batas normal, pemantauan involusi

uterus, lochea, perdarahan karena atonia uteri atau penyebab lain, dan

laktasi semuanya berlangsung normal dan tidak ada masalah.

Memberikan penkes tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, posisi

dan cara menyusui dan program masa nifas.

Menurut Astutik (2015) kunjungan 1 pada masa nifas di

lakukan pada 6-48 jam postpartum, mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain,

perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut, memberikan konseling

pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah

perdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI awal,

melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi

tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi, jika petugas kesehatan

menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir

untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam

keadaan stabil.

Bahwa dapat di simpulkan masa nifas Ny.S pada 6 jam

pertama dalam batas normal, tidak terjadi perdarahan karena atonia

uteri atau penyebab lain ibu sudah, involusi uterus berjalan normal, ibu

sudah mobilisasi dan ibu sudah bisa menyusui bayinya.


108

Kunjungan hari ke 6

Pada masa nifas 6 hari Ny. S mendapatkan asuhan dan

pemeriksaan. Masa nifas Ny. S terpantau baik, tanda-tanda vital dalam

batas normal, involusi uterus berjalan normal, tidak ada tanda-tanda

bahaya masa nifas, perdarahan normal, tidak ada kesulitan lama

mengurus bayinya, bayi masih diberikan ASI, mengkonsumsi

makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup dan tidak ada kesulitan

dalam mengurus bayinya.

Menurut Astutik (2015) Kunjungan ke 2 pada masa nifas

dilakukan 6 hari setelah persalinan Memastikan involusi uterus

berjalan normal,fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi

atau perdarahan abnormal, memastikan ibu mendapat cukup makanan,

cairan dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit, Memberikan konseling pada ibu

mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat da

merawat bayi sehari-hari.

Bahwa dapat di simpulkan masa nifas 6 hari pada Ny.S dalam

batas normal, involusi uterus berjalan normal, tidak ada tanda-tanda

bahaya masa nifas, tidak ada kesulitan dalam merawat bayi, istirahat

cukup dan bayi masih diberikan ASI.


109

Kunjungan ke 14 hari

Pada masa nifas 14 hari Ny.S mendapatkan pemeriksaan dan

asuhan. Masa nifas Ny. S terpantau baik, tanda-tanda vital dalam batas

normal, involusi uterus berjalan normal, tidak ada tanda-tanda bahaya

masa nifas, perdarahan normal, tidak ada kesulitan lama mengurus

bayinya, bayi masih diberikan ASI, mengkonsumsi makanan yang

bergizi dan istirahat yang cukup dan tidak ada kesulitan dalam

mengurus bayinya.

Menurut Astutik (2015) Kunjungan ke 3 Memastikan involusi

uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah

umblikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. Menilai

adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.

Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-

tanda penyulit.Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-

hari.

Bahwa dapat di simpulkan masa nifas 14 hari pada Ny.S dalam

batas normal, involusi uterus berjalan normal, tidak ada tanda-tanda

bahaya masa nifas, tidak ada kesulitan dalam merawat bayi, istirahat

cukup dan bayi masih diberikan ASI.


110

Kunjungan ke 6 minggu

Pada masa nifas 6 minggu Ny.S dilakukan pemeriksaan dan

asuhan, tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada penyulit yang

dialami ibu selama masa nifas 40 hari, bayi masih diberikan ASI,

menganjurkan ibu untuk berKB, dan ibu telah mendapatkan kunjungan

masa nifas sebanyak 4 kali.

Menurut Astutik (2015) Kunjungan ke 4. Menanyakan pada

ibu tentang penyulit-penyulit yang ia dan bayi alami. Memberikan

koseling untuk KB secara dini.

Menurut Sarwono (2010) yaitu dikatakan pada masa nifas

dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan yaitu 6-8 jam setalah

persalinan, kunjungan 6 hari, kunjungan 2 minggu dan kunjungan 6

minggu setealh persalinan.

Bahwa dapat di simpulkan Ny.S selama masa nifas 40 hari

tidak ada penyulit, tanda-tanda vital dalam batas normal, masih

mendiskusikan untuk berKB kepada suami, dan melakukan

pemeriksaan masa nifas sebanyak 4 kali.

4.4 Bayi Baru Lahir

Bayi Ny. S lahir spontan, cukup bulan, menangis kuat, warna kulit

kemerahan dan gerakan aktif BB 3200 gram, P 46 cm dilakukan inisiasi

menyusui dini selama 30 menit dalam waktu 30 menit bayi telah menemukan

putting susu ibu tanpa dibantu oleh penolong persalinan,dilakukan asuhan


111

pemeriksaan bayi baru lahir antara lain diberikan penyuntikan vit K, pemberian

salep mata dan 1 jam setelah lahir diberikan imunisasi Hb0+polio. Penulis juga

melakukan perawatan tali pusat hanya menggunakan kassa steril dan kering

tanpa menggunakan bethadine dan alkohol.

Menurut Wiknjosastro (2011), pada bayi baru lahir tali pusat dibungkus

dengan kassa steril dan kering, kemudian diberikan tetes mata atau salep

antibiotik (Tetracycline 1% atau eritomisin 0,5%) untuk mencegah penyakit

mata karena clamidia, sifilis dan gonorea (Penyakit Menular Seksual) dan

memeberikan injeksi Vit K 1mg secara IM untuk mencegah perdarahan serta

defisiensi vitamin K dan diberikan segera setelah bayi lahir serta pemberian

imunisasi HB0 1 jam setalah injeksi Vit K.

Bahwa dapat di simpulakan telah dilakukan asuhan pemeriksaan bayi

baru lahir memberikan suntikan Vit K, pemeberian salep mata, dan pemberian

imunisasi Hb0 + polio dan memberikan penkes tentang cara perawatan tali

pusat.

Kunjungan Neonatus 1 (KNI)

Bayi Ny. S tidak dilakukan kunjungan neonatus yang pertama yaitu 6 –

48 jam akan tetapi hanya dilakukan pemeriksaan asuhan 1 jam.

Menurut, Maryanti (2011) Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan

dalam kurun waktu 6-48 jam setelah, Mempertahankan suhu tubuh bayi,

Pemeriksaan fisik bayi, tanda-tanda bahaya baru lahir, dan perawatan tali

pusat dengan menggunakan kassa steril.


112

Bahwa dapat di simpulkan pemeriksa tidak melakukan KN 1 sesuai

dengan teori, karena tidak ada tanda – tanda bahaya pada bayi yang harus

dilakukan pemeriksaan KN 1.

Kunjungan Neonatus 2 (KN II)

Pada bayi Ny. S dilakukan kunjungan rumah pada usia bayi 7 hari, di

lakukan pemeriksaan fisik Nadi, suhu,Rr semua dalam batas normal, tidak ada

tanda-tanda bahaya BBL, tidak terjadi hipotermi, tali pusat sudah puput, bayi

dimandikan sehari 2 kali, bayi masih diberikan ASI, tidak di lakukan

penimbangan berat badan.

Menurut, Maryanti (2011) Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan

pada kurun waktu hari ke-3 sampai dengan hari ke 7 setelah bayi lahir

memberikan asuhan. Menjaga tali pusat dalam keadaaan bersih dan kering,

Menjaga kebersihan bayi, Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan

infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah dan Masalah pemberian

ASI, Memberikan ASI Bayi harus disusukan minimal 10-15 kali dalam 24

jam) dalam 2 minggu pasca persali, Menjaga keamanan bayi, Menjaga suhu

tubuh bayi, Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI

ekslutif pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir

dirumah dengan menggunakan Buku KIA Penanganan dan rujukan kasus bila

diperlukan

Bahwa dapat di simpulkan bayi Ny. S dilakukan pemeriksaan dalam

batas normal, masih di berikan ASI, tidak ada tanda-tanda bahaya BBL, tidak

terjadi hipotermi, dan tali pusat sudah puput, tidak di lakukan penimbangan
113

berat badan karena pemeriksaan dilakukan di rumah dan tidak membawa

timbangan.

Kunjungan Neonatus 3 (KN III)

Pada bayi Ny. S dilakukan kunjungan rumah pada usia bayi 2 minggu,

di lakukan pemeriksaan fisik Nadi, suhu,Rr semua dalam batas normal, tidak

ada tanda-tanda bahaya BBL, tidak terjadi hipotermi, bayi dimandikan sehari

2 kali, masih di berikan ASI, dan tidak dilakukan penimbangan berat badan.

Menurut, Maryanti (2011) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN-3) dilakukan

pada kurun waktu hari ke-8 sampai dengan hari ke-28 setelah lahir

memberikasn asuhan dan pemeriksaan fisik, Menjaga kebersihan bayi,

Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya Bayi baru lahir, Memberikan

ASI Bayi harus disusukan minimal 10-15 kali dalam 24 jam) dalam 2 minggu

pasca pers, Menjaga keamanan bayi, Menjaga suhu tubuh bayi,Konseling

terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI ekslutif pencegahan

hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah dengan

menggunakan Buku KIA, Memberitahu ibu tentang Imunisasi BCG,

Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

Bahwa dapat di simpulkan bayi Ny. S dilakukan pemeriksaan tanda-

tanda vital dalam batas normal, bayi masih diberikan ASI, tidak ada tanda-

tanda bahaya BBL, tidak terjadi hipotermi, dimandikan sehari 2 kali, dan bayi

tidak di timbang karena pemeriksaan dilakukan di rumah.

Dilakukan kembali kunjungan pada 40 hari karena penulis berinisiatif

melakukan pemeriksaan pada bayi walaupun tidak sesuai dengan teori.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif

mulai dari kehamilan Trimester III dilanjutkan dengan persalinan, nifas, dan

bayi baru lahir, yang dilakukan mulai tanggal 09 Mei – 28 Juni 2018 di BPS

Bidan Rapmauli, maka penulis dapat menyimpulkan :

5.1.1 Kehamilan Trimester III

Pada kehamilan Ny. S melakukan pemeriksaan ANC sebanyak

8 kali, 1 kali pada Trimester I, 3 kali pada Trimester II, Dan 4 kali

pada Trimester III. Setelah melakukan asuhan kebidanan komprehensif

pada Ny. S G1P0A0 hamil 37 minggu dengan fisiologis, penulis

mendapat wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam

melaksanakan asuhan mulai dari tahap pengkajian untuk mendapat

data subjektif dan data objektif, menentukan diagnosa, masalah

potensial, kebutuhan dan merencanakan serta melaksanakan asuhan

sampai pada tahap evaluasi. Selain itu juga dapat menambah wawasan

dalam melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan yang

dilaksanakan secara komprehensif sehingga dapat mengetahui

kesenjangan teori dan kenyataan, serta dapat menentukan pemecahan

masalah. Pengkajian yang dilakukan pada Ny. S tersebut, dilaksanakan

dengan baik. Hal itu dikarenakan adanya kerja sama yang baik antara

114
115

pengkaji, bidan, klien dan keluarga, hal tersebut membuat kami

berhasil menyusun rencana tindakan sesuai dengan kebutuhan yang

ada.

Ny. S sudah mengalami proses kehamilannya terpantau dengan

baik sehingga tidak ada masalah ataupun penyulit dalam masa

kehamilannya dan asuhan yang di berikan pada Ny. S pada masa

kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan kebidanan, namun

masih kurang pemeriksaan PMS, Imunisasi Tetanus Toksoid, terapi

yodium kapsul, pemeliharaan tingkat kebugaran dan terapi obat

malaria dangondok (diberikan pada daerah endemis saja)

5.1.2 Persalinan

Pada proses persalinan Ny. S berlangsung selama 3 jam

terhitung dari kala I, proses persalinan dilakukan secara APN. Pukul

03.15 WIB, Bayi lahir spontan, jenis kelamin laki-laki, berat badan

3200 gram, panjang badan 46 cm, kala 2 berlangsung selama 30 menit,

kala III berlangsung 10 menit, dan kala IV berlangsung 2 jam

melakukan observasi sesuai dengan patograf.


116

5.1.3 Bayi Baru Lahir

Pada kunjungan Bayi Baru Lahir Ny. S dilakukan 3 kali yaitu

pada 1 jam pertama, 7 hari dan 2 minggu dan selama kunjungan

terpantau baik, tidak ada tanda – tanda bahaya pada bayi. Bayi sudah

diberikan asuhan sesuai dengan kebutuhannya.

5.1.4 Nifas

Pada kunjungan nifas Ny.S di lakukan 4 kali yaitu pada 6

jam postpartum, nifas 7 hari, nifas 2 minggu dan nifas 6 minggu dan

selama kunjungan masa nifas terpantau baik, involusi uteri berjalan

normal, tidak ada tanda-tanda baya masa nifas, tidak ada penyulit pada

ibu dan bayi selama masa nifas, luka jahitan normal tidak ada tanda-

tanda infeksi, perdarahan normal, lochea dan kontaksi uterus baik,

menyusui bayinya secara ekslusif tanpa di beri makanan pendamping

apapun dan belum berKB dengan alasan akan ber KB pada saat

suaminya pulang bekerja dari luar kota.

5.1.5 Pendokumentasian

Penulis mampu melakukan pencatatan manajemen kebidanan

secara lengkap dan sistematis pada pemeriksaan ANC, Bersalin, Nifas

serta Bayi Baru Lahir dengan SOAP dan pola fikir secara Varney.
117

5.2 Saran

5.2.1 Untuk BPS Bidan Rapmauli

Diharapkan disediakannya program senam hamil, dan untuk

APD yang digunakan sesuai dengan standar, dan menyediakan sepatu

booth atau sepatu yang dapat melindungi kaki dari bahaya yang dapat

terjadi pada saat proses persalinan.

5.2.2 Untuk Istitusi Pendidikan

Diharapkan dapat menambah pengetahuan melalui kenyataan

yang adadi lapangan dengan teori dengan teori dan dapat dijadikan

pembandingan apakah teori yang diberikan pada sat proses belajar

mengajar sudah sesuai ataupun sudah diterapkan di lapangan.

5.2.3 Untuk Mahasiswa

a. Dapat melakukan asuhan kebidanan yang komprehensif dan

berguna kelak setelah mahasiswa terjun di masyarakat, sehingga

dapat membantu menambah derajat kesehatan di masyarakat.

b. Dapat melaksanakan asuhan kebidanan secara professional sesuai

dengan standar pelayanan kebidanan.

c. Dapat melaksanakan teori yang di dapat di pendidikan dan di lahan

praktek.

d. Mampu menggali permasalahan yang ada dan dapat bekerjasama

dalam melakukan asuhan kebidanan.

e. Lebih meningkatkan keterampilan dalam menolong persalinan.


118

DAFTAR PUSTAKA

Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Pustaka


Baru Press, Yogyakarta.

Prawiroharjo, Sarwono.2014.Ilmu Kebidanan.PT.Bina Pustaka. Jakarta.

Sari, Anggrita. dkk. 2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan.In Media. Jakarta.

Setiawati, Dewi. 2013.kehamilan Dan Pemeriksaan Kehamilan. Alauddin


University Press. Makassar.

Rukiyah, Ai yeyeh, dkk, 2014. Asuhan Kebidanan II Persalinan. CV Trans Info


Media. Jakarta.

Nursiah, Ai dkk. 2014. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. PT. Refika
Aditama. Bandung.

Rahayu, Sri. 2017. Asuhan Kebidanan Fisiologis. Trans Info Media. Jakarta

Prawiroharjo, Sarwono.2013.Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi


BaruLahir.PT.Bina Pustaka. Jakarta.

Rukiyah, Ai yeyeh, dkk, 2010. Asuhan Kebidanan II Persalinan Dan Bayi Baru
Lahir. CV Trans Info Media. Jakarta.

Tando, Marie Naomy.2015. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi BaruLahir.


In Media. Jakarta.

Tando, Marie Naomy.2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi BaruLahir.


In Media. Jakarta.

Nanny, Vivian. 2010 . Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahrir.
Salemba Medika. Jakarta.

Kemenkes RI. 2010. Keunggulan Inisiasi Menyusu Dini. Kemenkes RI. Jakarta.

Nanny, Vivian. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahrir.
Salemba Medika. Jakarta.

Sari, puspita Eka. 2014. Asuhan Kebidanan (Nifas). Trans Info Medika. Jakarta.

Purwanti, E. 2012. Asuhan Kebidanan untuk Ibu Nifas. Cakrawala


Ilmu.Yogyakarta.
119

Maryunani, Anik. 2015. Asuhan Ibu Nifas & Asuhan Ibu Menyusui. In Media.
Bogor.

Prawiroharjo, Sarwono.2010.Ilmu Kebidanan Fisiologis.PT.Bina Pustaka. Jakarta.

Wulandari, S.R, Handayani, S. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas.Gosyen


Publishing. Yogjakarta.
120

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF NY. S G1P0A0


PADA PERSALINAN NORMAL DENGAN
RUPTURE PERINEUM GRADE I,
DI BPS BIDAN RAPMAULI
TAPOS - DEPOK
TAHUN 2018

OLEH : NURNA AINUN NISYA


NIM : 150151033

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS M.H THAMRIN
JAKARTA
2018
121

LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Studi Kasus ini telah disetujui Pembimbing dan dinyatakan boleh
mengikuti ujian.

Pembimbing

Siti Jumhati., SST,. M.Kes

Menetahui :
Progtam Studi Diploma III Kebidanan
Fakultas Kesehatan Universitas M.H Tahmrin

Nani Hendriani, S.Si, T.,M.Keb


Ketua
122

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Studi Kasus ini telah diujikan dan di sahkan di depan Tim Penguji
pada tanggal 16 Juli 2018

Penguji I Penguji II

Munawaroh, SKM.,MKM Siti Jumhati., SST,. M.Kes

Mengetahui :
Progtam Studi Diploma III Kebidanan
Fakultas Kesehatan Universitas M.H Tahmrin

Nani Hendriani, S.Si, T.,M.Keb


Ketua
KATA PENGANTAR

Dengan memanjat Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberkan RahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan studi

kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Ny. S G1P0A0 Pada

Persalinan Normal Dengan Rupture Perineum Grade I Di BPS Bidan

Rapmauli Tapos-Depok Tahun 2018” yang di ajukan guna memenuhi salah satu

tugas pada Program Studi DIII Kebidanan.

Penulis menyadari bahawa dalam Penulisan Laporan Studi Kasus ini

tidak lepas dari dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Prof.Dr.Soekidjo Notoatmojo, SKM. M CommHealth selaku Rektor

Universitas MH. Thamrin.

2. Dr. Sutanto Priyo Hastono, M. Kes selaku Wakil Rektor I Universitas MH.

Tahamrin.

3. Prof . Dr. Dr. Kusharisupeni, M.Sc selaku dekan Pendidikan Universitas MH

Thamrin Fakultas Ilmu Kesehatan

4. Siti Jumhati., SST,. M.Kes selaku wakil Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas MH. Thamrin dan sekaligus yang telah memberikan bimbingan

serta penguji akademik yang telah sabar membimbing dan memberikan saran

dalam penyusunan studi kasus ini.

5. Nani Hendriani, S.Si.T, M. Keb selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan

Universitas MH Thamrin Fakultas Ilmu Kesehatan.

i
6. Munawaroh, SKM.,MKM selaku penguji I yang telah sabar membimbing dan

memberikan saran dalam penyusunan studi kasus ini.

7. Kedua Orangtua tersayang yang selalu memberikan banyak kasih sayang dan

doa yang tiada hentinya sehingga saya bisa menyelesaikan penulisan ini.

8. Bidan Rapmauli di Depok yang telah membantu saya dalam memberikan

asuhan selama proses penyelesaian stadi kasus.

9. Ny. S dan keluarga telah bersedia sebagai pasien dan telah mempercayakan

penulis dalam menyelesaikan stadi kasus ini.

10. Sahabat – sahabat tercinta terimakasih banyak untuk persahabatan kita yang

selalu memberikan senyuman serta dukungan satu sama lain.

Kiranya Tuhan Yang Maha Esa saja yang dapat membalas kebaikan semua

pihak yangtelah membantu.Untuk itu penulis mengharapkan adanya masukan

berupa kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan laporan studi

kasus ini.

Harapan penulis, mudah-mudahan laporan studi kasus kasus ini dapat

bermanfaat dan dapat menambah wawasan berfikir bagi kita semua. Amin

Jakarta, Juli 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR .......................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan .......................................................... 4
1.2.1 Tujuan Umum ................................................... 4
1.2.2 Tujun Khusus .................................................... 4
1.3 Ruang Lingkup ............................................................. 5
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................ 5
1.4.1 Bagi BPS Bidan Rapmauli ............................... 5
1.4.2 Bagi Mahasiswa ............................................... 5
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan Universitas
MH. Thamrin .................................................... 6

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Kehamilan Trimester III ............................................... 7
2.2 Persalinan ..................................................................... 26
2.3 Bayi Baru Lahir ............................................................ 43
2.4 Nifas .......................................................................... 61

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil ............................. 74
3.2 Intranatal Care .............................................................. 83
3.3 Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir 90
3.4 Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas ........... 94

iii
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pada Masa Kehamilan Trimester III ............................ 101
4.2 Masa Persalinan ........................................................... 103
4.3 Masa Nifas ................................................................... 107
4.4 Bayi Baru Lahir ............................................................ 110

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................. 114
5.2 Saran .......................................................................... 117

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv

You might also like