You are on page 1of 44

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN DHF

Disusun oleh kelompok 6:


1. Dewa Ayu Eka Priyanti (12010)
2. Emi Rosmeri (12014)
3. Endro Gunanto (12015)
4. Julius (12024)
5. Margareta Natalia (12027)
6. Nia Tri Utami (12033)
7. Riska April Yani (12043)

AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA


TAHUN 2013
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
Ridho-Nya penulis dapat diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Anak Dengan DHF”. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak
mengalami hambatan dan kesulitan namun dengan bimbingan serta pengarahan serta dukungan
dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasi kepada :

1. Ibu Rusmawati Sitorus, S.Pd S.Kep MA Selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum
Jakarta serta segenap jajarannya yang telah memberikan kemudahan-kemudahan baik
berupa moril maupun materil selama mengikuti pendidikan di
2. Ibu Ns. Ns. Khotimah, S.kep selaku dosen pembimbing mata ajar keperawatan
anak
2. Kedua orangtua kami yang telah membantu motil maupun materi, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
3. Rekan-rekanmahasiswa yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam rangka
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kebaikan selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca
sebelumnya.
Jakarta, April 2014

Kelompok 6

DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………….. i

Daftar Isi………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan............................................................................ 2
C. Ruang Lingkup............................................................................... 2
D. Metode Penulisan........................................................................... 2
E. Sistematika Penulisan.................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian………………………………………………………… 4
B. Etiologi…………………………………………………………… 5
C. Patofsiologi………………………………………………………. 5
D. Klasifikasi……………………………………………………….. 8
E. Manifestasi Klinis……………………………………………….. 8
F. Pemeriksaan Diagnostik………………………………………… 9
G. Penatalaksanaan Medis…………………………………………. 9
H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan…………………………… 9

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian……………………………………………………… 23
B. Diagnosa……………………………………………………….. 28
C. Intervensi………………………………………………………. 29

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………… 35
B. Saran……………………………………………………………. 36

Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anak-anak dari
orang dewasa. Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi usia dapat menjadi
permasalahan besar karena penggunaan definisi yang berbeda oleh beragam negara dan
lembaga internasional. (WHO , 2003) . Anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah
20 tahun. Sedangkan The Convention on the Rights of the Child mendefinisikan anak-
anak sebagai orang yang berusia di bawah 18 tahun. ( Department of Child and
Adolescent Health and Development , 2006)
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah
“pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung
secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak
bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri; akan tetapi
bias dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya. Dalam hal ini kedua
proses tersebut memiliki tahapan-tahapan diantaranya tahap secara moral dan spiritual.
Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut
memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahas maka kita
meguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori sampai kaitannya
dengan pengaruh yang ditimbulkan.
Penanggulangan demam berdarah secara umum di tujukan pada pemberantasan
rantai penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya (vektornya) yaitu nyamuk
Aedes Aegypty dengan memberantas sarang perkembangbiakannya yang umunya ada di
air bersih yang tergenang di permukaan tanah maupun di tempat-tempat penampungan
air, melakukan program 3M ( menutup, menguras, mengubur) (WHO 2004).
Dari data yang diperoleh, kasus DBD di dki jakarta menurun selama tiga tahun
terakhir, secara signifikan. Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyebutkan,
penurunan terjadi hingga tiga tahun terakhir. Pada tahun 2007, jumlah kasus DBD
mencapai 31.836 kasus. Jumlah itu mengalami penurunan di tahun 2008 yang hanya
mencapai 28.361 kasus. Pada 2009 penurunannya sangat signifikan hanya menyisakan
18.835 kasus. Di tahun 2010, jumlah kasus DBD kian menyusut menjadi 12.639 kasus.
Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 menunjukkan, jumlah kasus DBD di
DKI sebesar 18.006 kasus, dengan tingkat kejadian rata-rata (incidence rate/IR) sebesar
202,4 per 100.000 penduduk. Angka tersebut jauh di atas target nasional, yaitu 150 per
100.000 penduduk.
Untuk tahun 2011 hingga bulan Mei kasus DBD tercatat sebanyak 3.603 kasus.
Dengan rincian Jakarta Timur 941 kasus, Jakarta Selatan 720 kasus, Jakarta Barat 661
kasus, Jakarta Utara 961 kasus, Jakarta Pusat 314 kasus, dan Kepulauan Seribu 6 kasus.
Peran perawat untuk mengatasi penyakit DBD dengan cara promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberi penyuluhan kesehatan tentang penyakit
DBD dan penanggulangannya, preventif yaitu untuk mencegah terjadinya DBD dengan
cara merubah kebiasaan hidup sehari-hari melalui tidak menggantung pakaian yang
sudah di pakai, menjaga kebersihan lingkungan dan penampungan air, kuratif yaitu
untuk memenuhi cairan tubuh sesuai dengan kebutuhan, serta mengkonsumsi minuman
yang dapat meningkatkan trombosit seperti jus kurma dll. Dari aspek rehabilitatif
perawat berperan memulihkan kondisi klien dan menganjurkan klien untuk kontrol
kembali kerumah sakit bila keluhan timbul kembali.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik memilih judul “Asuhan
Keperawatan Anak Dengan DHF”.

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Anak dengan DHF

2. Tujuan Khusus

a) Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian DHF.


b) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi DHF.
c) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi DHF.
d) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang klasifikasi DHF.
e) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi klinis.
f) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik.
g) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan DHF.
h) Mahasiswa dapat menjelaskan teori asuhan keperawatan DHF
i) Mahasiswa dapat memahmi dalam melakukan asuhan keperawatan DHF

C. Metode penulisan
Metode dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode studi
kepustakaan dengan tujuan mendapatkan gambaran secara tepat tentang asuhan
keperawatan anak pada DHF, untuk memperoleh data, penyusun menggunakan metode
kepustakaan dengan mempelajari buku-buku referensi yang terkait dengan asuhan
keperawatan Anak DHF.

E. Sistematika penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini adalah terdiri dari 4 BAB,yaitu :

BAB I :Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II :Tinjauan teoritis yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi,


klasifikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan,
sampai komplikasi

BAB III :Tinjauan Kasus yang meliputi pengkajian, diagnose, intervensi sampai
dengan implementasi.

BAB IV :Penutup meliputi kesimpulan dan saran yang merupakan penjelasan


singkat tentang asuhan keperawatan anak pada DHF.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

I. KONSEP DASAR DHF

A. Pengertian

1. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Nursalam, dkk. 2008)

2. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk
kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Hidayat,
2006)

3. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh
virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Suriadi. 2010)

4. DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk
kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. (Suryady,2001,hal 57)

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic
fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang
tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri
otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.

B. Etiologi
Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus (Arthopodborn Virus) dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepthy. Virus Nyamuk aedes aegypti
berbentuk batang, stabil pada suhu 370 C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam
berdarah menurut (Nursalam ,2008) adalah :

1. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih


2. Hidup didalam dan sekitar rumah
3. Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar
5. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah seperti bak
mandi, tempayan vas bunga.

C. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dimana
virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka terjadilah viremia (virus masuk
ke dalam aliran darah). Kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus antibody yang tinggi akibatnya terjadilah peningkatan permeabilitas
pembuluh darah karena reaksi imunologik. Virus yang masuk ke dalam pembuluh
darah dan menyebabkan peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau terjadi
vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah trombosit (trombositopenia) dan factor
koagulasi merupakan factor terjadi perdarahan hebat. Keadaan ini mengkibatkan
plasma merembes (kebocoran plasma) keluar dari pembuluh darah sehingga darah
mengental, aliran darah menjadi lambat sehingga organ tubuh tidak cukup
mendapatkan darah dan terjadi hipoksia jaringan.
Pada keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob , hipoksia dan asidosis
jaringan yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila kerusakan jaringan
semakin berat akan menimbulkan gangguan fungsi organ vital seperti jantung, paru-
paru sehingga mengakibatkan hipotensi , hemokonsentrasi , hipoproteinemia, efusi
pleura, syok dan dapat mengakibatkan kematian. Jika virus masuk ke dalam sistem
gastrointestinal maka tidak jarang klien mengeluh mual, muntah dan anoreksia.
Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut menganggu sistem kerja
hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan osidasi lemak. Namun, karena
hati terserang virus dengue maka hati tidak dapat memecahkan asam lemak tersebut
menjadi bahan keton, sehingga menyebabkan pembesaran hepar atau hepatomegali,
dimana pembesaran hepar ini akan menekan abdomen dan menyebabkan distensi
abdomen. Bila virus bereaksi dengan antbody maka mengaktivasi sistem koplemen
atau melepaskan histamine dan merupakan mediator factor meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah atau terjadinya demam dimana dapat terjadi DHF dengan
derajat I,II,III, dan IV.

DHF/DBD
 Perjalanan penyakit
(Nursalam, 2008)
viremia

Demam Sakit kepala mual Nyeri otot petekhie Pembesaran


kelenjargetah
bening

trombositopenia Pembesaran limfa Hepato megali hiperemia


(splenomegali)

Vaskulitis Reaksi
imunologis
syok

Hipoksia
jaringan

DIC Asidosis
metabolik

perdarahan
D.

E. Klasifikasi
Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat sebagai berikut:
1. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.

2. Derajat II :

Seperti derajat I namun di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau perdarahan


lain.

3. Derajat III :

Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah,
tekanan darah menurun disertai kulit dingin, lembab dan gelisah.

4. Derajat IV :

Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak dapat
diukur.

F. Manifestasiklinis

Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain

1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari


2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
6. Sakit kepala.
7. Pembengkakan sekitar mata.
8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
G. Pemeriksaan diagnostik
(Nursalam, 2008)
1. Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih),
trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
2. Serologi : uji HI (hemoagutination inhibition test).
3. Rontgen thoraks : effusi pleura

H. Penatalaksanaan medis (Narusalam, 2008)


1. Terapi
a. DHF tanpa rejatan
Pada pasien dengan demam tinggi , anoreksia dan sering muntah menyebabkan
pasien dehidrasi dan haus, beri pasien minum 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam.
Dapat diberikan teh manis, sirup, susu dan bila mau lebih baik diberikan oralit.
Apabila hiperpireksia diberikan obat anti piretik dan kompres air biasa.Jika
terjadi kejang, beri luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal diberikan
dengan dosis anak umur kurang dari 1 tahun 50 mg/ IM , anak lebih dari 1
tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti luminal diberikan lagi
dengan dosis 3mg / kg BB. Anak diatas satu tahun diberikan 50 mg dan
dibawah satu tahun diberikan 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi
fungsi vital. Infus diberikan pada pasien tanpa ranjatan apabila pasien terus
menerus muntah , tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya
dehidrasi dan hematocrit yang cenderung meningkat.
b. Pasien yang mengalami rajatan (syok) harus segera dipasang infus sebagai
pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan
biasanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tersebut tidak ada respon maka
dapat diberikan plasma atau plasma akspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kg
BB.
Pada pasien rajatan berat pemberian infus diguyur dengan cara membuka klem
infus tetapi biasanya vena-vena telah kolaps sehingga kecepatan tetesan tidak
mencapai yang diharapkan, maka untuk mengatasinya dimasukkan cairan
secara paksa dengan spuit dimasukkan cairan sebanyak 200 ml, lalu diguyur.
2. Tindakan Medis yang bertujuan untuk pengobatan
Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia, dan muntah. Jenis
minuman yang diajurkan adalah jus buah, the manis, sirup, susu, serta larutan oralit.
Apabila cairan oralit tidak dapat dipertahankan maka cairan IV perlu diberikan.
Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan
elektrolit, dianjurkan cairan dextrose 5% di dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila
terdapat asidosis dianjurkan pemberian NaCl 0,9 % +dextrose ¾ bagian natrium
bikarbonat.
Kebutuhan cairan diberikan 200 ml/kg BB , diberikan secepat mungkin dalam
waktu 1-2 jam dan pada jam berikutnya harus sesuai dengan tanda vital, jadar
hematocrit, dan jumlah volume urine. Untuk menurunkan suhu tubuh menjadi
kurang dari 39°C perlu diberikan anti piretik seperti paracetamol dengan dosis 10-
15 mg/kg BB/hari. Apabila pasien tampak gelisah, dapat diberkan sedative untuk
menenangkan pasien seperti kloral hidrat yang diberikan peroral/ perektal dengan
dosis 12,5-50 mg/kg BB (tidak melebihi 1 gram) . Pemberian antibiotic yang
berguna dalam mencegah infeksi seperti Kalmoxcilin, Ampisilin, sesuai dengan
dosis yang ditemukan.
Terapi O2 2 liter /menit harus diberikan pada semua pasien syok.Tranfusi darah
dapat diberikan pada penderita yang mempunyai keadaan perdarahan nyata,
dimaksudkan untuk menaikkan konsentrasi sel darah merah.Hal yang diperlukan
yaitu memantau tanda-tanda vital yang harus dicatat selama 15 sampai 30 menit
atau lebih sering dan disertai pencatatan jumlah dan frekuensi diuresis.

I. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut
( Hidayat Alimul , 2008) diantaranya:
1. Ensepalopati
Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan
kemungkinan dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke otak.

2. Syok (renjatan)
Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi syok
hipovolemik.
3. Efusi Pleura
Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan tanda pasien
akan mengalami distress pernafasan.
4. Perdarahan intravaskuler menyeluruh.

II. KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK USIA SEKOLAH


A. Pengertian
1. Pertumbuhan (crowth)
Yaitu berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau
dimensi tingkat sel, organ maupun individuyang bisa di ukur dengan ukuran berat
(gram, pound, kg). Ukuran panjang (cm, meter), umur, tulang dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium & nitrogen).
2. Perkembangan (development)
Bertambahnya skill/kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
komplek dalam pola yang teratur dan dapat di ramalkansebagai hasil dari proses
pematangan.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tumbuh kembang


1. Faktor genetik
a. Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbang anak.
Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah di buahi,
dapat di tentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.
b. Termasuk faktor genetik adalah berbagai faktor faktor bawaan yang nirmal dan
patologik, jenis kelamin, suku bangsa. Gangguan tumbang di sebabkan oleh
faktor genetik.
c. Pada negara berkembang di sebabkan faktor genetik, lingkungan yang kurang
memadai.
d. Penyakit keturunan ; kelainan kromosom, sindrom down, sindrom turner.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan terbagi 2 yaitu :
a. Lingkungan pranatal
Lingkungan di dalam uterus sangat besar pengaruhnya terhadap perkembngan
fetus, terutama karena ada selaput yang menyelimuti dan melindungi fetus dari
lingkungan luar.
b. Pengeruh bydaya lingkungan
Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi bagaimana meeka
memahami kesehatan berprilaku hidup sehat.
c. Status sosial dan ekonomi keluarga
Anak yang berada di lingkungan keluarga yang sosial ekonominya rendah,
bahkan punya keterbatasan untuk memberi makanan yang bergizi dll.
d. Nutrisi
Telah disebutkan bahwa untuk bertumbuh dan berkembang, anak membutuhkan
zat gizi yang esensial mencakup protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin,
dan air yang harus di konsumsi secara seimbang dengan jumlah yang sesuai
kebutuhan pada tahapan usianya.

C. Ciri-ciri tumbuh kembang


Tumbuh kembang anak yang di mulai sejak konsepsi sampai dewasa mmpunyai ciri-
ciri tersendiri, yaitu (soetjiningsih, 1995) :
1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai maturitas
atau dewasa, di pengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
2. Dalam periode tertentu terdapat adanya masa perlambatan, serta laju tumbuh
kembang yang berlainan di antara organ-organ.
3. Pola berkembang anak adalah sama, tetapi kecepatannya berbeda antara anak satu
dengan yang lainnya.
4. Perkembangan erat hubungannya maturasi system susunan saraf.

D. Tumbuh kembang anak usia sekolah (6-12 tahun)

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan


dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel.
Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai
mengembangkan cirri sex sekundernya.

Perkembangan menitik beratkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk
perubahan sosial dan emosi.

1. Motorik kasar

a. Loncat tali
b. Badminton
c. Memukul
d. Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap
meningkatkan irama dan kehalusan.

2. Motorik halus

a. Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan


b. Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat
musik.
3. Kognitif

a. Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi


b. Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah
c. Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak
awal
d. Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang

4. Bahasa

a. Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak


b. Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan,
kata penghubung dan kata depan
c. Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal
d. Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan

III. KONSEP HOSPITALISASI ANAK USIA SEKOLAH (6 – 12 tahun)

A. Pengertian

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana
atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak
dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian
di tunjukan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stresas.

B. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi anak

Banyak penelitian membuktikan bahwa perawatan anak di rumah sakit menimbulkan


stress pada anak dan orang tua. Reaksi orang tua terhadap perawatan anak di rumah
sakit latar belakang yang menyebabkan dapat di uraikan sebagai berikut :
1. Perasaan cemas dan takut

Perasaan tersebut muncul pada saat orang tua melihat anak mendapat prosedur
menyakitkan, seperti pengambilan darah, injeksi, infus, di lakukan fungsi lumbal
dan prosedur infasiv lainnya.Perilaku yang sering di tujukan orang tua berkaitan
dengan adanya perasaan cemas dan takut ini adalah sering bertanya atau bertanya
tentang hal yang sama secara berulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi
wajah tegang, dan bahkan merah.

2. Perasaan sedih

Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal dan orang
tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh. Pada
kondisi ini, orang tua menunjukan perilaku isolasi atau tidak mau di dekati orang
lain. Bahwa tidak bisa kooperatif terhadap petugas kesehatan.

3. Perasaan frustrasi

Pada kondisi anak yang telah di rawat cukup lama dan di rasakan tidak
mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis yang di terima
orang tua baik dari keluarga maupun kerabat lainnya maka orang tua akan merasa
putus asa, bahkan frustrasi. Oleh karena itu, sering kali orang tua menunjukan
perilaku tidak koomperatif, putus asa, menolak tindakan, bahkan menginginkan
pulang paksa.

C. Reaksi anak usia sekolah terhadap hospitalisasi ( 6 – 12 tahun)


Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan
lingkungan yang di cintainya, yaitu keluarga dan terutama kelompok sosialnya dan
menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol tersebut berdampak pada perubahan
peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa
melakukan kegiatan bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati, dan adanya
kelemahan fisik.

Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan di tunjukan dengan ekspresi
baik secara verbal maupun non verbal karena anak sudah mampu mengomunikasi
kannya. Anak usia sekolah sudah mampu mengontrol perilakunya jika merasa nyeri,
yaitu dengan menggigit bibir dan atau memegang sesuatu dengan erat.

1. Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12 tahun)

a. Merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebayanya.

b. Dapat mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap rasa


nyeri.

c. Selalu ingin tahu alasan tindakan.

d. Berusaha independen dan produktif.

2. Reaksi orang tua

a. Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur,


pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan anak.

b. Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta


tidak familiernya peraturan Rumah sakit.

IV. ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF


( Mary E. 2002)
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang
dari 15 tahun) , jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang kerumah sakit
adalah panas tinggi dan anak lemah
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam kesadaran composmetis.Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7
dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan,
mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan
persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya
manifestasi perdarahan pada kult , gusi (grade III. IV) , melena atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
5. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
koplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun
buruk dapat beresiko , apabila terdapat factor predisposisinya. Anak yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan tidak nafsu
makan.Apabila kondisi berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya berkurang.
7. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih ( seperti air yang menggenang atau gantungan baju dikamar)
8. Pola Kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantanganm nafsu makan berkurang
dan menurun,
b. Eliminasi alvi (buang air besar) : kadang-kadang anak yang mengalami diare
atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV sering terjadi hematuria.
c. Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit
atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun
istirahatnya berkurang.
d. Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes
aedypty.
e. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menajga
kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah
sebagai berikut :
a. Grade I : kesadaran composmetis , keadaan umum lemah, tanda-tanda vital
dan andi elmah.
b. Grade II : kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan ptechiae, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur
c. Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.
d. Grade IV : kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tekanan
darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin. berkeringat dan
kulit tampak biru.
10. Sistem Integumen
a. Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncl keringat dingin,
dan lembab
b. Kuku sianosis atau tidak
c. Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam
(flusy). mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epitaksis) pada
grade II,III. IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering , terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia
pharing dan terjadi perdarahan ditelinga (pada grade II,III,IV).
d. Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto thorak
terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales +,
ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
e. Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly) dan asites
f. Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.
11. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a. HB dan PVC meningkat (≥20%)
b. Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
c. Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
d. Ig. D dengue positif
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia,
dan hiponatremia
f. Ureum dan pH darah mungkin meningkat
g. Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah
h. SGOT /SGPT mungkin meningkat.

B. Diagnosa keperawatan
(Doengoes, E Marilyn. 2000)
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
b. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia).
c. Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
d. Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
e. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
f. Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan
tubuh akibat perdarahan.
g. Kurang pengetahuan tenang proses penyakit, diet, perawatan, dan obat-obatan
pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.

C. Intervensi keperawatan
(E, Marylin, 2000)
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi
Kriteria Hasil : volume cairan perlahan-lahan teratasi, An.A tidak muntah –
muntah lagi, Mukosa bibir kembali normal
Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji tanda-tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
Rasional :mengetahui atau memantau keadaan umum klien
b. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor kulit tidak
elastis, ubun-ubun cekung , produksi urine menurun
Rasional : untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan intervensi lanjut
c. Observasi dan catat intake dan output cairan
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit atau balance
cairan
d. Berikan hidrasi yanga adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan klien
e. Memonitor nilai laboratorium : elektrolit darah, BJ urine, dan serum albumin
Rasional : memantau keseimbangan cairan dalam darah
f. Monitor dan catat berat badan
Rasional : mengontrol penambahan berat badan karena pemberian cairan
yang berlebihan
g. Monitor tanda syok hipovolemik, baringkan pasien terlentang tanpa bantal
Rasional : memulihkan dan membantu peredaran darah dalam tubuh supaya
lancar sehingga mengurangi syok yang terjadi
h. Pasang infus dan berikan cairan intravena jika terjadi perdarahan
Rasional : membantu proses perbaikan tubuh.

2. Hipertemia (suhu naik) berhubungan dengan proses penyakit


(viremia/virus).
Tujuan : Hipertemia dapat teratasi

Kriteria Hasil : Suhu tubuh dalam batas normal (36-370 C).

Mukosa lembab t idak ada sianosis atau purpura

Intervensi

Mandiri :
a. Kaji saat timbulnya demam
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
b. Observasi tanda-tanda vital: suhu, nadi, tensi, pernafasan setiap 3 jam atau
lebih sering.
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum klien.
c. Anjurkan klien untuk banyak minum ± 2,5 liter/24 jam dan jelaskan
manfaatnya bagi klien.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak.
d. Lakukan “Tepid Water Sponge”
Rasional : Tepid Water Sponge dapat menurunkan
penguapan dan penurunan suhu tubuh.
e. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Rasional: Pakaian yang tipis akan membantu mengurangi panas
dalam tubuh.
Kolaborasi :

f. Berikan terapi cairan IVFD dan obat antipiretik.


Rasional : Pemberian cairan dan obat antipiretik sangat penting
bagi klien dengan suhu tinggi yaitu untuk menurunkan suhu
tubuhnya.

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungandengan anoreksia.
Tujuan :Anoreksia dan kebutuhan nutrisi dapat teratasi.

Kriteria Hasil : Berat badan stabil dalam batas normal.


Tidak ada mual dan muntah.

Intervensi

Mandiri :

a. Kaji mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh pasien.
Rasional : untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Kaji cara/bagaimana makanan dihidangkan
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengarauhi
nafsu makan klien.
c. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur, tim, dan hidangkan saat
masih hangat.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan
meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.
d. Jelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi klien terutama saat klien sakit.
Rasional: Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi
sehingga motivasi makan meningkat.
e. Berikan umpan balik positif pada saat klien mau berusaha menghabiskan
makanan.
Rasional : Motivasi dan meningkatklan semangat pasien.
f. Catat jumlah/porsi makan yang dihabiskan oleh klien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi.
g. Lakukan oral hygiene dengan menggunakan sikat gigi yang lunak.
Rasional : Meningkat nafsu makan.
h. Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Mengetahui perkembangan status nutrisi klien.

Kolaborasi :

i. Bererikan obat-obatan antasida (anti emetik) sesuai program/instruksi dokter.


Rasional: Dengan pembarian obat tersebut diharapkan intake
nutrisi klien meningkat karena mengurangi rasa mual dan muntah.
j. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yang tepat.
Rasional : Membantu proses penyembuhan klien.

4. Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.


Tujuan : Perdarahan tidak terjadi.

Kriteria Hasil : Tanda-tanda vital normal.

Jumlah trombosit klien meningkat.

Tidak terjadi epitaksis, melena, dan hemotemesis.

Intervensi.

Mandiri :

a. Monitor tanda-tanda perdarahan dan trombosit yang disertai dengan tanda-tanda


klinis.
Rasional: Penurunan jumlah trombosit merupakan tanda-tanda
adanya perforasi pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat
menimbulkan tanda-tanda klinis berupa perdarahan (petekie,
epistaksis, dan melena).
b. Anjurkan klien untuk banyak istirahat.
Rasional : Aktivitas yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan.
c. Berikan penyelasan pada keluerga untuk segera melaporkan jika ada tanda-tanda
perdarahan.
Rasional : Mendapatkan penanganan segera mungkin.
d. Antisipasi terjadinya perdarahan dengan menggunakan sikat gigi lunak,
memberikan tekanan pada area tubuh setiap kali selesai pengambilan darah.
Rasional : Mencegah terjadinya pendarahan.

5. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.


Tujuan : Aktivitas sehari-hari klien kembali normal.

Kriteria Hasil :Keadaan umum membaik

Kebutuhan sehari-hari terpenuhi seperti: makan, minum, dan


personal hyiene (mandi, menggosok gigi, dan bershampoo).

Intervensi.

Mandiri :

a. Kaji kebutuhan klien.


Rasional : Mengidentifikasi masalah klien.
b. Kaji hal-hal yang mampu dilakukan klien berhubungan dengan kelemahan
fisiknya.
Rasional: Mengetahui tindakan keperawtan yang akan diberikan
sesuai dengan masalah klien.
c. Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari klien sesuai tingkat
keterbatasan klien seperti mandi, makan, dan eliminasi.
Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh klien pada
saat kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab
dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari tanpa membuat klien
ketergantungan terhadap perawat.
6. Resiko tinggi syok hipovolemik berhibungan dengan kurangnya volume cairan
tubuh akibat perdarahan.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik.

Kriteria Hasil :Tanda-tanda vital dalam batas normal.

Keadaan umum baik.

Syok hipovolemik tidak terjadi.

Intervensi.

Mandiri :

a. Monitor keadaan umum kilen.


Rasional : Untuk mengetahui jika terjadi tanda-tanda syok.
b. Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam.
Rasional : Untuk memastikan tidak terjadi per syok.
c. Monitor tanda-tanda perdarahan.
Rasional : Perdarahan yang cepat diketahui dapat segera teratasi.
d. Anjurkan keluarga/klien untuk segera melapor jika ada tanda-tanda perdarahan.
Rasional : Untuk membantu tim perawat untuk segara menentukan tindakan
yang tepat.
e. Segera puasakan jika terjadi perdarahan saluran pencernaan.
Rasional : Untuk membantu mengistirahatkan saluran pencernaan
untuksementara selama perdarahan berasal dari saluran cerna.

f. Perhatikan keluhan klien seperti pusing, lemah, ekstremitas dingin, sesak nafas.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pengaruh perdarahan.

Kolaborasi :
g. Berikan therapi cairan intra vena jika terjadi perdarahan.
Rasional: Untuk mengetahui kehilangan cairan tubuh yang hebat
yaitu untuk mengatasi syok hipovolemik.

h. Cek Hb, Ht, Trombosit (sito)


Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah
yang dialami klien, dan untuk acuan melakukan tindakan lebih
lanjut.
i. Berikan trasfusi sesuai instruksi dokter.
Rasional : Untuk menganti volume darah serta komponen yang hilang.

7. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diit, perawatan, dan obat-obatan


pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pengetahuan klien bertambah.

Kriteria Hasil :Pengetahuan klien/Keliarga tentang proses penyakit,


diit,perawatan dan obat penderita DHF meningkat dan klien/keluarga mampu
menjelasakan kembali.

Intervensi

Mandiri :

a. Kaji tingkat pengetahuan klien/keluarga tentang penyakit DHF.


Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan tentang penyakit
yang diderita klien.
b. Kaji latar belakang pendidikan klien dan keluarga.
Rasional: Agar perawat dapat memberikan penjelasan sesuai dengan
tingkat pendidikan sehingga penjelasan dapat dipahami dan tujuan
yang direncanakan tercapai.
c. Jelaskan tentang proses penyakit,diit, perawatan, obat-obatan pada klien dengan
bahasa yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan tepat dan jelas.
d. Berikan kesempatan pada klien/keluarga untuk bertanya sesuai dengan penyakit
yang dialami.
Rasional: Mengurangi kecemasan dan motivasi klien untuk kooperatif
selama masa perawatan/penyembuhan
e. Gunakan leaflet atau gambar-gambar dalam bentuk penjelasan.
Rasional: Dapat membantu mengingat penjelasan yang telah
diberikan karena dapat dilihat atau dibaca berulang kali.

D. Implementasi
Implementasi adlh proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari keperawatan.
Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan,membantu,memberikan askep.
Tujuannya berpusat pada klien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang
relevan, dengan keperawatan kesehatan berkelanjutan pada klien.
1. Proses atau tahapan
a. Mengkaji ulang klien.Fase ini merupakan komponen yang memberikan
mekanisme bagi perawat yang menentukan apakah tindakan keperawatan
yang diusulkan masih sesuai.
b. Mengklarifikasi rencana yang sudah ada.
c. Mengidentifikasi bidang bantuan berupa tenaga, pengetahuan serta
keterampilan.
d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan.

2. Dokumentasi
Mencatat semua tindakan yang dilakukan tentang respon pasien, tanggal dan
waktu serta nama dan paraf perawat yang jelas.

E. Evaluasi
1. Definisi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dan rencana keperawatan tercapai atau
tidak.

2. Jenis evaluasi
a. Evaluasi pormatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi
dengan respon segera ( pendokumentasian dan implementasi ).

b. Evaluasi sumatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dengan analisis stasus klien pada
waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan
( dalam bentuk SOAP ).
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Kasus DHF
Klien bernama An. A (6 th) masuk ke Unit Gawat Darurat RS. Sukmul Sisma Medika pada
tanggal 24 Maret 2014 pukul 20.50 WIB dengan keluhan panas tiga hari yang lalu, perut
kembung, muntah enam kali isi muntahan makanan, buang air besar sudah dua kali,
konsistensi encer berwarna kuning kecoklatan. Klien teraba panas , kulit kemerahan, mukosa
bibir kering, turgor kulit sedang. Telah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil
suhu 37,8°C, nadi 146x/menit, tekanan darah 130/60 mmHg, pernafasan 30x/menit. Telah
dilakukan pemeriksaan darah lengkap dengan hasil trombosit 26.000, Hb: 12,3 gr/dl, Ht : 41%
volume.

B. Data Fokus
Data Subyektif Data Obyektif

a. Ibu klien mengatakan anaknya a. Mukosa bibir klien kering


BAB sudah 2 kali dengan b. Turgor kulit klien sedang
konsistensi encer berwarna kuning c. Klien teraba panas
kecoklatan d. Kulit klien tampak kemerahan
b. Ibu klien mengatakan perut e. HT : 41% volume
anaknya kembung f. HB : 12,3 gr/dl
c. Ibu klien mengatakan anaknya g. Trombosit 26.000
muntah 6 kali per hari dengan h. TTV Klien
konsistensi muntahan sesuai Suhu 37,8°C
dengan makanan Nadi 146x/menit
d. Ibu klien mengatakan anaknya Tekanan darah 130/60 mmHg,
muntah enam kali isi muntahan Pernafasan 30x/menit.
makanan i. Trombosit 26.000
e. Ibu klien mengatakan anaknya
panas semenjak 3 hari yang lalu

C. Data Tambahan

Data Subyektif Data Obyektif

a. Ibu klien mengatakan anaknya minum a. Konjungtiva klien anemis


kurang lebih 150 cc/24 jam b. Mata klien tampak cekung
b. Ibu klien mengatakan anaknya BAK c. Klien tampak lemas
7x/hari d. LLA 13 CM
c. Ibu klien mengatakan anaknya lemas e. Klien tampak terpasang infus RA 30
d. Ibu klien mengatakan anaknya tidak tts/ menit
nafsumakan f. Balance cairan klien= intake-output
e. Ibu klien mengatakan anaknya rewel Intake :
f. Ibu klien mengatakan anaknya hanya Infuse : 1200 cc/hari
menghabiskan ¼ porsi makan Makan: 50 cc/hari
g. Ibu klien mengatakan BB anaknya Minum: 150cc/hari
turun 3 kg ( BB sebelum sakit 20 kg Jumlah : 1400 cc/ hari
setelah sakit 17 kg) Output :
h. Ibu klien mengatakan anaknya panas BAB : 150 cc/hari
naik turun BAK : 750 cc/hari
Muntah : 200cc/hari
IWL : 1980 cc/hari
Jumlah : cc/hari
Jadi balance cairan:
Intake-output = 1400-1980= -580
g. Albumin 3,2 gr/ml
h. Leukosit 5100 / ul

D. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi

1. DS: Gangguan peningkatan


volume cairan permeabilitas
a. Ibu klien mengatakan
kurang dari kapiler,muntah
anaknya minum kurang
kebutuhan tubuh dan demam.
lebih 150 cc/24 jam
b. Ibu klien mengatakan
anaknya BAK 5x/hari
c. Ibu klien mengatakan
anaknya BAB sudah 2 kali
dengan konsistensi encer
berwarna kuning kecoklatan
d. Ibu klien mengatakan perut
anaknya kembung
e. Ibu klien mengatakan
anaknya muntah 6 kali per
hari dengan konsistensi
muntahan sesuai dengan
makanan
f. Ibu klien mengatakan
anaknya lemas

DO :

g. Mukosa bibir klien kering


h. Turgor kulit klien sedang
i. Konjungtiva klien anemis
j. Mata klien tampak cekung
k. Ibu klien mengatakan BB
anaknya turun 3 kg ( BB
sebelum sakit 20 kg setelah
sakit 17 kg)
l. Klien tampak terpasang
infus RA 30 tts/ menit
m. Balance cairan klien=
intake-output
Intake :
Infuse : 1200 cc/hari
Makan: 50 cc/hari
Minum: 150cc/hari
Jumlah : 1400 cc/ hari

Output :
BAB : 150 cc/hari
BAK : 750 cc/hari
Muntah : 250cc/hari
IWL : 880 cc/hari
Jumlah :1980 cc/hari
Jadi balance cairan:
Intake-output = 1400-
1980= -580
n. HT : 41% volume

2. DS : Gangguan Anoreksia
pemenuhan
a. Ibu klien mengatakan
kubutuhan nutrisi
anaknya tidak nafsu makan
kurang dari
b. Ibu klien mengatakan
anaknya rewel kebutuhan tubuh
c. Ibu klien mengatakan
anaknya hanya
menghabiskan ¼ porsi
makan
d. Ibu klien mengatakan
anaknya muntah enam kali
isi muntahan makanan
e. Ibu klien mengatakan BB
anaknya turun 3 kg ( BB
sebelum sakit 20 kg dan
sesudah sakit 17 kg)

DO :

a. BB ideal anak 20 kg
b. Klien tampak lemas
c. Konjungtiva anemis
d. HB : 12,3 gr/dl
e. Trombosit 26.000
f. Albumin 3,2 gr/ml
g. LLA 13 cm
3. a. Ibu klien mengatakan Resiko proses penyakit
anaknya panas semenjak 3 peningkatan suhu (virus dalam
hari yang lalu tubuh darah/viremia).
b. Ibu klien mengatakan (hipertermia)
anaknya panas naik turun
c. Ibu klien mengatakan
anaknya lemas
d. Ibu klien mengatakan
anaknya rewel

DO :

a. Klien teraba panas


b. Kulit klien tampak
kemerahan
c. Suhu 37,8°C
d. Leukosit 5100 / ul
e. Trombosit 26.000

E. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal Paraf


ditemukan teratasi
1. Gangguan volume cairan kurang 24 Maret Belum Kel 6
dari kebutuhan tubuh berhubungan 2014
dengan peningkatan permeabilitas
kapiler,muntah dan demam.

2. Gangguan pemenuhan kubutuhan 24 Maret Belum Kel 6


nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 2014
berhubungan dengan anoreksia
3. Resiko peningkatan suhu tubuh 24 Maret Belum Kel 6
(hipertermia) berhubungan dengan 2014
proses penyakit (virus dalam
darah/viremia).

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aedes aegypty. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan
kematian, terutama anak serta sering menimbulkan wabah.
Menurut klasifikasi pada DHF terdapat 4 derajat yaitu, derajat i : demam
disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni
dan hemokonsentrasi. derajat ii : derajat i di sertai perdarahan spontan di kulitdan
atau perdarahan lain. derajat iii : kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan
lemah,hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah. Derajat IV :
Diagnosa yang muncul pada pasien DHF yaitu Hipertemia berhubungan
dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia), Gangguan pemenuhan
kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia, Gangguan
aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah, Resiko tinggi
syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh akibat
perdarahan dan Kurang pengetahuan tenang proses penyakit, diet, perawatan, dan
obat-obatan pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Untuk perawat anak
Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatanyang lebih lengkap
sesuai dengan keadaan klien serta memantau keadaan pasien tersebut, karena akan
di takutkan adanya Dengue Syok Syndrom dan komplikasi lain yang
mengakibatkan fatal pada klien.Hendaknya penyuluhan kesehatan ini di jadikan
suatu program di ruangan guna meningkatkan pengetahuan klien tentang
penyakitnya.

2. Untuk klien dan keluarga


Klien dan keluarga diharapkan untuk dapat menjaga lingkungan rumah, dan
melaksanakan program pemerintah untuk pemberantasan nyamuk demam
berdarah yaitu dengan melakukan program 3M, menguras tempat penampungan
air, mengubur barang-barang bekas, membersihkan lingkungan rumah dan
sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, E Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3, EGC : Jakarta

Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta : salemba medika

Hendarwanto. 2003. Ilmu Penyakit Dalam, hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta : EGC

Hidayat alimul aziz. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta : salemba medika

Rampengan. 2007. Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta : EGC

Supartini Yupi, S.Kp, MSc. 2004. Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta : EGC

Suriadi. 2010. Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta : cv sagung seto.

BAB IV PENUTUP A.

KESIMPULAN
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini
dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama anak serta sering
menimbulkan wabah. Menurut klasifikasi pada DHF terdapat 4 derajat yaitu, derajat i : demam
disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan
hemokonsentrasi. derajat ii : derajat i di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau perdarahan
lain. derajat iii : kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah,hipotensi, kulit dingin lembab,
gelisah. Derajat IV : Diagnosa yang muncul pada pasien DHF yaitu Hipertemia berhubungan
dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia), Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia, Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan


trombositopenia, Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah,
Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh
akibat perdarahan dan Kurang pengetahuan tenang proses penyakit, diet, perawatan, dan obat-
obatan pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.
B.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut : 1.

Untuk perawat anak Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatanyang lebih
lengkap sesuai dengan keadaan klien serta memantau keadaan pasien tersebut, karena akan di
takutkan adanya Dengue Syok Syndrom dan komplikasi lain yang mengakibatkan fatal pada
klien.Hendaknya penyuluhan kesehatan ini di jadikan suatu program di ruangan guna
meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakitnya. 2.

Untuk klien dan keluarga Klien dan keluarga diharapkan untuk dapat menjaga lingkungan
rumah, dan melaksanakan program pemerintah untuk pemberantasan nyamuk demam berdarah
yaitu dengan melakukan program 3M, menguras tempat penampungan air, mengubur barang-
barang bekas, membersihkan lingkungan rumah dan sekitarnya
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, E Marilyn. 2000.
Rencana Asuhan Keperawatan
. Edisi 3, EGC : Jakarta Nursalam, dkk. 2008.
Asuhan keperawatan bayi dan anak
. Jakarta : salemba medika Hendarwanto. 2003.
Ilmu Penyakit Dalam
, hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta :
EGC
Hidayat alimul aziz. 2006
.
Pengantar ilmu keperawatan anak
. Jakarta : salemba medika Rampengan. 2007. Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta : EGC
Supartini Yupi, S.Kp, MSc. 2004.
Konsep dasar keperawatan anak.
Jakarta : EGC Suriadi. 2010.
Asuhan keperawatan pada anak
Jakarta : cv sagung seto

You might also like