You are on page 1of 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN BRONKITIS

DISUSUN OLEH :
NURHASANAH
176420117

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
LAPORAN PENDAHULUAN

1. DEFINISI
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamasi pada
pembuluh bronkus, trakea dan bronkioli. Inflamasi menyebabkan bengkak pada
permukaannya, mempersempit ruang pembuluh dan menimbulkan sekresi dari
cairan inflamasi.
Bronkitis juga ditandai dengan adanya dilatasi (pelebaran) pada bronkus lokal
yang bersifat patologis. Dilatasi bronkus disebabkan oleh perubahan dalam dinding
bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Pada
umumnya bronkus berukuran kecil yang diserang. Hal ini dapat menghalangi aliran
udara ke paru-paru dan dapat merusaknya.
Secara klinis para ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau
gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala utama dan dominan. Ini
berarti bahwa bronkitis bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri melainkan
bagian dari penyakit lain juga.
Definisi Bronkitis menurut beberapa sumber, Bronkhitis adalah hipersekresi
mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun
atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak
terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal. 490).
Bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi/ektasis
(pelebaran) bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan
bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus
berupa desrtuksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang
terkena umumnya bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang
terjadi. Hal ini dapat memblok aliran udara ke paru-paru dan dapat merusaknya.
(Gunawan, Iriyan. 2006).
Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi
bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau
gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini
berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari
penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.( Ngastiyah, 1997 )
Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit
tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas
atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis,
Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994)
Bronkitis dibedakan menjadi bronkitis akut dan kronik. Bronkitis Akut adalah
batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang melibatkan jalan nafas yang
besar. Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari
hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya
sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk
berkepanjangan..
Bronchitis kronik merupakan inflamasi berulang dan degenerasi bronkus yang
bisa berhiubungan dengan infeksi aktif. Bronchitis kronik dapat merupakan proses
dasar dari suatu penyakit, seperti asma, fibrosis kistik, sindrom diskinesia silia,
aspirasi benda asing, atau paparan terhadap iritan jalan nafas. Pada orang dewasa,
dikatakan bronchitis kronik apabila terdapat batuk kronik dan pembentukan sputum
selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dalam dua tahun
berturut-turut.

2. ETIOLOGI
Bronkitis berhubungan dengan infeksi virus, bakteri sekunder, polusi udara,
alergi, aspirasi kronis, refluks gastroesophageal, dan infeksi jamur. Virus merupakan
penyebab tersering bronkitis (90%), sedangkan sisanya (10%) oleh bakteri. Virus
penyebab yang sering yaitu yaitu virus Influenza A dan B, Parainfluenza,
Respiratory Syncitial Virus (RSV), Rinovirus, adenovirus dan corona virus.
Bronkitis akut karena bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumoniae,
Mycobacterium tuberculosis, Bordatella pertusis, Corynebacterium diphteriae,
Clamidia pneumonia, Streptococcus pneumonia, Moraxella catarrhalis, H. influenza,
Penyebab lain agen kimia ataupun pengaruh fisik.
Bronchitis kronik dapat disebabkan oleh serangan bronchitis akut yang
berulang, yang dapat melemahkan dan mengiritasi bronkus, dan pada akhirnya
menyebabkan bronchitis kronik. Penyebab umum untuk bronchitis akut dan kronik
pada anak adalah sebagai berikut.
1. Infeksi
 Infeksi virus ; adenovirus, influenza, parainfluenza, respiratory syncytial
virus, rhinovirus, coxsackievirus, herpes simplex virus.
 Infeksi bakteri : S pneumonia, M catarrhalis, H influenza, Chlamydia
pneumoniae (Taiwan acute respiratory [TWAR] agent), Mycoplasma
species.
 Infeksi fungi : Monolia
2. Alergi : Asma
3. Kimiawi
 Aspirasi kronik atau refluks gastrointestinal
 Asap rokok
 Uap/gas yang merangsang

3. ANATOMI FISIOLOGI

A. Organ-Organ Pernafasan
1. Organ saluran pernafasan atas
a) Hidung
Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 lubang,
dipisahkan oleh sekat hidung (septum oli) di dalamnya terdapat bulu-bulu
yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran-kotoran yagn masuk
ke dalam lubang hidung.

b) Faring
Merupakan tempat persimpangan antara janaln nafas dan jalan makanan.
Terdapat di bawah dasar teng korak, di belakang ronga hidung dan mulut
sebelah depan rusa tulang leher.
Faring dibagi tiga bagian :
(1)Bagian atas yang sama tingginya dengan koana yang disebut nesofaring
(2)Bagian tengah yang sama tingginya denan istmus fausium disebut
orofaring.
(3)Bagian bawah sekat, dinamakan langiofaring.
c) Laring. Merupakan saluran pendek yang menghubugnkan faring dan trakea,
dan bertindak sebagai pembentukan suara.
2. Organ saluran pernafasan bawah
a) Trakhea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 s/d 20 cincin yang
terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda. Panjang
trakhea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh
otot polos.
b) Bronkhial dan alveoli
Ujung distal trachea membagi menjadi bronki primer kanan dan kiri yang
terletak di dalam rongga dada. Fungsi percabangan bronkial untuk
memberikan saluran bagi udara antara trakea dan alveoli.
Alveoli berjumlah 300-500 juta di dalam paru-paru, fungsinya adalah sebagai
satu-satunya tempat pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan aliran
darah.
c) Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung (gelembung hawa-alveoli). Gelembung-gelembung
alveolir ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel.
Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru kiri
dan kanan).
Kapasitas paru-paru :
(1) Kapasitas total
Jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspiasi sedalam
dalamnya.
(2) Kapasitas vital
Jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi maksimal.
d) Toraks
Rongga toraks terdiri dari rongga pleura kanan dan kiri dan bagian tengah
yang disebut mediastinum. Toraks mempunyai peranan penting dalam
pernafasan, karena bentuk elips dari tulang rusuk dan sudut perlekatannya
tulang belakang. Perubahan dalam ukuran toraks inilah yang memungkinkan
terjadinya proses inspirasi dan ekspirasi.
Bagian paru-paru :
1) Pleura adalah bagian terluar dari paru-paru dikelilingi oleh membran
halus, licin atau pleura.
2) Mediastinum adalah bagian dinding yang membagi rongga toraks menjadi
2 bagian
3) Lobus adalah bagian paru-paru dibagi menjadi lobus kiri terdiri atas lobus
bawah dan atas tengah dan bawah
4) Bronkus dan bronkiolus terdapat beberapa divisi bronkus di dalam setiap
lobus paru. Brokiolus adalah percabangan dari bronkus
5) Alveoli paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli yang tersusun dalam
kloster antara 15-20 alveoli

B. Fisiologi Pernafasan
Pernafasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2
sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi
dan menghembuskan disebut ekspirasi.
Pernafasan paru-paru Merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang
terjadi pada paru-paru. Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna
oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas dimana oksigen
masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler
pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari darah , O2 menembus membran, diambil
oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan ke seluruh
tubuh.
Guna pernafasan :
1) Mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh (sel-
selnya) untuk mengadakan pembakaran.
2) Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran, kemudian
dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena tidak berguna lagi oleh
tubuh).
3) Menghangatkan dan melembabkan udara.
Pernafasan dalam keadaan normal
Orang dewasa : 16 – 18 x/mnt
Anak-Anak kira-kira : 24 x/ mnt
Bayi kira-kira : 30 x/ mnt

Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang
merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Efek
dari gerakan ini adalah secara bergantian meningkatkan dan menurunkan kapasitas
dada. Inspirasi adalah ketika kapasitas dalam dada meningkat, udara masuk melalui
trakea. Ekspirasi adalah ketika dinding dada dan diafragma kembali ke ukurannya
semula.

4. PATOFISIOLOGI
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa
bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang
dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai
peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil –
kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar.
Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada
daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis,
sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri
melemah.

Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel penghasil mukus di
bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau
disfungsional serta metaplasia. Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil
mukus dan sel – sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan
menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari
saluran nafas.
5. WOC

Etiologi Alergen Infasi kuman ke jalan napas

Aktivasi Ig. E Fenomene Infeksi

Peningkatan pelepasan
Iritasi Mukosa Bronkus
Histamin

Edema mukosa  sel Penyebaran bakteri/virus ke


goblet memproduksi seluruh tubuh.
mukus Bakterimia/viremia

Ndx. Bersihan jalan Peningkatan akumulasi Peningkatan laju


Hipertermi
napas tidak efektif sekret bronkus metabolisme
tubuh umum

Demam
Batuk produktif Penyempitan jalan
napas Malaise

Ndx. Gangguan
Nyeri Napas pendek keseimbangan
cairan Ndx. Intoleransi
Aktifitas

Ndx. Gangguan Penggunaan


Tidak nafsu Nyeri pada
rasa nyaman: otot napas
makan retrosternal
nyeri tambahan

Ndx. Gangguan Ndx. Gangguan pola


Nutrisi kurang napas
dari kebutuhan
Ndx. Kerusakan
Pertukaran Gas

Bronkiulos melebar Kerusakan Batuk


KEMATIAN
Bronkiolus darah
6. MANIFESTASI KLINIK
Gejala utama bronkitis adalah timbulnya batuk produktif (berdahak) yang
mengeluarkan dahak berwarna putih kekuningan atau hijau. Dalam keadaan normal
saluran pernapasan kita memproduksi mukus kira-kira beberapa sendok teh setiap
harinya. Apabila saluran pernapasan utama paru (bronkus) meradang, bronkus akan
menghasilkan mukus dalam jumlah yang banyak yang akan memicu timbulnya
batuk. Selain itu karena terjadi penyempitan jalan nafas dapat menimbulkan
shortness of breath.
Menurut Ilmu Kesehatan Anak (2008), tanda dan gejala yang ada yaitu :
a. Didahului infeksi saluran nafas atas (terutama virus)
b. Batuk pilek 3-4 hari
c. Sifat batuk : batuk kering disertai nyeri/panas, substernal, beberapa hari,
riakjernih purulensetelah 10 hari riak menjadi encer kemudian encer lagi, batuk
dapat disertai mual-muntah.

7. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : baik, anak tidak tampak sakit.
b. Panas subfebris seringkali terjadi
c. Tidak didapatkan adanya sesak, pada pemeriksaan paru didapatkan ronchi basah
kasar, dapat ronchi kering (coarse molst rales) yang tidak tetap
d. Dapat titemukan nasofaringitis, kadang conjunctivitis.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia
Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar
dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus
yang menebal.
Corak paru bertambah.
b. Laboratorium : Leukosit > 17.500.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
a. Tes fungsi paru-paru
b. Gas darah arteri
Analisa gas darah
Pa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)
Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
Saturasi hemoglobin menurun.
Eritropoesis bertambah.
c. Rontgen dada.

8. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan bronkitis adalah untuk mengurangi gejala batuk,
melegakan pernapasan serta menyembuhkan bronkitis. Terapi bronkitis meliputi :
1. Istirahat yang cukup.
2. Minum cairan yang banyak.
3. Bernapas dalam udara hangat serta menghindari udara dingin dan AC.
4. Pemberian uap atau mokolitik, bila perlu diikuti dengan fisioterapi dada.
5. Ajarkan batuk efektif.
6. Kolaborasi dalam pemberian terapi antibiotic.
Rehabilitasi paru: rehabilitasi paru adalah program latihan pernapasan di mana
Anda bekerja dengan seorang terapis pernafasan untuk membantu Anda belajar
untuk bernapas dengan lebih mudah dan meningkatkan kemampuan Anda untuk
berolahraga.
Jenis obat yang dipakai untuk bronkitis:
a. Beberapa jenis obat bronkitis yang sering digunakan oleh dokter adalah :
1. Antibiotik. Bronkitis biasanya terjadi akibat infeksi virus , sehingga antibiotik
tidak efektif. Namun dokter mungkin meresepkan antibiotik jika bronkitis
disebabkan oleh infeksi bakteri.
2. Obat batuk. Jika batuknya kering maka diberikan obat penekan batuk seperti
DMP atau kodein, jika batuknya berdahak maka diberikan obat pengencer dahak
seperti Gliseril Guikolat (GG) dan epexol.
3. Obat lain. Jika Anda memiliki asma atau penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK), dokter mungkin merekomendasikan inhaler dan obat-obatan lain untuk
mengurangi peradangan dan membuka bagian dalam paru-paru yang menyempit

b. Obat tradisional – herbal bronkitis.


Obat tradisional yang dapat digunakan untuk mengobati bronkitis adalah
propolis. Propolis adalah antibiotik alami yang dapat digunakan untuk mengobati
bronkitis akut dan bronkitis kronik. Propolis akan semakin berkhasiat jika di campur
dengan madu hutan. Selain propolis dapat digunakan teripang. Teripang adalah
hewan yang hidup di dasar laut. Teripang sangat bermanfaat untuk meningkatkan
daya tahan tubuh dan merangsang regenerasi sel – sel baru. Daun meniran
merupakan tanaman obat atau herbal yang bermanfaat untuk meningkatkan daya
tahan tubuh. Daun meniran telah tersedia dalam bentuk kapsul.
Kemoterapi pada bronkitis.
Kemotherapi dapat digunakan :
1. Secara kontinue untuk mengontrol infeksi bronkus ( ISPA )
2. Untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru
3. atau kedua-duanya digunakan
Kemoterapi menggunakan obat-obat antibiotik terpilih, pemakaian antibiotik
antibiotik sebaikya harus berdasarkan hasil uji sensivitas kuman terhadap antibiotik
secara empirik.
Walaupun kemoterapi jelas kegunaannya pada pengelolaan bronkitis, tidak
pada setiap pasien harus di berikan antibiotik. Antibiotik diberikan jika terdapat
aksaserbasi infeksi akut, antibiotik diberikan selama 7-10 hari dengan terapi tunggal
atau dengan beberapa antibiotik, sampai terjadi konversi warna sputum yang semula
berwarna kuning/hijau menjadi mukoid (putih jernih).
Kemoterapi dengan antibiotik ini apabila berhasil akan dapat mengurangi
gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama pada saat terjadi
aksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan ini hanya bersifat sementara.

9. KOMPLIKASI
a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang
dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia.
c. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.
d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis.

10. PROGNOSIS
a. Bronkitis akut biasanya sembuh total, dengan prognosis yang bagus.
b. Pasien dengan bronkitis kronik dan didiagnosis asma, penyakit struktur saluran
napas, atau imunodefisiensi perlu pengawasan secara teratur untuk meminimalkan
kerusakan paru dan perkembangan menjadi penyakit paru kronik yang ireversibel.
11. PENCEGAHAN
Menurut Ngastiyah (1997), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu
diusahakan agar batuk tidak bertambah parah.
 Membatasi aktivitas anak.
 Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup
lehernya.
 Hindari makanan yang merangsang.
 Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak dengan
air hangat.
 Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan.
 Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
 Hindari makanan yang mengandung pengawet, penyedap, dan pewarna.
 Hindari faktor pencetus alergi.
ASKEP TEORI

1. Data Dasar Pengkajian Pasien


a. Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise.
Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari karna sulit bernapas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
Dispnae pada saat istirahat/respon terhadap aktivitas/latihan.
Tanda : Keletihan
Gelisah, insomnia.
Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
b. Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat.
Distensi vena leher.
Edema dependent
Bunyi jantung redup.
Warna kulit/membran mukosa: normal/sianosis
Pucat, dapat menunjukkan anemia.
c. Integritas Ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko.
Perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
d. Makanan/cairan
Gejala : Mual/muntah.
Nafsu makan buruk/anoreksia.
Ketidakmampuan untuk makan karna distress pernapasan.
Penurunan berat badan menetap, peningkatan berat badan menunjukan edema
(bronkitis).
Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat.
Penurunan berat badan, palpitasi abdominal dapat menayatakan hepatomegali.
e. Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan melakukan aktivitas.
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
f. Pernafasan
Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan
berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
Episode batuk hilang timbul.
Tanda : Pernafasan biasa cepat.
Penggunaan otot bantu pernafasan.
Bentuk barel chest (dada tong), gerakan diafragma minimal.
Bunyi napas ronchi
Perkusi hiperesonan pada area paru.
Warna pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku, abu – abu keseluruhan.
g. Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.
Adanya/berulangnya infeksi.
h. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido
i. Interaksi sosial
Gejala : Hubungan ketergantungan
Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat
Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernapasan
Keterbatasan mobilitas fisik.
Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain..
j. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan.
Kesulitan menghentikan merokok.
Penggunaan alkohol secara teratur.
Kegagalan untuk membaik.

2. Diagnosa dan Perencanaan/Rasional


1. Diagnosa keperawatan : Bersihan Jalan Napas Tidak efektif
Dapat dihubungkan dengan : Peningkatan produksi sekret
Tujuan : Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas
bersih
Kriteria evaluasi : Menunjukan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan
napas, mis: batuk efektif dan mengaeluarkan sekret
Tindakan/intervensi Rasional
1. Auskulatasi bunyi napas. Catat adanya - Beberapa derajat spasme bronkus terjadi
bunyi napas, mis: krekels, ronki. dengan obstruksi jalan nafas dan dapat
dimanifestasikan dengan adanya bunyi
nafas adventisius, mis: penyebaran
krekels basah (bronkitis)
2. Kaji/pantau frekuensi pernapasan. - Takipnee biasanya ada pada beberapa
Catat rasio inspirasi/ekspirasi. derajat dan dapat ditemukan selama /
adanya proses infeksi akut. Pernapasan
melambat dan frekuensi pernapasan
memanjang dibandingkan ekspirasi.
3. Catat adanya/derajat dispnea, mis: - Disfungsi pernapasan adalah variabel
keluhan “lapar udara”, gelisah, yang tergantung pada tahap proses
ansietas, distres pernapasan, kronis selain proses akut yang
penggunaan otot bantu. menimbulkan perawatan dirumah sakit,
mis: infeksi, reaksi alergi.
4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman - Peninggian kepala temat tidur
mis: peninggian kepala tempat tidur, mempermudah fungsi pernapasan
duduk sandaran tempat tidur. dengan menggunakan graavitasi.
5. Pertahankan polusi lingkungan - Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan
minimum, mis: debu, asap, dan bulu yang dapat mentriger episode akut.
bantal yang berhubungan dengan
kondisi individu.
6. Dorong/bantu latihan napas - Memberikan pasien beberapa cara untuk
abdomen/bibir. mengatasi dan mengontrol dispnea dan
menurunkan jebakan udara
7. Observasi karakteristik batuk, mis: - Batuk dapat menetap tetapi tidak
menetap, batuk pendek basah. Bantu efektif, khususnya pada lansia, penyakit
tindakan untuk memperbaiki akut atau kelemahan. Batuk paling
keefektifan upaya batuk. efektif pada posisi duduk tinggi atau
kepala dibawah setelah di perkusi dada.
- Hidrasi membantu menurunkan
8. Tingkatkan masukan cairan sampai kekentalan sekret, mempermudah
3000 ml/hari sesuai teloransi jantung. pengeluaran. Penggunaan cairan hangat
Memberikan air hangat. Anjurkan dapat menurunkan spasme bronkus.
masukan cairan antara, sebagai Cairan selama makan dapat
pengganti makanan. meningkatkan distensi gaster dan
tekanan pada diagfragma.

9. Berikan obat sesuai indikasi: - Merilekskan otot halus dan menurunkan


-Bronkidalator (mis: epinefrin, spasme jalan napas.
albuterol, isoetarin) - Menurunkan edema mukosa dan
-Xatin (mis: aminofilin, oxtrifilin, spasme otot polos.
teofilin) - Menurunkan inhalasi jalan napas lokal.
-Kromolin - Mengontrol infeksi pernapasan.
-Antimikrobial - Batuk menetap yang melelahkan perlu
-Analgesik(mis: kodein) ditekan untuk menghemat energi dan
memungkinkan pasien untuk istirahat.
- Kelembaban menurunkan kekentalan
10. Berikan humidifikasi taambahan, sekret mempermudah pengeluaran dan
mis: nebuliser. dapat membantu
menurunkan/mencegah pembentukan
mukosa tebal pada bronkus.
- Drainase postural dan perkusi bagian
11. Bantu pengobatan pernapasan, mis: penting untuk membuang banyak
fisioterapi dada. sekresi/kental dan memperbaiki
ventilasi pada segmen dasar paru.
- Membuat dasar untuk pengawasan
12. Awasi/buat grafik seri GDA, nadi kemajuan/kemunduran proses penyakit
oksimetri, foto dada. dan komplikasi.
2. Diagnosa keperawatan : Gangguan Pertukaran Gas
Dapat dihubungkan dengan : Gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh
sekresi, spasme bronkus, jebakan udara)
Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi
jaringan yang adekuat dengan GDA dalam rentang
normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Kriteria evaluasi : Pasien dapat berpartisipasi dalam program pengobatan
dalam tingkat kemampuan situasi.
Intervensi Rasional
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. - Berguna dalam evaluasi derajat distres
Catat penggunaan otot aksesori, napas pernapasan dan/atau kronisnya proses
bibir, ketdakmampuan bicara/berbincang. penyakit
2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu - Pengiriman oksigen dapat diperbaiki
pasien untuk memilih posisi yang mudah dengan posisi duduk tinggi dan latihan
untuk bernapas. Dorong napas dalam napas untuk menurunkan kolaps jalan
perlahan/napas bibir sesuai napas, dan kerja napas.
kebutuhan/toleransi individu. - Sianosis mungkin perifer (terlihat
3. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna pada kuku) atau sentral (terlihat
membran mukosa. sekitar bibir/atau daun telinga. Keabu-
4. Dorong mengeluarkan sputum; abuan dan dianosis sentral
penghisapan bila diindikasikan. mengidentifikasikan beratnya
5. Auskultasi bunyi napas catat area hipoksemia.
penurunan aliran udara dan/bunyi - Kental, tebal, dan banyak sekresi
tambahan. adalah sumber utama gangguan
6. Palpasi fremitus. pertukaran gas pada jalan napas kecil.
7. Awasi tingkat kesadaran/status mental. Penghisapan dibutuhkan bila batuk
Selidiki adanya perubahan. tidak efektif.
8. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. - Bunyi napas redup karena penurunan
Berikan lingkungan tenang dan kalem. aliran udara atau area konsolidasi.
Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk Adanya mengi mengindikasikan
tidur/istirahat di kursi selama fase akut. spasme bronkus/ tertahannya sekret.
9. Awasi tanda vital dan irama jantung Krekels basa menyebar menunjukkan
10. Awasi/gambarkan seri GDA dan Nadi cairan pada interstisial jantung
oksimetri. - Penurunan getasan vibrasi diduga ada
11. Berikan oksigen tambahan yang sesuai pengumpulan cairan atau jebakan
dengan indikasi hasil GDA dan toleransi udara
pasien. - Gelisah dan ansietas adalah
12. Berikan penekan SSP ( mis: manifestasi umum pada hipoksia.
antiansietas) dengan hati-hati DGA memburuk disertai bingung
13. Bantu intubasi, berikan/pertahankan menunjukan disfungsi serebral yang
ventilasi mekanik, dan pindahan ke UPI berhubungan dengan hipoksemia
sesuai instruksi untuk pasien. - Selama distres pernapasan berat/akut
pasien secara total tak mampu
melakukan aktivitas sehari-hari karena
hipoksemia dan disprea. Istirahat
diselingi aktivitas perawatan masih
penting dari program pengobatan.
Program latihan ditunjukkna untuk
meningkatkan ketahanan dan
kekuatan tanpa menyebabkan dispnea
berat, dan dapat meningkatkan rasa
sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Soeparman & Waspadji (2005), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi . Ke-3, BP FKUI, Jakarta.

Price & Wilson (2004), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Edisi .4,
EGC,Jakarta

Mansjoer, Arif, et all. 2006. Kapita Selekta Kedokteran. UI : Media Aeseulapius.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC.

Rohmah, Nikmatur., dan Walid, Saiful. 2009. Proses Keperawatan : Teori dan Aplikasi.
Jogjakarta : Ar-Ruzz Media

Hidayat A, 2007, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1, Jakarta : Salemba Medika

You might also like