You are on page 1of 11

MAKALAH ASURANSI

“ASURANSI DALAM ISLAM”

DISUSUN OLEH :

1. ALMA
2. UMI NURDIANTI
3. IZA SIFAUROHMI

SMA NEGERI 1 KURIPAN


TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
mencurahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun
dan menyelesaikan makalah Asuransi tentang Asuransi dalam Islam ini.
Kami telah berusaha semaksimal mungkin agar makalah ini mudah
dipahami dan bisa membangun kreativitas kami. Namun kami menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan baik dari uraian dan kata
bahasanya. Tetapi semoga makalah ini bermanfaat bagi siswa-siswi yang
masih menuntut ilmu bagi pembaca umumnya.
Akhir kata kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun supaya lebih baik dalam melaksanakan tugas. Mohon maaf
bila dalam penulisan laporan ini banyak terjadi kesalahan dan kekurangan
terima kasih.

Penyusun,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................. 1

C. Tujuan ................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................. 2

A. Pengertian Asuransi............................................................. 2

B. Hukum Islam terkait Asuransi ............................................. 2

C. Prinsip Asuransi .................................................................. 3

D. Hal Yang Ada Dalam Asuransi ........................................... 4

BAB III PENUTUP .......................................................................... 7

A. Kesimpulan ......................................................................... 7

B. Saran .................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 8


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan manusia pada zaman modern ini sarat dengan beragam
macam resiko dan bahaya. Dan manusia sendiri tidak mengetahui apa
yang akan terjadi esok hari dan dimana dia akan meninggal dunia. Resiko
yang mengancam manusia sangatlah beragam, mulai dari kecelakaan
transportasi udara, kapal, hingga angkutan darat. Manusia juga
menghadapi kecelakaan kerja, kebakaran, perampokan, pencurian,
terkena penyakit, bahkan kematian itu sendiri.
Untuk menanggulangi itu semua, manusia berinisiatif untuk
membuat suatu transaksi yang bisa menjamin diri dan hartanya, yang
kemudian dikenal dengan istilah asuransi. Asuransi ini termasuk
muamalat kontemporer yang belum ada pada zaman nabi Muhammad
saw. Oleh karena itu, perlu ada penjelasan tentang hukumnya di dalam
Islam.

1.2 Rumusan Maalah


Makalah Hukum Asuransi dalam Islam ini mempunyai beberapa
rumusan masalah yaitu:
a. Apa saja pengertian asuransi ?
b. Bagaimana pendapat para ulama tentang asuransi.?
c. Apakah haram tidaknya asuransi dalam Islam ?

1.3 Tujuan
Makalah Hukum Asuransi dalam Islam ini mempunyai beberapa
tujuan yaitu:
d. Untuk mengetahui pengertian asuransi.
e. Untuk mengetahui pendapat para ulama tentang asuransi.
f. Untuk mengetahui haram tidaknya asuransi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asuransi


Menurut bahasa asuransi berasal dari kata at-ta’min yang berarti
pertanggungan. Menurut istilah, asuransi adalah akad (perjanjian) antara
penanggung (perusahaan asuransi) dan yang mempertanggungkan
sesuatu (peserta perusahaan asuransi). Peserta perusahaan asuransi
dalam periode tertentu berkewajiban membayar premi kepada
perusahaan asuransi, yang besarnya sesuai perjanjian antara keduanya.
Kewajiban perusahaan asuransi ialah memberikan sejumlah uang kepada
peserta asuransi yang besar dan waktunya sesuai perjanjian (polis).
Dalam definisi lainnya, at-ta’min adalah orang yang membayar atau
menyerahkan cicilan agar ia dan ahli warisnya mendapat sejumlah uang
untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang (Sula, 2004).
Musthafa Ahmad az-Zarqa mengartikan asuransi sebagai cara dalam
menghindari risiko yang akan dihadapinya. Adapun Faturrahman Djamil
berpendapat bahwa asuransi merupakan suatu persetujuan dimana pihak
yang menanggung berjanji terhadap pihak yang ditanggung untuk
menerima sejumlah premi mengganti kerugian yang mungkin akan
diderita oleh pihak yang ditanggung, sebagai akibat dari suatu hal yang
mungkin akan terjadi.

2.2 Hukum Islam terkait Asuransi


Asuransi menurut pandangan islam termasuk masalah ijtihadiyah
artinya masalah tersebut perlu dikaji hukumnya, karena tidak ada
penjelasan yang mendalam dalam Al-Qur’an atau hadis secara tersurat.
Kini umat islam dihadapkan kepada masalah asuransi dalam berbagai
bentuknya asuransi jiwa, asuransi kecelakaan, dan asuransi kesehatan,
dan dalam berbagai kehidupannya, baik dalam kehidupan keagamaan.
Dikalangan ulama dan cendekiawan muslim ada empat pendapat
tentang hukum asuransi, yaitu :
1. Mengharamkan asuransi dalam berbagai bentuknya, denan alasan :
 Asuransi sama dengan judi.
 Mengandung unsur tidak jelas.
 Mengandung unsur riba.
Ulama yang mendukung, antara lain Suyyid Saqib,Muhammad Yusuf
Qardawi, dan Abdullah Qaiqili

2. Membolehkan asuransi dalam segala praktiknya, dangan alasan :


 Tiodak ada nas Al-Qur’an dan hadis yang melarang asuransi,
 Ada kesepakatan kedua belah pihak
 Salimg menguntungkan kedua belah pihak
 Asuransi termasuk akadmudarabah (akad kerjasama bagi hasil)
 Asuransi termasuk koperasi (Syirkah ta’awuniyah) yaitu usaha
saling melindungi dan tolong menolong
Ulama yang mendukung pendapat ini antara lain Abdul Wahab Khlaf,
Mustafa Ahmad Zarqa, Muhammad Yusuf Isa, dan Abdurrahman Isa.

3. Membolehkan asuransi yang bersifat sosial dan mengharamkan


asuransi yang bersifat komersial. Ulama yang mendukung ini
Muhammad Abu Zahrah, yaitu Guru Besar Hukum Islam di Universitas
Al-Azhar Kairo di Mesir.
4. Syubhat, yaitu masih diragukan halal dan haramnya. Alasanya tidak
ada dalil yang secara jelas mengharamkan atau menghalalkan.

2.3 Prinsip Asuransi


1. Dibangun atas dasar kerjasama (taawun).
2. Asuransi syariat tidak bersifat mu’awadhoh, tetapi tabarru’ atau
mudhorobah.
3. Sumbangan (tabarru’) sama dengan hibah (pemberian) oleh karena itu
haram hukumnya ditarik kembali. Kalau terjadi peritiwa, maka
diselesaikan menurut syariat.
4. Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah yang telah
ditentukan harus disertai dengan niat membantu demi menegakkan
prinsip ukhuwah.
5. Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya
dengan tujuan supaya ia mendapat imbalan yang berlipat bila terkena
suatu musibah. Akan tetapi ia diberi uang jamaah sebagai ganti atas
kerugian itu menurut ijin yang diberikan oleh jamaah.
6. Apabila uang itu akan dikembangkan maka harus dijalankan menurut
aturan syar’i.

2.4 Hal yang ada dalam Asuransi :


1. Akad (Perjanjian)
Akad dalam praktek muamalah menjadi dasar yang menentukan
sah atau tidaknya suatu kegiatan transaksi secara syariah. Hal tersebut
menjadi sangat menentukan di dalam praktek asuransi syariah. Akad
antara perusahaan dengan peserta harus jelas, menggunakan akad jual
beli (tadabuli) atau tolong menolong (takaful).

2. Gharar (Ketidakjelasan)
Definisi gharar menurut Madzhab Syafii adalah apa-apa yang
akibatnya tersembunyi dalam pandangan kita dan akibat yang paling kita
takuti.
Gharar/ketidakjelasan itu terjadi pada asuransi konvensional, dikarenakan
tidak adanya batas waktu pembayaran premi yang didasarkan atas usia
tertanggung, sementara kita sepakat bahwa usia seseorang berada di
tangan Yang Mahakuasa.

3. Tabarru dan Tabungan


Tabarru berasal dari kata tabarraa-yatabarra-tabarrawan, yang
artinya sumbangan atau derma. Orang yang menyumbang disebut
mutabarri (dermawan). Niat bertabbaru bermaksud memberikan dana
kebajikan secara ikhlas untuk tujuan saling membantu satu sama lain
sesama peserta asuransi syariah, ketika di antaranya ada yang mendapat
musibah. Oleh karena itu dana tabarru disimpan dalam rekening khusus.
Apabila ada yang tertimpa musibah, dana klaim yang diberikan adalah
dari rekening tabarru yang sudah diniatkan oleh sesama peserta untuk
saling menolong.

4. Maisir (Judi)
Allah SWT berfirman dalam surat al-Maidah ayat 90,”Hai orang-
orang yang beriman sesungguhnya khamar, maisir, berhala, mengundi
nasib dengan panah, adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan syaitan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapatkan
keberuntungan.”
Prof. Mustafa Ahmad Zarqa berkata bahwa dalam asuransi
konvensional terdapat unsur gharar yang pada gilirannya menimbulkan
qimar. Sedangkan al qimar sama dengan al maisir. Muhammad Fadli
Yusuf menjelaskan unsur maisir dalam asuransi konvensional karena
adanya unsur gharar, terutama dalam kasus asuransi jiwa. Apabila
pemegang polis asuransi jiwa meninggal dunia sebelum periode akhir
polis asuransinya dan telah membayar preminya sebagian, maka ahliwaris
akan menerima sejumlah uang tertentu. Pemegang polistidak mengetahui
dari mana dan bagaimana cara perusahaan asuransi konvensional
membayarkan uang pertanggungannya. Hal ini dipandang karena
keuntungan yang diperoleh berasal dari keberanian mengambil risiko oleh
perusahaan yang bersangkutan.

5. Riba
Dalam hal riba, semua asuransi konvensional menginvestasikan
dananya dengan bunga, yang berarti selalu melibatkan diri dalam riba. Hal
demikian juga dilakukan saat perhitungan kepada peserta, dilakukan
dengan menghitung keuntungan di depan.
6. Konsep Taawun Dalam Asuransi
Sebagian para ahli syariah meyamakan sistem asuransi syariah
dengan sistem aqilah pada zaman Rasulullah SAW. Dr. Satria Effendi
M.Zein dalam makalahnya mendefinisikan takaful dengan at takmin, at
taawun atau at takaful (asuransi bersifat tolong menolong), yang dikelola
oleh suatu badan, dan terjadi kesepakatan dari anggota untuk bersama -
sama memikul suatu kerugian atau penderitaan yang mungkin terjadi
pada anggotanya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak
atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkn diri kepada
tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung. Jadi hukum
islam tentang asuransi ijtihadiyah yang berarti masalah tersebut perlu
dikaji hukumnya, karena tidak ada penjelasan yang mendalam di dalam
Al-Qur’an atau Hadis secara tersurat.

3.2 Saran
1. Sebaiknya jika ingin mengasuransikan sesuatu carilah penjelasan
yang menyinggung tentang asuransi di dalam Al-Qur’an
2. Sebaiknya jika ingin mengasuransikan sesuatu tanyalah pada orang
yang lebih tahu tentang hukum islam yang ada disekitar Anda
DAFTAR PUSAKA

https://www.academia.edu/9085570/ASURANSI_DALAM_PANDANGAN_I
SLAM
https://www.academia.edu/12957141/Asuransi_dalam_Islam
http://gubukpengemisilmu.blogspot.com/2015/11/makalah-asuransi-
dalam-syariat-islam.html

You might also like