Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Hipertensi saat ini masih menjadi masalah utama di dunia. Menurut Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment on
High Blood Pressure VII (JNC-VII) Amerika Serikat, hampir 1 milyar orang
menderita hipertensi di dunia. Dari semua yang terdeteksi hipertensi, hanya
setengahnya saja yang mendapat pengobatan adekuat dari dokter dan 70% dari
angka tersebut tidak mematuhi pengobatan. Total hanya 10% pasien hipertensi di
dunia yang terobati secara teratur dan terkontrol. Di Indonesia, belum ada data
secara menyeluruh mengenai prevalensi hipertensi, namun Survey Kesehatan
Rumah Tangga tahun 1995 menunjukkan angka 8,3%.3
1
1.2 Perumusan Masalah
2
Sebagai informasi dan data bagi pelaksana program terutama yang akan
melaksanakan program yang berhubungan dengan mini projek ini dan khususnya
bagi penulis dapat menambah wacana keilmuan dan wawasan.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
3
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi adalah suatu keadaan dimana upaya
penurunan tekanan darah akan memberikan manfaat lebih besar dibandingkan
dengan tidak melakukan upaya tersebut.5
2.2 Etiologi
Penyebab Hipertensi yang sering kali menjadi penyebab di antaranya
Aterosklerosis (penebalan dinding arteri yang menyebabkan hilangnya elastisitas
pembuluh darah), keturunan, bertambahnya jumlah darah yang dipompa ke
Jantung, Penyakit Ginjal, Kelenjar Adrenal, dan Sistem Saraf Simpatis. Pada ibu
hamil kelebihan berat badan, tekanan psikologis, stres, dan ketegangan bisa
menyebabkan Hipertensi.6
4
Hipertensi sistolik ≥ 140 dan ≥ 90
terisolasi
1. Hipertensi essensial/primer.
2. Hipertensi sekunder
5
hipertensi pada usia yang sangat muda tanpa adanya riwayat penyakit dari
keluarga positif, pasien yang mengalami hipertensi pertama kali pada usia lebih
dari 50 tahun atau pasien yang sebelumnya telah dikontrol namun kemudian
menjadi refrakter terhadap terapi yang diberikan, mungkin mengalami hipertensi
sekunder.9
2.4 Patofisiologi
Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor utama yaitu : Cardiac Output
(CO) dan Systemic Vasculer Resistance (SVR). Cardiac Output ditentukan oleh
Stroke Volume ( SV ) dan Hearth Rate ( HR ). Resistensi vascular sistem terjadi
akibat Peripheral Vascular Resistensi ( PVR) dan Renal Vascular Resistence
( RVR ).
TD = CO >< SVR
SV HR PVR RVR
6
Skema 1 : Faktor yang berpengaruh pada pengendalian tekanan darah10
7
mmHg
8
1. Obesitas (Kegemukan). Merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun
belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun
terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita
obesitasobesitas dengan hipertensi lebih tinggi daripada penderita hipertensi
dengan berat badan normal.
2. Stres. Diduga melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat
kita beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan
meningkatnya tekanan darah secara intermitten (tidak menentu).
7. Gaya hidup yang kurang sehat. Walaupun tidak terlalu jelas hubungannya
dengan hipertensi namun kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol dan
kurang olahraga dapat pula mempenegaruhi peningkatan tekanan darah
9
Pada umumnya Hipertensi tidak menimbulkan gejala yang jelas.
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada
Hipertensi Essensial. kadang-kadang Hipertensi Essensial berjalan tanpa gejala
dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran seperti pada Ginjal,
Mata,Otak, dan Jantung. Beberapa gejala yang dapat menyertai peningkatan
tekanan darah ini yaitu sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing
(sempoyongan), wajah kemerahan dan kelelahan.12
Adapun gejala klinis yang lazim dialami oleh para penderita hipertensi
biasanya berupa: Pada tahap awal, seperti hipertensi pada umumnya kebanyakan
pasien tidak ada keluhan. Nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis. Bila simtomatik, maka biasanya disebabkan:2
Peninggian tekanan darah itu sendiri, seperti rasa berdebar debar, rasa
melayang
10
1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
3. Faktor resiko
d) Kebiasaan merokok
e) Pola makan
g) Kepribadian
11
c) Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuri
12
b. Profil Lemak Darah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Asam Urat Serum yang tinggi
berkaitan dengan terjadinya kerusakan organ seperti Hipertropi Ventrikel Kiri,
Aterosklerosis Karotid, dan Mikroalbuminuria.
d. Kliren Kretinin
e. Kreatinin Serum
f. Analisis Urin
a. EKG
13
elektronik pada saat Jantung bekerja dan memberikan informasi mengenai beban
kerja pada Jantung.
Hipertensi tingkat 1
14
Tanggulangi penyakit penyerta dan diabetes mellitus
Hipertensi tingkat 2
15
Menurunkan asupan garam (< 100 mmol/hari atau 6 gram NaCl);
mempertahankan konsumsi Natrium, Kalsium, Magnesium yang cukup
(± 90 mmol/hari).
Blockers (ARB).
16
Modifikasi Gaya Hidup
target tekanan darah tidak terpenuhi (<140/90mmHg) atau (130/80 mmHg pada
pasien DM, penyakit ginjal kronik, ≥ 3 faktor risiko atau adanya penyakit
penyerta tertentu
optimalkan dosis obat atau beri tambahan obat antihipertensi yang lain.
Pertimbangkan untuk konsultasi dengan spesialis
Farmakologi Antihipertensi10,13
17
Gagal Jantung Kongestif. Preparat yang biasa digunakan adalah
Propanolol, Asebutolol, Atenolol, Bisoprolol, Labetalol dll.
18
bekerja langsung pada pembuluh darah dengan cara relaksasi otot polos
yang akan mengakibatkan penurunan resistensi pembuluh darah.
Faktor sosial ekonomi.
Profil faktor resiko kardiovaskular.
Ada tidaknya kerusakan organ target.
Ada tidaknya penyakit penyerta.
Variasi individu dari respon pasien terhadap obat Antihipertensi.
Kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang digunakan pasien untuk
penyakit lain.
Untuk sebagian besar pasien Hipertensi, terapi dimulai secara bertahap,
dan target tekanan darah yang dicapai secara progresif dalam beberapa
minggu. Terapi dengan obat Antihipertensi secara tunggal merupakan
penanganan awal untuk Hipertensi ringan dengan risiko kardiovaskular
total yang ringan sampai sedang atau dengan kombinasi tergantung pada
tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai
dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan
darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah
meningkatkan dosis obat tersebut, atau berpindah ke Antihipertensi lain
dengan dosis rendah.12
19
Ada 6 alasan mengapa pengobatan kombinasi pada Hipertensi terapi
dianjurkan :
20
Derajat 2 ≥ 100 obat untuk
sebagian besar
kasus umumnya
Diuretika jenis
Thiazide dan
ACEI atau ARB
atau BB atau
CCB
Penyakit jantung dan pembuluh darah yang disertai hipertensi yang perlu
diperhatikan adalah penyakit jantung iskemik ( angina pectoris, infark miokard),
gagal jantung dan penyakit pembuluh darah perifer.5
21
direkomendasikan untuk menggunakan ACEI,BB dan ARB bersama dengan
pemberian diuretic “loop”.5
Pada situasi seperti ini pengontrolan tekanan darah sangat penting untuk
mencegah terjadinya progresifitas menjadi disfungsi ventrikel kiri.5
Rekomendasi
- Kelas I
- Kelas IIa
- KelasIIb
22
Bila ada gangguan fungsi ginjal, maka haruslah dipastikan dahulu apakah
hipertensi menimbulkan gangguan ginjal (hipertensi lama, hipertensi primer)
ataupun gangguan/ penyakit ginjalnya yang menimbulkan hipertensi.5
Pada keadaan ini penting diketahui derajat gangguan fungsi ginjal (CCT,
Kreatinin) dan derajat proteinuri.
Pada CCT <25 ml/men diuretic golongan thiazid (kecuali metolazon) tidak
efektif.
Pemakaian golongan ACEI/ARB perlu memperhatikan penurunan fungsi
ginjal dan kadar kalium
Pemakaian golongan BB dan CCB relative aman.
23
1. tekanan darah diturunkan sampai <130/80 mmHg (untuk mencegah progresi
gangguan fungsi ginjal)
2. bila ada proteinuria dipakai ACEI/ARB (sepanjang tak ada kontra indikasi)
3. bila proteinuria >1g/24 jam tekanan darah diusahakan lebih rendah < 125/75
mmHg).
4. Perlu diperhatikan untuk perubahan fungsi ginjal pada pemakaian
ACEI/ARB (kreatinin tidak boleh naik >20%) dan kadar kalium
(hiperkalemia).
Hipertensi pada usia lanjut mempunyai prevalensi yang tinggi, pada usia
diatas 65 tahun didapatkan antara 60-80%. Selain itu prevalensi gagal jantung dan
stroke juga tinggi, keduanya merupakan komplikasi hipertensi. Oleh karena itu,
penanggulangan hipertensi amat penting dalam mengurangi morbiditas dan
mortalitas kardiovascular pada usia lanjut.5
Sekitar 60% hipertensi pada usia lanjut adalah hipertensi sistolik terisolasi
dimana terdapat kenaikan tekanan darah sistolik disertai penurunan disertai
penurunan tekanan darah diastolic. Selisih dari tekanan darah systolic dan tekanan
darah diastolic disebut sebagai tekanan nadi, terbukti sebagai predictor morbiditas
dan mortalitas yang buruk. Peningkatan tekanan darah sistolik disebabkan
terutama oleh kekakuan arteri atau berkurangnya elastisitas aorta.
- TD sistolik ≥ 140 mmHg bila disertai DM atau Merokok atau disertai faktor
risiko lainnya.
Oleh karena pasien usia lanjut sudah mengalami penurunan fungsi organ,
kekakuan arteri, penurunan fungsi baroreseptor dan respon imun simpatik, serta
24
autoregulasi serebral, pengobatan harus secara bertahap dan hati-hati ( start slow,
go slow) hindarkan pemakaian obat yang dapat menimbulkan hipotensi.5
Obat yang dipakai pada usia lanjut sama seperti yang dipergunakan pada
usia yang lebih muda. Untuk menghindari komplikasi pengobatan, maka dosis
awal dianjurkan separuh dosis biasa, kemudian dapat dinaikkan secara bertahap,
sesuai dengan respon pengobatan dengan mempertimbangkan kemungkinan efek
samping obat. Obat-obat yang biasa dipakai meliputi diuretic (HTC) 12,5 mg,
terbukti mencegah komplikasi terjadinya penyakit jantung kongestif.
Keuntungannya murah dan dapat mencegah kehilangan kalsium tulang. Obat lain
seperti golongan ACEI, CCB kerja panjang dan obat-obatan lainnya dapat
digunakan. Kombinasi 2 atau lebih obat dianjurkan untuk memperoleh efek
pengobatan yang optimal.5
Indikasi pengobatan : bila tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg dan / atau
tekanan diastolic ≥ 80 mmHg.
25
- Tekanan darah < 130/80 mmHg
- Bila disertai proteinuria ≥ 1 gr/24 jam : ≤ 125/75 mmHg
Pengelolaannya terbagi 2, yaitu nonfarmakologis dan farmakologis:
- Non-farmakologis : perubahan gaya hidup antara lain, menurunkan berat
badan, meningkatkan aktifitas fisik, menghentikan kebiasaan merokok dan
alcohol, serta mengurangi konsumsi garam.
- Farmakologis : hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat
antihipertensi yaitu; pengaruh terhadap profil lipid, pengaruh terhadap
metabolisme glukosa, pengaruh terhadap resistensi insulin, dan pengaruh
terhadap hipogligemi terselubung.
Obat antihipertensi yang dapat dipergunakan : ACEI, ARB, Beta blocker,
diuretic dosis rendah, alfa blocker dan CCB golongan non-dihidropiridin.
Pada diabetisi dengan tekanan darah sistolik antara 130-139 mmHg atau
tekanan darah diastolic antara 80-89 mmHg diharuskan melakukan perubahan
gaya hidup sampai 3 bulan. Bila gagal mencapai target dapat ditambahkan terapi
farmakologis.5
Diabetisi dengan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah
diastolic ≥ 90 mmHg, disamping perubahan gaya hidup, dapat diberikan terapi
farmakologis secara langsung. Dan dapat diberikan terapi kombinasi apabila
target terapi tidak dapat dicapai dengan monoterapi.5
Tekanan darah > 160/100 mmHg harus diturunkan untuk melindungi ibu
terhadap risiko stroke atau untuk memungkinkan perpanjangan masa kehamilan,
sehingga memperbaiki kematangan fetus. Obat yang dapat diberikan ialah methyl
dopa atau nifedipin.5
26
Tabel 5. Pilihan Obat Antihipertensi untuk Kondisi Tertentu
12
Tabel 6. Indikasi dan Kontraindikasi Kelas-kelas Utama Obat Antihipertensi Menurut ESH
12
27
glukosa,
Calsium Usia lanjut, - Takiaritmia, CHF
Antagonis Isolated Systolic
(Dyhidropiridin) Hypertension, Angina
Pektoris, Penyakit
Pembuluh Darah
Perifer, Aterosklerosis
Karotis, Kehamilan.
-
Calcium Angina pektoris, -
Antagonis Aterosklerosis Karotis,
(Verapamil, Takikardia
Diltiazem) Supraventrikular.
BAB III
METODE PENELITIAN
28
3.3.1 Populasi
Populasi projek ini adalah seluruh masyarakat yang tinggal di Kecamatan
Langsa Timur.
3.3.2 Sampel
Sampel yang akan digunakan dalam projek ini adalah insidentil yaitu
masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Langsa Timur dan didiagnosis
hipertensi oleh dokter.
Alur kerja dari projek ini digambarkan seperti Gambar 3.1 di bawah ini.
SAMPEL PROJEK
PENGOLAHAN DATA
PELAPORAN HASIL 29
Gambar 3.1 Alur penelitian
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1 Karakteristik kunjungan pasien berdasarkan Jumlah kunjungan Tahun 2017
Jumlah Kunjungan
NO Bulan Pustu Alur Jumlah
Puskesmas
Merbau
1 Januari 1814 188 2002
2 Februari 1920 401 2321
3 Maret 1784 238 2022
4 April 1959 201 2160
30
5 Mei 1780 195 1975
6 Juni 1651 248 1899
7 Juli 1881 244 2125
8 Agustus 1969 234 2203
9 September 1731 218 1949
10 Oktober 0 0 0
11 November 0 0 0
12 Desember 0 0 0
Total 16489 2167 18656
PUSKESMAS
BULAN STATUS PASIEN TOTAL
JKA ASKES JAMKES
JLH JLH JLH
L P L P L P L P JMLH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Januari 429 536 965 111 102 213 453 614 1067 993 1252 2245
Februari 452 613 1065 144 164 308 471 717 1188 1067 1494 2561
Maret 419 541 960 85 111 196 463 682 1145 967 1334 2301
655
April 461 583 1044 131 112 243 432 1087 1024 1350 2374
Mei 398 502 900 105 140 245 448 704 1152 951 1346 2297
Juni 399 447 846 90 108 198 491 720 1211 980 1275 2255
Juli 421 483 904 153 161 314 438 764 1202 1012 1408 2420
Agustus 485 530 1015 122 146 268 532 643 1175 1139 1319 2458
September 341 486 827 122 153 275 439 741 1180 902 1380 2282
31
Oktober 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
November 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Desember 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH
3805 4721 8526 1063 1197 2260 4167 6240 10407 9035 112158 21193
KUNJUNGAN
32
Total 8531 100 %
1. Alur Pinang
2. Alur Merbau
3. Bukit Meutuah
4. Bukit Medang Ara
5. Bukit Pulo
6. Bukit Rata
7. Cinta Raja
8. Matang Cengai
9. Matang Stui
10. Matang Panyang
11. Senebok Antara
12. Sungai Leung
13. Sukarejo
14. Simpang Wie
15. Alur Pinang Timur
16. Kappa
33
a. Bangunan Puskesmas 1 (satu) unit, meliputi ruang kepala puskesmas,
ruang administrasi,ruang program, ruang perawatan dan ruang penunjang
b. Puskesmas Pembantu (Pustu) 2 unit
c. Polindes 13 unit
d. Rumah dinas paramedis 3 unit
Tabel 4.4 Jenis Pegawai Kesehatan Puskesmas Langsa Timur Tahun 2011
1. PNS 73 orang
2. PTT 15 orang
3 Honor 8 orang
4 Bakti 6 orang
34
2. Dua unit Pusling (Puskesmas keliling) dengan kendaraan roda empat
(Ambulance) yang kegiatannya:
a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui Posyandu.
b. Melakukan penyuluhan kesehatan.
c. Melakukan rujukan medik bagi kasus gawat darurat
d. Melakukan penyelidikan terhadap KLB (Kejadian Luar Biasa).
e. Melakukan konsultasi dan koordinasi ke Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh.
3. Enam belas unit kendaraan roda dua, enam unit berada di Puskesmas dan dua
unit berada di Pustu yang kegiatannya untuk:
a. Sarana operasional program surveillance.
b. Sarana transportasi administrasi Puskesmas .
c. Sarana transportasi petugas dari Pustu ke Puskesmas atau sebaliknya.
d. Sarana operasional pendataan peserta Jamkesmas/Askes/JKA.
e. Sarana operasional dalam memonitor status gizi bayi dan balita yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Langsa Timur.
35
i. Peran serta masyarakat
3. Upaya pelayanan penunjang
a. Laboratorium sederhana
b. Pencegahan infeksi
c. SP2TP
36
Berdasarkan Tabel 4.5. dapat dilihat bahwa proporsi umur penderita
hipertensi tertinggi pada kelompok umur 60-69 tahun yaitu 29 kasus atau setara
dengan 37,6 %.
37
Gambar 4.2 Grafik distribusi proporsi penderita Hipertensi berdasarkan
jenis kelamin
4.7 Pembahasan
4.7.1 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Umur
Dari penelitian yang dilakukan tentang profil penderita Hipertensi di
Puskesmas Langsa Timur periode September-Oktober 2017 diperoleh sebanyak
77 kasus. Dari 77 kasus tersebut diperoleh hasil bahwa penderita hipertensi di
Puskesmas Langsa Timur periode September- Oktober mayoritas terjadi pada
kelompok usia 60-69 tahun yaitu 29 kasus atau setara dengan 37,6 % dan
minoritas tejadi pada kelompok usia 45-54 yaitu sebanyak 7 orang atau setara
dengan 9 %.
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin
besar risiko terserang hipertensi, umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko
terkena hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih
besar sehingga pravalensi terkena hipertensi di kalangan usia lanjut mencapai
40% dengan angka kematian mencapai 50 % pada usia diatas 60 tahun.
Meningkatnya tekanan darah pada usia lanjut sangatlah wajar dikarenakan adanya
perubahan fisiologis pada organ jantung dan pembuluh darah.10
38
4.7.2 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Jenis
Kelamin
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
penderita Hipertensi di Puskesmas Langsa Timur periode September-Oktober
2017 mayoritas terjadi pada perempuan yaitu sebanyak 53 kasus (68,7%),
sedangkan pada laki-laki yaitu 24 kasus (31%).
Bila ditinjau perbandingan wanita dan pria, ternyata terdapat angka yang
cukup bervariasi, terdapat penelitian yang dilakukan di Sumatra barat yang
menemukan bahwa pravalensi 18,6 % wanita dan 17,4 % pria, sedangkan di
daearah perkotaan Jakarta dilakukan penelitian pada tahun 2007 didapatkan
pravalensi sebanyak 15,7% pria dan 13,6 % wanita. Terdapat penelitian yang
mengatakan bahwa rasio tekanan darah pada pria dan wanita sebanyak 2,29
mmHg pada peningkatan darah sistolik. Sedankan pada penelitian yang lain
dikatakan pria dan wanita yang telah mengalami menopause memiliki factor
risiko yang sama untuk terjadinya hipertensi.11
Pada penelitian ini terdapat perbedaan antara wanita dan pria dapat terjadi
oleh berbagai macam faktor seperti antara lain kesadaran untuk berobat, waktu
luang untuk mengunjungi puskesmas dan jarak antara rumah dan puskesmas,
peneliti menilai banyak hal yang dapat mempengaruhi perbedaan ini. Dan butuh
observasi yang lebih lanjut untuk masalah ini.
BAB VI
39
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pelaksanaan mini projek dapat disimpulkan bahwa :
1. Jumlah kunjungan pasien dengan diagnosis hipertensi pada periode
September-Oktober 2016 berjumlah 77 orang.
2. Profil pasien penderita hipertensi berdasarkan umur paling banyak pada
kelompok umur tahun 60-69 yaitu 29 kasus, setara dengan 37,6 %.
3. Profil pasien penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin paling
banyak pada perempuan dibanding laki-laki yaitu 53 kasus, setara dengan
68,7%.
5.2 Saran
40
1. Perhimpunan hipertensi Indonesia (inaSH). Consensus penatalaksanaan
hipertensi dengan modifikasi gaya hidup, Jakarta : perhimpunan hipertensi
Indonesia.2011.
2. Muchid A. Pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi. Direktorat bina
farmasi komunitas dan klinik. 2006. Ditjen bina kefarmasian dan alat
kesehatan departemen kesehatan.di akses 5 desember 2012. Di unduh dari
www.depkes.go.id.
3. Aziza L. Terapi hipertensi dimasa depan. Dalam majalah kedokteran
Indonesia, volume 58, no 2, 2008. Departemen ilmu penyakit dalam FKUI.
Di akses pada 5 desember 2012
4. Perhimpunan hipertensi Indonesia (inaSH). Ina SH menyokong penuh
penanggulangan hipertensi. Kementerian kesehatan RI. 2008. Diakses 5
desember 2012. Di unduh dari www.depkes.go.id
5. Perhimpunan hipertensi Indonesia (inaSH). Ringkasan eksekutif
penanggulangan hipertensi , Jakarta : perhimpunan hipertensi Indonesia.2007.
6. Abdul majid. Krisis Hipertensi Aspek Klinis dan Pengobatan. Bagian
Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.2004.
7. Wilson, Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit
cetakan I. Jakarta: EGC; 2006. Hal 933-934.
8. The seventh report of the joint national committee on prevention, detection,
evaluation, and the treathment of hight blood pressure- the NHLBI JNC 7.
Medscape cardiol. (diakses tanggal 1 desember 2012). Diunduh dari
www.medscape.com.
9. Sani Aulia. Hypertension Current Perspective. Jakarta: Medya Crea; 2008. h
18-27,97.
10. Diagnosis dan terapi ilmu penyakit dalam.Lawrence M. Tierney,Jr. Hal :
218,219
11. Sudoyo Aru, Setiyohadi, Alwi Idrus, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I. Edisi IV FKUI. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. h. 599-603, 616-
617.
12. Mikhael R. Farmakologi Antihipertensi. (diakses 1 desember 2012). Diunduh
dari URL: http://sectiocadaveris.wordpress.com
13. Susalit E, Kapojos EJ, Lubis HR. Hipertensi Primer Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Edisi III, Jilid III, Jakarta: Balai Penerbit FKUI
41
42