You are on page 1of 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

Oleh :

KHAWITA NURHAYATI

NIM. 1714401D344

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

TAHUN 2017/2018

SAMPIT
KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Oksigenasi dalam rangka untuk
memenuhi tugas mata kuliah Dokumentasi Keperawatan.

Dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan mengingat
keterbatasan kemampuan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sebagai masukan bagi kami.

Akhir kata kami berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan kami sebagai penulis pada khususnya. Atas segala perhatiannya kami ucapkan banyak terima
kasih.

Sampit, 22 Desember 2018

Penulis

KHAWITA NURHAYATI

i
DAFTAR ISI

Halaman:

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang ....................................................................................1

B. Tujuan .................................................................................................4

1. Tujuan Umum ..................................................................................4

2. Tujuan Khusus .................................................................................4

BAB II TINJAUAN KASUS .................................................................................5

A. Pengkajian ...........................................................................................5

B. Diagnosa Keperawatan .......................................................................6

C. Intervensi Keperawatan ......................................................................6


BAB III PEMBAHASAN DAN JURNAL .........................................................18

BAB IV PENUTUP ..............................................................................................22

A. Kesimpulan .......................................................................................22

B. Saran .................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit Asma berasal dari kata “Asthma” diambil dari bahasa Yunani yang
artinya “sukar bernapas”. Penyakit asma merupakan proses inflamasi kroniksaluran
pernapasan yaitu dengan dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam hari atau
dini hari/subuh (GINA (Global Initiative For Asthma) 2011).
Terapi pernapasan pada penderita asma adalah suatu teknik senam pernapasan
yang benar. Tujuannya agar memberikan manfaat yang lebih besar, aman, nyaman dan
memperbaiki kualitas hidup seluruh penderita asma karna senam pernapasan merupakan
suatu bentuk olahraga yang gerakannya tidak begitu berat (rileks), tapi dapat
menyebabkan energi atau tenaga banyak berkurang .senam pernapasan merupakan
olahraga yang intensitas dan frekuensinya yang tepat bagi penderta asma sehingga
dengan latihan olahraga senam pernapasan diharapkan dapat bermanfaat untuk
mengendalikan dan mengurangi kambuhnya serangan asma.
Terapi latihan relaksasi pada penderita asma membuat seseorang lebih mampu
menghindari reaksi yang berlebihan karena adanya stres. keterampilan relaksasi sangat
berguna untuk mengembangkan kemampuan tetap tenang atau menghindari stres saat
menghadapi kesulitan, selalu rileks akan membuat seseorang memegang kendali hidup.
Latihan relaksasi akan banyak membantu penderita untuk dapat mengontrol kerja organ-
organ tubuh, meminimalkan serangan dan menyimpan energi penderita. Inilah salah satu
teknik yang dapat digunakan oleh para penderita asma, untuk mereduksi stres yang
mereka alami.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012, penyandang asma
didunia mencapai 100-150 juta orang. Jumlah ini diduga terus bertambah sekitar 180 ribu
orang per tahun, yang disebabkan oleh sesak napas.
Laporan provinsi pada tahun 2013 terdapat 18 provinsi yang mempunyai
prevalensi penyakit asma melebihi angka nasional, dari 18 provinsi tersebut 5 provinsi

1
teratas adalah Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan,
dan Kalimantan Selatan. Sedangkan provinsi yang mempunyai prevelensi penyakit asma
dibawah angka nasional, dimana 5 provinsi yang mempunyai prevalensi asma terendah
yaitu Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Bengkulu, dan Lampung. Kesimpulannya data dari
provinsi tahun 2007 dibanding dengan tahun 2013 didapat kenaikan prevalensi penyakit
asma secara nasional sebesar 1% (Depkes RI, 2015).
Data yang didapat dari RSUD Dr. Murjani Sampit, didapatkan angka kejadian
Asma Bronkial mencapai 59 kasus pada tahun 2016 dan mengalami peningkatan
sebanyak 75 kasus pada tahun 2017 (RSUD Dr. Murjani Sampit, tahun 2016-2017).
1. Data Kasus Asma Bronkial di Ruang Bougenvile RSUD Dr. Murjani Sampit
tahun 2016.
Usia : 1-14 tahun
Jumlah (orang) :2
Persentase (%) : 3%
Usia : 15-24 tahun
Jumlah (orang) : 31
Persentase (%) : 53%
Usia : 25-44 tahun
Jumlah (orang) : 21
Persentase (%) : 36%
Usia : 45-64 tahun
Jumlah (orang) :5
Persentase (%) : 8%
Usia : >65 tahun
Jumlah (orang) :0
Persentase (%) : 0%
Total jumlah (orang) : 59
Total persentase : 100%
Sumber : Catatan Medik RSUD Dr. Murjani Sampit

2
2. Data Kasus Asma Bronkial di Ruang Bougenvile RSUD Dr. Murjani Sampit
tahun 2017 (periode Januari-Apri)
Usia : 1-14 tahun
Jumlah (orang) :0
Persentase (%) : 0%
Usia : 15-24 tahun
Jumlah (orang) : 11
Persentase (%) : 14%
Usia : 25-44 tahun
Jumlah (orang) : 59
Persentase (%) : 76%
Usia : 45-64
Jumlah (orang) :5
Persentase (%) : 6%
Usia : >65 tahun
Jumlah (orang) :0
Persentase (%) : 0%
Sumber : Catatan Medik RSUD Dr. Murjani Sampit
Data diatas menunjukan pada tahun 2016 jumlah penderita Asma Bronkial
terbanyak menurut kisaran usia yaitu pada umur 15-24 tahunsebanyak 31 orang (21,8%),
sedangkan yang paling sedikit terjadi pada kisaran usia 1-14 tahun sekitar 2 orang
(3,4%). Sedangkan pada tahun 2017 jumlah terbanyak menurut kisaran usia yaitu pada
umur 25-44 tahun sebanyak 59 orang (79,7%), dan yang paling sedikit pada kisaran usia
45-64 tahun sebanyak 5 orang (5,4%).

3
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Penulis mampu menyajikan kasus dalam melaksanakan asuhan keperawatan, dan
dijadikan kasus kelolaan pada ujian akhir program penulisan dengan menggunakan
proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus
a. Penulis mengetahui cara pengkajian pada asma bronkial.
b. Penulis mengetahui cara menganalisa kasus dan merumuskan masalah
keperawatanpada pasien asma bronkial.
c. Penulis mengetahui cara membuat asuhan keperawatan yang mencakup intervensi
pada pasien dengan asma bronkial
d. Penulis mengetahui cara implementasi atau pelaksanaan tidakan keperawatan dan
evaluasi pada pasien dengan asma bronkial.

4
BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada hari selasa tanggal 4 juli 2017 pukul 08.20 WIB,
didapatkan data-data sebagai berikut. Pasien dengan inisial Ny. “T”, umur 40 tahun, jenis
kelamin perempuan, tempat tanggal lahir Samuda, suku Banjar, beragama Islam,
pendidikan terakhir SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, beralamat Jl. Pendawa, Samuda.
Masuk rumah sakit 21 Juli 2017 pukul 23.30 WIB, nomor registrasi 209964 dengan
diagnose medik Asma Bronkial. Keluhan utama saat dikaji sesak napas, riwayat penyait
sekarang, ± 1 minggu yang lalu klien mengeluhkan sesak napas pertama kali akibat
terlalu stres dalam masalah rumah tangganya yang mengakibatkan timbulnya Asma, tapi
klien segera menyemprotkan dengan inhaler. Tapi tanggal 3 juli 2017 sekitar pukul 22.00
WIB inhaler klien habis dan klien sesak nafas hingga hampir tak sadarakan diri, sehingga
keluarga klien segera membawa klien kerumah sakit. Riwayat penyakit sebelumnya klien
tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya, klien tidak merokok dan minum alkohol.
Riwayat keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit seperti DM, hepatitis,
hipertensi, dll.
Pemeriksaan mata dan sistem penglihatan didapatkan, konjungtiva anemis,
sedangkan pada mulut ditemukan bibir tampak kering. Pemeriksaan sitem perkemihan
klien BAK ± 1500 cc dalam 24 jam. Pada pemeriksaan system muskuluskeletal secara
keseluruhan tidak ada kelemahan fisik yang terjadi. Pola fungsi kesehatan, tidur siang ± 3
jam, malam ± 8 jam (21.00-04 WIB) terpasang infuse RL 20 tetes/menit (mikro) menetes
dengan pelan, pada riwayat nutrisi ditemukan berat badan klien 55 kg, klien mengatakan
sering makan jenis makanan nasi putih, lauk pauk juga sayur-sayuran. Di rumah sakit
porsi makan yang diberikan selalu dihabiskan.

5
B. Diagnosa Keperawatan
Data pengkajian diatas didapatkan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplay oksigen
(brocospasme) yang ditandai dengan keadaan umum: lemah, batuk, sesak, TD:
110/70 mmHg, Nadi: 110x/menit, RR: 38x/menit, Suhu: 36,1°C.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi yang
ditandai dengan keluarga pasien tampak bingung dan bertanya tentang
penyakitnya.
3. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan ketidak adekuatan kesempatan
untuk bersiap terhadap stresor
C. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan pada pasien Ny. “I” adalah sebagai berikut: pola napas
tidak efektif berhubungan dengan broncospasme. Tujuan: setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 hari diharapkan sesak napas pada pasien berkurang, TTV dalam
batas normal. Intervensi: kaji tanda-tanda vital, kaji pasien untuk posisi yang nyaman,
bantu pasien untuk latihan senam pernapasan dan kelola stres, kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplay okigen
(broncosplasme). Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari
diharapkan batuk berkurang tanda-tanda dalam batasan normal. Intervensi anjurkan
pasien untuk minum air hangat, berikan nebulizer, ajarkan pasien untuk senam
pernapasan, kolaborasi dengan dokter dengan pemberian obat.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi. Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ± 30 menit diharapkan keluarga pasien
memahami penyakit pasien dan keluarga pasien mengenal masalah yang dialami anggota
keluarganya.

6
PENGKAJIAN DATA

Nama Mahasiswa : KHAWITA NURHAYATI


Tempat Praktek : RSUD Dr. MURJANI SAMPIT
Tanggal pengkajian : 21 Juli 2017, Selasa
I. Identitas Diri Klien
Nama : Ny. I No. CM : 209***
Tempat/tgl lahir : samuda, 22 januari Tgl masuk RS : 21 Juli 2017
Umur : 40 tahun sumber informasi : keluarga dan
Jenis kelamin : Perempuan klien
Alamat : Jl. Pendawa
Status perkawinan : Sudah kawin
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan : SMA
Diagnosa Medis : Asma Bronkial
II. Keluhan Utama
Sesak napas
III. Riwayat Keluhan Saat ini
± 1 minggu yang lalu klien mengeluhkan sesak napas pertama kali akibat terlalu stres dalam
masalah rumah tangganya yang mengakibatkan timbulnya Asma, tapi klien segera
menyemprotkan dengan inhaler. Tapi tanggal 3 juli 2017 sekitar pukul 22.00 WIB inhaler
klien habis dan klien sesak nafas hingga hampir tak sadarakan diri, sehingga keluarga klien
segera membawa klien kerumah sakit.
IV. Riwayat Kesehatan yang lalu
Penyakit yang pernah dialami, Alergi, Kebiasaan (merokok/kopi/obat/alcohol/lain-lain)
klien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya, klien tidak merokok dan minum alkohol.

7
V. Riwayat Keluarga
Sosial ekonomi, Penyakit keluarga, Genogram
Tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti DM, hepatits, hipertensi, dll.
VI. GENOGRAM

: garis keturunan
: tinggal dalam satu rumah
X : meninggal
: laki-laki
: perempuan
: klien/pasien
VII. Pola Kesehatan Klien Saat Ini
1. Pemeliharaan dan Persepsi Kesehatan
Pemilihan pemberian pelayanan kesehatan, Waktu terakhir kunjungan, pengetahuan
perawatan, Peralatan yg dibutuhkan
Klien dirawat dikelas 2 yang mempunyai kapasitas 4 orang. Kebisingan tidak dapat
dihindari karna tidak ada pembatasan dalam jumlah kunjungan.
2. Nutrisi dan Cairan
 Nutrisi
a. Frekuensi makan : 3x/hari
b. Berat Badan / Tinggi Badan : 55 kg/ 150 cm
c. BB dalam 1 bulan terakhir :[ √ ]tetap

8
[ ]meningkat:…….Kg,
alasan…………
[ ]menurun:………Kg,
alasan………….
d. Jenis makanan : bubur 2500 kalori
e. Makanan yang disukai : klien menyukai semua jenis makanan
f. Makanan pantang : kentang goreng, minuman ringan, buah-buahan
kering, acar, NSG. Alergi: klien tdak memiliki alergi makanan
g. Nafsu makan : [√ ] baik
[ ] kurang, alasan karna perut klien terasa mual jika makan
h. Masalah pencernaan :
[ √ ] mual
[ ] muntah
[ ] kesulitan menelan
[ ] sariawan
i. Riwayat operasi/trauma gastrointestinal: tidak ada
j. Diit RS :
[ ] habis
[ ] ½ porsi
[ ] ¾ porsi
[ √ ] tidak habis, alasan perutnya terasa mual jika makan
 Cairan, elektrolit dan asam basa
a. Frekuensi minum : 8 gelas/hari Konsumsiair/hari: 2 liter/hari
b. Turgor kulit : elastis, tidak kering
c. Support IV Line : Ya / Tidak, Jenis:…………Dosis………..
3. Aktivitas dan latihan
Aktivitas
a. Pekerjaan : ibu rumah tangga
b. Olah raga rutin : membersihkan rumah, memasak dan kalau ada waktu
luang, klien lebih senang bersantai berkumpul keluarga. Frekuensi: aktifitas fisik
level 1. Durasi yang diperlukan minimal 30 menit perhari

9
c. Alat Bantu :[ ] walker
[ ] kruk
[ √ ] kursi roda
[ ] tongkat
d. Terapi : [ √ ] traksi, di………………………………….
[ ] gips, di……………………….................
e. Kemampuan melakukan ROM : Pasif / Aktif
Jenis kegiatan 0 1 2 3
Makan dan minum √
BAB/BAK √
Mandi √
Ambulasi √
Berubah posisi √
Keterangan :0  mandiri

1  dengan alat
2  dengan bantuan
3  dengan alat dan bantuan
Oksigenasi
a. Sesak nafas saat aktivitas :[ ] tidak
[√ ] ya
b. Frekuensi : 30x/menit
c. Kapan terjadinya : ketika stres
d. Factor yang memperberat : banyak pikiran hingga membuat pasien stres
e. Factor yang meringankan :
4. Tidur dan istirahat
a. Lama tidur : 11 jam/hari Tidur siang: Ya
b. Kesulitan tidur di RS: tidak
c. Alasan :
d. Kesulitan tidur :[ ] menjelang tidur
[ ] mudah/sering terbangun

10
[ ] merasa tidak segar saat bangun
5. Eliminasi
 Eliminasi fekal/bowel
a. Frekuensi : 1 kali/hari Penggunaan pencahar: tidak ada
b. Waktu : pagi
c. Warna :………….Darah: tidak ada konsistensi:……
d. Ggn. Eliminasi bowel :[ ] Konstipasi
[ ] Diare
[ ] Inkontinensia bowel
e. Kebutuhan pemenuhan ADL Bowel : Mandiri / Tergantung / Dg Bantuan
 Eliminasi urin
a. Frekuensi : 4-5 kali/hari Penggunaan pencahar : Ya
b. Warna : kuning teh Darah: tidak ada
c. Ggn. Eliminasi bladder :[ ] nyeri saat BAK
[ ] burning sensation
[ ] bladder terasa penuh setelah BAK
[] inkontinensia bladder
d. Riwayat dahulu : [ ] penyakit ginjal
[ ] batu ginjal
[ ] injury / trauma
e. Penggunaan kateter : Tidak
f. Kebutuhan pemenuhan ADL bladder: Dg Bantuan
6. Pola Hubungan dan Komunikasi
Interaksi dalam keluarga, teman, masyarakat, Gaya hidup, cara komunikasi, dukungan
sosial
pola komunikasi klien terbuka sedangkan yang membuat keputusan dalam keluarga
adalah suaminya, untuk kegiatan kemasyarakatan jarang dilakukan, karena klien lebih
sering menghabiskan waktunya bersama keluarga.
7. Koping Keluarga
Strategi koping, temperamen, perilaku menyimpang, stressor

11
Jika ada masalah klien selalu tidur dan mencari pertolongan dengan bercerita kepada
suaminya.
8. Kognitif dan persepsi
 Sensori, persepsi dan kognitif
a. Ggn. Penglihatan : Tidak
b. Ggn. Pendengaran : Tidak
c. Ggn. Penciuman : Ya
d. Ggn. Sensasi taktil : Tidak
e. Ggn. Pengecapan : Tidak
f. Riwayat penyakit :[ ] eye surgery
[ ] otitis media
[ ] luka sulit sembuh
 Kenyamanan dan nyeri
a. Nyeri : Ya, Skala Nyeri (1-10): 7-10 nyeri berat
b.Paliatif/provokatif : saat setres
c. Qualitas : ditusuk-tusuk
d.Region : dada
e. Severity : 7-10 nyeri berat
f. Time : ± 30menit
g.Ambulasi di tempat tidur : Dg Bantuan
9. Konsep Diri
Identitas, gambaran, harga diri
10. Seksual
Identitas seksual, menstruasi, kontrasepsi, dll
Pasien menstruasi sebulan sekali rutin
11. Nilai dan Kepercayaan
Keterlibatan dalam aktivitas keagamaan, ritual agama, pantangan dlm kesehatan
Sistem nilai kepercayaan nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan
tidak ada, klien percaya dengan penanganan dokter sedangkan aktivitas
keagamaan atau kepercayaan yang dilakukan adalah klien shalat lima waktu
dan klien percaya dengan Tuhan YME, tapi semenjak sakit klien jarang shalat.

12
VIII. Pengkajian Fisik
Kondisi Umum : lemah, composmentis, TTV, 15 (Motorik 6, Verbal 5, Mata 4), 55kg, 150cm,
LLA, LK
 Kulit : warna: sawo matang , petekie: tidak ada, scar: ada dibagian pipi dan dahi,
edema: tidak ada, turgor kulit: baik, distribusi rambut: baik, kuku: baik
 Kepala : simetris, 53 cm, tidak ada
 Mata: 3,8 mm , pupil mengecil , akomodasi, anemis, putih, baik dan jelas , tidak ada,
dll
 Telinga : posisi,bentuk: daun telinga simetri, nyeri: tidak sakit bila bergerak, sekret:
tidak ada, kebersihan: bersih, fungsi pendengaran: baik, penggunaan alat bantu: tidak
ada
 Hidung : NGT: tidak ada, selang oksigen: tidak ada, pernapasan cuping hidung: ada,
sekret:ada, dll
 Mulut dan Tenggorokan : kesulitan bicara/menelan: tidak, gigi: lengkap, karies: tidak
ada, gusi: baik, mulut bersih, mukosa: baik, stomatitis: tidak ada, sekret: tidak ada, dll
 Leher : edema: tidak, nodul: tidak ada, JVP: tidak ada
 Thoraks
 Inspeksi : bentuk dada: simetris, kesimetrisan gerak: simetris, luka: tidak ada,
retraksi dinding dada: otot-otot pernapasan, iktus kordis: normal, luka: tidak ada
 Palpasi : vokal fremitus: tidak adanya fremitus, ketinggalan gerak, massa
 Perkusi : Suara paru: wheezing
 Auskultasi : Suara paru: wheezing, suara jantung: lup-dup
 Abdomen:
 Inspeksi : bentuk : datar, warna kulit/kemerahan: kemerahan, luka: tidak ada,
kesimetrisan: simetris, asites, pernapasan
 Palpasi : massa, kontur, nyeri tekan: ada, hati: tidak ada, lien: tidak ada
 Perkusi : asites, suara perut: ada
 Auskultas : peristaltik: bising usus, nadi: 110x/menit, bising aorta

13
 Ekstremitas : edema: tidak ada, kekuatan otot, integritas kulit: tidak ada, turgor kulit:
baik, sianosis: tidak ada, akral hangat/dingin: dingin
 Genitalia : kemerahan, lesi: tidak ada, dischart, kelenjar inguinal: ada, dll
 Anus dan rektum (hemoroid, fistula, dll)
 Neurologi (kesadaran, nervus I-XII)
IX. DataLaboratorium
Hari/Tanggal : 21 juli 2017
Jenis Pemeriksaan :
No Jenis Pemeriksaan Nilai Lab Nilai Normal Interpretasi
1. Hemoglobin 13gr
2. Leukosit 5600
3. Trombosit 220.000
4. Guladarah sewaktu 107mg/dl

X. Hasil Pemeriksaan diagnostik lain :


EKG, Foto Rongtent, CT Scan, MRI, LP, USG, dll
………………………………………………………………………………………………
XI. Pengobatan :
Terapi yg diberikan:
No. NamaObat Dosis Kegunaan
1. Infuse RL 20 tetes / menit Pengganti cairan

14
b. Analisa Data
No Analisa Data Etiologi Masalah

1. Ds: klien mengeluhkan Gangguan suplai oksigen Gangguan pertukaran


sesak napas gas
Do:
keadaan umum: lemah,
batuk, sesak
TD: 110/70 mmHg
Nadi: 110x/menit
RR: 38x/menit
Suhu: 36,1°C

2. DS: keluarga klien Kurang terpaparnya Kurang pengetahuan


bertanya tentang apa informasi
penyakit yang diderita
klien, bagaimana dampak
kedepannya, dan
bagaimana pencegahannya

DO: keluarga klien tampak


bingung dan bertanya

3. DS: klien mengeluhkan ketidak adekuatan kesempatan Ketidak efektifan


ketika setres dada klien untuk bersiap terhadap stresor koping
terasa sesak

DO: klien tampak


kesakitan sambil
memegangai dada

15
c. DiagnosaKeperawatan
1. gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplay oksigen
(broncosplasma)
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpaparnya informasi
3. Ketidak efektifan koping berhubungan dengan ketidak adekuatan kesempatan untuk
bersiap terhadap stresor
d. Nursing Care Plan (NCP)
No. DiagnosaKeperawatan NOC NIC Rasional
1. gangguan pertukaran gas ‫־‬setelah ‫ ־‬meberikan ‫־‬agar dapat
berhubungan dengan dilakukan nebulizer jika bernapas dengan
gangguan suplay oksigen perawatan diperlukan lancer/normal
(broncosplasma) 1x24 jam ‫ ־‬anjurkan ‫־‬agar pasien
diharapkan pasien terapi tidak sesak
pasien dapat pernapasan pada napas dengan
bernapas pasien asma cara latihan
dengan lega olahraga napas‫־‬
‫־‬setelah
dilakukan
perawatan
1x24 jam
diharapkan
pasien dapat
mengontrol
pola napasnya
2. Kurang pengetahuan Setelah memberikan ‫־‬agar pasien bisa
berhubungan dengan Kurang dilakukan penyuluhan lebih menjaga
terpaparnya informasi perawatan kesehatan kesehatannya
1x24 jam tentang asma agar tidak
diharapkan bronkial membuat asma
pasien dapat nya kambuh
paham dan

16
dapat
menanggulangi
penyakitnya
tersebut
3. Ketidak efektifan koping Setelah Menganjurkan ‫־‬agar klien tidak
berhubungan dengan ketidak dilakukan klien control terlalu
perawatan 1x24 stress untuk memberatkan
adekuatan kesempatan untuk
jam diharapkan menanggulangi pikiran yang
bersiap terhadap stresor pasien dapat asma nya membuatnya
mengontrol menjadi beban
stress nya agar yang
tidak menimbulkan
menyebabkan penyakit dalam
kekambuhan dirinya
atas asmanya

17
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas. Riwayat penyakit
sebelumnya pasein mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Riwayat
penyakit saat ini ± 1 minggu yang lalu tanggal 28 juni 2017 pasien mengeluh sesak pada
malam hari, namun pada tanggal 3 juli 2017 malam sekitar pukul 22.00 WIB pasien
mengeluh sesak dan hampir tak sadarkan diri. Lalu keluarga pasien membawa pasien ke
RSUD Dr. Murjani Sampit dan dirawat di Ruang Bougenvile. Riwayat penyakit keluarga
pasien mengatakan bahwa didalam keluarga tidak memiliki penyakit keturunan. Data
pengkajian didapatkan keadaan umum lemah, tekanan darah 110/90 mmHg, nadi 110
x/menit, respirasi rate 38 x/menit, suhu 36,1°C.
Menurut sylva A. Price (2006), asma adalah suatu keadaan dimana saluran napas
mengalami
Mengalami penyempitan karna hiperaktifitas terhadap rrangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat berulang namun reversible dan
diantara penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal. Dari
teori yang dijelaskan, terdapat kesamaaan pada klien Ny. “I”.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian pada Ny. “I” didapatkan data pasien tidak mampu
bernapas secara normal, aktifitas sepnuhnya hamper dibantu oleh keluarga, keadaan
umum lemah, pasien masi bias bicara, pasien hanya berbaring dan duduk ditempat tidur.
Dari hasil pengkajian yang didapat, penulis mengangkat diagnosa gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan gangguan suplay oksigen (broncosplasma) dengan batasan
karakteristik kondisi dimana pola inhalasi dan ekshalasi pasien tidak mampu karna
adanya gangguan fungsi nafas.
Berdasarkan pengkajian pada Ny. “I” didapatkan data keluarga pasien tampak
bertanya-tanya tentang penyakit klien. Dari hasil pengkajian yang didapat, penulis
mengangkat diagnosa Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpaparnya

18
informasi dengan batasan karakteristik keluarga pasien tampak masih bingung dengan
penyakit klien dan banyak bertanya tentang penyakit yang dialami klien.
Berdasarkan pengkajian pada Ny. “I” didapatkan data pasien tidak mampu
mengontrol stresnya. Dari hasil pengkajian yang didapat penulis mengangkat diagnosa
Ketidak efektifan koping berhubungan dengan ketidak adekuatan kesempatan untuk
bersiap terhadap stressor dengan batasan karakteristik klien selalu sesak napas setiap
stress dan banyak pikiran.
C. Intervensi Keperawatan
Mengatasi sesak napas yang dialami pasien oleh Ny. “I” intervensi keperawatan
yang direncanakan penulis untuk mengurangi gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan gangguan suplay oksigen (broncosplasma) adalah tindakan mandiri keperawatan
yaitu terapi pernapasan pada pasien asma.
senam pernapasan didirikan dapat memberikan pelayanan, pendidikan dan
pelatihan senam penyembuhan dengan pola olah napas, olah gerak, dan olah batin serta
pemanfaatan energi kehidupan untuk kesembuhan orang lain. Sumber energi utama yang
dibutuhkan dalam kehidupan manusia adalah udara/oksigen, sebab tanpa oksigen
manusia pasti mati. Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Energi
hanya bisa dirubah dari bentuk satu kebentuk yang lain. Energi adalah kemampuan untuk
melakukan kerja, (O + Karbohidrat + Lemak – Sistem Metabolisme – ATP = Energi =
Kerja). Dari hukum-hukum tersebut di tambah kajian ilmu olahraga maka dapat
diseimpulkan bahwa ilmu olah pernapasan adalah suatu tata cara mengatur sistem
pernapasan dengan disertai tata konsentrasi, tata gerak, fisik untuk mengubah energi
udara menjadi energi tertentu yang bermanfaat. Dengan suatu metode yang tepat dan
benar energi udara dapat diubah menjadi energi kesehatan, penyembuhan, daya tahan,
peningkatan vitalitas kerja, konsentrasi dan kekuatan batin, tenaga dalam dan fungsi
pernapasan.
Fungsi senam pernapasan dapat memberikan manfaat yang lebih besar, aman,
nyaman dan memperbaiki kualitas hidup seluruh penderita asma karena senam
pernapasan merupakan suatu bentuk olahraga yang gerakannya tidak begitu berat
(relaks), tapi dapat menyebabkan energi atau tenaga banyak berkurang. Senam
pernapasan merupakan olahraga yang intensitas dan frekuensinya yang tepat bagi

19
penderita asma sehingga dengan latihan olahraga senam pernapasan diharapkan dapat
bermanfaat untuk mengendalikan dan mengurangi kambuhnya serangan asma.
Mengatasi ketidak pahaman akan penyakit yang diderita pasien Ny.”I” intervensi yang
direncanakan penulis untuk mengurangi kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang
terpaparnya informasi adalah tindakan mandiri keperawatan yaitu memberikan penyuluhan
kesehatan tentang asma bronkial.
Mengatasi stress pada pasien Ny. “I” intervensi keperawatan yang direncanakan
penulis untuk mengurangi ketidak efektifan koping berhubungan dengan ketidak
adekuatan kesempatan untuk bersiap terhadap stresor adalah tindakan mandiri
keperawatan yaitu terapi teknik relaksasi otot progresif untuk mengurangi stress pada
penderita asma.
Stres adalah salah satu kekuatan yang memaksa seseorang untuk berubah,
tumbuh, berjuang, beradaptasi atau mendapatkan keuntungan. Semua kejadian dalam
kehidupan, bahkan yang bersifat positif menyebabkan stres. Stres dapat menjadi salah
satu penyebab timbulnya permasalahan pada pernafasan.
Asma dapat dipengaruhi oleh stres, kesedihan, seperti halnya pengaruh zat-zat
iritan atau alergi, olah raga dan infeksi. Stres muncul ketika tuntutan atau ajakan dari
lingkungan melebihi kemampuan adaptasi individu atau kemampuan untuk melawan.
Pertimbangan terbaru dalam bidang Psikoneuroimunologi (PNI) menghubungkan antara
stres psikososial, sistem saraf pusat, perubahan dalam fungsi imun dan endokrin
menghasilkan jalur biologi dimana stres berdampak pada tanda-tanda asma.
Manajemen intervensi untuk individu dengan asma (misalnya, pelatihan relaksasi
dan ekspresi emosional) sebagai perawatan tambahan yang efektif untuk individu dengan
penyakit kronis seperti asma. Temuan ini memberikan dukungan awal untuk petunjuk
berbasis intervensi yang dapat menghasilkan manfaat kesehatan pada individu dengan
asma dan kondisi kronis lainnya. Yaitu menggunakan manajemen stres, intervensi
sebagai pengobatan pelengkap untuk orang dengan penyakit kronis. Intervensi ini,
diusulkan dalam upaya untuk mengurangi atau mencegah komplikasi lebih lanjut dari
penyakit, dengan berbagai teknik relaksasi dan pelatihan cognitive skills untuk diet dan
modifikasi olahraga. Stres telah terbukti mempengaruhi fisiologis sistem utama- otonom,
neuroendokrin, dan kekebalan tubuh. Sebagai contoh, pelatihan relaksasi, berupaya untuk
mengurangi stress langsung dengan mengubah fisiologis seseorang. Relaksasi merupakan
20
pelatihan murah hal ini dapat diberikan bagi pasien itu sendiri dan ini telah terbukti
efektif dengan kondisi kronis, dan menjadi pilihan yang terbaik untuk menurunkan biaya
berobat sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Mulyono (2005) menjelaskan
beberapa keuntungan yang diperoleh dari latihan relaksasi diantaranya relaksasi membuat
seseorang lebih mampu menghindari reaksi yang berlebihan karena adanya stres.
keterampilan relaksasi sangat berguna untuk mengembangkan kemampuan tetap tenang
atau menghindari stres saat menghadapi kesulitan, selalu rileks akan membuat seseorang
memegang kendali hidup. Latihan relaksasi akan banyak membantu penderita untuk
dapat mengontrol kerja organ-organ tubuh, meminimalkan serangan dan menyimpan
energi penderita. Inilah salah satu teknik yang dapat digunakan oleh para penderita asma,
untuk mereduksi stres yang mereka alami.

21
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Asma merupakan keadaan dimana saluran napas mengalami penyempitan karna
stress yang menyebabkan timbulnya penyempitan.
Pengkajian pada Ny. “I” terdapat 3 masalah keperawatan yaitu gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplay oksigen (broncosplasma), kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi dan Ketidak efektifan
koping berhubungan dengan ketidak adekuatan kesempatan untuk bersiap terhadap
stressor. Pendokumentasian keperawatan dilakukan berdasarkan proses keperawatan
disusun sebagai pertanggung jawaban dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien.
pernapasan pada pasien asma diterpkan untuk membebaskan atau mengontrol jalan napas
agar tetap terkontrol. terapi teknik relaksasi otot progresif untuk mengurangi stress pada
penderita asma agar pasien dapat mengontrol setresnya.
B. SARAN
1. Bagi Profesi Keperawatan
Diharapkan dapat meningkatkan keahlian, khusus pada kasus batuk efektif dalam
memberikan intervensi bagi pasien agar tercapai asuhan keperawatan yang komprohensif
meliputi biopsikososial dan spiritual sehingga mampu meningkatkan mutu Asuhan
keperawatan.

2. Bagi Institusi Keperawatan


Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak institusi untuk menyediakan bahan
referensi bagi mahasiswa tentang penyakit asma bronkiale dan cara penanganannya.
3. Bagi Institusi Rumah Sakit
Diharapkan dapat meningkatkan dan menerapkan ilmu yang telah didapat
khususnya intervensi
4. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Diharapkan untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan mengupdate ilmu-ilmu
keperawatan terutama batuk efektif sehinga dapat diaplikasikan pada lahan praktek
untuk menmbah pengetahuan dan pengalaman.

22
DAFTAR PUSTAKA

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Sigit%20Nugroho,%20M.Or./TERAPI%20PER
NAPASAN%20PADA%20PENDERITA%20ASMA.pdf

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/view/1766/1854

23

You might also like