Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui serta memahami tentang penyakit-penyakit sistem
kardiovaskuler yaitu endokarditis, kelainan katub,penyakit jantung
rematik,kelainan jantung bawaan,dan hypertensi serta penatalaksanaannya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1 Endokarditis
Infeksi endokarditis merupakan peradangan endokardium atau katup-
katup jantung. Penyakit ini diklasifikasikan berdasarkan keganasan dan
penyebab yaitu endokarditis bakterial akut dan endokarditis bakterial
subakut.
Penyebab
Infeksi bacterial akut disebakan oleh staphylococcus aureus,
sedangkan subakut biasanya disebabkan oleh streptococusviriden atau
staphylococcus aureus (jarang). Kedua penyakit ini dapat sebagai
kelanjutan dari demam reumatik, syphilis atau penyakit jantung
kongenital. Endokarditis bacterial merupakan penyakit pada usia muda
dan dewasa pertengahan. Resiko terhadap penyakit ini meningkat bila
ada kontak dengan infeksi, misalnya melalui tindakan pembedahan,
pencabutan gigi atau pembedahan genitourinaria. Propilaktis dengan
antibiotika (penicidilin) diberikan sebelum tindakan pembedahan sebagai
tindakan pencegahan. Resiko terhadap endokarditis, juga meningkat pada
penderita demam reumatik. Tindakan pemebedahan jantung terbuka
untuk memperbaiki katup jantung atau memasukkan anomary artery by
pass grafts, mempunyai insiden yang meningkat. Beberapa ahli yakin
bahwa ada sekitar 1% pasien yang dilakukan pembedahan jantung
mengalami endokarditis pada post operasi. Proses inflamasi
menyebabkan klasifikasi dan jaringan parut pada katup-katup dan
endokardium dapat mengakibatkan insufisiensi valvular atau stenosis
4
berikutnya dapat terjadi gagal jantung bila katup-katup tidak berfungsi.
Serangan endokarditis bacterial sub-akut dengan tanda-tanda yang
nampak adalah: malaise, demam, menggigil, perspirasi, nyeri pada
persendian dan petechiae. Diagnose ditegakkan dengan kultur darah.
Antibiotik diberikan untuk mengatasi infeksi.
Penatalaksanaan
Pasien perlu dirawat dan istirahat total selama 2 sampai 6 minggu
sampai infeksi teratasi. Untuk menurunkan demam, diberikan antibiotika
piretika. Bila terjadi gagal jantung atau kerusakan ginjal maka harus
dilakukan pemeriksaan diagnostic lebih lanjut. Beritahu aktifitas yang
sesuai untuk pasien. Diet harus mempunyai nilai gizi yang cukup, dan
aktivitas serta istirahat harus seimbang.
5
Katup-katup jantung bisa mengalami kelainan fungsi baik karena
kebocoran (regurgitasi katup) atau karena kegagalan membuka secara adekuat
(stenosis katup). Keduanya dapat mempengaruhi kemampuan jantung untuk
memompa darah. Kadang-kadang satu katup mempunyai kedua masalah tersebut.
6
Nyeri dada dialami oleh penderita stenosis katup aorta yang
sudah parah. Jenis nyeri dadanya hampir sama dengan nyeri dada
(angina) yang dirasakan oleh penderita penyakit jantung koroner.
Pada penderita jantung koroner, nyeri dada disebabkan oleh
tersumbatnya aliran darah karena adanya lapisan lemak dan
kolesterol pada pembuluh darah. Namun nyeri dada pada stenosis
katup aorta diakibatkan oleh otot jantung yang menebal sehingga
harus memompa, melawan tekanan yang tinggi, agar darah bisa
melalui klep/katup jantung yang menyempit. Kondisi ini meminta
suplai oksigen yang lebih banyak daripada yang dikirim oleh darah
sehingga menyebabkan nyeri dada.
Pingsan. Penurunan kesadaran pada penderita kelainan katup
jantung disebabkan oleh kegembiraan. Kondisi ini menyebabkan
relaksasi pembuluh darah dan berefek pada penurunan tekanan darah.
Keadaan kelainan katup ternyata membuat jantung tidak mampu
meningkatkan aliran darah sebagai kompensasi turunnya tekanan
darah. Hal ini menyebabkan otak kekurangan suplai oksigen sehinga
penderita stenosis katup aorta akan pingsan.
5. Sesak nafas
Gejala ini disebabkan oleh kegagalan otot jantung untuk
mengkompensasi beban tekanan yang ekstrim dari aortic stenosis.
Jika gejala ini telah dirasakan maka harapan hidup tanpa perawatan
yang mumpuni adalah 6 hingga 24 bulan.
Jika ditemukan kelainan katup jantung yang telah parah,
maka sangat perlu untuk melakukan operasi pergantian katup
sesegera mungkin sebab prognosis stenosis katup aorta yang buruk.
7
Penatalaksanaan
Pantangan makanan Kelainan Katup JantungPantangan makanan
bagi yang mengalami kelainan katup jantung adalah:Makanan berserat tinggi
seperti gandum utuh dan biji-bijian. Juga hindari kacang mete mentah, kubis,
paprika, lobak, bawang putih, bawang merah, rempah, acar, makanan yang
digoreng, daging, semua jenis buah-buahan mentah kecuali pisang dan
pepaya.
Penyebab
Demam rematik biasanya terjadi akibat infeksi streptokokus pada
tenggorokan. Demam rematik bukan merupakan suatu infeksi, tetapi
merupakan suatu reaksi peradangan terhadap infeksi, yang menyerang
berbagai bagian tubuh (misalnya persendian, jantung, kulit)
Gejala
Gejalanya bervariasi, tergantung kepada bagian tubuh yang
meradang. Biasanya gejala timbul beberapa minggu setelah nyeri
tenggorokan akibat streptokokus menghilang.
8
Pengobatan Penyakit Jantung Rematik
Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakkan dan
masih adanya infeksi oleh kuman Streptococcus tersebut, maka hal utama
yang terlintas dari Tim Dokter adalah pemberian antibiotika dan anti radang.
Misalnya pemberian obat antibiotika penicillin secara oral atau benzathine
penicillin G. Pada penderita yang allergi terhadap kedua obat tersebut,
alternatif lain adalah pemberian erythromycin atau golongan cephalosporin.
Sedangkan antiradang yang biasanya diberikan adalah Cortisone and
Aspirin.
Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim
Medis akan terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi
seperti gagal jantung, endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan
diberikan diet bergizi tinggi yang mengandung cukup vitamin.
Penderita Penyakit Jantung Rematik (PJR) tanpa gejala tidak
memerlukan terapi. Penderita dengan gejala gagal jantung yang ringan
memerlukan terapi medik untuk mengatasi keluhannya. Penderita yang
simtomatis memerlukan terapi surgikal atau intervensi invasif. Tetapi terapi
surgikal dan intervensi ini masih terbatas tersedia serta memerlukan biaya
yang relatif mahal dan memerlukan follow up jangka panjang.
Pencegahan Penyakit Jantung Rematik,jika kita lihat diatas bahwa
penyakit jantung paru sangat mungkin terjadi dengan adanya kejadian awal
yaitu demam rematik (DR), Tentu saja pencegahan yang terbaik adalah
bagaimana upaya kita jangan sampai mengalami demam rematik (DR)
(terserang infeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus).
Ada beberapa faktor yang dapat mendukung seseorang terserang
kuman tersebut, diantaranya faktor lingkungan seperti kondisi kehidupan
yang jelek, kondisi tinggal yang berdesakan dan akses kesehatan yang
kurang merupakan determinan yang signifikan dalam distribusi penyakit ini.
Variasi cuaca juga mempunyai peran yang besar dalam terjadinya infeksi
streptokokkus untuk terjadi DR.
9
Seseorang yang terinfeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus dan
mengalami demam rematik, harus diberikan therapy yang maksimal dengan
antibiotiknya. Hal ini untuk menghindarkan kemungkinan serangan kedua
kalinya atau bahkan menyebabkan Penyakit Jantung Rematik.
10
ditemukan beberapa waktu setelah kelahiran bayi. Sebaliknya dengan kermajuan
tehnologi kedokteran,kadang- kadang suatu kelainan kongenital telah diketahui
selama kehidupan fetus. Bila ditemukan satu kelainan kongenital besar pada bayi
baru lahir, perlu kewaspadaan kemungkian adanya kelainan kongenital ditempat
lain. Dikatakan bahwa bila ditemukan dua atau lebih kelainan kongenital kecil,
kemungkinan ditemukannya kelainan kongenital besar di tempat lain sebesar
15% sedangkan bila ditemukan tiga atau lebih kelainan kongenital kecil,
kemungkinan ditemukan kelainan kongenital besar sebesar 90%.
Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui. Pertumbuhan
embryonal dan fetaI dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor genetik,
faktor lingkungan atau kedua faktor secara bersamaan.
2. Faktor mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat
menyebabkan kelainan hentuk organ tubuh hingga menimbulkan
deformitas organ cersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ
itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ.
Sebagai contoh deformitas organ tubuh ialah kelainan talipes pada kaki
11
sepcrti talipes varus, talipes valgus, talipes equinus dan talipes
equinovarus (clubfoot).
3. Faktor infeksi
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi
yang terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama
kehamilan. Adanya infeksi tertentu dalam periode organogenesis ini
dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan suatu organ rubuh.
Infeksi pada trimesrer pertama di samping dapat menimbulkan kelainan
kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus.
Sebagai contoh infeksi virus pada trimester pertama ialah infeksi oleb
virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi
Rubella pada trimester pertama dapat menderita kelainan kongenital
pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran sebagai
tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain
pada trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital
antara lain ialah infeksi virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis,
kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya
gangguan pertumbuhan pada system saraf pusat seperti hidrosefalus,
mikrosefalus, atau mikroftalmia.
4. Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada
trimester pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan
terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang
telah diketahui dagat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide
yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia.
Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan
tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya
kelainan kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak
diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester
12
pertama, dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali;
walaupun hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu
memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada pemakaian
trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat
hormon yang tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu
dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya
terhadap bayi.
6. Faktor hormonal
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan
kejadian kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu
hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk
mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan
bayi yang normal.
7. Faktor radiasi
Radiasi ada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat
menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi
yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat
mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat
menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi
untuk keperluan diagnostik atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam
masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.
8. Faktor gizi
Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa
kehamilan dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada
penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi kelainan
13
kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan
makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari
ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan, adanya defisiensi
protein, vitamin A ribofIavin, folic acid, thiamin dan lain-Iain dapat
menaikkan kejadian &elainan kongenital.
9. Faktor-faktor lain
Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya.
Faktor janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat
menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau
hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali
penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui.
2. Tetralogi Fallot
Nama Tetralogi berdasarkan adanya empat kelainan
kongenital, yakni stenose katup pulmonal, pada valvulus sendiri atau
pada infundibulum biasanya disertai post-stenotik dilatasi Arteri
Pulmonalis, dengan hipertrofi ventrikel kanan. Selain dari dua
kelainan tersebut ada juga lubang dalam septum membranaseum
antara ventrikel kanan dan kiri dengan aorta berawal di atas lubang
14
tersebut sehingga pada waktu sistole ventrikel, aorta diisi baik dari
ventrikel kiri maupun dari ventrikel kanan, suatu ” Overriding aorta ”.
3. Komplex Eisenmenger
Kelainan kongenital pada komplex ini hampir serupa dengan
Fallot, hanya di sini tidak ada pulmonal stenose melainkan justru ada
dilatasi pada Arteri Pulmonalis serta cabang-cabangnya. Selanjutnya
ada juga hipertrofi ventrikel kanan, hipertensi pulmonal, ventrikel
septum defec dengan ” overriding ” aorta. Sianose baru nampak
setelah bayi menjadi anak kecil, karena berkat tidak adanya pulmonal
stenose oksigenasi darah cukup baik, sehingga walaupun aorta
menerima juga darah langsung dari ventrikel kanan, namun reduced
Hb yang tercampur pada darah peredaran sistemik, mula-mula belum
banyak.
Diagnosa
Pemeriksaan untuk menemukan adanya kelainan kongenital dapat
dilakukan pada pemeriksaan janin intrauterine, dapat pula ditemukan pada
saat bayi sudah lahir. Pemeriksaan pada saat bayi dalam kandungan
berdasarkan atas indikasi oleh karena ibu mempunyai faktor resiko,
misalnya: riwayat pernah melahirkan bayi dengan kelainan kongenital,
riwayat adanya kelainan-kongenital dalam keluarga, umur ibu hamil yang
mendekati menopausePencarian dilakukan pada saat umur kehamilan 16
minggu.
Dengan bantuan alat ultrasonografi dapat dilakukan tindakan
amniosentesis untuk mengambil contoh cairan amnion Beberapa kelainan
kongenital yang dapat didiagnose dengan cara ini misalnya: kelainan
kromosome, phenylketonuria, galaktosemia, defek tuba neralis terbuka
seperti anensefali serta meningocele.
15
Penanganan
Kelainan kongenital berat dapat berupa kelainan kongenital yang
memerlukan tindakan bedah, kelainan kongenital bersifat medik, dan
kelainan kongenital yang memerlukan koreksi kosmetik.
Setiap ditemukannya kelainan kongenital pada bayi baru lahir, hal ini
harus dibicarakan dengan orang tuanya tentang jenis kemungkinan faktor
penyebab, langkah-langkah penanganan dan prognosisnya.
2.5 Hypertensi
Defenisi
Menurut JNC 7 (Joint National Committee of Hipertension) defenisi
hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di dalam arteri ≥ 140 mmHg
systolic dan ≥ 90mmHg diastolig
16
Etiologi
Penyebab hipertensi dapat dibagi 2 :
1. Hipertensi Primer atau esensial
a. 90 % penderita hipertensi yang ada di masyarakat
b. Penelitian menyatakan ginjal penyebabnya.
2. Hipertensi Sekunder
a. Kelainan ginjal (GNA, GNC, PNC, penyempitan arteri renalis)
b. Kelainan hormon (DM, pil KB, Tumor, Adrenal)
c. Kelainan neurologis (Polineurotis, Polimyelitis)
d. Lain-lain (obat-obatan)
17
Gambaran Klinis
• Kebanyakan tidak mempunyai keluhan
• Sebagian mempunyai keluhan : sakit kepala, pusing, lemas, sesak
napas, kelelahan, kesadaran menurun, gelisah, mual, muntah,
epistakes, kelemahan otot, dan perubahan mental.
Pemeriksaan Diagnostik
• Laboratorium : fungsi ginjal: urin lengkap, ureum, creatini, BUN,
asam urat, darah lengkap
• Foto thorax : ditemui pembesaran jantung aorta melebar
• Ekhokardiogram ; tampak penebalan dinding ventrikel kiri.
Pengobatan
1. Nonfarmakologi
Pengubahan cara hidup, mengurangi asupan garam, mengurangi
asupan alkohol, berhenti merokok, kurangi BB, tingkatkan aktifitas fidik,
olah raga teratur, hindari ketegangan, istirahat cukup, berdoa
2. Farmakologi
Diuretik, beta bloker, Kalsium antogonis, ACE inhibitor, Alfa
adrenergik.
Asuhan yang diberikan
a. Pengkajian (identitas pasien, nama umur, jenis kelamin, suku, pekerjaan)
b. Riwayat kesehatan (riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,
riwayat kes, Keluarga, riwayat sosek, faktor resiko, kebiasaan sehari-hari)
c. Pemeriksaan fisik (BB, Kepala & leher, paru, jantung, abdomen,
ekstremitas)
18
Diagnosa
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung, b/d vasokontriksi, iskemia
miokard
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan tubuh, ketidak seimbangan suplai
kebutuhan.
3. Tidak efektifnya koping individu b/d tidak adekuatnya relaksasi,
perubahan cara hidup.
4. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, rencana pengobatan hipertensi
b/d kurangnya informasi.
Tujuan
Tujuan yang diharapkan
1. TD terkontrol
2. Tidak terjadi komplikasi
3. Pasien mengerti penyakitb hipertensi
4. Perubahan pandangan hidup
Perencanaan
• Monitor TD, HB
• Auskultasi bunyi jantung dan paru
• Observasi dan catat adanya oedema
• Berikan obat sesuai indikasi
• Berikan penjelasan tentang efek samping obat
• Monitor respon obatan
• Batasi cairan sesuai kebutuhan
• Monitor intake Output
• Beri diet rendah garam
• Hindari makanan berkalori tinggi
• Kolaborasi dengan ahli gizi
• Anjurkan untuk menurunkan BB
19
• Anjurkan makanan tinggi kalsium
• Bantu pasien hindari faktor resiko
• Anjurkan berhenti merokok
• Anjurkan berhenti alkohol
• Hindari stress
• Anjurkan olah raga optimal dan teratur
• Anjurkan teknik relaksasi
• Anjurkan Pasien istirahat cukup dan teratur
• Anjurkan berdoa kepada sang pencipta.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infeksi endokarditis merupakan peradangan endokardium atau katup-
katup jantung. Penyakit ini diklasifikasikan berdasarkan keganasan dan
penyebab yaitu endokarditis bakterial akut dan endokarditis bakterial
subakut.
Katup jantung berfungsi mengendalikan arah aliran darah dalam jantung.
Kelainan katup jantung merupakan keadaan dimana katup jantung
mengalami kelainan yang membuat aliran darah tidak dapat diatur dengan
maksimal oleh jantung
Penyakit jantung rematik adalah kerusakan pada katup jantung karena
demam rematik, yang disebabkan oleh bakteri streptokokus.
Adapun yang dimaksud Demam Rematik adalah suatu peradangan pada
persendian (artritis) dan jantung (karditis).
Penyakit Jantung Kongenital merupakan suatu penyakit jantung bawaan atau
suatu penyakit jantung yang dibawa oleh seorang bayi yang berlaku sejak
dalam kandungan seperti jantung berlubang dan kecacatan pada jantung
Menurut JNC 7 (Joint National Committee of Hipertension) defenisi
hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di dalam arteri ≥ 140 mmHg
systolic dan ≥ 90mmHg diastolig
3.2 Saran
Kami yakin dalam penyusunan makalah ini belum begitu sempurna
karena kami dalam tahap belajar,maka dari itu kami berharap bagi kawan-kawan
semua bisa memberi saran dan usul serta kritikan yang baik dan membangun
sehingga makalah ini menjadi sederhana dan bermanfaat dan apabila ada
kesalahan dan kejanggalan kami mohon maaf karena kami hanyalah hamba yang
memiliki ilmu dan kemampuan yang terbatas.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
DAFTAR ISI
ii
23
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,karena berkat rahmat dan
karuniaNya,penulis diberikan kesehatan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.yang mana makalah ini
penulis beri judul “Gangguan sistem kardiovaskuler”.
Dalam penyusunan makalah ini penulis medapatkan banyak tantangan dan
hambatan, akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak baik berupa masukan
materi bahan makalah maupun dorongan semangat,masalah tersebut dapat
teratasi.Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi.Mengingatakan kemampuan
yang dimiliki penulis, untuk itu penulis mengharapkan sekali adanya kritikan dan
saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Penulis berharap sekali semoga makalah ini dapat bermanfaat da nmanjadi
sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan,khususnya bagi penulis sendiri
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.Amiin.
Penulis
i
24