Professional Documents
Culture Documents
DENGAN DHF
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
Ridho-Nya penulis dapat diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Anak Dengan DHF”. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak
mengalami hambatan dan kesulitan namun dengan bimbingan serta pengarahan serta dukungan
dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasi kepada :
1. Ibu Rusmawati Sitorus, S.Pd S.Kep MA Selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum
Jakarta serta segenap jajarannya yang telah memberikan kemudahan-kemudahan baik
berupa moril maupun materil selama mengikuti pendidikan di
2. Ibu Ns. Ns. Khotimah, S.kep selaku dosen pembimbing mata ajar keperawatan
anak
2. Kedua orangtua kami yang telah membantu motil maupun materi, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
3. Rekan-rekanmahasiswa yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam rangka
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kebaikan selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca
sebelumnya.
Jakarta, April 2014
Kelompok 6
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………….. i
Daftar Isi………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan............................................................................ 2
C. Ruang Lingkup............................................................................... 2
D. Metode Penulisan........................................................................... 2
E. Sistematika Penulisan.................................................................... 3
A. Pengertian………………………………………………………… 4
B. Etiologi…………………………………………………………… 5
C. Patofsiologi………………………………………………………. 5
D. Klasifikasi……………………………………………………….. 8
E. Manifestasi Klinis……………………………………………….. 8
F. Pemeriksaan Diagnostik………………………………………… 9
G. Penatalaksanaan Medis…………………………………………. 9
H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan…………………………… 9
A. Pengkajian……………………………………………………… 23
B. Diagnosa……………………………………………………….. 28
C. Intervensi………………………………………………………. 29
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………… 35
B. Saran……………………………………………………………. 36
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anak-anak dari
orang dewasa. Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi usia dapat menjadi
permasalahan besar karena penggunaan definisi yang berbeda oleh beragam negara dan
lembaga internasional. (WHO , 2003) . Anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah
20 tahun. Sedangkan The Convention on the Rights of the Child mendefinisikan anak-
anak sebagai orang yang berusia di bawah 18 tahun. ( Department of Child and
Adolescent Health and Development , 2006)
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah
“pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung
secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak
bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri; akan tetapi
bias dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya. Dalam hal ini kedua
proses tersebut memiliki tahapan-tahapan diantaranya tahap secara moral dan spiritual.
Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut
memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahas maka kita
meguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori sampai kaitannya
dengan pengaruh yang ditimbulkan.
Penanggulangan demam berdarah secara umum di tujukan pada pemberantasan
rantai penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya (vektornya) yaitu nyamuk
Aedes Aegypty dengan memberantas sarang perkembangbiakannya yang umunya ada di
air bersih yang tergenang di permukaan tanah maupun di tempat-tempat penampungan
air, melakukan program 3M ( menutup, menguras, mengubur) (WHO 2004).
Dari data yang diperoleh, kasus DBD di dki jakarta menurun selama tiga tahun
terakhir, secara signifikan. Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyebutkan,
penurunan terjadi hingga tiga tahun terakhir. Pada tahun 2007, jumlah kasus DBD
mencapai 31.836 kasus. Jumlah itu mengalami penurunan di tahun 2008 yang hanya
mencapai 28.361 kasus. Pada 2009 penurunannya sangat signifikan hanya menyisakan
18.835 kasus. Di tahun 2010, jumlah kasus DBD kian menyusut menjadi 12.639 kasus.
Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 menunjukkan, jumlah kasus DBD di
DKI sebesar 18.006 kasus, dengan tingkat kejadian rata-rata (incidence rate/IR) sebesar
202,4 per 100.000 penduduk. Angka tersebut jauh di atas target nasional, yaitu 150 per
100.000 penduduk.
Untuk tahun 2011 hingga bulan Mei kasus DBD tercatat sebanyak 3.603 kasus.
Dengan rincian Jakarta Timur 941 kasus, Jakarta Selatan 720 kasus, Jakarta Barat 661
kasus, Jakarta Utara 961 kasus, Jakarta Pusat 314 kasus, dan Kepulauan Seribu 6 kasus.
Peran perawat untuk mengatasi penyakit DBD dengan cara promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberi penyuluhan kesehatan tentang penyakit
DBD dan penanggulangannya, preventif yaitu untuk mencegah terjadinya DBD dengan
cara merubah kebiasaan hidup sehari-hari melalui tidak menggantung pakaian yang
sudah di pakai, menjaga kebersihan lingkungan dan penampungan air, kuratif yaitu
untuk memenuhi cairan tubuh sesuai dengan kebutuhan, serta mengkonsumsi minuman
yang dapat meningkatkan trombosit seperti jus kurma dll. Dari aspek rehabilitatif
perawat berperan memulihkan kondisi klien dan menganjurkan klien untuk kontrol
kembali kerumah sakit bila keluhan timbul kembali.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik memilih judul “Asuhan
Keperawatan Anak Dengan DHF”.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Metode penulisan
Metode dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode studi
kepustakaan dengan tujuan mendapatkan gambaran secara tepat tentang asuhan
keperawatan anak pada DHF, untuk memperoleh data, penyusun menggunakan metode
kepustakaan dengan mempelajari buku-buku referensi yang terkait dengan asuhan
keperawatan Anak DHF.
E. Sistematika penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini adalah terdiri dari 4 BAB,yaitu :
BAB I :Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB III :Tinjauan Kasus yang meliputi pengkajian, diagnose, intervensi sampai
dengan implementasi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
1. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Nursalam, dkk. 2008)
2. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk
kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Hidayat,
2006)
3. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh
virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Suriadi. 2010)
4. DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk
kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. (Suryady,2001,hal 57)
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic
fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang
tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri
otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
B. Etiologi
Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus (Arthopodborn Virus) dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepthy. Virus Nyamuk aedes aegypti
berbentuk batang, stabil pada suhu 370 C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam
berdarah menurut (Nursalam ,2008) adalah :
C. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dimana
virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka terjadilah viremia (virus masuk
ke dalam aliran darah). Kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus antibody yang tinggi akibatnya terjadilah peningkatan permeabilitas
pembuluh darah karena reaksi imunologik. Virus yang masuk ke dalam pembuluh
darah dan menyebabkan peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau terjadi
vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah trombosit (trombositopenia) dan factor
koagulasi merupakan factor terjadi perdarahan hebat. Keadaan ini mengkibatkan
plasma merembes (kebocoran plasma) keluar dari pembuluh darah sehingga darah
mengental, aliran darah menjadi lambat sehingga organ tubuh tidak cukup
mendapatkan darah dan terjadi hipoksia jaringan.
Pada keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob , hipoksia dan asidosis
jaringan yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila kerusakan jaringan
semakin berat akan menimbulkan gangguan fungsi organ vital seperti jantung, paru-
paru sehingga mengakibatkan hipotensi , hemokonsentrasi , hipoproteinemia, efusi
pleura, syok dan dapat mengakibatkan kematian. Jika virus masuk ke dalam sistem
gastrointestinal maka tidak jarang klien mengeluh mual, muntah dan anoreksia.
Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut menganggu sistem kerja
hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan osidasi lemak. Namun, karena
hati terserang virus dengue maka hati tidak dapat memecahkan asam lemak tersebut
menjadi bahan keton, sehingga menyebabkan pembesaran hepar atau hepatomegali,
dimana pembesaran hepar ini akan menekan abdomen dan menyebabkan distensi
abdomen. Bila virus bereaksi dengan antbody maka mengaktivasi sistem koplemen
atau melepaskan histamine dan merupakan mediator factor meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah atau terjadinya demam dimana dapat terjadi DHF dengan
derajat I,II,III, dan IV.
DHF/DBD
Perjalanan penyakit
(Nursalam, 2008)
viremia
Vaskulitis Reaksi
imunologis
syok
Hipoksia
jaringan
DIC Asidosis
metabolik
perdarahan
D.
E. Klasifikasi
Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat sebagai berikut:
1. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II :
3. Derajat III :
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah,
tekanan darah menurun disertai kulit dingin, lembab dan gelisah.
4. Derajat IV :
Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak dapat
diukur.
F. Manifestasiklinis
Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain
I. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut
( Hidayat Alimul , 2008) diantaranya:
1. Ensepalopati
Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan
kemungkinan dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke otak.
2. Syok (renjatan)
Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi syok
hipovolemik.
3. Efusi Pleura
Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan tanda pasien
akan mengalami distress pernafasan.
4. Perdarahan intravaskuler menyeluruh.
Perkembangan menitik beratkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk
perubahan sosial dan emosi.
1. Motorik kasar
a. Loncat tali
b. Badminton
c. Memukul
d. Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap
meningkatkan irama dan kehalusan.
2. Motorik halus
4. Bahasa
A. Pengertian
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana
atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak
dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian
di tunjukan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stresas.
Perasaan tersebut muncul pada saat orang tua melihat anak mendapat prosedur
menyakitkan, seperti pengambilan darah, injeksi, infus, di lakukan fungsi lumbal
dan prosedur infasiv lainnya.Perilaku yang sering di tujukan orang tua berkaitan
dengan adanya perasaan cemas dan takut ini adalah sering bertanya atau bertanya
tentang hal yang sama secara berulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi
wajah tegang, dan bahkan merah.
2. Perasaan sedih
Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal dan orang
tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh. Pada
kondisi ini, orang tua menunjukan perilaku isolasi atau tidak mau di dekati orang
lain. Bahwa tidak bisa kooperatif terhadap petugas kesehatan.
3. Perasaan frustrasi
Pada kondisi anak yang telah di rawat cukup lama dan di rasakan tidak
mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis yang di terima
orang tua baik dari keluarga maupun kerabat lainnya maka orang tua akan merasa
putus asa, bahkan frustrasi. Oleh karena itu, sering kali orang tua menunjukan
perilaku tidak koomperatif, putus asa, menolak tindakan, bahkan menginginkan
pulang paksa.
Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan di tunjukan dengan ekspresi
baik secara verbal maupun non verbal karena anak sudah mampu mengomunikasi
kannya. Anak usia sekolah sudah mampu mengontrol perilakunya jika merasa nyeri,
yaitu dengan menggigit bibir dan atau memegang sesuatu dengan erat.
1. Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12 tahun)
B. Diagnosa keperawatan
(Doengoes, E Marilyn. 2000)
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
b. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia).
c. Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
d. Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
e. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
f. Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan
tubuh akibat perdarahan.
g. Kurang pengetahuan tenang proses penyakit, diet, perawatan, dan obat-obatan
pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.
C. Intervensi keperawatan
(E, Marylin, 2000)
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi
Kriteria Hasil : volume cairan perlahan-lahan teratasi, An.A tidak muntah –
muntah lagi, Mukosa bibir kembali normal
Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji tanda-tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
Rasional :mengetahui atau memantau keadaan umum klien
b. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor kulit tidak
elastis, ubun-ubun cekung , produksi urine menurun
Rasional : untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan intervensi lanjut
c. Observasi dan catat intake dan output cairan
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit atau balance
cairan
d. Berikan hidrasi yanga adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan klien
e. Memonitor nilai laboratorium : elektrolit darah, BJ urine, dan serum albumin
Rasional : memantau keseimbangan cairan dalam darah
f. Monitor dan catat berat badan
Rasional : mengontrol penambahan berat badan karena pemberian cairan
yang berlebihan
g. Monitor tanda syok hipovolemik, baringkan pasien terlentang tanpa bantal
Rasional : memulihkan dan membantu peredaran darah dalam tubuh supaya
lancar sehingga mengurangi syok yang terjadi
h. Pasang infus dan berikan cairan intravena jika terjadi perdarahan
Rasional : membantu proses perbaikan tubuh.
Intervensi
Mandiri :
a. Kaji saat timbulnya demam
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
b. Observasi tanda-tanda vital: suhu, nadi, tensi, pernafasan setiap 3 jam atau
lebih sering.
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum klien.
c. Anjurkan klien untuk banyak minum ± 2,5 liter/24 jam dan jelaskan
manfaatnya bagi klien.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak.
d. Lakukan “Tepid Water Sponge”
Rasional : Tepid Water Sponge dapat menurunkan
penguapan dan penurunan suhu tubuh.
e. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Rasional: Pakaian yang tipis akan membantu mengurangi panas
dalam tubuh.
Kolaborasi :
Intervensi
Mandiri :
a. Kaji mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh pasien.
Rasional : untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Kaji cara/bagaimana makanan dihidangkan
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengarauhi
nafsu makan klien.
c. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur, tim, dan hidangkan saat
masih hangat.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan
meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.
d. Jelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi klien terutama saat klien sakit.
Rasional: Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi
sehingga motivasi makan meningkat.
e. Berikan umpan balik positif pada saat klien mau berusaha menghabiskan
makanan.
Rasional : Motivasi dan meningkatklan semangat pasien.
f. Catat jumlah/porsi makan yang dihabiskan oleh klien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi.
g. Lakukan oral hygiene dengan menggunakan sikat gigi yang lunak.
Rasional : Meningkat nafsu makan.
h. Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Mengetahui perkembangan status nutrisi klien.
Kolaborasi :
Intervensi.
Mandiri :
Intervensi.
Mandiri :
Intervensi.
Mandiri :
f. Perhatikan keluhan klien seperti pusing, lemah, ekstremitas dingin, sesak nafas.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pengaruh perdarahan.
Kolaborasi :
g. Berikan therapi cairan intra vena jika terjadi perdarahan.
Rasional: Untuk mengetahui kehilangan cairan tubuh yang hebat
yaitu untuk mengatasi syok hipovolemik.
Intervensi
Mandiri :
D. Implementasi
Implementasi adlh proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari keperawatan.
Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan,membantu,memberikan askep.
Tujuannya berpusat pada klien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang
relevan, dengan keperawatan kesehatan berkelanjutan pada klien.
1. Proses atau tahapan
a. Mengkaji ulang klien.Fase ini merupakan komponen yang memberikan
mekanisme bagi perawat yang menentukan apakah tindakan keperawatan
yang diusulkan masih sesuai.
b. Mengklarifikasi rencana yang sudah ada.
c. Mengidentifikasi bidang bantuan berupa tenaga, pengetahuan serta
keterampilan.
d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan.
2. Dokumentasi
Mencatat semua tindakan yang dilakukan tentang respon pasien, tanggal dan
waktu serta nama dan paraf perawat yang jelas.
E. Evaluasi
1. Definisi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dan rencana keperawatan tercapai atau
tidak.
2. Jenis evaluasi
a. Evaluasi pormatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi
dengan respon segera ( pendokumentasian dan implementasi ).
b. Evaluasi sumatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dengan analisis stasus klien pada
waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan
( dalam bentuk SOAP ).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kasus DHF
Klien bernama An. A (6 th) masuk ke Unit Gawat Darurat RS. Sukmul Sisma Medika pada
tanggal 24 Maret 2014 pukul 20.50 WIB dengan keluhan panas tiga hari yang lalu, perut
kembung, muntah enam kali isi muntahan makanan, buang air besar sudah dua kali,
konsistensi encer berwarna kuning kecoklatan. Klien teraba panas , kulit kemerahan, mukosa
bibir kering, turgor kulit sedang. Telah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil
suhu 37,8°C, nadi 146x/menit, tekanan darah 130/60 mmHg, pernafasan 30x/menit. Telah
dilakukan pemeriksaan darah lengkap dengan hasil trombosit 26.000, Hb: 12,3 gr/dl, Ht : 41%
volume.
B. Data Fokus
Data Subyektif Data Obyektif
C. Data Tambahan
D. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
DO :
Output :
BAB : 150 cc/hari
BAK : 750 cc/hari
Muntah : 250cc/hari
IWL : 880 cc/hari
Jumlah :1980 cc/hari
Jadi balance cairan:
Intake-output = 1400-
1980= -580
n. HT : 41% volume
2. DS : Gangguan Anoreksia
pemenuhan
a. Ibu klien mengatakan
kubutuhan nutrisi
anaknya tidak nafsu makan
kurang dari
b. Ibu klien mengatakan
anaknya rewel kebutuhan tubuh
c. Ibu klien mengatakan
anaknya hanya
menghabiskan ¼ porsi
makan
d. Ibu klien mengatakan
anaknya muntah enam kali
isi muntahan makanan
e. Ibu klien mengatakan BB
anaknya turun 3 kg ( BB
sebelum sakit 20 kg dan
sesudah sakit 17 kg)
DO :
a. BB ideal anak 20 kg
b. Klien tampak lemas
c. Konjungtiva anemis
d. HB : 12,3 gr/dl
e. Trombosit 26.000
f. Albumin 3,2 gr/ml
g. LLA 13 cm
3. a. Ibu klien mengatakan Resiko proses penyakit
anaknya panas semenjak 3 peningkatan suhu (virus dalam
hari yang lalu tubuh darah/viremia).
b. Ibu klien mengatakan (hipertermia)
anaknya panas naik turun
c. Ibu klien mengatakan
anaknya lemas
d. Ibu klien mengatakan
anaknya rewel
DO :
E. Diagnosa Keperawatan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aedes aegypty. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan
kematian, terutama anak serta sering menimbulkan wabah.
Menurut klasifikasi pada DHF terdapat 4 derajat yaitu, derajat i : demam
disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni
dan hemokonsentrasi. derajat ii : derajat i di sertai perdarahan spontan di kulitdan
atau perdarahan lain. derajat iii : kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan
lemah,hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah. Derajat IV :
Diagnosa yang muncul pada pasien DHF yaitu Hipertemia berhubungan
dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia), Gangguan pemenuhan
kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia, Gangguan
aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah, Resiko tinggi
syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh akibat
perdarahan dan Kurang pengetahuan tenang proses penyakit, diet, perawatan, dan
obat-obatan pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Untuk perawat anak
Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatanyang lebih lengkap
sesuai dengan keadaan klien serta memantau keadaan pasien tersebut, karena akan
di takutkan adanya Dengue Syok Syndrom dan komplikasi lain yang
mengakibatkan fatal pada klien.Hendaknya penyuluhan kesehatan ini di jadikan
suatu program di ruangan guna meningkatkan pengetahuan klien tentang
penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, E Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3, EGC : Jakarta
Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta : salemba medika
Hendarwanto. 2003. Ilmu Penyakit Dalam, hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta : EGC
Hidayat alimul aziz. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta : salemba medika
Supartini Yupi, S.Kp, MSc. 2004. Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta : EGC
BAB IV PENUTUP A.
KESIMPULAN
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini
dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama anak serta sering
menimbulkan wabah. Menurut klasifikasi pada DHF terdapat 4 derajat yaitu, derajat i : demam
disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan
hemokonsentrasi. derajat ii : derajat i di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau perdarahan
lain. derajat iii : kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah,hipotensi, kulit dingin lembab,
gelisah. Derajat IV : Diagnosa yang muncul pada pasien DHF yaitu Hipertemia berhubungan
dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia), Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut : 1.
Untuk perawat anak Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatanyang lebih
lengkap sesuai dengan keadaan klien serta memantau keadaan pasien tersebut, karena akan di
takutkan adanya Dengue Syok Syndrom dan komplikasi lain yang mengakibatkan fatal pada
klien.Hendaknya penyuluhan kesehatan ini di jadikan suatu program di ruangan guna
meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakitnya. 2.
Untuk klien dan keluarga Klien dan keluarga diharapkan untuk dapat menjaga lingkungan
rumah, dan melaksanakan program pemerintah untuk pemberantasan nyamuk demam berdarah
yaitu dengan melakukan program 3M, menguras tempat penampungan air, mengubur barang-
barang bekas, membersihkan lingkungan rumah dan sekitarnya
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, E Marilyn. 2000.
Rencana Asuhan Keperawatan
. Edisi 3, EGC : Jakarta Nursalam, dkk. 2008.
Asuhan keperawatan bayi dan anak
. Jakarta : salemba medika Hendarwanto. 2003.
Ilmu Penyakit Dalam
, hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta :
EGC
Hidayat alimul aziz. 2006
.
Pengantar ilmu keperawatan anak
. Jakarta : salemba medika Rampengan. 2007. Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta : EGC
Supartini Yupi, S.Kp, MSc. 2004.
Konsep dasar keperawatan anak.
Jakarta : EGC Suriadi. 2010.
Asuhan keperawatan pada anak
Jakarta : cv sagung seto